Master Series - Chapter 9
Tidak heran, iblis besar adalah iblis besar. Setelah bahkan dirawat tidak sampai sehari dengan salep, luka-luka di tubuhnya sudah mulai mengering. Namun luka luar bukan masalah besar. Yang paling penting, dia telah kehilangan banyak hasil pelatihannya. Aku tak tahu ada berapa banyak dan aku juga tak bisa membantunya dengan hal itu. Sepenuhnya tergantung padanya untuk duduk dalam pertapaan tertutup. Satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah menyerahkan sejumlah salep yang telah ditinggalkan Mu Jue kepadaku pada si iblis besar.
Pada hari-hari berikutnya, aku selalu kelelahan karena terus berlarian. Di satu sisi aku harus merawat Mu Xuan di Puncak Cang Qiong, di sisi lain aku harus mengirimkan obat kepada iblis besar di lembah sungai. Setiap hari setelah membawakan makanan Mu Xuan, aku akan mengobrol sebentar dengannya. Namun hari itu aku benar-benar terlalu kelelahan. Setelah meletakkan keranjang dan duduk di sisinya, aku berkata, “Baiklah.” Kemudian tanpa terhindarkan aku tertidur.
Entah berapa lama aku tertidur. Setelah terbangun aku mendapati diriku sendiri menyandar pada tubuh Mu Xuan. Pipi menggesek bahunya dan tangan bahkan memeluk lengannya untuk mendapat kehangatan.
Habislah sudah.
Setelah sadar dengan apa yang telah kulakukan, beberapa pertanyaan penting melompat ke dalam benakku yang kacau balau. Pertama, posisi ambigu ini, kenapa Mu Xuan belum melemparkanku juga?!
Kedua, saat tertidur apakah aku telah mengucapkan sesuatu yang tak seharusnya dikatakan?
Ketiga, apakah Mu Xuan telah memakai kesempatan itu untuk menyelidiki tenaga dalamku….
Bila diurutkan dari tingkat kepentingannya, poin ketiga jelas adalah yang paling mendesak, tetapi sekarang, aku paling penasaran dengan poin pertama.
Dengan benak gelisah aku menolehkan kepalaku, namun aku tak menyangka melihat Mu Xuan yang tidak bangun.
Jadi dia juga tidur….
Menyandar pada dinding yang dingin, sepasang mata terpejam, napasnya tenang. Semenjak aku bertemu dengan Mu Xuan, tak peduli apakah tiga ratus tahun di masa lalu atau di masa depan, dia selalu membawa ekspresi serius. Ekspresi damai seperti sekarang ini sangat jarang terlihat.
Setelah memandanginya selama sesaat, aku mendapati kalau jantung kecilku telah mulai berdegup dalam cara yang membuat orang luar biasa cemas. Buru-buru aku memalingkan kepalaku, melepaskan tangannya dan berencana untuk meninggalkan sisinya tanpa bersuara. Namun begitu aku bergerak, suara Mu Xuan terdengar, “Tidak diizinkan datang kemari besok.” Dia memakai nada memerintah, namun di telingaku, suara itu memiliki kesan hangat, “Memanjat Puncak Cang Qiong setiap hati, bebannya terlalu besar bagimu.”
Aku menoleh untuk menatapnya. Matanya masih terpejam, namun napasnya berbeda dari sebelumnya. Dia telah dibangunkan olehku.
“Kalau aku tidak datang, Guru, tidakkah kau akan merasa kesepian?”
Dia tak menjawab. Aku mengerutkan bibirku, “Baik, aku takkan datang menemuimu besok.”
Akan tetapi, saat meninggalkan gua es, aku tak bisa menahan diri untuk menengok ke belakang. Mu Xuan masih duduk di sana, tatapannya dengan tenang terarah pada tubuhku. Kali ini, sebelum aku menolehkan kepalaku kembali, dia telah mengalihkan tatapannya terlebih dahulu. “Pulang dan istirahatkan dengan benar.”
Dia meninggalkan kalimat itu di telingaku.
Aku mengambil sejumlah obat dan turun gunung untuk mencari si iblis besar. Seperti sebelumnya, dengan tenang dia memakan obatnya. Seperti sebelumnya, aku duduk di batu besar menandanginya. Kemudian, aku tak bisa menahan diri untuk bertanya, “Iblis Besar, apa kau menyukaiku?”
Si Iblis besar sedang menelan, terlihat seakan dia tersedak, dan tanpa bersuara memutar kepalanya untuk menatapku.
“Kubilang, cobalah untuk merasakannya.” Aku menunjuk ke arah puncak Gunung Cang Lin, “Apakah Mu Xuan menyukaiku saat ini?”
Di menelan seteguk penuh obat. “Mungkin.”
Aku tertegun. Semburan arus hangat membanjiri hatiku, namun ini berbeda dengan perasaan penuh gairah yang sebelumnya kubayangkan setelah mencapai tujuanku. Perasaan ini bagaikan berendam di dalam sumber air panas di musim dingin, tangan kaki dan tulangku semuanya menjadi hangat.
Aku menenangkan perasaanku dan berkata, “Lantas, kalau aku meminta cermin jiwa kepadanya, dia seharusnya memberikannya kepadaku dengan mudah?”
Iblis Besar membuat suara “en” samar.
Setelah menerima pemastian ini, aku tak segirang yang sebelumnya kukira. Seakan hasil ini telah berubah menjadi sesuatu yang belum pernah kubayangkan, energiku tidak meningkat.
Mendengarkan suara aliran sungai, aku dan Iblis Besar sama-sama terdiam.
“Pada akhirnya, kenapa kau memilih mo dao waktu itu?” Menatap langit, aku bertanya santai kepadanya, “Kenapa kau harus membunuh rekan-rekan sesama muridmu, membunuh Gurumu, dan bekerjasama dengan klan iblis? Padahal Mu Xuan yang telah kulihat itu jelas-jelas memiliki… begitu banyak kelembutan tersembunyi dalam hatinya.”
Iblis Besar terdiam dalam waktu lama dan saat aku mengira dia takkan menjawab pertanyaanku seperti sebelumnya, dia tiba-tiba berkata, “Aku sama sepertimu.”
Aku terbengong-bengong, mengerjapkan mataku untuk menatapnya, “Bagaimana kau bisa sama?”
Tatapannya terarah pada tubuhku, tak terlalu berbeda dari dirinya tiga ratus tahun di masa lalu: “Separuh iblis, separuh manusia.”
Mendengar jawaban ini, aku menatapnya dalam waktu lama sebelum menyadari arti dari keempat kata itu. Kemudian, aku menutupi mulutku yang menganga, menatapnya dengan sorot tak percaya, “Kau… Mu Xuan… separuh iblis?” Aku tertegun, “Tapi bukankah kau adalah murid pertama Sekte Cang Lin, tumbuh besar di Sekte Cang Lin, bagaimana mungkin Gurumu tak ta….”
“Guruku tahu,” Iblis Besar berkata, “Hanya tak pernah memberitahuku. Guru memberiku cermin jiwa itu, menyuruhku agar selalu menyimpannya pada tubuhku. Sebelumnya aku hanya berpikir kalau energi cermin jiwa sangat melimpah dan Guru ingin aku memakai itu untuk berlatih. Barulah setelahnya, aku tahu, kalau cermin jiwa adalah pusaka spiritual yang Guru berikan kepadaku untuk menyembunyikan energi iblis dalam tubuhku.”
Aku menggaruk kepalaku. “Tunggu…. Aku agak bingung…. Katakan pelan-pelan. Gurumu, seorang ahli spiritual yang telah mencapai pencerahan, tahu kalau kau adalah setengah iblis dan masih menerimamu sebagai murid? Kau tak tahu sebelumnya kalau kau adalah separuh iblis? Lantas kapan kau….”
Aku terdiam, tiba-tiba teringat hari itu. Pada hari pertarungan di Gunung Jing, Mu Xuan dan orang berbaju hitam dari sekte iblis telah bertukar beberapa patah kata. Kemudian, dia ingin mengikuti orang itu….
“Kau menjadi sadar kalau kau adalah separuh iblis pada saat itu?”
Si Iblis Besar mengiyakan tanpa suara.
“Ibuku adalah teman lama Guru, dia meninggal tak lama setelah melahirkan aku, meminta Guru untuk merawatku. Guru membawaku ke Sekte Cang Lin. Supaya tak terlihat memberiku perlakuan khusus, Guru menutupi identitasku, bahkan dari diriku sendiri. Mengajariku sihir, memberiku cermin jiwa, tidak satu pun yang tak dipakai untuk menekan energi iblisku. Sampai-sampai bahkan aku juga tak tahu kalau aku berbeda dengan yang lainnya.”
“Tiga ratus tahun yang lalu, pada ekspedisi ke Gunung Jing, Kepala Klan Iblis Fu Shan, Shi Li, saat melawanku, merasakan energi iblis dalam darahku dan mengenali dari klan mana darah itu berasal. Memancingku dengan kisah hidupku dan membawaku menjauh dari Gunung Jing, membuat tak seorang murid Cang Lin pun yang selamat pada pertempuran itu.”
Aku tertegun. Ternyata, pada saat itu, murid-murid Sekte Cang Lin semuanya….
Termasuk murid wanita yang telah membantuku dengan obatku dan Mu Jue….
Aku tak berani membayangkan saat Mu Xuan kembali untuk melihat mayat-mayat sesama muridnya, apa yang pasti dirasakannya. Aku mengangkat kepalaku untuk menatap si Iblis Besar. Ekspresinya luar biasa dingin, seakan dia mengenang kembali kisah orang lain.
“Kemudian, aku kembali sendirian ke Sekte Cang Lin. Para tetua mengurungku di Puncak Cang Lin. Pada saat itu, aku mengetahui dari Guruku bahwa ayah kandungku adalah mantan pimpinan Klan Iblis Fu Shan. Dia, seperti halnya ibuku, sudah lama meninggalkan dunia ini. Guru, mengetahui kalau dia tak bisa menyembunyikan identitasku lagi, memutuskan untuk mengumumkannya. Akan tetapi, Shi Li pertama-tama memfitnahku, berkata kalau aku bekerjasama dengan klan iblis untuk dengan kejam membantai rekan-rekan sesama muridku. Kemudian, dia berencana untuk membunuh Guruku, membuat semua orang salah paham kepadaku. Memendam dendam yang pahit, pada akhirnya, aku terjatuh ke dalam mo dao. Aku mencari Shi Li, tetapi sebelum aku sempat membunuh dia, aku disegel di dasar danau dengan cermin jiwa.”
Hanya beberapa patah kata telah merangkum kehidupannya yang lalu. Jalan yang dia tempuh sendirian, kehidupan dengan kebencian mendalam.
“Jadi, terluka hingga seperti ini, membantai Klan Iblis Fu Shan adalah karena kau tak mau Mu Xuan mengalami hal-hal ini?”
Iblis Besar mengangguk, “Aku sudah membunuh Shi Li.” Dia mengatakan hal ini tanpa ada kegembiraan karena telah membunuh musuh dengan tangannya sendiri. Tanpa ada sedikit pun perubahan suasana hati.
Namun saat memikirkannya….
Dia hanya mengganggu kehidupan ‘Mu Xuan’ yang lain, sementara dia sendiri telah mengalami semua hal ini dari tangan pertama, telah merasakan keputusasaan dan ketidaksediaan semacam itu. Kalau dia berada pada tiga ratus tahun di masa depan, pada masa dirinya seharusnya berada, musuhnya akan masih ada. Dia juga akan harus menghadapi pertarungan itu lagi. Semua takkan berubah sedikit pun.
“Aku tak perlu tinggal di sini lagi,” Iblis Besar tiba-tiba berkata, “Saat dia keluar dari Puncak Cang Qiong, lukaku seharusnya sudah pulih. Kemudian bisa memakai cermin jiwa. Pada saat itu, mintalah cermin jiwa. Dia seharusnya akan memberikannya kepadamu.” Dia menjeda, “Pada saat ini… berusaha keraslah lagi.”
“Aku sudah berusaha sangat keras.” Aku memegangi kepalaku, “Sangat keras, sampai-sampai aku sendiri terpengaruh.”
Iblis Besar terdiam, tak mengucapkan sepatah kata pun.
Pada hari kedua, lagi-lagi aku pergi ke Puncak Cang Qiong dan melihat Mu Xuan sedikit mengernyitkan alisnya. Aku bersikap seakan tak melihat apa-apa, langsung menghampiri ke sisinya dan duduk.
“Bukankah kau bilang kalau kau takkan datang hari ini?”
“Kubilang kemarin aku takkan datang untuk menemui Guru, tidak bilang kalau aku takkan datang hari ini.” memeluk lututku, aku menyandar pada dinding, “Aku tidak datang untuk menemui Guru, hanya ingin datang dan duduk.”
Mu Xuan tak mengatakan apa-apa.
Iblis Besar berkata bahwa Gurunya telah memberitahu Mu Xuan tentang identitasnya. Aku akhirnya mengerti kenapa perasaan Mu Xuan begitu muram akhir-akhir ini.
Dia telah menjadi murid pertama Sekte Cang Lin yang cemerlang sejak kanak-kanak. Tiba-tiba mendapati kalau dirinya adalah separuh iblis yang dibenci oleh orang-orang biasa. Betapa sukarnya situasi ini, aku benar-benar mengetahuinya sendiri. Namun, pada akhirnya aku berbeda dengan Mu Xuan. Aku selalu tahu dan menerima identitasku. Tidak seperti dirinya, harus mengalami rasa sakit dari hancurnya pandangan dunia atas dirinya.
Pada saat seperti itu, mungkin tak ada seorang pun yang mampu berbagi rasa sakitnya. Tetapi memiliki seseorang untuk menemaninya masih lebih baik daripada meninggalkan dia seorang diri dan membiarkan benaknya berkeliaran bebas.
“Pada hari aku bertemu denganmu, ada pejalan kaki yang mengejar untuk membunuh seseorang di Gunung Cang Lin, tapi orang yang dikejar adalah anak laki-laki. Hal itu tak ada hubungannya denganmu. Aku mencari tahu tentang latar belakangmu, tapi tak menghasilkan apa-apa.” Mu Xuan tiba-tiba berkata. Aku tak tahu kenapa dia tiba-tiba mengatakan hal ini dan hanya bisa mendengarkan tanpa bersuara. “Pada akhirnya, siapa kamu?”
Wajahnya berada dalam jangkauan. Di dalam sorot matanya yang menghujam, hanya ada pantulanku. “Pada akhirnya apa yang kau inginkan?”
Aku ingin cermin jiwanya.
“Katakanlah, tak usah bermuslihat lagi, mungkin aku bisa memberikannya kepadamu.”
Aku ingin cermin jiwanya.
Aku ingin menghadapi Mu Xuan dengan jujur, aku tak mau menipunya lagi. Karenanya, sebuah suara yang jernih menceplos.
“Aku menginginkanmu.”
Suara-suara di dalam gua menjadi sunyi.
Mu Xuan menatapku dengan pandangan kosong. Di dalam matanya, kulihat diriku sendiri dengan ekspresi kosong yang sama.
Apa yang kukatakan….
Sepertinya aku sudah menceploskan kebenaran yang tersembunyi di dalam hatiku.
“Jadi demi mencapai tujuan itu, kau… menjadikanku sebagai…. Gurumu?”
Diriku di dalam mata Mu Xuan tetap berada dalam kondisi linglung. Aku membuka mulutku ingin menjelaskan, namun pada akhirnya, tak ada yang keluar dari mulutku. Aku hanya melihat Mu Xuan memalingkan wajahnya, berkata ringan, “Benar-benar memalukan.”
Suaranya seakan mengandung senyuman.
Aku terbata, “Pada akhirnya aku takkan mencelakaimu….”
Setelah mengatakan hal itu, aku tiba-tiba merasakan gelombang rasa bersalah. Sebenarnya, bukannya aku takkan mencelakai dia. Cermin jiwa bisa menekan energi iblis dalam tubuhnya. Setelah aku mengambil cermin itu, energi iblis dalam tubuh Mu Xuan akan menjadi lebih sulit untuk ditekan. Meski energi iblis seorang separuh iblis sulit untuk dideteksi, namun Sekte Cang Lin adalah tempat untuk berlatih. Kalau bahkan ada situasi di mana Mu Xuan perlu memakai banyak kekuatan sihir, tanpa cermin jiwa, tak diragukan lagi aku akan mencelakai identitasnya akan terungkap.
“En.”
Mendengar jawaban Mu Xuan, rasa bersalahku pun semakin membesar.