A Love So Beautiful - Special 13.1
Seluruh proses kehamilan Chen Xiaoxi sama mulusnya dengan meminum teh detox, dia tak mengalami morning sickness, beragam indikator menunjukkan bahwa dia luar biasa sehat, dia bisa makan, bisa tidur, dan tidak lelah sama sekali. Bahkan Dokter Jiang yang telah menemaninya melewati keseluruhan proses merasa bahwa ini luar biasa mulusnya, karena itu saat waktu bersalin Chen Xiaoxi sudah hampir tiba, dan dia bersiap untuk tinggal di rumah sakit untuk menunggu persalinan, Chen Xiaoxi telah dengan santainya memerintahkan pada Jiang Chen bahwa, Jiang Chen boleh lupa membawakan barang-barang lainnya, tetapi suaminya itu harus membantunya membawakan lebih banyak buku-buku manga, dan juga kalau ada update untuk Gintama, pria itu harus membantunya mengunduh manga tersebut pada saat itu juga.
Setelah tinggal di rumah sakit selama beberapa hari, masih tak ada tanda-tanda bahwa bayinya akan lahir. Chen Xiaoxi benar-benar acuh tak acuh. Dia makan dengan baik, minum dengan baik, serta tidur dengan baik, dan dia bahkan malu-malu tentang seberapa banyak dia harus menemui Jiang Chen. Dari awal mula, meminta rumah sakit mengurus anggota keluarga dari seorang staff, dan manfaat tambahan dari memiliki sembilan orang Dokter Jiang lagi bila dibandingkan dengan di rumah, ranjang-ranjang di rumah sakit persediaannya terbatas, dan Chen Xiaoxi mendapatkan satu bangsal? Juga tinggal selama berhari-hari, makan buah, berbaring di ranjang sambil membaca komik-komiknya serta menonton dramanya setiap hari, dan dia bahkan menyuruh bibi tukang bebersih untuk datang dan menghabiskan waktu bersamanya. Namun Dokter Jiang yang sebelumnya tak pernah menyalahgunakan otoritas yang datang bersama dengan pekerjaannya masih dengan penuh tekad menyuruh Chen Xiaoxi untuk kali ini nongkrong di rumah sakit.
Pada pukul empat pagi, Chen Xiaoxi tiba-tiba berteriak bawha perutnya sakit. Jiang Chen yang menemaninya di samping ranjang terlonjak, menekan tombol panggil di kepala ranjang, dan menyalakan lampu.
Sebelum didorong ke ruang persalinan, Chen Xiaoxi masih menekankan bagaimana dia tak mau Jiang Chen hadir saat dirinya melahirkan.
Ketika orangtua Jiang Chen dan orangtua Chen Xiaoxi bergegas datang, terdapat sebarisan calon ayah, termasuk Jiang Chen, yang menyandar di sepanjang koridor di luar Departemen O&G, menunggu dan menatap nanar pada layar penampang di dinding. Mereka mengikuti arah tatapannya dan mendongakkan kepala mereka untuk melihat, kata-kata merah bergulir di sepanjang layar: “XXX, cervix melebar hingga 6 cm; XXX, cervix melebar 4 cm; Chen Xiaoxi, cervix melebar 3 cm.”
Ibu Chen Xiaoxi memukul ayah Chen Xiaoxi, “Aiya, ini takkan bisa, hanya melebar sepanjang tiga cm, cucu kita yang baik telah kalah di garis awal!” Suasananya pada awalnya muram, namun dalam sekejap memudar ketika orang-rang tak tahu apakah harus tertawa atau menangis pada hal itu.
Tidak ada yang semacam teriakan-teriakan menggetarkan hati yang akan didengar orang dari luar ruang bersalin seperti dalam film dan acara televisi, pintu-pintu kaca telah membatasi area bersih dan panjang di antara ruang bersalin dengan ruang tunggu keluarga, tak bisa terdengar apa-apa, dan hanya bisa melihat bayangan-bayangan para dokter dan perawat yang bergegas-gegas dengan sibuk.
Setelah mundur sesaat dari identitas seorang dokter, Jiang Chen tiba-tiba merasa bahwa mereka tampak sangat tidak familier.
Kira-kira pada pukul sembilan lebih, seorang perawat keluar, “Para anggota keluarga, pergilah membeli cokelat dan semacamnya untuk para wanita yang melahirkan.”
Serta merta, beberapa orang anggota keluarga berdiri, Jiang Chen salah satu dari mereka.
Si perawat kegirangan saat dia melihat Jiang Chen, “Dokter Jiang, Chen Xiaoxi bilang dia ingin makan cokelat yang ada kacangnya.”
“Keterlaluan, dia bahkan memesan makanan! Beli saja seadanya, jangan manjakan dia!” Ibu Chen Xiaoxi sekali lagi mendorong ayahnya.
Orangtua Jiang Chen hanya mendesak Jiang Chen untuk pergi dan membeli cokelatnya secepat mungkin.
***
Jiang Chen berjalan menuju supermarket rumah sakit dengan langkah-langkah tergesa. Dia berjalan seputaran penuh dan tak menemukan cokelat dengan kacang apa pun, dan menarik staff supermarket untuk bertanya, bersikeras agar staff itu pergi ke ruang penyimpanan untuk mencarikan cokelat dengan kacang untuk diberikan kepadanya. Saat dia akan membayar dia menyadari bahwa dia telah lupa membawa dompetnya, untung saja staff itu mengenali dirinya, dan melambaikan tangannya pada Jiang Chen seraya berkata, “Dokter Jiang, ambil dan makanlah, cukup kembalikan uangnya nanti.”
“Dia amat suka makan cokelat dengan kacang, huh.” Saat Jiang Chen melangkah keluar dari pintu masuk, dia mendengar orang itu menggumam pada dirinya sendiri.
Ketika Jiang Chen kembali ke bagian luar Departemen O&G, ibu Chen Xiaoxi dengan gembira mengumumkan kabar baiknya, “Lihat, melebar 6 cm, anak ini menyusul dengan penuh semangat.”
Jiang Chen melirik pada layar elektronik. ‘Chen Xiaoxi, cervix melebar hingga 6 cm’.
Tepat saat dia berpikir bagaimana akan memberikan cokelat itu pada Xiaoxi, si perawat yang tadi keluar sekarang keluar lagi. Dia menarik Jiang Chen ke samping dan mengucapkan dua kata dengan lirih, “Dystocia bahu*.”
(T/N: mengacu pada kondisi ketika kepala bayi telah keluar namun bahu bayi itu tersangkut dan karenanya si bayi tak bisa keluar.)
Sebagai seorang dokter yang telah sangat sering memberikan kabar buruk kepada orang lain, sebagai seorang dokter yang mengerti apa arti dari dua kata ini, Jiang Chen jadi jauh lebih tenang daripada orang biasa. Dia hanya membutuhkan beberapa detik sebelum merespon, “Di mana Dokter Chen?”
Sebagai kepala Departemen O&G, Dokter Chen pada saat itu juga, dengan tenang menjalankan prosedur membantu persalinan untuk dystocia bahu..
Waktu terus berjalan, menyeret langkahnya.
Dokter Chen melangkah keluar dari ruang bersalin, dan menepuk-nepuk punggung Jiang Chen, “Ibu dan anak selamat.”
Dia mengamati saat ekspresi di mata Jiang Chen berubah dari bertanya menjadi berterima kasih. Akhirnya setelah tenang, dia pun kembali pada penampilannya yang berkepala dingin yang selama ini dia miliki, berdiri, menggelengkan kepalanya, dan berkata, “Terima kasih!”
Dokter Chen mendengus diam-diam dalam hatinya, “Jangan kita aku tak melihat ekspresi anak anjing di matamu barusan tadi. Aiya, memang aku ini adalah tabib dewa, lihatlah betapa junior kecil ini memujaku!”
Perawat yang mengikuti di belakangnya merasa sangat kesal. Dokter Chen keterlaluan, dia hanya merampas kesempatannya untuk mendapatkan jasa, si perawat juga ingin melihat mata cerah Dokter Jiang saat dia mengucapkan terima kasihnya.
Si bayi yang baru lahir itu terus menangis saat kakek dalamnya, nenek dalamnya, kakek luarnya, serta nenek luarnya bergiliran menggendong dia dalam pelukan mereka.
(T/N: Kakek / nenek dalam = kakek / nenek dari pihak ayah. Kakek / nenek luar = kakek / nenek dari pihak ibu)
Chen Xiaoxi berbaring di ranjang, menghela napas terakhirnya.
Jiang Chen membantunya merapikan rambut yang basah karena keringat, “Sudah menyulitkanmu,” dia berkata.
Meski dia baru saja menjadi seorang ayah, Jiang Chen masih mengatur untuk melakukan operasi pada siang hari, berkat koleganya yang bisa melakukan hal semacam mengucapkan selamat di satu sisi sementara di sisi lain berkata, “Aiya, karena bayinya sudah lahir, kau juga toh tak bisa banyak membantu. Kenapa tak membantu saja dengan operasi siang ini, kita akan atur seperti itu!”
Setelah menyelesaikan gosokan aseptik bedah sebelum operasi, sang perawat setelah membantu Jiang Chen mengenakan baju operasi membawakan sepasang sarung tangan steril. Secara refleks Jiang Chen mengambilnya untuk dikenakan.
“Dokter mengenakannya secara terbalik,” si perawat mengingatkan dengan suara rendah. Ini adalah kali pertama dia melihat Dokter Jiang begitu teralihkan. Dia harus memperhatikan beberapa kali lagi untuk memastikannya sebelum memberanikan diri untuk bicara dan mengingatkan Jiang Chen.
“Oh,” Jiang Chen kembali pada kesadarannya semula.
Baguslah mereka baik-baik saja. Sebenarnya Jiang Chen telah memikirkan keenam kata tersebut sepanjang waktu tadi, baguslah mereka baik-baik saja.