Master Series - Chapter 10
Iblis Besar akhirnya pulih dari cideranya. Tiga bulan juga telah berlalu dan hari ini adalah hari saat Mu Xuan keluar dari Puncak Cang Qiong. Murid-murid Sekte Cang Lin semuanya sangat gembira. Saat aku kembali ke halaman kecil bersama Mu Xuan, banyak orang yang menyambutnya. Dibandingkan dengan salam penuh hormat dan sopan dari sebelumnya, yang sekarang ini jauh lebih akrab.
Mu Xuan mendapati hal itu agak aneh, namun aku sangat gembira: “Selebaran yang dibagikan telah menunjukkan efeknya.”
Mu Xuan menatapku: “Selebaran apa?”
“Aku dan Paman Guru Mu Jue bersama-sama telah menulis kumpulan kejadian sehari-hari dalam kehidupan Kakak Seperguruan Pertama. Mengikuti kisah-kisah Paman Guru Mu Jue, aku mencatat beberapa cerita milik Guru, kejadian-kejadian lucu Guru. Menghancurkan identitas acuh tak acuh Guru sebagai Kakak Seperguruan Pertama, menarikmu dari altar suci sebagai penerus ketua sekte. Melihatmu setelah membaca selebarannya, semua orang akan teringat pada kisah-kisah lucu itu, dan tentu saja takkan bersikap tidak akrab lagi.”
Mu Xuan terdiam.
Siangnya pada hari itu, saat aku mempersiapkan makan malam penyambutan untuk Mu Xuan, kudengar bahwa semua murid berada di belakang gunung untuk menonton Mu Xuan dan Mu Jue berduel. Mu Jue dikalahkan sampai-sampai langsung memanjat ke atas pedangnya untuk kabur.
Saat petang tiba, halaman Mu Xuan menjadi sunyi dan aku menata perjamuan mewah di atas meja untuk makan malam penyambutan.
Menunjuk pada piring-piringnya, aku menghitung satu persatu. Baris demi baris makanan itu semuanya dibuat setelah menanyai si Iblis Besar. Setelah aku melantunkan semua nama makanan itu, aku mendongakkan kepalaku dan menghadapi tatapan Mu Xuan. Kuangkat bibirku, “Guru, apa Guru menyukainya?”
Dia duduk, mengambil sepotong kubis, memasukkannya ke dalam mulutnya dan dengan tenang berkata, “Kau memakai gula alih-alih garam.”
“Ai!” Aku terperanjat, “Tak mungkin.” Aku jelas-jelas telah mencicipinya sebelumnya. Aku meraih makanan itu dan mengambil sumpit.
Saat aku ingin mengambil kubisnya, Mu Xuan tiba-tiba meletakkan tangannya pada tengkukku dan menarikku maju. Bibir bertemu dengan bibir, kubis di mulutnya menjadi kubis di mulutku.
Dengan tenang dia meninggalkanku, kemudian menyeka sudut bibirku. “Manis?”
Dengan kubis menghalangi suaraku, pada saat itu aku benar-benar tak bisa membedakan apakah aku memakai garam atau gula.
Dia menepuk-nepuk kepalaku, “Berani bilang kalau kau menginginkan Guru dengan kemampuan itu? Teruslah berusaha keras.”
Yang dia katakan, benar-benar terlalu mirp dengan ekspresi si Iblis Besar. Tapi… mereka sejak awal memang adalah orang yang sama.
Memikirkan tentang si Iblis Besar, kupaksakan diriku sendiri untuk tenang. Iblis Besar ingin kembali, aku juga harus kembali, karena tiga ratus tahun di masa yang akan datang, di Sekte Cang Lin seorang anggota klan iblis akan dieksekusi. Orang itu adalah ayahku. Ketika sedang berusaha mencuri kunci penjara ayahkulah aku ketahuan dan terjatuh ke dalam Danau Ling Jing pada saat terjadi kekacauan.
Dalam urusan lain aku boleh bersikap linglung, hanya pada masalah pulang inilah aku harus benar-benar berpikiran jernih dan bertahan.
Dengan perasaan yang rumit, aku menyelesaikan makan malam penyambutan. Kukatakan pada Mu Xuan, “Guru, aku sudah merebuskan air untuk Guru di kamar.”
Mu Xuan mengangguk dan kembali ke kamar untuk mandi dan meletakkan pakaian yang telah dia lepas ke dalam baskom di samping layar yang memisahkan bak mandi dari pandangan. Aku memasuki kamar dan memanggil, “Guru, aku akan mengambil pakaianmu untuk mencucinya.”
Dia menyetujui. Aku mengambil pakaian itu dan seperti yang sudah diduga, aku melihat cermin jiwa itu. “Guru, kenapa Guru membawa-bawa cermin bersama Guru? Cermin Guru benar-benar indah. Bisakah Guru meminjamkannya kepadaku selama beberapa hari untuk dimainkan?” Pertanyaan ini hanyalah formalitas, aku tentu saja tak berencana memakai alasan ini untuk mencurangi cermin ini. Mu Xuan sudah tahu identitasnya, dia juga jelas sudah tahu betapa pentingnya cermin jiwa itu baginya, dia takkan semudah itu memberikan….
“Ambillah.”
Suara Mu Xuan bisa terdengar dari balik layar, membuatku bertanya-tanya apakah aku telah mengembangkan suatu halusinasi pendengaran.
“Cermin… Guru memberikannya kepadaku?”
“Ambillah untuk dimainkan kalau kau menyukainya.”
Aku terdiam dalam waktu lama. Akhirnya, aku menggertakkan gigiku, mengeraskan hatiku, mengambil pakaian Mu Xuan, mengambil cermin jiwa, dan berjalan keluar dari pintu. Suara dia sedang mandi masih bisa terdengar dari dalam kamar. Kukira aku mungkin tak punya tenaga lagi untuk terus berada di sini. Aku berlari ke belakang gunung, karena aku sudah sepakat dengan Iblis Besar untuk bertemu di kolam es setelah mendapatkan cermin jiwanya.
Sinar rembulan pada malam itu terang dan jernih. Aku bisa melihat siluet si Iblis Besar dari kejauhan. Aku melambaikan cermin jiwa itu kepadanya, “Aku dapat.”
Si Iblis Besar memasang ekspresi serius seperti biasanya. Dia tak mengatakan apa-apa. Saat aku berada lima langkah darinya, jemarinya tiba-tiba berubah menjadi cakar. Aku hanya merasakan gelombang hisapan dengan paksa mendatangiku, menarik cermin jiwa di tanganku!
Aku membeku. Setelah aku tersadarkan, cermin jiwa sudah sampai di tangan si Iblis Besar.
Terbengong-bengong, aku berkata, “Kenapa kau begitu tak sabaran….”
Iblis Besar mundur selangkah dan melayang di atas kolam es. Di bawah kakinya berkas-berkas cahaya memancar. Aku terbengong-bengong, “Iblis Besar! Apa yang kau lakukan?!”
“Tiga ratus tahun di masa depan itu terlalu kacau,” si Iblis Besar menjawab, “Tinggal saja di sini.”
Aku menatapnya dengan tak percaya, “Apa maksudmu….” Tak menungguku selesai, seberkas cahaya menyorot dari jari si Iblis Besar, sebuah kekuatan besar menghantam bahuku dan memaksaku mundur hingga sejauh sepuluh meter. Rasa sakitnya membuatku tak mampu berdiri.
“Anggap saja aku egois, ingin memberikan diriku sendiri kehidupan yang berbeda….”
“Ingin memberi dirimu sendiri kehidupan yang berbeda, kenapa kau meninggalkanku di sini?! Aku masih harus kembali untuk menyelamatkan ayahku!”
Menggertakkan gigiku, aku menahan rasa sakit yang luar biasa itu dan berjuang untuk merayap maju, ingin melemparkan diriku sendiri ke dalam formasi sihir itu. Namun cahaya yang memancar dari formasi itu menjadi semakin kuat dan makin kuat lagi, membuatku tak mampu melihat jejak si Iblis Besar di dalamnya.
“Aku akan menyelamatkan ayahmu.” Ini adalah kata-kata terakhir yang kudengar diucapkan oleh si Iblis Besar kepadaku.
Cahayanya menghilang, meninggalkanku pada masa tiga ratus tahun di masa lampau….
Rasa sakit di bahuku jadi semakin dan semakin kuat, membuatku merasakan gelombang kesedihan. Di samping kesedihan, dari dasar hatiku, sebuah perasaan gelisah karena tak berdaya perlahan-lahan muncul.
Datang ke dunia ini bersama dengan si Iblis Besar, meski terkadang aku tak bisa melihat bayangannya, setidaknya aku tahu kalau aku bukan satu-satunya pengunjung asing di sini. Aku memercayai dia, aku bahkan bergantung kepadanya.
Tetapi sekarang, dia mengkhianatiku dan menghilang tanpa jejak. Dengan kesal, air mataku mulai menitik.
Di sampingku suara terkejut Mu Jue bisa terdengar, “Kenapa energi iblisnya begitu kuat di sini…. Keponakan Murid, kenapa kau ada di sini? Kau… apa yang terjadi?”
Aku hanya bisa menguburkan kepalaku dan menangis.
Mu Jue terperanjat, berulang kali menanyakan padaku apa yang telah terjadi. Aku hanya berbohong ke tanah, menutupi dadaku dan terisak tak terkendali sekuat tenagaku. Setelah meratap dalam waktu lama, tampaknya aku mendengar Mu Jue dengan tanpa daya berkata pada orang lain, “Kakak Seperguruan, muridmu sudah gila.”
“Apa yang terjadi?” Sebuah tangan yang hangat mendarat di punggungku. Dengan mata berkabut karena air mata, kulihat wajah Mu Xuan dengan sepasang alis yang bertaut rapat. Menatap pada wajah ini sekarang benar-benar membuatku kesal dan menyesal pada saat bersamaan. Pada akhirnya, aku menguburkan kepalaku ke dadanya dan lanjut meratap keras-keras.
Dia melepaskan tanganku yang memegangi bahuku, “Apa luka ini parah?”
“Cermin… cerminnya hilang.”
Mu Xuan membawaku naik, tangan dengan lembut menepuk-nepuk punggungku, “Tidak apa-apa.”
“Cerminnya sudah dicuri.”
“Tidak masalah.”
“Aku telah mengecewakan Guru, aku mengecewakan Guru!”
“Jangan menangis lagi.”
“Aku telah melakukan banyak hal yang membuat Guru kecewa, aku… huhuu…. Kalau aku kelak memberitahu Guru bahwa aku telah mencelakai Guru, bahwa aku telah menipu Guru, banyak hal…. Jangan bunuh aku. Juga akan lebih baik bila Guru tak membenciku… aku akan merasa terluka….”
Aku cegukan karena menangis. Kemudian, seakan sedang membujuk seorang anak, Mu Xuan tak berhenti menepuk-nepuk punggungku. Dengan ekspresi lembut dia membujuk, “Aku tak membencimu.”
Aku terpana. Dengan sangat jelas, Mu Jue di belakangku juga terpana. “Kakak… Kakak Seperguruan…. Apa yang tadi Kakak katakan?”
Mu Xuan menolehkan kepalanya untuk berkata pada Mu Jue, “Kau kembalilah lebih dulu.”
Mu Jue jelas-jelas tak mau pergi, namun di bawah tatapan Mu Xuan dia dengan tidak puas berbalik dan pergi dengan mengambil satu langkah dan melihat ke belakang tiga kali.
Mu Xuan tanpa bersuara menemaniku duduk selama sesaat dan menungguku tenang sedikit sebelum berkata, “Dua bulan lagi, aku akan meminta Guru mempublikasikan kisah hidupku. Pada saat itu, aku akan membuang pedangku dan pergi.”
Aku terbengong-bengong, Mu Xuan…. Dia mengeluarkan kisah hidupnya bersamaku? Sesuai dengan akal sehat, dia seharusnya tak tahu kalau aku tahu identitasnya.
“Aku tahu siapa yang mengambil cermin itu. Karena dia bisa merasakaanku di masa dan tempat ini, aku tentu saja juga bisa merasakan dia.”
Aku terperangah.
“Sejak dari ekspedisi ke Gunung Jing, ingatan-ingatan yang merupakan miliknya mulai muncul dalam kepalaku. Yang kau katakan, yang kau rencanakan, aku tahu semuanya.”
Tidak… tidak heran aku bisa dengan begitu mudahnya membawa pergi cermin itu!
Kalau dia mengetahui tentang keberadaan si Iblis Besar sejak dari ekspedisi ke Gunung Jing, kemudian di Puncak Cang Qiong dia tentu mengetahui hal yang sama seperti yang diketahui oleh si Iblis Besar. Mengetahui pemikiran si Iblis Besar, namun tak membocorkan apa-apa….
Mu Xuan ini… adalah dewa berpura-pura!
“Terima kasih.” Kedua kata ini muncul dengan terlalu mendadak. Aku tak bisa menahan diri untuk memandangi sosoknya dengan terbengong-bengong, mendengar dia berkata, “Terima kasih karena telah melakukan begitu banyak hal untukku.” Dia berhenti sejenak, “Dia meninggalkanmu di sini. Nantinya… tinggallah di sisiku.”
Aku menatapnya dalam waktu lama. “Ke mana lagi aku bisa pergi…. Tak ada satu orang pun yang kukenal di sini.” Aku menarik bibirku ke belakang, ingin menangis lagi.
Mu Xuan kehilangan senyumnya dan membelai kepalaku. “Kalau begitu temanilah aku. Selalu temani aku.”