A Match Made in Heaven - Chapter 10
Rumah si Paman Beruang terletak jauh di puncak gunung yang berselimutkan bunga-bunga. Rumahnya adalah sebuah istana dewata yang mengagumkan. Kolamnya begitu bening hingga ke dasar, dan kau bisa melihat ikan-ikan karper besar dan kecil berenang mengelilingi kolam itu. Di sana ada wanita-wanita cantik dan… tanghulu.
Tapi tak ada daging panggang dan juga misua.
Xin Mei menggigit sebutir tanghulu, yang begitu asam hingga membuat alisnya berkerut.
Paman Beruang duduk di seberangnya, melambaikan kipas saat dia memainkan peranan sebagai seorang pria terhormat yang anggun. Sesekali dia akan menatap berat pada Xin Mei, berkata dalam nada lembut dan rendah, “Xiao Mei (T/N: Mei kecil), matamu cerah bagaikan bintang-bintang di langit.”
Xin Mei menelan tanghulunya dan menatap wajah pria itu. Karena si Paman Beruang telah memujinya seperti itu, dia merasa berkewajiban untuk membalas dengan kata-kata yang enak didengar kepadanya.
“Kau… eh, Anda juga enak dilihat, hanya saja Anda sedikit gemuk. Tapi Anda terasa sangat ramah. Saat saya melihat Anda, saya jadi memikirkan Da Hua dari halaman rumah kami.”
Xin Mei merasa sedikit rindu rumah.
Si Paman Beruang bertanya kaget, “Siapa itu Da Hua?”
“Da Hua itu adalah babi yang tampan, percaya diri, dan perkasa.”
Dengan suara ‘pak!’ kipas di tangan Paman Beruang terjatuh ke tanah. Paman Beruang melompat dengan ekspresi pahit dan pilu.
Dia benci saat orang menyebut dirinya gemuk!
Melihat pada cakar beruangnya sendiri, dia merasakan hasrat untuk membenamkan cakar-cakarnya ke dalam pipi yang cantik itu. Kecuali… kecuali gadis itu tengah menatap begitu polos pada dirinya dengan wajah putih seperti telur dan mata hitam berairnya…. perasaan iba dan kelembutan terhadap makhluk feminin juga adalah dosaaaa!
“Paman Beruang, tanghulu rasanya memang enak. Tapi aku lebih suka daging panggang dan misua.”
Xin Mei menghabiskan dua tusuk tanghulu dan merasa dirinya jadi lebih lapar daripada sebelumnya.
Paman Beruang berpikir sejenak dan tiba-tiba tersenyum licik. Dengan kemampuan yang telah dilatih, dia mengambil kembali kipasnya. “Apakah Xiao Mei kebetulan punya minat untuk berbagi secawan arah tua bersamaku?”
Minum arak? Sebuah ekspresi keraguan yang jarang terlihat muncul di wajah Xin Mei, namun pada akhirnya dia mengangguk.
Paman Beruang melompat-lompat liar dengan kegirangan. Dikatakan bahwa alkohol adalah salah satu jenis mak comblang. Orang bisa melakukan apa pun pada seorang wanita mabuk dan wanita itu akan terpesona dan jatuh cinta apa pun yang terjadi.
Dia pun berbalik untuk memberi perintah pada para siluman wanita, “Persiapkan daging panggang dan misua, juga bawakan satu kendi arak tua puluhan tahun.”
***
Dengan lompatan-lompatan lebar, Lu Qianqiao terbang seperti burung menyeberangi lautan pepohonan yang tak ada putusnya.
Pada siang hari, Tang Guoguo mencarinya di Paviliun Gui Hua. Pemuda itu terus tampak seakan ingin mengatakan sesuatu tetapi meragu pada tiap kalinya. Pada akhirnya, Tang Guoguo hanya menunjuk ke arah halaman di luar – Xin Mei yang seharusnya terikat di pohon sudah raib.
“Siapa yang melakukannya?” Lu Qianqiao bertanya.
Tang Guoguo takkan mengatakan kepadanya siapa orang itu tak peduli apa pun yang terjadi, dan dia hanya berkata, “Qianqiao Dage, nona itu sudah dibawa oleh Siluman Beruang di Barat. Kau harus benar-benar bergegas dan menyelamatkan dia.”
Reputasi dari Siluman Beruang di Barat terkenal sangat buruk. Para siluman wanita yang telah dia tangkap mungkin masih berjuang setengah jalan antara hidup dan mati, tetapi bila korbannya manusia… kemungkinan besar dia takkan bisa bertahan hidup.
Alis Lu Qianqiao berkerut.
Dia sebenarnya merasa sangat khawatir. Dia tak bisa menahan emosi ini.
Dengan satu lompatan lagi, dia pun berdiri di depan kediaman Siluman Beruang.
Sungguh sebuah istana yang megah. Siluman Beruang itu jelas tahu bagaimana menikmati hidup. Dengan satu tendangan, Lu Qianqiao menghancurkan pintu ganda yang menakjubkan tersebut, selama sesaat membuat angin bercampur debu membubung. Saat debunya sudah turun, di dalam kediaman itu tampak damai. Lu Qianqiao mencabut pedang kayu yang baru saja dibuat, mempersiapkan dirinya sendiri untuk pembantaian saat mendadak dia melihat para pelayan tangkapan yang cantik berlarian dari dalam istana, wajah mereka berlumuran darah dan babak belur dan mata mereka penuh dengan air mata.
Begitu melihat Lu Qianqiao, mereka pun melemparkan diri mereka sendiri ke kakinya, menyembah di hadapannya seakan dia adalah penyelamat mereka yang perkasa. “Ini Jenderal Besar dari Huang Ling! Kita akan terselamatkan! Tolong… tolong… usir pergi roh jahat itu!”
Lu Qianqiao sedikit mundur. “Di mana Siluman Beruangnya?”
Para siluman wanita menangis dengan lebih merana lagi. “Tuan Kami ada di istana bagian dalam! Jenderal, kalau Anda tidak cepat-cepat menolong dia, Tuan akan dipukuli sampai mati oleh roh jahat itu!”
Lu Qianqiao agak terheran-heran saat dia menyerbu ke dalam istana dalam dengan pedang kayu di tangannya. Setiap tempat yang masuk dalam pandangan matanya berantakan seluruhnya… serpihan-serpihan vas bunga pecah bertebaran di lantai, ikan-ikan di kolam mati dengan perut putih mereka mengambang di permukaan air, tirai dan kelambu terkoyak menjadi onggokan mengerikan, dan ada lebih banyak lagi siluman-siluman wanita dengan wajah berlumur darah dan menangis.
Lu Qianqiao berdiri di pintu masuk istana dalam saat tiba-tiba dia merasakan sejenak keraguan, tidak yakin dengan monster macam apa yang akan menunggu di belakang pintu masuk ini. Perlahan mendorong gerbang istana yang berderak, cahaya pun masuk ke dalam ruangan yang gelap. Serta-merta dia melihat sosok Xin Mei, yang sedang duduk diam di atas sebuah kursi dengan kepala tertunduk. Tergenggam di tangannya adalah sebuah wadah arak perunggu berukuran besar.
Siluman Beruang mesum yang legendaris terbaring seperti seonggok daging mati di kaki gadis itu, dengan satu tangan terbentang di atas sebuah kursi dan busa keluar dari mulutnya.
Xin Mei menginjakkan satu kaki ke perut empuk si Siluman Beruang dan tiba-tiba menuangkan secawan penuh arah untuk dirinya sendiri. Dengan lembut dia berkata, “Paman Beruang, ayo kita main permainan minum-minum lagi.”
Gadis itu menjepit tangan Siluman Beruang dan menyentakkannya dengan sepenuh tenaga, tiba-tiba meledak tertawa, “Kau pasang lima! Aku menang lagi!”
Setelah berkata demikian, Xin Mei menamparkan tangan pada wajah si Siluman Beruang. Tubuh berat siluman itu terlempar miring ke seberang ruangan, menabrak sebuah kursi dan bergulingan ke kaki Lu Qianqiao.
Lu Qianqiao tak bersuara.
Xin Mei meluncur mendekat dengan anggun sambil memegangi cawan araknya. Saat mabuk, dia sebenarnya lebih seperti wanita daripada saat sadar. Wajah seputih saljunya merona dan matanya cemerlang serta agak linglung. Seulas senyum dari nona terhormat dan terdidik sempurna menggantung di bibirnya.
Begitu melihat Lu Qianqiao, Xin Mei menatap bingung dalam waktu lama. TIba-tiba dia melemparkan wadah araknya ke samping, dan dengan penuh hormat menekuk lutut ke arah pria itu. Dengan seulas senyum manis dan suara lembut, dia berkata, “Tuan yang baik, kelumpuhan wajah adalah penyakit serius yang harus dirawat secepatnya. Saya kenal dengan seorang tabib yang bagus di Kota Lu Shui. Akupunturnya luar biasa bagus. Apakah Anda mau saya mengenalkannya pada Anda? Anda tak perlu terlalu berterima kasih kepada saya.”
Lu Qianqiao begitu marah sampai-sampai dia ingin tertawa. Dia melangkah maju, berniat untuk mengikat tangan gadis itu dan menyeretnya pergi. Siapa yang tahu kalau saat mabuk, kekuatan Xin Mei dengan aneh dan tak terukurnya jadi luar biasa. Gadis itu meraih sebuah tempat lilin perunggu seukuran manusia dan melemparkannya ke arah Lu Qianqiao. Xin Mei bahkan memberi peringatan dengan baik hati, “Hati-hatilah sekarang, aku akan melemparkan ini.”
Lu Qianqiao hanya bisa mundur.
Beberapa orang siluman wanita dengan wajah berlumuran darah menarik-narik lengan baju Lu Qianqiao dengan wajah berlinangan air mata, “Saat dia pertama kali tiba, masih tidak apa-apa. Tetapi kemudian tuan kami menyuruh kami mempersiapkan arak tua, berkata bahwa alkohol akan membuat suasananya jadi lebih baik. Siapa yang tahu kalau… siapa yang tahu kalau saat dia mabuk dia berubah jadi gila. Dia terus mendesak tuan kami untuk memainkan permainan minum-minum, dan saat dia menampar Tuan, tuan kami kehilangan semua giginya.… Tuan kami yang malang! Apakah tuan kami akan mati?”
Lu Qianqiao menatap pada kekacauan mengerikan di istana dalam, tak tahan untuk mendesah. Dia mengangkat tangannya dan mengetuk pintu di sampingnya, berkata, “Kalau kau ingin makan daging panggang dan misua, maka kemarilah.”
Dari bawah meja, Xin Mei menyembulkan kepalanya, tampak seperti seekor kelinci liar yang penuh kewaspadaan saat dia mengukur tingkat ketulusan di balik kata-kata pria itu.
Lu Qianqiao bersikap seolah dia akan pergi, “Kalau kau tak mau makan, maka aku akan pergi saja.”
Nona muda di dalam bayangan itu langsung melompat keluar, dan dengan memanfaatkan momentum, Lu Qianqiao menangkap pergelangan tangannya dengan satu tangan dan memukul pelan sisi leher gadis itu dengan tangan lainnya. Gadis itu pun terjatuh pelan ke dadanya.
Para siluman wanita menghambur memasuki istana dalam, menangis saat mereka mengangkat si Siluman Beruang, meneriakkan namanya. Malangnya, yang dipanggil tak merespon sama sekali.
Ini sungguh adalah tragedi di bumi….
Lu Qianqiao menggendong Xin Mei dan meninggalkan istana Siluman Beruang tanpa mengatakan apa-apa.
Saat angin gunung berhembus, aroma alkohol menguar ke sekelilingnya. Lu Qianqiao mengernyit, dengan kesal memegangi Xin Mei sejauh panjang lengannya saat dia melihat sekeliling untuk mencari sumber air, berencana untuk melemparkan gadis itu ke dalam air untuk membangunkannya.
Xin Mei seperti seekor kelinci mabuk saat menggelincirkan dirinya pada dada Lu Qianqiao, mengencangkan tangannya ke sekeliling leher pria itu saat dia sesekali bicara dalam tidurnya, “Ayah… suami… aku akan beli….”
Lu Qianqiao mau tak mau menundukkan kepalanya untuk melihat wajah Xin Mei yang merona sepenuhnya. Dengan bibir membentuk seulas senyum manis, gadis itu tampak sangat seperti sesosok gadis muda yang ceria.
Di depan mereka terdapat aliran air jernih. Lu Qianqiao bisa melemparkannya ke dalam air itu untuk menyingkirkan bau alkohol dan juga untuk membangunkannya. Namun untuk suatu alasan, dia benar-benar tak mau melakukan itu. Lengan Xin Mei mengait ringan pada lehernya, jemari gadis itu selembut awan. Pipi yang memanas dan tampak seperti demam menyandar di lehernya, hembusan napas gadis itu hangat dan menggelitik kulitnya.
Lu Qianqiao benci bila membangunkan gadis itu dari tidur yang begitu damainya.
Pada akhirnya, Lu Qianqiao menegakkan kepalanya saat dia membenarkan posisi Xin Mei di lengannya, berjalan kembali ke Huang Ling selangkah demi selangkah.
***
“Apa kau tahu apa kesalahanmu?”
Si Lan duduk di sebuah kursi, wajahnya dingin dan kata-katanya suram saat dia menginterogasi Xin Mei yang sedang duduk setengah ditopang di atas ranjang.
Sekujur tubuh Xin Mei tertutup selimut, dengan hanya kepalanya yang menyembul keluar. Dia tampak agak pucat, dan bersin-bersin tanpa henti – setiap kali dia minum dia akan jadi seperti ini setelahnya.
Menggosok kepala yang sakit dan bengkak, dia menggumam, “Apa salahku?”
Si Lan ingin menghancurkan ranjangnya, “Kau telah menghancurkan Siluman Beruang itu sepenuhnya! Dan mereka ingin kita membayar biaya pengobatannya! Dan setelah itu, kau bahkan berbuat keterlaluan dengan merepotkan Jenderal untuk menggendongmu pulang! Kau benar-benar bernyali!”
Xin Mei tak bisa mengingat satu hal pun, dan dia hanya menatap Si Lan dengan linglung.
“Katakan! Siapa yang melepaskanmu!”
Eh, ini, huh…. Dia berpikir sejenak lalu berkata, “Aku tak mau bilang.”
Ying Lian Jiejie telah diam-diam melepaskan dirinya, dia jelas takkan mengadukan Ying Lian Jiejie! Inilah yang namanya kesetiaan!
Si Lan begitu marah hingga dia melihat warna merah.
Pintu tiba-tiba terbuka, dan Lu Qianqiao masuk sambil memerintahkan, “Si Lan, keluarlah.”
Si Lan dengan pahit pergi bersungut-sungut. Bagaimana bisa Langit begitu buta dan membiarkan gadis ini muncul bersama dengan Jenderal dalam Cermin Ikatan Jiwa?
Lu Qianqiao menghampiri ke sisi ranjang dan mengulurkan sebelah tangan. Xin Mei secara instingtif ingin menghindarinya, namun pada detik berikutnya telapak tangan hangat pria itu dengan lembut menyentuh dahinya, berhenti di sana selama sesaat sebelum perlahan dilepaskan.
Pembawaan tubuhmu tak cocok untuk minum alkohol. Setelah minum, kau kena demam.” Lu Qianqiao menarik sebuah kursi ke sisi ranjang. “Ingatlah untuk minum obat penurun demam nanti.”
Xin Mei menatap nanar pria itu selama sesaat. Lalu dia teringat bahwa Si Lan baru saja berkata bahwa dia mabuk dan kemudian dirinya digendong pulang, jadi dia berkata lirih, “Um… te… terima kasih….”
Lu Qianqiao tak merespon selama sesaat, dan kemudian dia berkata, “Lalu mengenai siapa yang melepaskanmu….”
Tidak menunggu hingga pria itu selesai, buru-buru Xin Mei menyelanya, “Aku nggak akan bilang.”
Lu Qianqiao menjeda. “Tidak masalah kalau kau tak mau bilang. Hal itu takkan terjadi lagi. Setelah kau pulih sepenuhnya, kau akan mengikutiku dan meninggalkan Huang Ling.”
Pada akhirnya Xin Mei masih saja ditawan, jadi tak peduli ke mana pun mereka pergi akan jadi sama saja, kan? Xin Mei membersut dan tak merespon.
Lu Qianqiao dengan santai menarik keluar jimat di mana Qiu Yue disimpan. Saat benda itu berkilas di depan matanya, hati Xin Mei bergetar.
“Aku takkan memakai Tali Pengikat Siluman lagi padamu,” ujar pria itu tanpa ekspresi. “Aku akan menyimpan binatang ajaibmu untuk saat ini. Satu kali kau melarikan diri, aku akan memanggang satu kaki. Pada kali keempat, dia takkan punya sayap maupun kaki. Pikirlah dengan hati-hati sebelum kau bertindak.”
Dia itu terlalu… sangat terlalu kejam! Mata Xin Mei melotot saat dia menatap dengan kaku. Kenapa dia barusan bisa-bisanya bilang terima kasih pada orang yang luar biasa sadis ini?!
Lu Qianqiao sepertinya tersenyum sebelum dia meninggalkan ruangan dan menutup pelan pintu di belakangnya.
***
Katanya orang yang kena demam akan mendapat manfaat dari cahaya matahari, jadi keesokan harinya, meski demamnya belum juga hilang, Xin Mei membungkus dirinya dalam selimut untuk berjemur di halaman di luar.
Lu Qianqiao masih berada di Paviliun Gui Hua, dan dia tak menutup jendela. Kepalanya ditundukkan saat dia menulis sesuatu. Saat dia menulis, dia bicara, dan orang-orang di sekelilingnya mengangguk, tampak sangat serius.
Melihat dia seperti ini, Lu Qianqiao memang kelihatan sedang bertindak menjalankan peran sebagai seorang jenderal….
Xin Mei mengucek matanya yang agak sakit gara-gara demam. Dia berencana untuk memicing pada pria itu sedikit lebih lama saat mendadak dia merasakan sebuah keberadaan yang sembunyi-sembunyi di belakang pohon. Penasaran, dia menjulurkan lehernya dan melihat Ying Lian bersembunyi di belakang batang pohon. Ying Lian menatap ke arah Paviliun Gui Hua, lalu menangis sambil menatap bunga-bunga, dan kemudian mendesah pada angin.
“Ying Lian Jiejie….” Apa yang dia lakukan?
Ying Lian terlonjak kaget dan berbalik untuk mendapati Xin Mei. Wajahnya menggelap dan kemudian dia berbalik, bersiap-siap untuk pergi.
Xin Mei melambai padanya, “Jangan khawatir, aku pasti takkan mengatakan kepada siapa pun kalau itu adalah kamu.”
Dia mengucapkan frase ini dengan kesetiaan yang sama bisa diandalkannya seperti awan.
Ying Lian tersandung.
Xin Mei beringsut ke dekatnya, melihat ke belakang pada arah ke mana Ying Lian menatap barusan tadi. Dia mendapati bahwa posisi ini memberikan sudut pandang yang cukup bagus dari bagian dalam Paviliun Gui Hua tanpa membuat siapa pun waspada atas keberadaannya. Saat melihat ke arah jendela, Xin Mei mendapati bahwa orang yang secara langsung berdiri dalam jangkauan penglihatannya adalah Si Lan.
Xin Mei mendadak mendapat pencerahan, “Jiejie naksir Si Lan?”
Wajah Ying Lian berubah jadi merah dan hijau. Takut bila mengamuk dia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri, maka dia hanya bisa menutupi telinganya, merasa berada pada ujung batasannya.
Xin Mei mengangguk penuh pengertian, “Aku mengerti, aku mengerti. Seperti yang mereka katakan dalam pertunjukan, cinta terpendam adalah yang paling indah. Bersembunyi di belakang pohon dan memandangi dia secara diam-diam setiap hari juga adalah salah satu bentuk dari cinta.”
Itu namanya menguntit… Ying Lian membatin, menahan air matanya. Sebenarnya, saat dia memikirkan kembali pada bagaimana dia telah memupuk perasaan terhadap Lu Qianqiao ini selama bertahun-tahun dan demi memastikan bahwa pria itu takkan mengetahuinya, dia akan bersembunyi di luar untuk mengintipnya diam-diam… memang, itu tidak jauh berbeda dengan dari bertingkah seperti seorang penguntit gila.
“Hal-hal ini akan membutuhkan bantuan dari seseorang yang bisa membimbing benang merahnya.” Xin Mei meraih tangan Ying Lian, benar-benar tulus. “Bagaimana kalau aku membantumu? Karena Jiejie dengan baik hati telah melepaskanku, aku merasa kalau aku harus membalas kebaikan itu.”
Saat melihat wajah Xin Mei yang berkilauan dengan cahaya ilahiah nan suci, Ying Lian memucat.
Mungkin tak ada yang lebih menghinakan di dunia ini ketimbang memiliki saingan cinta yang telah kau tipu untuk kembali dan berterima kasih kepadamu dan bahkan menawarkan untuk menyambungkan benang merahmu dengan orang lain. Ying Lian merasa amat jijik sehingga air mata mengalir bebas di pipinya.
“Ying Lian Jiejie?” Xin Mei bertanya, tak mengerti.
Ying Lian berbalik, seakan hendak mengatakan sesuatu. Namun persis saat dia akan bicara, yang keluar adalah suara terisak, “WAH!” Dia menjejakkan kakinya dan berbalik lalu kabur.