Master Series - Chapter 2
Tiga ratus tahun yang lalu adalah masa ketika aku belum dilahirkan. Aku tak tahu apa-apa tentang masa itu.
Aku tinggal dengan si iblis besar di sebuah kota kecil di dekat Gunung Cang Lin selama beberapa hari. Berusaha untuk menata situasi membingungkan namun tak masuk akal ini dan berusasa bertanya ke sekitar tentang era ini, serta hal-hal yang saat ini terjadi di Sekte Cang Lin.
Pada akhirnya, kami bisa memastikan beberapa hal.
Pertama, kami mungkin dipindahkan kemari oleh tenaga dari Cermin Arwah. Iblis Besar bilang kalau cermin itu juga memiliki nama lain – Cermin Kenangan. Tak ada seorang pun yang tahu kenapa cermin itu memiliki nama ini. Semua orang mengira kalau benda itu adalah sebuah cermin yang memiliki energi spiritual yang sangat besar, hanya baik untuk pertapaan. Sampai aku memecahkannya. Itulah saat ketika sang iblis besar akhirnya mengerti makna dari nama lain benda itu.
“Sebenarnya, kupikir situasi ini tak bisa disalahkan kepadaku….”
Pada tatapan dingin si iblis besar, aku hanya bisa menutup mulutku dan tetap diam.
Kedua, kalau kami ingin kembali, kami perlu menemukan cermin arwah dari masa ini. Meski cermin itu dalam tiga ratus tahun kemudian dipecahkan olehku, cermin yang ada pada masa ini seharusnya masih utuh dan dalam kondisi baik.
Ketiga, cermin arwah saat ini berada di Sekte Cang Lin, di tangan murid pertama Sekte Cang Lin, Mu Xuan.
Mendengar si iblis besar mengucapkan bagian ketiga, aku terbengong-bengong: “Bagaimana kau tahu? Juga… Mu Xuan nama ini, kedengaran cukup familier.”
Si iblis besar menatapku dengan tenang. Tiba-tiba aku menyadari: “Ah…. Ternyata, ternyata kamu….”
Persisnya, kami sebenarnya dipindahkan kembali ke masa sekitar tiga ratus lima puluh tahun yang lalu. Pada saat ini, sang iblis besar belum menjadi iblis besar, dia masih murid pertama yang paling terkenal dari Sekte Cang Lin – Mu Xuan. Dia adalah kandidat yang paling menjanjikan untuk menjadi ketua sekte berikutnya. Dia berselimutkan kemegahan, memiliki reputasi terkenal dan masa depan yang cerah dan menjanjikan….
Tanpa suara aku menatap si iblis besar, memandangi wajah pucat dengan tulang menonjolnya serta pupil mata dengan energi kegelapan yang samar-samar terlihat di dalamnya. Aku tiba-tiba menyadari bahwa peralihan kehidupannya sulit untuk diantisipasi, dan mau tak mau jadi mengesah.
Kenapa dia harus melakukan hal-hal serendah itu; mengkhianati gurunya, membasmi klannya….
Keesokan harinya kami pergi untuk mencari Mu Xuan. Tanpa perlu bertanya ke sekeliling, iblis besar tahu di mana persisnya Mu Xuan berada.
Saat kami sudah hampir mencapai tempat itu, iblis besar tiba-tiba ketakutan.
Semakin dekat kami berada, semakin ekspresinya tidak kelihatan benar. Aku sangat gelisah. Kalau dia mati di sini, aku pasti takkan bisa pulang. Karena memakai hasil pertapaanku selama beberapa ratus tahun jelas takkan cukup untuk mengalahkan murid pertama Sekte Cang Lin dan merampas cermin arwah darinya.
Sebelum aku bisa membuka mulutku untuk mengajukan pertanyaan, iblis besar telah menarikku pergi.
“Aku tak bisa berhadapan dengan dia.”
Aku tahu kalau dia bicara tentang Mu Xuan, tapi aku sangat kebingungan, “Kenapa tidak?”
“Aku adalah orang yang sama dengannya. Kehendak Langit akan dilanggar. Kalau aku bertemu dengannya maka salah satu dari kami kemungkinan akan lenyap dari dunia ini.”
Aku terkejut, “Kalau begitu bagaimana kita akan mendapatkan cermin arwahnya?!” Aku masih harus pulang kembali ke masa tiga ratus tahun kemudian untuk melakukan urusan-urusanku!
Si iblis besar menatapku tanpa bersuara.
“Kenapa kau selalu menatapku dalam diam seperti ini?!” Aku dibuat jadi sinting olehnya, “Aku tak bisa mengalahkanmu!” Tak peduli apakah tiga ratus tahun di masa lalu ataupun di masa depan, hal yang takkan berubah adalah kenyataan bahwa aku tak bisa mengalahkan dia.
Dia mengerutkan alisnya: “Tidak menyuruhmu untuk bertarung. Pakai otakmu,” dia berkata, “dekati dia.”
Aku ingin menangis, “Aku sudah hidup selama lebih dari seratus tahun, tapi belum pernah bermain-main dengan seorang pria pun. Jangan berikan tugas sepenting itu kepadaku….”
Dengan sungguh-sungguh dia menatapku, “Aku akan membantumu.”
Membantuku bermain-main dengan dirinya sendiri, terdengar… cukup bisa diandalkan.
Aku menyetujui.
Kemudian dia mendorongku ke jalan kecil yang pasti akan dilalui oleh Mu Xuan.
Setelah berbaring aku menatap ke tenggara.
Si iblis besar bilang dia akan memakai jalan ini pada hari ini dari masa tiga ratus tahun yang lalu dan bertemu dengan murid pertama dalam hidupnya.
Murid itu semestinya adalah seorang pemuda yang jujur, kuat, dan bersemangat untuk belajar. Pada saat itu kekayaan keluarga si pemuda telah merosot dan dia tengah dikejar oleh musuh. Tanpa ada pilihan lain dia hanya bisa berbaring di jalan pegunungan itu dan pada saat itu ketika dia bersiap untuk mati, dia diselamatkan oleh Mu Xuan. Mu Xuan tergerak oleh integritas dan keberanian si pemuda, membawanya kembali ke Gunung Cang Lin dan memulai era dari anggota sekte generasinya menerima murid….
Aku menolehkan kepalaku; di dalam sesemakan sang iblis besar sedang menggendong si pemuda, yang seharusnya berbaring di sana alih-alih diriku, di bahunya.
Dia menatap balik kepadaku, memperingatkanku dengan dingin, “Ingat apa yang kukatakan.” Setelah beberapa kali lompatan, dia terbang menuju cakrawala, entah ke tempat terpencil dan terasing mana dia mengirimkan mantan muridnya itu.
Dengan gegabah mengubah masa depan orang lain seperti ini, apa itu tidak apa-apa….
Setelah si iblis besar pergi, aku mengesah dan menepuk-nepuk lumpur di wajahku. Kemudian aku membelai perutku. Agar hal ini tampak realistis, dia benar-benar telah membuatku kelaparan selama tiga hari tiga malam. Dia membiarkanku berbaring di sini, menggantikan tempat pemuda itu untuk menjadi murid Mu Xuan, memakai metode itu untuk berjalan memasuki kehidupannya, menipunya, untuk mendapatkan cermin arwah dan berjalan pergi.
Aku benar-benar tak tahan untuk mendesah nelangsa. Dia benar-benar seorang iblis besar, bahkan bisa berkomplot terhadap dirinya sendiri dengan begitu darah dinginnya.
Mendengar suara pelan langkah-langkah kaki bergerak ke sini, aku langsung mengumpulkan tenagaku. Entah apakah kami akan bisa memperoleh cermin arwah dan pulang sepenuhnya tergantung pada sandiwaraku saat ini!
‘Ta’ suara-suara langkah kaki berhenti di depanku dan sebuah bayangan menaungi di atasku.
Aku terengah lemah beberapa kali, membuka mataku dan mendongakkan kepalaku untuk menatapnya. Cahaya senja menyorot miring pada padang rumput; membelakangi cahaya itu ada sepasang mata yang tampak sama persis dengan yang telah kulihat di gua es waktu itu. Memiliki kecemerlangan sempurna, seakan mengandung bintang-bintang paling indah di dalamnya. Namun bila dibandingkan dengan yang satunya, mata itu tak tampak telah mengalami begitu banyak pasang surut, alih-alih tampak lebih cemerlang dan jernih.
Dia tampaknya sudah banyak berubah dalam tiga ratus tahun, tetapi satu-satunya hal yang tetap sama adalah ekspresi tak berperasaan dan sedingin es miliknya ini.
Dia menatapku tanpa bersuara selama sesaat, kemudian mengeluarkan sepotong ayam panggang dari tasnya.
Ayam! Ayam panggang!
Aku menelan seteguk penuh air liur. Aku benar-benar kelaparan.
Si iblis besar tidak memberitahuku kalau makanan yang Mu Xuan keluarkan adalah ayam panggang! Wangi sekali! Berapa gila muridnya itu karena telah menolak ayam panggang ini! Kemudian aku berpikir, bisa menerima seorang murid yang jelas-jelas ‘sakit’ di otaknya, sebenarnya guru ini juga tak bisa dibilang terlalu normal….
Sekuat tenaga aku menekan keinginanku atas makanan. “Aku tak mau….”
Mu Xuan menatapku selama sesaat lagi. “Baiklah.” Dia lalu menyimpan ayam panggang itu kembali dan berbalik untuk berjalan pergi.
Ai! Tunggu tunggu! Ini tidak benar!
Aku mengerjapkan mataku. Aku hanya memiliki satu pemikiran dalam benakku — aku tak bisa membiarkan dia berjalan pergi! Kalau aku melewatkan kesempatan ini, takkan semudah itu bagiku mendapatkan cara lain untuk mendekatinya.
Aku bergulingan di tanah dan mencengkeram pergelangan kakinya dengan satu tangan. Dia berbalik untuk menatapku. Benakku benar-benar kosong, dengan keringat dingin menetes di punggungku. “Tolong… berikan aku ayam panggang itu.”
Tanpa bicara memakan ayam panggangnya, aku melontarkan tatapan pada Mu Xuan yang duduk di sebelahku. Dia sedang menambahkan kayu ke dalam api, separuh dari wajahnya yang diterangi oleh cahaya api tampak cemerlang dan cerah. Aku menekuri dalam-dalam. Pada akhirnya di mana aku membuat kesalahan, situasi ini sama sekali berbeda dengan sebagaimana yang digambarkan oleh si iblis besar!
Setelah dia memberiku ayam panggang itu dan aku memakannya, dia tak meninggalkanku, juga tak membawaku ke Sekte Cang Lin. Dia membuat api di tempat ini, tampak seakan dia berencana untuk menghabiskan malam di sini.
Apa yang harus kulakukan?
Aku sedang cemas di dalam hati ketika kudengar Mu Xuan bertanya padaku dengan acuh tak acuh “Kenapa kau berada sendirian di Gunung Cang Lin ini?”
Akhirnya, sebuah pertanyaan yang telah ditunggu-tunggu. Aku membersihkan tenggorokaku dan berkata, “Keluargaku jatuh ke dalam kondisi buruk; aku dikejar oleh musuh dan tak punya makanan….”
‘Klang’ Mu Xuan menghunus pedangnya, ‘Swish’ dia menancapkan pedangnya ke dalam tanah. Pedang legendaris itu memantulkan wajah pucatku. Dia mencengkeram gagang pedangnya, sedikit memutar bilahnya, cahaya api yang terpantul di situ nyaris membutakan mataku, “Tidak mengatakan yang sebenarnya, aku akan mencincangmu dan mengumpankanmu pada para monster.”
Aku begitu ketakutan sehingga nyaris mengompol di celana. Apakah orang ini benar-benar Mu Xuan yang belum berpindah ke Mo Dao?! Benar-benar seorang kultivator xian?! Dia tidak ada bedanya dengan si iblis besar!
“Katakan katakan katakan! Aku akan katakan!” Kupegangi kepalaku sendiri, “Aku dipaksa! Dia ingin aku membunuhmu….” Gemetaran, aku mengeluarkan belatiku yang bilahnya bengkok lalu melemparkan benda itu ke arahnya.
Dia melirik belatinya sekali, “Ini adalah senjata dewa.”
Relik itu diberikan kepadaku oleh ibuku, tentu saja itu adalah senjata dewa yang berharga. Kalau bukan gara-gara leher keras si iblis besar, bilah belati itu takkan pernah dibengkokkan.
Dengan suara gemetar aku berkata, “Aku tak tahu apa ini. Orang itu memberikannya kepadaku, menyuruhku berpura-pura mengibakan dan menyerangmu saat kau lengah.”
Mata indah Mu Xuan memicing, “Siapa orang itu? Bagaimana dia tahu di mana aku berada?”
“Aku tak tahu, aku tak tahu apa-apa. Dia mengancamku, kalau aku tak melakukan seperti yang dia suruh, dia akan menganiayaku.” Aku memeras keluar air mata dengan segenap kemampuanku, “Dia juga ingin membunuhku, aku hanya melakukan ini karena aku tak punya pilihan lain.” Aku mencengkeram tangan Mu Xuan, “Kumohon selamatkan aku! Kau adalah murid pertama Sekte Cang Lin, kau pasti bisa menyelamatkan aku!”
Dia menurunkan tatapannya, menatap tangan yang mencengkeram tangannya, cahaya api yang terpantul berputar-putar dalam pupil matanya.
Aku buru-buru berkata, “Atas jasa menyelamatkan nyawa ini aku bersedia membayarnya dengan semua yang kupunya! Hanya saja jangan ambil nyawaku! Apa pun yang kau ingin aku lakukan kelak, aku akan melakukanya!”
Dia menaikkan tatapannya untuk menatapku dan sesaat kemudian membuka mulutnya untuk berkata, “Karena seperti ini, maka ikutilah aku kembali ke Cang Lin.”
Aku tak percaya kalau dia hanya ingin menyelamatkanku. Melihat ekspresinya, sudah jelas kalau dia punya rencana-rencana lain. Kalau tidak memanfaatkanku untuk mencari tahu siapa orang yang berada di belakangku, maka berarti menjagaku tetap di sisinya untuk mencari tahu apa persisnya yang sedang kurencanakan.
Tapi tak peduli apa yang dia pikirkan di dalam hatinya, pada akhirnya dia membiarkanku tetap tinggal di sisinya. Meski hal itu tak terjadi seperti yang telah digambarkan oleh si iblis besar, namun tujuannya tetap telah dicapai. Lalu untuk detilnya… tak perlu meributkan tentang itu.
Aku langsung berkowtow tiga kali padanya: “Terima kasih Guru telah menerimaku!”
Mu Xuan mengernyit saat menatapku, “Kapan aku bilang kalau aku ingin menjadi gurumu?”
Aku memilin-milin jemariku dan menatapnya dengan menyedihkan, “Tapi aku sudah memberikan penghormatanku….”
“.…”