A Match Made in Heaven - Chapter 5
Hutan begitu gelap dan langit begitu suram. Xin Mei berlari dan berlari di sepanjang jalan berlumpur untuk menyelamatkan diri, jantungnya seakan siap untuk melompat keluar dari tenggorokannya karena berdegup dengan begitu cepatnya.
Tiba-tiba, sebuah tangan yang besar mencengkeramnya. Seorang pria tertentu dengan wajah lumpuh menjepit dagunya di antara jemari.
“Kyahahaha! Sungguh seorang nona yang cantik! Ikuti aku pulang untuk menjadi nyonya di markasku!”
Wajah Xin Mei kehilangan warnanya saat dia meronta habis-habisan melawan orang itu.
“Jangan! Aku tak mau menikahiku! Aku….”
Dia terjatuh dari ranjang dan suara kepalanya yang menghantam lantai membuat suara yang keras.
….
Eh, ternyata mimpi.
Xin Mei terbaring di lantai selama sesaat. Gelisah, dia menatap cat yang memudar di balok atap pada langit-langit kamar. Seberkas cahaya matahari bersinar di atasnya, menerangi bercak-bercak debu yang perlahan menari. Dia bisa mendengar suara air mengalir di luar, bersamaan dengan suara seseorang bicara. Dia membungkuskan selimut ke sekeliling tubuhnya dan perlahan mendudukkan diri. Dia berpikir sejenak, dan kemudian merayap kembali ke atas ranjang.
Karena dia tak bisa meninggalkan kamar, lebih baik tidur saja.
Kemarin sore Lu Qianqiao membawanya ke Huang Ling. Sejujurnya dia mengharapkan Huang Ling sebagai tempat yang penuh dengan rumput liar dan sudut-sudut berderit di mana para hantu dan arwah berkeliaran…. Siapa tahu setelah menembus melewati kabut tebal ternyata akan ada sehalaman pohon sakura. Patung-patung batu berukuran besar yang membatasi jalan rahasia menuju Huang Ling nyaris tenggelam dalam kelopak-kelopak merah muda yang memukau.
Pemandangan itu luar biasa dan tak disangka-sangka. Pegunungan membiru dan sungai jernih di kejauhan sementara kediamannya sendiri terbuat dari bata-bata kelabu bersih dan dinding serba putih. Ini adalah tempat yang damai dan tenang.
Namun tak satu pun dari ini yang ada hubungannya dengan Xin Mei, karena begitu mereka tiba di Huang Ling, Lu Qianqiao melemparkan dia ke dalam kamar ini.
“Si Lan, awasi dia baik-baik. Jangan biarkan dia keluar dari kamar ini.”
Lu Qianqiao memberikan instruksi-instruksi ini pada penjaga di luar pintunya dan kemudian berbalik lalu pergi. Xin Mei melamun sendirian di atas ranjang sepanjang sore. Mulanya dia ingin bicara pada pria bernama Si Lan itu, yang menjaga pintu, kecuali bahwa si penjaga ternyata adalah Tuan Muka Lumpuh Nomor Dua. Tak peduli apa pun yang dia katakan, pria itu tampak tuli dan bisu. Bagaimanapun, begitu Xin Mei coba-coba membuka jendela, Si Lan akan langsung menghadangnya seperti pagar besi.
Frustrasi, Xin Mei tak bisa apa-apa lagi kecuali tidur.
“Kakak Si Lan, kudengar Kakak Lu membawa pulang seorang wanita semalam. Karena dia adalah seorang tamu, aku membuatkan sesuatu untuk dia makan. Aku merepotkanmu untuk menyerahkan ini kepadanya. Kuharap ini sesuai dengan seleranya.”
Sebuah suara wanita yang sangat anggun! Ah! Kata-kata yang begitu menggerakkan…. Xin Mei menyandar pada ambang jendela untuk melihat Si Lan mengambil sekotak makanan dari seorang wanita muda yang mengenakan gaun merah muda. Wanita muda itu mengangkat kepalanya untuk menatap Xin Mei.
Wow… sungguh… Xin Mei memutar otaknya selama sesaat sebelum menetapkan kata-kata yang paling cocok untuk mengekspresikan pujiannya atas penampilan si wanita muda: Gadis ini secantik bunga!
“Terima kasih atas niat baikmu, Nona Ying Lian.’
Jadi Si Lan itu ternyata bisa bicara… ditambah lagi dia bisa bicara dengan cukup ramah. Ying Lian tersenyum ringan pada Xin Mei sebelum berbalik dan pergi.
“Makan.” Si Lan ebrbalik dan memasang wajah lumpuh lagi saat dia meletakkan kotak makanan itu di atas ambang jendela.
Xin Mei kegirangan, dan buru-buru dia membuka kotak itu untuk menemukan dua buah wadah kayu besar yang penuh dengan kue-kue halus yang tak terhitung jumlahnya dan ditutupi oleh penutup dari kaca. Dia sudah lapar sejak semalam dan matanya melihat bintang-bintang karena pusing. Buru-buru dia mengambil sepiting Kue Teratai Salju Harum dan menyumpalkannya ke dalam mulut.
Menyadari tatapan tidak biasa dari Si lan pada dirinya dari sisi lain jendela dan melihat jejak rasa iri di mata pria itu, Xin Mei berpikir sejenak sebelum bertanya, “Apa kau mau?”
Si Lan menghilangkan ekspresi di wajahnya dan mengabaikan Xin Mei.
Xin Mei mengesah saat dia berkata pada dirinya sendiri, “Kelumpuhan wajah adalah penyakit yang serius. Kau benar-benar harus meminta seseorang untuk memeriksanya.”
Si Lan tampak berkedut dua kali. Dengan suara ‘blam’, jendela pun terbanting menutup.
Xin Mei mengambil kue lain, dan baru saja dia menggigit separuh kue itu, pintu menuju kamarnya tiba-tiba membuka. Lu Qianqiao yang telah menghilang semalaman berdiri di pintu masuk, punggungnya menutupi cahaya, menatap Xin Mei. Xin Mei menjatuhkan kuenya, melihat ke sekelilingnya, dan kemudian bersembunyi di belakang lemari.
Masih ada beberapa remah kue di sudut mulutnya, dan rambutnya masih belum disisir, menjuntai berantakan di bahunya. Dirinya tampak seperti seekor kelinci… jenis yang putih dan empuk.
Lu Qianqiao menutup pintu di belakangnya dan meamsuki kamar. Xin Mei menelan ludah, di kepalanya berlarian pemikiran tentang skenario dari sandiwara di mana, di dalam ruang terkunci, dan di bawah sorot pencahayaan tunggal yang membawa firasat buruk, si penjahat pengulurkan cakar-cakar jahatnya untuk meraih si tokoh utama wanita….
Xin Mei benar-benar ingin bersembunyi di dalam lemari.
“Kemarilah. Duduk.” Lu Qianqiao mengisyaratkan padanya untuk duduk di sebuah kursi.
“Aku tak mau ke sana.”
“… Kemarilah.”
“Nggak.”
Lu Qianqiao berpura-pura melangkah ke arahnya dan sebagai respon Xin Mei langsung memelesat untuk duduk di atas kursi.
Lu Qianqiao memijit dahinya. “Bagaimana kau tahu cara memecahkan Formasi Kabut? Siapa yang mengajarimu?”
“Aku sudah bilang padamu kalau aku tak tahu Formasi Kabut apa pun….”
“Katakan yang sebenarnya.”
“Kebenarannya adalah naluri arahku benar-benar bagus….”
Lu Qianqiao tak merespon dan hanya memandanginya dalam diam. Garis luar sosoknya begitu mencolok, sementara matanya yang gelap menusuk seperti batu permata. Meski wajah pria itu seanggun kumala, tidak ada setitik pun kelembutan kumala. Dia tak menyembunyikan sedikit pun sikap dinginnya, dan setiap saat perilakunya sedemikian berbahaya seperti sebilah belati yang bagus dan tajam.
Saat ini, belati yang memukau itu diarahkan langsung pada Xin Mei.
Xin Mei menghadapi tatapan Lu Qianqiao tanpa sedikit pun tanda-tanda rasa takut. Lu Qianqiao berpikir bahwa bahkan keberanian gadis itu terasa lembut. Pandangannya beralih pada remah-remah kue pada pipi gadis itu dan alisnya tak tahan untuk berkedut.
“Kau tahu….” Xin Mei melihat alisnya yang berkedut dan menawarkan nasihat yang datang dari kebaikan hatinya. “Kelumpuhan wajah itu adalah sebuah penyakit serius. Kau harus mencari seseorang untuk memeriksakannya. Aku kenal seorang tabib di Kota Lu Shui yang ilmu akupunturnya cukup bagus….”
Tanpa ekspresi, Lu Qianqiao mengangkat satu tangan ke arahnya. Wajah Xin Mei memucat dan dia langsung melihat ke sekelilingnya demi mencari tempat untuk menyembunyikan dirinya sendiri.
Lu Qianqiao mencengkeram tangannya. Panik, Xin Mei mempertimbangkan apakah tindakan dia selanjutnya semestinya berteriak, pingsan, atau hanya bertarung dengan segenap kekuatannya untuk melindungi kesuciannya. Tak dinyana, Lu Qianqiao menyeretnya ke jendela dan membukanya.
Pemandangan musim semi yang lembut muncul di depan mereka. Bunga-bunga pir di luar jendela sedang mekar penuh, di antara kelopak-kelopak bunga yang seputih kapas, beberapa Siluman Bunga kecil bisa terlihat sedang tertawa dan bermain di antara cabang-cabang.
Di kejauhan, juga bisa terlihat sebarisan pegunungan sehijau kumala yang menyembunyikan keluarga-keluarga petani yang damai.
“Tiga ratus enam puluh dua siluman,” Lu Qianqiao berkata datar. “Huang Ling adalah rumah mereka. Aku takkan membiarkan mereka keluar untuk melukai orang lain… dan aku jelas takkan membiarkan orang lain masuk untuk melukai mereka.”
Bagaimanapun juga Huang Ling adalah tanah kekaisaran yang disisihkan untuk dijadikan Pemakaman Kekaisaran. Rumor-rumor tentang hantu dan tanah berhantu tidak terlalu penting, namun bila sang Kaisar benar-benar mengatahui bahwa terdapat segerombolan siluman yang melewatkan hari-hari mereka dengan bebas dan riang, bisa diduga bahwa pada hari berikutnya akan ada orang-orang Xian yang diberangkatkan ke Huang Ling untuk membasmi semuanya.
Xin Mei menggaruk kepalanya dan hanya berkata pelan, “Oh.”
“Aku tak peduli bagaimana kau bisa mematahkan Formasi Kabut. Tetapi karena kau adalah ancaman bagiku, setiap hari aku tak bisa mengungkapkan hal ini merupakan satu hari lagi aku tak bisa membiarkanmu bebas.”
Lu Qianqiao melepaskan lengan Xin Mei.
Xin Mei memucat karena syok. “Kau… kau tak masuk akal….”
Dia tampaknya tertawa sedikit, “Aku tak pernah masih akal.’
Xin Mei berpikir bahwa sudah saatnya dia menjadi serous tentang mengekspresikan di mana dirinya berdiri dalam semua ini. “Bahkan bila kau mengurungku sampai aku mati, aku takkan menikahimu untuk menjadi nyonya di markasmu!”
Lu Qianqiao menunduk menatap tangannya. Dia sungguh ingin mencopot kepala yang terlalu banyak bekhayal yang tak mau mendengarkan kata-kata orang lain itu dan dengan ganas menendangnya seperti bola sepak….
Lu Qianqiao berbalik dengan satu kibasan lengan bajunya dan memerintahkan Si Lan yang sedang berdiri di luar pintu, “Awasi dia. Selain air, jangan beri dia apa pun untuk dimakan. Juga, jangan biarkan orang lain mendekatinya.”
Si Lan menangkupkan kepalan tangannya dengan hormat sebagai tanggapan, “Baik, Jenderal.”
Jenderal? Dia adalah siluman, jenderal macam apaan dia itu?! Perut Xin Mei begitu penuh dengan amarah sehingga dia memutar otaknya untuk mencari beberapa makian yang pantas, namun dia tak bisa memikirkan apa pun. Dia hanya bisa memukuli bantalnya sendiri untuk melampiaskan amarah.
“Kakak Qianqiao…” Suara seorang anak kecil memanggil Lu Qianqiao dari luar jendela. Xin Mei berbalik dan melihat seekor siluman burung yang bulatnya seperti pangsit. Dia terbang dengan sempoyongan dan bergoyang-goyang. Dia jauh lebih kecil ketimbang siluman burung yang pernah Xin Mei lihat pada kali terakhir dia berada di Huang Ling. Gaya terbang yang satu ini begitu goyah dan bergetar sehingga dia tak terlalu kelihatan seperti seekor burung. Dia lebih seperti seekor bebek kecil yang gendut.
Lu Qianqiao mengangkat sebelah tangan untuk meraih siluman burung itu ke dalam pelukannya. Dalam sekejap itu, cahaya matahari menerpa dirinya, dan wajah lumpuh itu tiba-tiba mengekspresikan kelembutan yang tampak ajaib.
“Kakakku bilang kalau dia sudah menyelesaikan persiapannya, dan dia ingin bertanya pada Kakak kapan Kakak bisa memberi dia neidan-nya.” Suara si siluman burung kecil yang seperti anak-anak itu mengicaukan pertanyaan.
“Segera.” Lu Qianqiao dengan kaku menepuk-nepuk kepala kecil siluman burung itu.
***
Si Lan membawa pergi kotak makanan itu, dan Xin Mei memegangi perutnya yang lapar sambil duduk di samping ambang jendela dan menatap nanar ke kejauhan. Dia tak tahu sudah berapa lama waktu yang dihabiskan seperti ini sebelum dirinya tertidur. Dalam mimpinya, dia sedang makan sayap dan paha panggang dari sebuah piring besar dengan liur menitik dari dagunya….
Pada saat langit menggelap, Si Lan menatap sosoknya yang kelaparan serta gelisah dan tak bisa menahan diri untuk bicara, “Kalau kau mengatakan saja kebenarannya maka kau takkan perlu kelaparan!”
Xin Mei dengan keras kepala memalingkan kepalanya dan memberi sebuah “Hmph.”
“Tak ada hal bagus yang datang pada mereka yang melawan sang Jenderal.”
“Kenapa kau terus memanggil siluman itu sebagai ‘Jenderal’?” Xin Mei berkata sebal.
Si Lan membara oleh kemarahan, “Siapa yang memberitahumu kalau dia adalah siluman? Dia adalah pejabat Negara Qiong, Jenderal Biao Qi! Sejak dia berusia lima belas tahun, dia telah mempertahankan karir kesuksesan militer!”
“Jenderal Biao Ji (T/N: menunggang pelacur)?” Xin Mei terpana.
“Jenderal BIAO. QI. (T/N: menunggang kuda)” Si Lan sudah hampir meledak.
“Kalau begitu kenapa jenderalmu tidak keluar untuk bertarung di medan perang? Kenapa dia malah nongkrong di Huang Ling sini?”
Si Lan tampak sedih. “Kaisar punya mata tetapi masih tak melihat kebenaran apa adanya. Beliau memercayai fitnah dan memindahkan sang Jenderal untuk menjaga Huang Ling….”
Xin Mei akhirnya mengerti. “Jadi dia adalah seorang jenderal yang terus kalah dalam perang, dan Kaisar membuangnya ke Huang Ling pada saat itu juga!”
Si Lan dengan marah membanting jendela hingga menutup.
***
Di kegelapan malam, tak satu suara pun yang keluar dari kamar. Si Lan merasa agak cemas. Bagaimanapun juga tawanannya adalah seorang gadis muda, dan gadis itu belum makan apa-apa selain dua potong kue sepanjang hari. Gadis itu mungkin kelaparan sampai jatuh sakit. Dia menatap kotak makanan di sampingnya, meragu tentang apakah dia harus diam-diam memberinya sepotong untuk mengurangi rasa lapar gadis itu.
Tiba-tiba, terdengar suara ribut-ribut keras dari dalam kamar. Si Lan segera membuka jendela namun tiba-tiba bertemu dengan hembusan angin yang kencang. Tanpa peringatan apa pun, dirinya dihantam oleh suatu kekuatan besar dan ubuhnya pun melayang keluar dan pingsan.
Duduk di atas Qiu Yue, Xin Mei menepuk-nepuk kepala binatang itu dan memuji, “Kerja bagus!”
Merupakan hal bagus karena dia masih punya senjata andalan. Dia tak mengeluarkan Qiu Yue pada malam pertama karena dia ingin mereka menurunkan penjagaan mereka untuk saat ini.
“Qiu Yue, ayo cepat dan terbang pergi diam-diam.”
Dia memerintahkan pada pelikan itu sambil berpegangan erat pada lehernya.