Master Series - Chapter 6
“Di mana kau selama ini? Bukankah kau bilang kalau kau akan membantuku? Jelas-jelas cuma aku yang kerja keras sendirian.”
“… Muridku. Karena kau telah mengambil tempatnya untuk menjadi murid Cang Lin, dia tentu saja harus menemukan tempat lain untuk tinggal. Selama sebulan ini aku menangani urusannya dan membantu dia menghindar dari masalah di masa mendatang.”
Ternyata untuk membantu muridnya membereskan musuh-musuhnya….
“Kau cukup baik pada muridmu.” Aku memikirkannya, ketidakpuasan muncul di hatiku, “Tapi bila memikirkan tentang hal itu, aku juga murid. Bagaimana bisa kau memperlakukanku seperti ini?” Si Iblis Besar terdiam, tapi sebelum dia bisa membuka mulutnya, aku menyela, “Tidak, kau ada di sini, Mu Xuan di sebelah sana. Buknakah kau bilang kalau kau tak bisa terlalu dekat dengan dirimu di masa lalu? Ayo kita pindah sedikit lebih jauh.”
“Tidak masalah. Selama kami tak bertemu muka, aku bisa mengatasi ketidaknyamanan fisik ini.” Dia menjeda, “Aku mulanya berpikir kalau hari ini akan lebih merepotkan…. Kau bisa mengerti sinyal rahasianya berada di luar dugaanku. Hal itu telah menghemat banyak usahaku.”
Memakai nada meemuji, dia mengucapkan kata-kata meremehkan ini kepadaku. Dalam hati aku memutar mataku, tapi tak meributkan soal urusan kecil ini dengannya. “Ayo kita bicara pada intinya saja. Iblis Besar, selama sebulan ini aku….”
“En, aku tahu semuanya.”
Aku terhenyak. “Kau tahu semuanya?”
“Semua interaksimu dengan aku yang di masa lalu akan muncul dalam kepalaku.”
Tercengang, aku membuka mulutku. Namun bila dipikir-pikir, Iblis Besar dan Mu Xuan adalah orang yang sama. Yang dialami oleh Mu Xuan berubah menjadi ingatan di dalam kepala dan si Iblis Besar – mewarisi ingatan-ingatan ini sebagai ‘diri di masa depan’, dia tak bisa disalahkan. Tapi….
“Aku sudah ketahuan olehmu sejak awal dan dengan tak tahu malunya menjadi muridmu, kau mengetahuinya?”
Dia mengangguk.
“Aku memainkan suling untuk menggodamu dan dipermalukan olehmu, kau juga tahu itu?”
“En.”
“Pergi ke pemandian bersamamu, ketahuan dan dilemparkan ke dalam air, kau tahu?”
“Aku tahu semuanya.”
Tiba-tiba, aku mendapat dorongan untuk mebungkamnya.
Meski secara rasional aku tahu kalau Iblis Besar dan Mu Xuan adalah orang yang sama, tapi! Pada kenyataannya mereka adalah dua orang! Hal-hal memalukan yang telah kulakukan demi pulang ke rumah, ‘orang saat ini’ mengetahuinya itu tak masalah, tapi diketahui oleh ‘orang lain’, situasi apa-apaan ini?!
Aku mulanya berencana untuk menggambarkan diriku sendiri sebagai orang yang cerdas dan cepat tanggap yang belum juga berhasil mencapai tujuan karena situasi yang tak terhindarkan. Sekarang….
Aku memegangi dahiku dan mengesah.
“Baiklah….” Aku menenangkan diri dan lanjut mendiskusikan maslah yang penting, “Karena kau sudah tahu semuanya, aku takkan bilang lagi. Katakan saja padaku apa yang saat ini Mu Xuan pikirkan tentang aku. Apakah dia entah bagaimana telah menurunkan kewaspadaannya kepadaku? Terlebih lagi, apa dia menyukaku bahkan sedikit saja sekarang?” Mengerjapkan mataku, aku menarap si Iblis besar dengan penuh harap. Merasa seakan aku sedang menunggu diumumkannya hasil tes setelah menjalani ujian yang penting.
Iblis Besar juga menatapku. Mungkin aku salah, tapi aku merasa aku melihat suatu pergerakan yang tak terdeteksi pada dasar matanya. Tampak malu-malu dan sedikit tertawa.
“Masih perlu berusaha keras.” Dia memberiku keempat kata ini.
Meski aku tahu kalau jawabannya akan serupa dengan yang ini, namun mendengarnya dari mulut si iblis besar, mau tak mau aku jdi merasa kecewa. Setelah kekecewaan muncullah kemarahan, “Katakan, gadis macam apa yang kau suka? Aku sudah memakai semua tenagaku untuk berusaha menggodamu, bagaimana bisa aku masih tak kunjung berhasil….”
Sudut bibir si Iblis Besar sedikit berkedut, naik sedikit, namun dengan sangat cepat kembali menurun. “Akan terjadi sesuatu yang bisa membuatnya lebih memercayaimu lagi.”
Mataku berbinar, “Ayolah! Katakan!”
“Pada perjalanan menuju Gunung Jing ini, akan terjadi penyergapan oleh Klan Iblis.”
Aku tertegun. Penyergapan oleh Klan Iblis… memimpin murid-murid Sekte Cang Lin untuk membasmi iblis adalah agar mereka bisa mendapatkan pengalaman. dalam kelompok ini, ada beberapa orang yang bahkan tak pernah meninggalkan sekte sebelumnya. melawan sejumlah kecil iblis dan monster tidak akan menjadi masalah, tapi saat menghadapi klan iblis, tidakkah mereka semua akan tiarap dan pura-pura mati….
memegangi daguku aku berpikir, “Apa kau ingin aku membunuh dan bermandikan darah di sisi Mu Xuan? Tapi aku tak bisa membiarkan dia menemukan kekuatan sihirku….”
“Tidak.” Dengan pupil mata memancarkan cahaya bulan, suara dan sikap si Iblis Besar tampak tegas, “Aku ingin kau menghentikan dia.”
Aku terdiam. “Kenapa?”
Iblis besar tak mengatakan apa-apa. Aku menautkan alisku, “Kita sudah seperti ini. Apakah masih ada gunanya kau menyembunyikan dan menutupi apa pun dariku?” Dia menatap tajam padaku. Aku mengesah, “Baiklah, aku takkan tanya lagi.” Aku berkata, “KArena kau ingin aku melakukan ini, aku akan memercayaimu.”
Setelah mendengar ini, si Iblis Besar jadi kaget. Bibirnya bergerak seakan ingin mengatakan sesuatu, namun pada saat ini, dia tiba-tiba mengerutkan alisnya.
Aku menolehkan kepalaku dan melihat bahwa Mu Xuan sudah ebrdiri dan sedang berjalan kemari. Aku buru-buru berjongkok di tengah rerumputan, dan melambaikan tanganku pada si Iblis Besar. “Mu Xuan sudah jadi curiga, cepat pergilah.”
Iblis Besar tak tinggal diam. Mengibaskan jubah hitamnya, dia pun menghilang dengan cara yang sama dengan kemunculannya – tanpa suara ke kegelapan malam. Tiba-tiba, sepertinya aku bisa mendengar suara yang berujar dalam nada penuh makna, “Terima kasih.”
Aku terdiam sejenak, namun tanpa ada lebih banyak waktu untuk bengong, aku bisa mendengar langkah kaki Mu Xuan mendekat. Memutar kepalaku, aku pura-pura kaget, “Siapa?” Menarik celanaku, aku membuat suara gemerisik di rerumputan.
Suara langkah kaki itu langsung berhenti. Aku bertanya lagi, “Apa itu Guru?”
Seakan merasa agak canggung untuk bicara pada situasi semacam ini, Mu Xuan pun merespon dengan satu “En.” Kemudian, dengan acuh tak acuh dia berkata, “Barusan tadi aku tak bisa mendengar suara apa pun dari sini…. Karena tak ada apa-apa….”
Lagi-lagi, aku sedikit membuat suara gemerisik di rerumputan. Kemudian aku berdiri dan dengan memakai langkah-langkah kecil aku melompat ke sisi Mu Xuan. “Guru tak perlu cemas, aku cuma merasa perutku agak tidak enak.”
Mendengar ini, Mu Xian sedikit mengernyit, “Masih belum pulih dari sakitnya?”
Melihat air muka tampannya yang agak melamun, dibandingkan dengan penampilan si Iblis Besar barusan tadi, dalam hatiku tiba-tiba suatu perasaan yang tak bisa diungkapkan pun muncul. pada akhirnya, apa sebenarnya yang bisa membuat orang sebaik ini beralih ke mo dao dan jadi seperti itu? Membuat banyak kerutan muncul di antara alisnya, membuat tatapannya menjadi jauh lebih dingin….
Setelah mencapai Gunung Jing dan disergap oleh Klan Iblis besok; sebagai orang yang bertanggungjawab atas ekspedisi ini, kalau sampai ada murid Cang Ling yang terluka, dia akan harus menanggung kesalahannya.
Pada saat itu, aku tiba-tiba ingin memberitahu Mu Xuan tentang bahaya yang akan terjadi besok.
Tapi apa yang terjadi setelah aku mengucapkannya, bagaimana aku akan menjelaskan bagaimana aku bisa tahu tentang masalah ini, bagaimana aku akan bisa membuat memercayaiku….
Saat aku sedang melamun, sebuah telapak tangan yang hangat tiba-tiba menyentuh dahiku.
Mu Xuan sedang memeriksa suhu tubuhku seperti kemarin, namun karena aku telah mengembangkan sejumlah niat buruk, pipiku tanpa bisa ditahan jadi memerah saat aku menatap ke dalam matanya yang indah. Mu Xian menurunkan tangannya dan mengernyitkan alisnya, “Aku akan suruh Mu Jue mengantarmu pulang besok.”
Aku buru-buru menggoyangkan tanganku, “Nggak mau pulang, nggak mau pulang.” Aku memutar mataku, “Aku dan Paman Guru, jarak antara pria dan wanita harus dibuat. Hal itu tidak nyaman.”
Tanpa suara dia menatapku selama sesaat dan akhirnya berkata, “Kalau memang seperti ini, maka tinggallah dengan patuh di sisi Guru besok.”
Itu adalah kali pertama dia memanggil dirinya sendiri ‘Guru’ di depanku. Semestinya itu bisa dianggap sebagai… menerimaku?
Aku merasa gembira dan menampakkan seulas senyum lebar. Lagi-lagi Mu Xuan menatapku dalam diam. Sementara dia tak mengucapkan sepatah kata pun, tatapannya telah melunak bila dibandingkan dengan sebelumnya.