Master Series - Chapter 0
“Berbaring.”
“Aku nggak mau.”
“Kau mau berbaring atau tidak?”
“Aku.” Kutatap ekspresi si iblis besar itu, memikirkan tentang bagaimana legenda-legenda menyebutkan bahwa satu lambaian tangannya sudah cukup untuk meratakan gunung atau membasmi sebuah sekte dan aku pun mengerut. “Aku mau….”
Aku berbaring di lantai, si iblis besar dengan kejam mengoleskan dua genggam penuh lumpur ke wajahku. “Ingatlah, dia akan datang dari tenggara. Kau harus berpura-pura sangat lapar dan lemah, tapi kau tak bisa memakan satu pun makanan yang dia tawarkan kepadamu.”
“Kenapa tidak? Apa dia akan meracuniku?”
Si iblis besar terus terdiam selama sesaat. “Tidak, tapi kau harus punya integritas moral.”
“Integritas macam apa itu menolak makanan saat kelaparan?”
Ekspresinya menggelap, “Lakukan seperti yang kusuruh.”
Aku mengerut kembali. “Baiklah.”
Aku mengiyakan perintahnya, tapi dia malah mengerutkan alisnya, “Jangan sepenakut itu!”
Di dalam hati aku murka. Memaksa orang lain melakukan berbagai hal, tapi tidak menyukai mereka karena tidak melawan balik. Benar-benar ‘sakit’!
Tapi karena tak bisa melawan, aku hanya bisa menekan amarahku. Memutar kepalaku untuk menatap jalan di arah tenggara, aku mengajukan pertanyaan yang telah kutekuri dalam waktu lama: “Dia… apa dia akan marah karena aku berbaring di tengah jalanan dan menghalangi jalan, lalu menyerangku sampai mati?”
Si iblis besar melirikku lewat sudut matanya. “Tidak akan.”
“Kau begitu yakin?”
“Aku yakin.”
Tentu saja, dia akan sangat yakin. Aku mengajukan pertanyaan ini hanyalah untuk mendapatkan kepastiannya, karena orang yang akan datang kemari adalah si iblis besar ini sendiri dari tiga ratus tahun yang lalu.
Menatap profil tenang dan serius si iblis besar itu, aku berpikir dalam hati;
semuanya sudah berkembang hingga titik ini. Bukan hanya aku takkan bisa mengantisipasinya, bahkan si iblis besar itu sendiri mungkin takkan pernah bisa menerka….