Master Series - Chapter 5
Qian Gu dijadikan Raja Kegelapan oleh masyarakat, tapi sebenarnya dia benar-benar tak melakukan apa-apa. karena kekuatan sihirnya meningkat begitu drastis dalam waktu yang sedemikian singkat, hal itu menyebabkan miasma dunia bertumbuh dan para monster jahat merajalela. Orang-orang mulai menamai dia Raja Kegelapan.
Setelah mendapatkan gelarnya, mantan gurunya, aku, juga jadi dimasukkan dalam daftar nama-nama yang diperbincangkan dengan panas di Dunia Persilatan.
Dewa pertama dalam seribu tahun telah mendidik Raja Iblis pertama sejak ribuan tahun.
Kedengarannya menggelikan tak peduli bagaimanapun kau memikirkannya.
Tetapi gosip ini tak mengganggu kehidupanku. Aku hanya mendengarnya dari waktu ke waktu saat turun gunung.
Belakangan ini, QIan Ling telah sebih sering pergi ke Gua Ling Xu. Aku punya keraguanku, tetapi aku masih memilih untuk percaya pada karakter Qian Ling.
Hingga suatu hari, saat Qian Ling dengan terburu-buru datang untuk berkata padaku:
“Guru, Kakak Seperguruan Kedua telah mengakui kesalahannya! Cepatlah pergi dan lepaskan dia!”
Bocah ini yang telah bersikeras selama lebih dari lima belas tahun sudah mengakui kesalahannya?
Kuangkat alisku dan mengikuti Qian Ling ke Gua Ling Xu.
Qian Zhi, terkunci di dalam jeruji kumala dan besi, sedang bermeditasi di tanah. Mendengar aku mendekat, dia membuka matanya.
Setelah tidak melihat dia begitu lama, ekspresinya telah jauh lebih tenang. Temperamennya juga tidak kelihatan seperti sebelumnya – lantang dan berisik dan impulsif.
Sepertinya mengunci dia memang bermanfaat.
“Akhirnya siap untuk mengakui kesalahanmu?” aku bertanya.
“Ya, murid ini sadar akan kesalahannya,” dia menjawab. “Selama bertahun-tahun ini murid ini telah sepenuhnya memusatkan diri pada pertapaan, ditambah dengan Adik Seperguruan Qian Ling yang dengan tulus mendesak dan membujukku, murid ini akhirnya telah memahami kesalahannya.”
Kuangkat alisku, “Kalau begitu katakan padaku apa kesalahanmu.”
Dia membuka telapak tangannya. “Guru, lihatlah.”
Tempat ini adalah Gua Ling Xu di puncak Kong Ling, tempat ini sudah menjadi wilayah kekuasaanku selama ratusan tahun. Di bawah teritoriku, tentu saja aku tak meragukan dia dan dengan santai berjalan maju dua langkah.
Aku menatap telapak tangannya dan tiba-tiba mencium aroma manis yang tidak biasa.
Aku ingin mundur, tapi tubuhku tak mampu bergerak.
“Qian Zhi?” Aku memandanginya dengan mata melebar.
“Guru jangan salahkan aku,” Qian Zhi membalas, “aku benr-benar tak mau tinggal di sini lagi.”
“Qian Ling!” aku menjerit.
Dia berjalan di depanku dari arah belakang dan mengambil kunci yang menggantung di pinggangku. Kemudian dia membuka pintu jeruji kumala dan besi untuk Qian Zhi.
“Beberapa hari ini, setelah mendengarkan kata-kata Kakak Seperguruan Kedua, aku mendapatinya sangat masuk akal. Aturan-aturan Sekte Kong Ling terlalu keras. Jelas-jelas ada banyak hal-hal yang tidak adil telah terjadi, tetapi tidak mungkin untuk bersikap pahlawan. Demi menegakkan keadilan, orang bahkan akan dihukum. Setelah bertahun-tahun ini, hal-hal tersebut telah meninggalkan kesan yang mendalam bagi Qian Ling. Kupikir aku tidak cocok untuk Sekte Kong Ling. Aku ingin berkelana di Dunia Persilatan dengan Kakak Seperguruan Kedua, hidup dengan bahagia dan bebas dari kekhawatiran!”
Mendengar kata-kata ini darahku mulai mendidih dan aku tersekat oleh amarah, “Dengan ilmu pas-pasanmu sekarang, saat aku dipukuli di luaran, jangan katakan pada siapapun kalau kau adalah muridku!”
“Takkan kukatakan pada siapapun.
Kupaksa diriku untuk tenang, mengekang perasaan-perasaanku dan bertanya, “Dari mana kau mendapatkan obat biusnya?”
Kedua bajingan itu, meski tidak berbakti, masih jujur kepadaku. “Aku mendengarkan Kakak Seperguruan Kedua dan turun gunung untuk mencari Kakak Yue Laohong,” Qian Ling menjawab. “Kakak Yue Laohong memberikannya kepadaku.
“Berapa lama efeknya akan bertahan?”
“Aku tak tahu.”
Kukertakkan rahangku.
Qian Zhi berkowotow padaku.
“Guru, setelah menghabiskan sepuluh tahun dalam pengurungan, murid ini tak pernah menemukan dirinya bersalah. Tetapi membius Guru hari ini, murid ini mengaku telah melakukan kesalahan yang memalukan.”
Melihat dia seperti ini, aku tiba-tiba teringat pada tahun itu dan terdiam dalam waktu lama. Dengan enggan aku berkata satu kalimat, “Kalau Kakak Seperguruan Pertamamu ada di sini, kau akan mati.”
Qian Zhi mengangguk. “Aku akan pergi mengatakannya kepada Kakak Seperguruan Pertama. Karena telah membius Guru, aku akan meminta hukuman darinya.”
Aku terkejut, “Tidak diizinkan pergi!”
“Guru, aku tahu kalau di hatimu ada Kakak Seperguruan Pertama.” Qian Ling mendadak berkata, “Gambar itu, dengan adegan di samping kolam arak, aku tak sanggup membakarnya. Aku memberikannya kepada Kakak Seperguruan Kedua untuk dilihat, dia mengatakan padaku bahwa pria dalam gambar itu adalah Kakak Seperguruan Pertama. Guru, bila Guru menganggap Kakak Seperguruan Pertama sebagai laki-laki dalam khayalanmu, kenapa perlu bersikeras menaati kebiasaan-kebiasaan duniawi ini. Bersamalah dengan Kakak Seperguruan Pertama.”
“Lancang! Urusan Guru tak perlu orang lain ikut campur!”
“Kalau begitu aku akan pergi mengatakannya kepada Kakak Seperguruan Pertama.”
“Kembali!”
Energi Qian Ling dan Qian Zhi menghilang dari sini.
Aku berdiri di hadapan jeruji-jeruji itu, tak sanggup bergerak. Aku merasa seakan telah melewati hutan api raksasa.
Aku tak tahu sudah berapa lama aku berdiri di sana seperti itu. Begitu lama, hingga aku tertidur. Setelah bangun aku bisa merasakan energi iblis yang berat di sekitarku. Kubuka mataku dan aku melihat seseorang yang sudah tak pernah kulihat selama bertahun-tahun berdiri diam di sampingku.
Penampilan Qian Gu tidak berubah sama sekali.
Hanya saja, temperamennya telah banyak berubah bila dibandingkan dengan sebelumnya.
“Bagaimana kamu sampai bisa diakali oleh Qian Zhi?” Suara dewasanya menunjukkan sudah berapa lama waktu berlalu, tetapi dia mengajukan pertanyaan ini dengan akrab, seolah dia masih menyalin naskah-naskah di sisiku kemarin.
Aku mendesah, Dia membokongku dan bahkan membuat murid kecilku jadi sesat.”
Membicarakan tentang masalah ini, hatiku lagi-lagi terasa sesak.
QIan Gu tertawa ringan; suara yang dalam seperti bunyi Guqin, getarannya membuat dawai hati orang berdesir.
(T/N: Guqin= alat musik seperti kecapi)
Aku tak menatap dia dan mengalihkan pandanganku pada jeruji-jeruji kumala besi. ‘Obat itu berasal dari Yue Laohong. Kau bisa membantuku mendapatkan penawarnya.
“Aku punya penawarnya.
Dia mengucapkan kata-kata ini, tetapi tak bergerak sedikit pun.
Terus membuatku menunggu seperti ini, aku tahu kalau dia ingin aku memintanya dari dia.
Tapi bagaimana aku bisa membuka mulutku untuk meminta kepadanya?
Memakai status apa….
Kugertakkan rahangku kuat-kuat.
Begitu banyak tahun telah berlalu, muslihat murid kecil ini telah banyak meningkat!
“Guru.”
Dia memanggil seperti ini, membuat hatiku bergetar lagi.
Mengikuti suara ini, tirai-tirai berdebu atas ingatan dari masa yang telah lama berlalu kembali terbuka – anak kecil yang ketakutan, yang ditarik keluar dari sarang monster olehku, yang kuajari jurus-jurus pedang selangkah demi selangkah, yang tinggal sangat dekat di sisiku selama masa remajanya.
Kukira aku telah mengubur inagtan-ingatan ini dalam-dalam, tetapi siapa yang akan menyangka kalau pengungkitan ringannya akan membuat semua debu dan tanah mengemuka.
“Qian Gu, aku sudah bukan gurumu lagi.”
Aku mengingatkan dia, aku mengingatkan diriku sendiri.
Dia bersikap seakan tak mendengar apa yang telah kukatakan:
“Aku datang hari ini, hanya untuk menanyakan tiga pertanyaan kepada Guru. Setelah Guru menjawab semuanya, aku akan memberikan penawarnya.”
Dia bertanya, “Tahun itu, setelah Guru mengusirku, aku dilempar ke atas tumpukan bebatuan di tepi sungai. Aku sudah berada di ambang kematian. Apakah Guru yang datang untuk menyelamatkanku?”
Aku tak menyangka kalau dia akan mengajukan pertanyaan ini padaku.
“Memang aku,” dengan jujur kukatakan padanya.
Kukira pertanyaan dia yang berikutnya pasti adalah tentang kenapa aku menyelamatkannya. Aku akan mengatakan kepadanya: Bahkan harimau juga tidak memakan anaknya sendiri. Kau bagaimanapun juga adalah anak yang telah kuasuh sendiri.
Qian Gu hanya tersenyum dan lanjut bertanya:
“Selama bertahun-tahun ini, apakah Guru pernah sekali saja merindukanku?”
Pertanyaan ini… sungguh terlalu menggoda.
“Tidak,” jawabku tegas.
Qian Gu tersenyum lagi.
“Terakhir, aku ingin bertanya kepada Guru; tebaklah apa selama bertahun-tahun ini aku sudah merindukan Guru?”
Ini… ini… murid pendosa!
“Bagaimana aku tahu pikiranmu?!” aku memarahinya. “Tiga pertanyaan telah dijawab. Cepat berikan padaku penawarnya.”
Qian Gu dengan gerakan ringan menempatkan tangannya pada pipiku, sama seperti saat dia meninggalkan sisiku untuk pergi memohon obat dari Yue Laohong.
ujung-ujung jemari membelai lembut wajahku.
“Guru telah menjawab pertanyaan terakhir dengan salah.”
Dia bicara di samping telingaku, “Mendambakan siang dan malam, kerinduan bertumbuh setiap hari. Delapan kata ini bahkan tak mampu mendeskripsikan seperseribu bagian dari perasaan murid ini.”
Kutahan emosiku, “Pertanyaan-pertanyaan yang kau ingin aku jawab, aku sudah menjawab semuanya. Kau harus memegang janjimu, saat kau masih kecil….”
Saat kau masih kecil, beginilah aku mengajarimu.
Kalimat ini, aku tak menyelesaikannya. Bila aku menyelesaikannya, hal itu hanya akan membuka luka yang tersembunyi.
“Karena aku sudah berjanji untuk memberikan penawarnya kepada Guru, aku pasti akan menyerahkannya,” Qian Gu menanggapi. “Hanya saja, aku tak bilang kalau aku akan menyerahkannya sekarang juga.”
Aku memujinya, “Setelah tak bertemu denganmu begitu lama, Qian Gu sudah belajar untuk bertindak tidak bermoral.”
“Sekarang aku adalah orang dari Mo Dao, bersikap seperti ini bisa dimengerti. Juga, Guru suka bertindak tidak masuk akal. Sebagai seorang murid, aku akan mengikuti contoh dari Guru.”
Dia duduk di lantai dan mengangkat kepalanya untuk menatapku: “Dan bila aku memberi Guru penawarnya sekarang, kau pasti akan langsung kabur setelah memakannya.”
Dia berkata, “Setelah aku selesai menatapmu, aku akan membiarkanmu pergi.”
Satu kalimat yang membuatku merasakan sebuah tikaman tepat di hati.
“Kenapa kau terus melekat padaku?”
“Kalau aku tahu sebabnya, maka tak ada perlunya terus melekat.”
Duduk di sana, dia benar-beanr menatapku tanpa berkedip. Aku berusaha sebaik mungkin untuk menenangkan diriku, tetapi dipandangi seperti ini, mau tak mau aku jadi sedikit memerah.
Saat aku merona, dia mulai terkekeh pelan. Aku pun jadi marah karena malu dan mengomelinya.
Setelahnya, wajahku tidak merah lagi, tetapi saat aku sudah tenang dan mendapati bahwa aku masih dipandangi olehnya, aku merona lagi… siklus itu terus berulang.
“Xian Shang, Xian Shang….”
Di luar Gua Ling Xu bisa terdengar suara-suara para anggota junior sekte.
Aku menegang dan nyaris memerintahkan tanpa sadar, “Qian Gu, pergilah.”
Dia tak keberatan, berdiri dan dengan seenaknya menepuk-nepuk debu dari pantatnya. “Bila tak ada aku di hati Guru, kau akan memanggil orang agar datang kemari untuk menangkapku dan takkan menyruhku pergi.”
Aku terdiam.
Dia mengeluarkan beberapa butir pil obat dari lengan bajunya dan tersenyum ringan. “Guru mengkhawatirkan tentang aku dan bahkan lupa tentang penawarnya. Kebajikan seorang Guru setinggi gunung, hutang budi ini harus dibayar.”
Sembari bicara, dia memakan sendiri pil-pilnya.
Aku terperanjat, “Kau!”
Aku tak mampu mengucapkan kata-kata berikutnya, karena Qian Gu sudah menangkap bibirku, menyuapkan pil-pil itu kepadaku.
Di dalam mulutku, selain rasa obat, hanya napasnya yang terasa.
Dia tak membuat gerakan lebih jauh, tetapi aku sudah membeku kaku.
Dia melepaskan bibirku dan menatapku dari jarak dekat, matanya berkilauan.
Jelas-jelas dia lah yang telah mengambil keuntungan dariku, tetapi ujung telinganya jadi merah cerah.
Aku ingin bertanya kepadanya:
Apa yang membuatmu merona?!
Bukankah kau adalah bandit yang lihai?!
Bukankah kau sudah bersenang-senang sendiri dengan berbuat sesukanya terhadapku?!
Merona hanya dengan satu ciuman, jangan begitu….
Bertentangan….
Dia menyentuh bibirku, “Guru, aku sudah merindukanmu lama sekali.”
“Xian Shang?”
Suara-suara para murid bisa terdengar di luar Gua Ling Xu.
Qian Gu tersenyum samar sambil merona, “Aku akan kembali.”
Kehangatan dari pil-pil obat itu menyebar dari lambungku menuju setiap tulang dalam tubuhku.
Aku bergerak sedikit, tetapi beberapa bagian masih kaku.
Para murid sudah masuk dari luar, “Xian Shang, Anda ada di sini! Barusan tadi beberapa orang murid berkata bahwa mereka merasakan dua energi meninggalkan Puncak Kong Ling.”
Aku berbalik dan mengangguk, “Itu adalah anggota sekte senior kalian, Qian Zhi dan Qian Ling yang melarikan diri.”
Aku mendesah.
“Mencari perlindungan pada Mo Dao.”
Menatap ekspresi-ekspresi kaget para murid, aku berpikir, misi hidupku dalam emnerima murid, sungguh sebuah kegagalan!
Aku benar-benar…. hanya melatih calon-calon tenaga untuk Mo Dao….