A Match Made in Heaven - Chapter 4
Xin Mei mendadak menutup mulutnya, melihat ke sekeliling dirinya. Dia memilih sebatang pohon yang sangat besar dan mulai pelan-pelan bersembunyi di belakangnya sambil menggumam, “Tapi di luar masih hujan dan aku harus terbang dua jam lagi sebelum aku bisa sampai di kota….”
Temperamen orang itu kelihatannya buruk. Siapa yang tahu kalau orang itu bisa saja memukulnya saat diprovokasi. Akan lebih baik bila dia menyembunyikan diri di belakang pohon terlebih dahulu.
Pria itu menyematkan pedang kayu pada pinggangnya. Dia mendongak dan menatap seluruh tubuh Xin Mei yang berada di belakang pohon, hanya dengan kepala yang menyembul keluar. Gadis itu tampak seperti seekor kelinci kecil.
“Kalau kau tidak takut mati, maka silakan saja.”
Pria itu berbalik dan pergi. Dengan satu lambaian lengan bajunya, kabut tebal mulai berkumpul. Dalam sekejap, semua hal dalam jarak tiga langkah menghilang, tertutup dari penglihatan.
Seperti yang diduga dari sseorang siluman! Terkejut, Xin Mei menyadari bahwa pria itu adalah siluman yang bisa memanipulasi kabut. Tak heran pada kali terakhir dia menjumpai kabut tebal saat berusaha mencari tempat untuk berkemah di Huang Ling. Pria itulah penyebab masalahnya!
Xin Mei melihat ke sekelilingnya sebelum memutuskan untuk berjalan ke arah berlawanan. Setelah hanya beberapa langkah, mendadak kakinya menendang sesuatu yang agak berat, menyakiti jempol kakinya. Saat dia memungutnya, dia mendapati sebuah kantong uang biru gelap yang penuh dengan kepingan-kepingan perak patah dan cek. Benda itu cukup berat. Ceknya terbungkus dalam sebuah piringan kumala tidak bersih yang tak terlalu bagus. Yang aneh adalah bahwa piringan kumala itu tidak berpola. Terdapat sebuah karakter ‘Lu’ sederhana di bagian depan piringan sementara di sisi belakangnya terdapat dua kata: ‘Qian Qiao’.
Melihat lumpur basah pada kantong itu, Xin Mei menreka bahwa benda itu mungkin adalah sesuatu milik siluman yang baru saja pergi itu. Apakah nama yang ada di piringan adalah namanya? Lu Qianqiao. Siluman itu rupanya punya nama manusia.
Xin Mei memegang piringan itu dan berpikir sejenak. Dengan ragu, dia berbalik dan melihat ke belakangnya. Pada akhirnya, dengan tegas dia berjalan ke arah perginya si siluman. Saat dia berjalan, kabut tebal menelan sosoknya.
***
Hal paling buruk tentang hujan di hutan pegunungan pasti adalah lumpur di seluruh permukaan tanah.
Xin Mei menumpukan sebelah tangan pada sebatang pohon saat dia berusaha dengan sekuat tenaga untuk menarik kakinya keluar dari kubangan lumpur yang lumayan menyulitkan. Sepatu bot kulit dombanya masih baru. Pagi ini sepatunya itu masih bersih dan rapi,namun kini sepasang sepatu itu sudah begitu berlumuran lumpur hingga bahkan tak kelihatan warna aslinya. Dia tak tahu kapan dimulainya, tetapi guntur terus berderak dan menggelegar di atas kepalanya. Tampaknya juga dengan setiap kali guntur menggelegar, petir berkilas lebih dekat ke tempatnya berada.
Dia menarik keluar kakinya dan kemudian melangkah maju. Tiba-tiba, pemandangan di hadapannya kelihatan kembali bersih. Kabut yang kepekatannya tidak normal sedetik yang lalu itu seakan menghilang dalam sekejap, dan dia mendapati sepotong kain putih pada kaki pohon di hadapannya. Dengan ledakan rasa gembira dan lega, dia menghambur ke sana untuk meraih kain tersebut dan menyeka lumpur dari sepatunya.
Di dekatnya, terdengar sebuah erangan pelan. Tertegun, Xin Mei memandangi ke arah pohon untuk melihat sekitar sepuluh orang terbaring menyebar di tanah, kelihatan mengantuk atau linglung. Dia menyadari bahwa kain putih yang barusan dia tarik sebenarnya adalah tepian bawah dari pakaian seseorang.
Merasa agak malu, Xin Mei menyelipkan kain itu untuk menyembunyikan lumpurnya. Tiba-tiba, orang yang pakaiannya dia tarik tampaknya terbangun. Terbaring di tanah, orang itu mengerang pelan.
Xin Mei beringsut mendekati untuk bertanya, “Apa yang kalian lakukan, berbaring di sini? Apa kalian sedang berkemah di tengah lumpur?”
Dengan susah payah, orang itu dengan gemetaran berbalik untuk menatap ke arahnya. Ekspresi orang itu tampak sudah siap untuk memuntahkan darah dalam ketidakpercayaannya. “Kau… Apa kau tak bisa lihat… di seberangmu… itu….”
Xin Mei berbalik untuk melihat sepotong batu gamping raksasa. Duduk di puncaknya, dengan cakar bersilang, terdapat seekor siluman harimau yang luar biasa mengerikan. Awan-awan petir berkumpul di atas kepalanya. Ini adalah seekor siluman yang sedang menjalani Ujian Petir Langit. Bila dia lulus, dia akan menjadi xian.
“Kalian semua datang untuk menonton siluman harimau menjadi Xian?” Dia bertanya pelan.
Orang itu pingsan karena marah.
Seakan mengikuti pekatnya awan petir yang berkumpul, hujan juga meningkatkan temponya. Melihat orang-orang berbaring di lumpur, dengan tubuh mereka berlumuran lumpur, Xin Mei tak bisa menahan diri untuk membungkuk dan berusaha menyeret mereka ke tempat yang setidaknya sedikit lebih kering.
Langkah-langkah kaki tiba-tiba terdengar dari belakangnya. Xin Mei melihat ke belakang dan mendapati pria yang membawa pedang kayu itu berjalan mendekatinya. Saat sorot mata pria itu tertuju padanya, wajah kaku si pria akhirnya menampakkan sebuah keterkejutan yang samar.
“Kenapa kau ada di sini?” pria itu bertanya dengan sorot mata tak bersahabat.
Xin Mei melihat ke sekeliling, menemukan sebatang pohon besar dan tampak kokoh lalu bersembunyi di belakangnya sebelum dia kemudian melemparkan kanrong uangnya ke tanah di hadapan si pria.
“… Kamu menjatuhkan dompetmu.”
Pria itu tak mampu berkata-kata selama sesaat sebelum membungkuk untuk memungut kantong uangnya. Saat dia hendak bicara, si siluman harimau tiba-tiba meraung dengan suara yang mengguncangkan bumi. Selama sesaat, seakan raungan itu menyebabkan seluruh gunung bergetar. Dengan setiap sambaran petir yang datang, tampaknya siluman itu jadi semakin dan semakin tak mampu menahannya. Dia membuka matanya yang semerah darah dan dalam sekejap, melompat ke arah orang yang terbaring di tanah. Si siluman harimau itu membuka rahangnya untuk memangsa orang itu hidup-hidup.
Xin Mei tiba-tiba menyadari bahwa orang-orang itu ditangkap oleh siluman harimau untuk menjadi sumber tenaganya saat melewati Ujian Petir Langit!
Mengangkat kakinya, Li Qianqiao menendang sepotong batu yang mengenai bahu kanan si siluman harimau. Orang di bawah cakar siluman itu melayang akibat kekuatan tersebut, lalu terjatuh lagi dalam kubangan lumpur. Siluman harimau menjadi murka dan membuka moncongnya yang berlumuran darah untuk melontarkan sekumpulan rapat jarum-jarum hitam yang dengan cepat memelesat ke arah mereka.
Lu Qianqiao melambaikan pedang kayu dan jarum-jarum hitam itu berhenti saat mengenai dinding tak terlihat tiga kaki di depannya sebelum berjatuhan ke tanah. Bila ada yang lewat, mereka mungkin akan mengira kalau Lu Qianqiao sedang menghunus suatu senjata legendaris, kecuali Xin Mei yang telah melihat pria itu mengukirnya dari kayu dengan mata kepalanya sendiri.
Pedang kayu itu melayang di atas telapak tangan pria itu, melompat pelan dari jarinya dan kemudian meluncur dengan cahaya membutakan dan dengung keras. Seakan hidup, pedang itu terbang ke arah si siluman harimau, menusuk kulitnya lagi dan lagi dengan gerakan mengibas. Tiba-tiba, pedang itu bergetar di tengah udara dan dengan suara ‘BAM’, pecah menjadi serbuk halus.
Pada akhirnya, pedang yang terbuat dari kayu biasa tak sanggup menanggung tujuan yang begitu hebatnya.
Dia kuat…. Rahang Xin Mei menganga, matanya tak sanggup meninggalkan cabikan-cabikan sisa siluman harimau yang, baru beberapa saat yang lalu, sudah akan menjadi xian. Tanpa basa-basi, dia mati. Begitu saja.
Li Qianqiao berjalan ke arah tanah yang berlumuran darah dan cabikan daging, lalu dari cabikan sisa mayat si siluman harimau, dia mengangkat sebuah benda bulat seukuran kepalan tangan. Itu adalah neidan (T/N: esensi inti) dari siluman harimau.
Meski dia sendiri adalah siluman, dia masih membunuh jenisnya sendiri demi neidan mereka! Pada tingkat kekuatan orang itu, tampaknya bahkan Qiuyue juga akan dirobohkan dalam sekejap. Bila dia berniat membunuh semua saksi mata… lalu bukankah itu akan jadi yang terburuk?
Xin Mei melihat ke sekelilingnya dan memutuskan bahwa dia lebih baik mengambil kesempatan untuk segera kabur dari sana.
Tiba-tiba, pria itu muncul di hadapannya dalam sekejap mata. Sebuah bayangan menutupi kepala Xin Mei dan Lu Qianqiao mencengkeram pergelangan tangannya dalam cengkeraman mematikan.
“Kau sudah mematahkan Formasi Kabut dua kali. Aku tak bisa membiarkanmu keluar dari sini. Kau ikut denganku.”
Formasi kabut apaan?! Maksudmu kabut yang dia manipulasi?
Dengan lengannya yang lain, Xin Mei mengaitkan dirinya sendiri pada batang pohon, berharap dia bisa melontarkan dirinya ke atas pohon. “Itu kan cuma kabut! Kalau kau punya naluri arah yang bagus, kau bisa berjalan keluar darinya!”
Secara kebetulan, naluri arah Xin Mei memang selalu sangat bagus. Dia tak pernah tersesat seumur hidupnya.
“Kau berbohong.”
Pria itu meningkatkan kekuatan cengkeramannya. Bila Formasi Kabut sedemikian mudahnya dipecahkan, maka formasi itu takkan dikenali sebagai salah satu dari tiga formasi tak terpecahkan yang tertinggi.
Xin Mei berpikir bahwa pergelangan tangannya sudah akan patah.
Mendadak dia memutar kepalanya untuk menatap pria itu, “Aku cuma datang untuk mengembalikan dompetmu!”
Kalau saja dia tahu lebih awal bahwa semua ini akan terjadi, dia akan diam-diam menyimpan dompet itu saja! Di dunia ini, haruskah begitu sukar untuk menjadi orang baik?
Lu Qianqiao melihat kilauan pada tatapan gadis itu, yang menampakkan kegigihan sekaligus kemarahan. Memang benar bahwa gadis itu baru saja mengembalikan dompetnya. Xin Mei telah menyusuri jalan panjang berlumpur, dan tanah liat kuning di sepatunya juga masih basah.
Perlahan melonggarkan cengkeramannya meski masih belum melepaskan, dia berkata, “Bagaimanapun juga, kau akan ikut denganku.”
“Kenapa aku harus ikut denganmu?” Xin Mei berusaha membebaskan tangannya dengan sekuat tenaga, namun jemari Lu Qianqiao sama tak tergoyahkannya dengan japitan besi.
‘Seluruh Huang Ling berada di bawah Formasi Kabutku. Selain aku, tak seorang pun yang bisa keluar, dan tak seorang pun yang bisa masuk. Karena kau bisa mematahkan Formasi kabut, kalau kau pergi, hal itu akan membuatku tidak nyaman. Aku akan membawamu kembali ke Huang Ling.”
Terperanjat, Xin Mei berkata, “Kau… kau menculik wanita jelata….”
Lu Qianqiao tidak lanjut membuang-buang kata-katanya. Dia mengangkat Xin Mei di bagian pinggang dan berbalik untuk berjalan dalam langkah-langkah lebar.
Masih tertegun, Xin Mei mengangkat kepalanya untuk menatap wajah pria itu, tiba-tiba terpikirkan akan sessuatu. Dengan nada was-was, dia berkata, “Apa kau membawaku pulang untuk menjadi selirmu di markas?!”
Kira-kira inilah yang terjadi dalam sandiwara. Setelah menculik seorang wanita raja bandit akan menjadikan wanita itu selir di markasnya. Bila semuanya berjalan dengan baik, mereka akan dengan gembira menjadi suami istri… bila berjalan dengan buruk, mereka hanya akan bertengkar dan berteriak sepanjang hari. Dirinya takkan berakhir pada skenario tragis yang serupa, kan?
Alis Lu Qianqiao berkedut dua kali, namun dia tak bicara.
Xin Mei memutar otaknya sebelum bicara dengan susah payah, “Aku… aku takkan menikahimu! … Aku tidak suka para siluman! Aku juga tak suka orang yang mukanya kelihatan lumpuh!”
Langkah Lu Qianqiao terhenti, menundukkan kepalanya untuk menatap tangannya. Dia berpikir pada dirinya sendiri, haruskan dia memukul gadis itu sampai pingsan atau haruskah dia memingsankan gadis itu dengan dipukul?
Tiba-tiba di atas kepala mereka terdengarlah suara sapi melenguh. Sebuah kereta lembu yang berderak-derak turun di samping sebatang pohon. Tuan Mei Shan merayap keluar dari kereta lembu tersebut dengan susah payah, “Bukankah mereka bilang kalau seekor siluman harimau akan melewati Ujian Petir Langit, bagaimana bisa dia mendadak mati sekarang….”
Seakan menemukan harta karun, Xin Mei berteriak, “Tuan Mei Shan~!”
Tercengang, Mei Shan mendongakkan kepalanya untuk menatap Xin Mei. Dia menatap gadis itu, dan kemudian melihat Lu Qianqiao. Rautnya tiba-tiba berubah jadi hijau saat dia berkata di balik dengusan napasnya, “Pengamuk…!”
Dia beringsut kembali ke dalam kereta lembu, dan serta merta kembali terbang keluar dari hutan.
Lu Qianqiao mendongakkan kepalanya untk menatap kereta lembu itu, yang menghilang ke kejauhan dan menjadi sebuah titik hitam, “Kau kenal dengan xian itu?”
Xin Mei masih dibuat terbengong-bengong oleh kecepatan perginya Tuan Mei Shan dari tempat kejadian, dan dia pun mengangguk dengan linglung.
“Kau memanggilnya Mei Shan. Apa kebetulan dia adalah Tuan Mei Shan yang selalu ingin mencuri rahasia tersembunyi orang untuk dikumpulkan? Si Tuan Mei Shan dari Wisma Mei Shan?”
Xin Mei memalingkan kepalanya dengan air mata senyap di matanya. Dia tak tahu bahwa Tuan Mei Shan adalah xian penggosip yang tak ada bagus-bagusnya seperti itu. Tak heran dia kabur begitu saja dari mereka dengan kecepatan yang lebih tinggi daripada seekor kelinci.
“Apa itu dia?”
“… Aku nggak mau bilang padamu.”
Lu Qianqiao tak merespon.