Master Series - Chapter 4
Mandi air es dan terpapar angin dingin memberikan hasil nyata bahwa aku, yang biasanya telah melewatkan waktu puluhan tahun tanpa pernah jatuh sakit sekali pun, akhirnya jatuh sakit.
Rona wajahku demam dan tungkai-tungkaiku gemetaran, tapi aku belum mencuci pakaian yang telah kujanjikan akan kucuci pada Mu Xuan kemarin. Setelah tinggal bersamanya selama sebulan, aku tahu kalau dia adalah orang yang meributkan hal-hal kecil… seseorang yang memandang penting janji. Jadi, aku pun berguling keluar dari ranjangku, mengambil air dan mulai mencuci baju di halaman.
Aku tak tahu ke mana Mu Xuan menghilang pada hari itu. Tak ada bayangan yang terlihat. Setelah mencuci baju itu selama sesaat, aku tiba-tiba mendengar suara dari luar pintu yang berkata, “Akhir-akhir ini mendengar orang-orang bilang kalau Kakak Seperguruan, kamu, telah menerima seorang murid wanita. Pada mulanya aku tak percaya, tapi tampaknya itu memang benar!”
Aku menoleh ke belakang untuk melihat Mu Xuan dan seorang pria lain berjalan ke dalam griya. Mereka mengenakan pakaian yang sama, tapi ekspresi tersenyum si ‘Adik Seperguruan’ jauh lebih ramah daripada Mu Xuan. “Jadi, sepertinya aku juga telah menjadi seorang Paman Guru mulai sekarang.” Seraya bicara dia berjalan ke arahku. Berhenti kira-kira tiga langkah di depanku, dia mengerutkan alisnya.
“Kakak Seperguruan, muridmu…. Bukankah ada sesuatu yang salah?”
Mu Xuan berjalan dari belakangnya, menatapku dan mengerutkan alisnya: “Kamu sakit?”
Aku mengangguk. “Sepertinya begitu.”
Si Adik Seperguruan langsung berseru, “Bagaimana bisa kau masih mencuci baju kalau begitu?!”
Aku menundukkan kepalaku, “Aku sudah janji pada Guru untuk membantunya mencuci baju kemarin.”
“Kakak Seperguruan! Bagaimana bisa kamu memperlakukan muridmu sendiri dengan semena-mena seperti ini?! Aku harus pergi melaporkannya pada Guru!”
“Mu Jue, tutup mulut.” Mendengar Mu Xuan mengatakan hal ini, Mu Jue langsung menggertakkan giginya dan tak mengucapkan sepatah kata pun lagi. Ternyata, dia bukan hanya memperlakukan aku seperti ini. Bahkan terhadap Adik Seperguruannya sendiri dia begitu… diam. “Tinggalkan pakaiannya, berbaringlah lebih dulu.”
Aku mengangguk. Setelah mencuci tanganku dan menyekakannya pada pakaianku, aku berbalik untuk pergi ke kamarku. Saat aku melewati Mu Xuan, kakiku terpeleset dan aku pun terjatuh kepala duluan ke arahnya.
Benar, aku melakukannya secara sengaja.
Aku memegangi pakaiannya dan mengerang beberapa kali. Karena tubuhku terasa tidak nyaman. Aku hanya bertindak sesuai dengan kondisiku yang sebenarnya.
Mu Xuan secara refleks menangkapku, tapi jelas-jelas tidak terbiasa menyentuh orang lain seperti ini, tubuhnya pun membeku dan jadi kaku. Adik Seperguruannya, Mu Jue-lah yang pulih lebih dulu, “Aiya, dia pingsan, dia pingsan, harus bagaimana, dia sakit apa? Apa dia akan hidup?”
Mu Xuan membeku sesaat, kemudian menolehkan kepalanya untuk menjawab Adik Seperguruannya, “Dia cuma kena flu. Ada obat di dasar gunung.”
“Aku akan pergi mengambilnya; aku akan pergi mengambilnya.” Mu Jue menaiki pedangnya dan buru-buru terbang pergi, hanya meninggalkan satu kalimat, “Jangan biarkan dia mati, dia masih belum sempat memanggilku Paman Guru.”
Paman Guru halo, Paman Guru dadah, Paman Guru kau benar-benar bijak!
Tubuhku menyandar sedikit lebih rapat lagi pada tubuh Mu Xuan. Karena dia tak bereaksi, aku langsung merosot ke tanah. Sudah tentu, dengan memakai satu tangan untuk memegangi tanganku dan tangan lain memegangi pinggangku, dia tak membiarkanku terjatuh ke tanah.
Entah dia melakukannya karena rasa bersalah yang kemarin atau karena hatinya yang telah melunak, tujuanku telah tercapai. Dengan gembira aku membatin: peluk aku, peluk aku, biarkan aku jadi lebih dekat lagi. Setelah beberapa lama kau takkan lagi menaikkan kewaspadaanmu terhadapku.
Mu Xuan membimbingku kembali ke arah kamarku. Saat dia membuka pintu menuju gudang kayu bakar, dia melihat dindingnya penuh dengan lubang dan atap dengan cahaya matahari menembusnya. Ekspresinya jadi lebih serius lagi.
Aku menunjuk ke arah kasur jerami, “Guru, aku tidur di sana. Lemparkan saja aku ke sana.”
Mu Xuan tak bergerak. Sesaat kemudian, dia berbalik untuk menuntunku menuju kamarnya. Dia meletakkanku ke atas ranjangnya dan menuangkan untukku secangkir teh untuk meredakan rasa hausku. Meminum secangkir teh hangat ini, hatiku seakan meneteskan darah….
Jadi, ternyata kau menyukai jenis yang lemah. Kenapa kau tidak bilang lebih awal; aku bisa roboh ke tanah kapan saja!
Mu Xuan meletakkan handuk dingin pada dahiku dan menungguiku untuk urusan-urusan kecil lainnya, tapi setelah itu dia tidak langsung pergi. Mungkin mencemaskan kalau kondisiku akan memburuk, dia tetap tinggal di sisiku. Tapi mungkin karena hanya duduk di sana terlalu membosankan dan menontonku tidur terlalu canggung, dia mengambil buku dan mulai membaca.
Tatapanku terarah pada sosoknya, tapi sesaat kemudian kepalaku jadi pusing dan mataku terasa berat.
“Guru.”
“En?” Dia menolehkan kepalanya untuk menatapku.
Sebuah ekspresi lembut yang sulit untuk ditemui tampak jelas di depan cahaya.
Pada saat itu, aku lupa apa yang mulanya ingin kukatakan dan tak tahan untuk menceplos, “Mata Guru benar-benar cantik.”
Mu Xuan melongo. Aku tak meneruskan mengamati ekspresinya, memejamkan mataku, dan tertidur.
Setelah terbangun, orang yang berada di sisiku berubah menjadi Mu Jue. Aku mengerjap dan mencari di ruangan itu dengan mataku.
“Jangan cari lagi. Gurumu ditarik oleh Guruku untuk menghadiri rapat.” Dengan penuh senyum dia berkata, “Gadis kecil, kau tampak seperti kalau dirimu sangat bergantung pada Gurumu.”
Aku tersenyum manis, “Guru sudah mendidikku, aku tentu saja bergantung kepadanya. Terima kasih kepada Paman Guru karena membantu Guru menjagaku.”
Setelah mendengar dua kata ‘Paman Guru’ itu, Mu Jue tampak sangat puas, memalingkan kepalanya untuk tertawa, lalu menoleh kepadaku untuk berkata, “Tubuhmu cukup kuat. Hanya semangkuk obat sudah cukup untuk menurunkan demamnya. Tampaknya kau akan bisa berlari bersama kami nanti.”
“Berlari?” aku kebingungan, “Lari ke mana?”
“Gurumu tak memberitahukanmu? Di bagian utara Gunung Jing, ada sekelompok siluman dan monster kecil yang baru-baru ini berkeliaran dan mengganggu rakyat. Penguasa Gunung Jing datang untuk meminta bantuan dari Sekte Cang Lin. Dalam murid-murid generasi kami, orang-orang jarang bisa keluar untuk mendapatkan pengalaman. Jadi Guru sedang mendiskusikan dengan Kakak Seperguruan Pertama untuk membiarkan Kakak Seperguruan memakai hal ini sebagai alasan agar mengajak kita keluar dan mendapatkan sejumlah pengalaman.”
Mataku berbinar. Sungguh sebuah kesempatan yang bagus! Setelah meninggalkan Gunung Cang Lin dan sampai di sarang monster; dalam kekacauan pertarungan; siapa yang akan tahu siapa adalah siapa? Pada saat itu, aku akan menutup wajahku, memakai pisau untuk memotong ikat pinggang Mu Xuan dan kabur setelah mencuri cerminnya!
“Lihatlah betapa bersemangatnya dirimu. Matamu bahkan berkilauan.” Mu Jue tertawa, “Kita akan siap untuk pergi besok. Mulanya kukira kau takkan bisa ikut karena kau jatuh sakit, tapi melihatmu saat ini, tubuhmu tak kelihatan punya masalah be….”
“Dia takkan ikut.”
Sebuah suara yang dingin berucap dari luar. Mu Xuan berjalan masuk dan duduk di belakang meja belajar untuk menulis.
Tolong jangan! Biarkan aku ikut! Ini adalah kesempatan yang sulit untuk didapatkan!
Mu Jue agak terkejut, “Kenapa kau tak mau membiarkan dia ikut?”
“Belum lama sejak dia bergabung, aku bahkan belum sempat mengajarkan sihir kepadanya. Dia akan menjadi beban.”
“Nggak akan!” ujarku merana.
Mu Xuan tak memperhatikanku. Setelah dia selesai menulis dokumen, dia meninggalkan kamar. Tampaknya dia akan mengirimkan surat itu dengan memakai sihir. Dengan mengibakan aku menatap Mu Jue, “Paman Guru….” Aku menarik-narik lengan bajunya, “Aku tak pernah keluar untuk mendapatkan pengalaman sebelumnya.”
Mu Jue menatapku, kemudian menatap tanganku yang memegangi lengan bajunya, menggaruk kepalanya dan pada akhirnya menggertakkan giginya untuk berkata, “Baiklah! Aku akan membawamu diam-diam besok.”
Paman Guru, kau benar-benar seorang Paman Guru yang baik.