Master Series - Chapter 3
Pagi-pagi sekali, Mu Xuan membawaku kembali ke Gunung Cang Lin.
Dia tinggal sendirian di sebuah puncak gunung, dalam sebuah halaman griya tunggal dengan satu pintu masuk. Udara bersih dan segar memasuki hidungku… tapi aku tak sampai hati untuk menikmatinya. Sejak saat aku memasuki pintu itu, mataku memelesat ke sekitar, berusaha menemukan cermin arwah. Akan tetapi, karena aku tak melihat ke mana kakiku melangkah, aku pun menabrak punggung Mu Xuan.
Aku tak memekik kesakitan dan juga tidak mundur, hanya berdiri di sana, menempel pada punggungnya.
Eh, kalau aku tidak salah, benda keras pada punggung Mu Xuan pastilah cermin arwah yang telah kucari-cari.
Aku mengulurkan jariku, berniat untuk langsung menarik cermin itu beserta pakaian di antaranya…. Mu Xuan berbalik, bahunya mengenaiku, membuatku terdorong ke belakang beberapa langkah. Tatapanku masih menempel pada punggungnya.
“Kau ingin menusukkan pisau langsung ke punggungku?” Mu Xuan menaikkan alisnya untuk bertanya padaku.
Menggumam, aku menjelaskan, “Guru, Ada sesuatu di punggung Guru. Aku sedang membantu Guru melihat….”
Mu Xuan menyapukan tatapan padaku dan menunjuk pada ruangan di sebelah kiri: “Gudang kayu bakar itu, kau bisa membersihkannya dan pindah ke dalamnya.”
Gudang… gudang kayu bakar?
“Tidak puas?”
“Ngga… nggak, sangat bagus, terima kasih, Guru.”
Dia mengangguk dan kembali ke kamarnya.
Aku menggertakkan gigiku; beberapa hari belakangan ini benar-benar menekanku. Tapi dalam hidup memang selalu harus mengalami beberapa hal yang sulit untuk ditangani. Aku menenangkan diriku sendiri, kemudian pergi ke gudang kayu bakar. Saat aku mendorong pintunya hingga terbuka, debunya nyaris mencekikku sampai mati.
Kututupi mulutku dan terhuyung mundur beberapa langkah. Saat aku melihat ke dalamnya — benar-benar sebuah pemandangan yang mengenaskan!
Aku mengerahkan tekadku dan menoleransinya. Paling-paling aku hanya perlu tinggal di sini selama beberapa bulan. Bermuslihat untuk mencuri cermin Mu Xuan, memang sungguh tidak adil baginya, jadi tinggal di tempat berkekurangan seperti ini, ya sudahlah.
Kugulung lengan bajuku, menahan napasku, dan mulai bebersih.
Seraya bebersih aku merenungi, si iblis besar berkata bahwa cermin arwah akan berada di tubuh Mu Xuan, tapi aku tak mengira kalau dia benar-benar akan membawanya ke mana-mana bersamanya. Seorang pria dewasa dengan sedikit keinginan, menyimpan sebuah cermin di tubuhnya, apakah untuk memandangi pantulan rupawannya sendiri dari waktu ke waktu?
Dia pasti sudah ‘sakit’! (T/N: Maksudnya ‘sakit’ dalah hal kejiwaan, alias sinting)
Tapi karena dia sudah terkena penyakit ini, aku tak bisa mengubah apa-apa sekarang. Kelihatannya bila aku ingin mendapatkan cermin itu, pertama-tama aku harus membuat Mu Xuan melepaskan pakaiannya di depanku….
Namun pada kondisi saat ini, dia sangat waspada terhadapku. Mungkin takkan dengan udah melepaskan pakaiannya di hadapanku. Karenanya, aku hanya bisa sedikit bermuslihat.
Aku teringat si iblis besar memberitahuku; pada saat itu, dia biasanya menyukai lagu. Dengan percaya diri, aku mengerutkan bibirku. Soal lagu, di Gunung Cang Lin tiga ratus tahun kemudian, aku adalah ahlinya bermain suling! Memakai trik ini untuk memikat dia, aku punya banyak kepercayaan diri.
Malam itu, aku berjuang dalam pertempuran pertama dalam rencana mencuri cermin dengan mencuri hatinya terlebih dahulu.
Rembulannya benderang dan hembusan anginnya sepoi. Di bawah sebatang pohon tunggal nada dari suling bambuku membawa lagu sendu nan merdu sejauh ribuan li. Bahkan aku juga tidak bisa untuk tidak terbawa perasaan.
“Kenapa kau membuat keributan ini?”
Sebuah suara yang menekan menyela suara sulingku. Aku mengerjapkan mataku pada Mu Xuan, “Aku sedang bermain suling, Guru.”
Mu Xuan menatapku selama sesaat. “Sekarang kau tinggal di sini. Ada empat aturan: rajin, banyak membaca, sedikit makan, dan jangan mengganggu.”
Meng… mengganggu?
Aku merasa harga diriku terluka, “Guru, Guru tak bisa mempermalukan orang seperti ini. Kupikir aku bermain suling dengan cukup baik.”
“Terus?” Pertanyaan ini, di telingaku pertanyaan ini mengandung olok-olokan yang tak terbatas. Aku merasa tidak puas dan baru akan bicara saat Mu Xuan melangkah maju dan merampas suling di tanganku. Setelah memakai lengan bajuku untuk menyekanya hingga bersih, dia memainkan nada pertama pada suling bambu itu.
Aku terbengong-bengong.
Akhirnya aku tahu, apa arti dari sikap diamnya saat aku berjanji kepada si iblis besar kalau aku akan bisa memikat Mu Xuan dengan permainan sulingku — dia ragu-ragu apakah dia harus menghentikanku dari mempermalukan diriku sendiri.
Namun pada saat itu, aku yang berkata, “Aku toh tak bisa melakukan apa pun yang lain” telah menghalangi suaranya.
Suara suling itu terlalu indah, membuyarkan perasaan campur adukku. Pada akhirnya mataku hanya berisi sosok Mu Xuan di bawah cahaya rembulan, begitu indah hingga membuat orang merasa bimbang.
Setelah satu lagu, Mu Xuan meletakkan sulingnya, menatap kosong padaku dan menyodorkan sulingnya ke tanganku, “Mengerti? Itulah sebabnya, mainkan suling itu di tempat di mana tak ada orang lain.”
Meremas suling itu, aku tak bisa menahan rasa penasaranku dan bertanya kepadanya tepat sebelum dia bisa kembali ke kamarnya, “Guru, dalam hidup Guru, apakah ada suatu masalah tersembunyi yang sulit untuk diungkapkan?”
Mu Xuan tertegun selama sesaat, kemudian menolehkan kepalanya untuk menatapku dan sesaat kemudian berkata, “Apa yang barusan tadi kukatakan?”
Aku menggaruk kepalaku, “Sedikit makan, jangan mengganggu.” Dihadapkan pada tatapannya, dengan sedih aku berjalan menuju kamarku, “Aku akan pergi tidur sekarang, Guru. Sampai jumpa besok.”
Setelah aku berbaring di atas kasur rumputku, menatap cahaya rembulan bersinar menembus atap, aku jadi sama sekali tak mengerti. Mu Xuan ini memiliki pertapaan yang bagus, bakat hebat, temperamen menonjol, dan bahkan bisa bermain suling dengan menakjubkan. Sebuah jalan penuh kejayaan berada tepat di hadapannya. Penyakit macam apa yang menghinggapinya? Kenapa dia harus berpaling ke mo dao?
Aku memutuskan, setelah aku menghubungi si iblis besar, meski berisiko kematian aku tetap hrus bertanya kepadanya tentang yang terjadi di masa lalu.
Menahan rasa penasaranku, dengan damai aku mengikuti Mu Xuan selama sebulan. Selama masa ini, aku membersihkan griya hingga tak bernoda untuknya, tapi aku bisa merasakan bahwa Mu Xuan tak menurunkan kewaspadaannya terhadapku sama sekali. Dia masih mengamatiku dan aku tak bisa menemukan kesempatan satu pun untuk menghubungi si iblis besar.
Tapi hal itu tidak terlalu buruk juga. Selama sebulan ini dia mengamatiku, aku juga mengamati dirinya dan bahkan mendapatkan hasil yang sangat besar dari hal itu.
Aku menemukan pola hidup sehari-hari dari Mu Xuan.
Dia mencintai kebersihan dan di lingkungan pegunungan ni dia masih harus mandi di sumber mata air dingin di belakang gunung setiap hari.
Kupikir dia pasti gila karena mandi dalam air dingin saat musim dingin, namun hal ini memberiku sebuah kesempatan besar untuk menyerang.
Aku menghabiskan sepuluh hari untuk mengenal jalan menuju belakang gunung, berencana untuk memakai malam itu sementara Mu Xuan sedang mandi, demi menggeledah pakaiannya yang telah dilepaskan. Aku juga berencana untuk membawa baskom dan handuk bersamaku, kalau-kalau aku ketahuan, aku tinggal bilang kalau aku juga datang untuk mandi.
Kupikir rencanaku hebat, tak ada yang bisa menjadi salah.
Tapi aku telah meremehkan kemampuan Mu Xuan.
Menyelinap di sepanjang jalan kecil, kulihat pakaian yang telah dia lepas bertebaran di samping sebongkah batu besar. Tanpa bersuara, aku mengulurkan tanganku, namun sebelum aku bisa menyentuh pakaiannya, leherku dicengkeram oleh seseorang.
Jantungku mencelos. Memutar kepalaku untuk melihat, ternyata itu memang Mu Xuan.
Mengenakan celana panjang dan hanya pakaian luar, dada kokohnya samar-samar terlihat. Aku menelan ludah.
Matanya dingin menusuk. “Diam-diam mengikutiku untuk melakukan apa?”
Kuangkat baskom dan handuk di tanganku untuk dilihatnya. “Aku agak lelah setelah menyapu lantai hari ini, juga datang kemari untuk mandi….”
Dia menatapku selama sesaat. “Tepat pada waktunya,” dia berkata, “hari ini, aku tak mau mandi, akan membiarkanmu mandi sebagai gantinya.” Mengatakan hal itu dan mencengkeram kerah bajuku, dia melemparkanku ke dalam air. ‘Byur!’ Aku langsung tenggelam dalam air dingin membekukan yang meresap sampai ke tulang.
Gelembung-gelembung udara mengambang ke permukaan. Secara refleks aku ingin berenang ke permukaan, namun airnya terlalu dingin. Aku hanya bisa merasakan kedua kakiku mulai keram! Saat aku meronta, seteguk penuh air dingin memasuki dadaku, dan serta merta mataku mulai mengabur.
Aku tak bisa memakai teknik menghindari air….
Aku adalah separuh iblis dan separuh manusia. Biasanya bahkan tak ada setitik pun energi iblis dalam diriku. Kalau si iblis besar mencari di dalam diriku dengan memakai energinya, bahkan dia takkan bisa menerka identitasku. Mu Xuan yang telah berubah menjadi iblis besar tak melihatnya, Mu Xuan yang sekarang tentu saja juga takkan bisa melihatnya. Dia selalu mengira kalau aku adalah manusia…. Kalau aku memakai teknik menghindari air sekarang dan dia menyadari bahwa aku adalah setengah iblis, dengan identitasnya saat ini sebagai murid pertama Sekte Cang Lin, dia akan menebasku tanpa pikir panjang.
Bagaimana bisa aku mati begitu saja seperti ini?!
Air yang tertelan olehku jadi semakin dan semakin banyak. Pada saat ini, sepasang tangan yang hangat mencengkeram punggungku dan menarikku ke atas. Aku meringkuk pada dada yang hangat, namun tak lama setelahnya aku merasa diriku dilemparkan ke atas batu besar seperti ikan mati. Kemudian, dadaku ditekan dua kali dengan kekuatan yang begitu besar sehingga rasanya seakan tulang-tulangku akan diremukkan.
Aku memuntahkan dua teguk penuh air dan memegangi tenggorokanku sambil mati-matian berusaha bernapas.
Di hadapanku terdapat Mu Xuan yang basah kuyup. Air di kepalanya menetes-netes ke wajahku. Kudengar suaranya menggumam dengan kesal, “Begitu tak berguna….”
Aku mengeratkan kepalan tanganku, menahan kata-kata makian yang sudah akan lolos dari mulutku, menolehkan kepalaku untuk menatap langit luas dan membayangkan diriku menjadi rembulan. Urusan-urusan fana itu tak mampu mengganggu emosiku. Aku berkhayal dalam waktu lama hingga akhirnya aku berhasil menenangkan diriku sendiri.
Setelah aku berhenti terengah menarik napas, yang menjadi dingin bersamaan dengan emosi-emosiku adalah suhu tubuhku. Semua pakaianku basah kuyup. Dengan hembusan angin musim dingin, pakaian basah yang menempel pada tubuhku bahkan terasa lebih dingin daripada air di mata air tadi.
Bibirku mulai gemetaran, “Gu-gu-guru aku tak mau mandi lagi…. Ayo pu… pu pu pulang dulu.”
Mu Xuan menaikkan alisnya, “Dingin?”
Tak bisa memakai matamu untuk melihat? Kau kira aku gemetaran seperti ini karena aku kegirangan? Sekali lagi aku menekan kata-kata yang sudah naik ke tenggorokanku dan hanya dengan patuh menganggukkan kepalaku.
Mu Xuan tak bergerak. Tanpa bersuara dia mengamatiku dalam waktu lama.
Benar-benar adalah orang yang sama dengan si iblis besar. Kebiasaan yang membuat orang muak ini memang sama persis. Aku sudah ketakutan seperti ini; apa masalahnya; Tetua yang Terhormat, tak bisakah Anda mengatakannya secara langsung….
Kujilat bibirku. Persis saat aku ingin bertanya kepadanya, dia tiba-tiba berbalik dan berjalan pergi.
Tercengang, aku duduk sambil memegangi lenganku, dan melihat dia mengambil pakaian kering yang telah dilemaprkannya di samping batu besar.
Mataku berbinar; aku melihat cermin itu di dalam pakaiannya.
Lemparkan kemari! Lemparkan kemari!
Kudengar diriku sendiri menjerit penuh semangat di dalam kepalaku. Setelahnya, dia benar-benar melemparkan pakaiannya padaku, tapi yang dilemparkannya benar-benar cuma… pakaian.
Dia menyembunyikan cermin arwah di belakang tubuhnya dan berdiri di sisi lain batu besar, berkata, “Kembalilah setelah mengganti pakaian.”
Memegangi pakaiannya, aku terpana selama sesaat sebelum menyadari; orang ini memiliki rasa bersalah! Dia melemparkanku ke dalam air adalah untuk menguji apakah aku punya energi iblis. Tidak berpikir kalau dia akan benar-benar nyaris menenggelamkanku.
Kudongakkan kepalaku untuk melihat ke belakang batu besar. Dia sedang menyandar pada batu itu dan dengan teguh menatap ke depan dengan gaya seorang lelaki sejati.
Aku menghembuskan napas. Untungnya aku tak membongkar identitasku di dalam air. Kalau tidak, yang menyeretku keluar bukanlah sepasang tangan yang hangat, melainkan sebilah pedang yang penuh dengan hawa membunuh….
Dia memiliki pemikiran yang cukup dalam, namun setelah kali ini aku merisikokan nyawaku, sekarang dia semestinya memercayai kata-kata yang telah kuucapkan sebelumnya… kurang lebih? Setidaknya dia pasti percaya kalau aku tak bisa memakai sihir.
Aku melepaskan pakaian yang basah dan berganti dengan baju Mu Xuan. Mu Xuan tidak kelihatan gemuk, tapi pakaiannya di tubuhku tampak seperti kalau seorang anak kecil sedang mengenakannya.
“Sudah selesai gantinya?”
Dia sudah jadi agak tidak sabar setelha menunggu di sisi lain batu besar.
“En, selesai.” Aku berjalan keluar, “Guru, tubuh Guru sangat kuat, pakaiannya benar-benar besar.” Aku memegangi kerahnya dengan satu tangan, pinggiran baju dengan tangan lainnya. Melihat kakiku, kudapati kalau tak peduli bagaimanapun aku memeganginya, tak mungkin untuk bisa mengangkat bagian yang terseret di lantai. Aku tahu kalau dia cinta kebersihan, jadi aku tak bisa mengangkat kepalaku untuk menatapnya, “Guru, aku benar-benar tidak melakukannya dengan sengaja. Aku janji aku akan membersihkan baju ini dengan sangat, sangat baik besok.”
Dia menatapku tanpa bersuara. Bila dibandingkan dengan biasanya, sejumlah perubahan tampak jelas dalam tatapannya.
Aku mengerjapkan mataku dan menatapnya, “Guru?”
Pandangannya beralih dan dia memalingkan kepalanya, “Ayo pergi.”
Di bawah cahaya rembulan dan dalam hembusan angin dingin, aku tampaknya bisa mendeteksi suatu warna kemerahan di dasar telinganya.
Mungkinkah itu! Mungkinkah ini adalah yang legendaris itu… dia malu!
Selama sebulan ini aku telah memikirkan ratusan muslihat, tapi bahkan tak mendapatkan separuh lirikan pun darinya. Berdiri di hadapannya dengan kondisi basah kuyup dari ujung kepala hingga ujung kaki, dengan rambut berantakan dan pakaian longgar bagaimanapun juga, bisa membuat suasana hatinya berubah?!
Lelaki itu… benar-benar….
Kugertakkan gigiku dan mulai secara serius mempertimbangkan kemungkinan untuk secara langsung meng*** Mu Xuan demi mengambil cerminnya.