A Match Made in Heaven - Chapter 6
“Salam, Tuan yang baik, parasmu seindah rembulan. Bagaimana menurutmu tentang menjadi suamiku?”
Seorang gadis muda cantik tertentu tersenyum dengan dengan kepolosan mutlak.
“Ini… uh, yah….”
Seorang tuan muda tertentu dibuat malu sampai-sampai jadi merah seluruhnya.
“Kalau kau menjadi suamiku, maka semua uang ini bisa kau ambil.” Gadis itu menepuk-nepuk sebuah kantong yang gemuk oleh uang.
“Kupikir ini… ini perlu pertimbangan….”
Mata si pria muda tampan berkilau saat melihat uang itu.
“Meski orang-orang Xian telah meramalkan bahwa seharusnya aku ditakdirkan akan membawa nasib buruk pada suamiku, pada kenyataannya adalah aku amat sangat mampu, bersedia mencari uang, sangat kuat, dan sepenuhnya pekerja keras! Singkatnya, pria beruntung mana pun yang menikahiku takkan pernah perlu cemas sehari pun dalam hidupnya!’
Xin Mei adalah seorang anak yang jujur yang tak pernah menyembunyikan ramalan hidupnya. Hal ini juga merupakan cara untuk mencegah dirinya disalahkan oleh suami mana pun yang pada akhirnya berhasil dia beli karena telah mencurangi mereka dari kebenarannya.
… Pembawa sial bagi suami? Wajah si pria tampan merosot. “Nona, sebenarnya, secara kebetulan aku sudah menikah. Dan sayangnya, aku punya urusan mendesak yang harus kutangani, jadi aku permisi dulu.”
Ah. Satu lagi yang kabur….
Frustrasi, Xin Mei menatap punggung si pria tampan saat dia kabur dengan tergesa-gesa. Bahkan sejak pagi ini, yang ini adalah orang kesepuluh yang wajahnya berubah sepenuhnya pada kata-kata ‘membawa nasib buruk pada suami’. Dia cukup yakin kalau organ dalam ayahnya sedang kejang dalam penyesalan mendalam gara-gara mengundang Xian Yuqing atau siapalah orang Xian itu untuk meramalkan nasibnya. Kekuatan mematikan dari kata-kata ‘membawa nasib buruk pada suami’ sungguh amat terlalu kuat.
Yah. Sudah hampir waktunya untuk makan misua untuk untuk mengisi ulang tenaga dari semua pukulan yang telah diterima hatinya sepanjang pagi.
Saat dia terbang pergi dari Huang Ling semalam, Xin Mei tak berani mendarat di kota terdekat. Dia terbang selama enam jam penuh, dan saat fajar merekah dia menemukan kota kecil ini. Dirinya beruntung karena penginapan membuka pintu mereka pagi-pagi sekali, dan dia bisa mendapatkan sebuah kamar. Dia baru bisa memulihkan tenaganya setelah memakan tiga mangkuk nasi.
Jenderal Penunggang Pelacur itu juga sangat keterlaluan piciknya. Cukup karena orang itu tidak memberi Xin Mei makan telah sepenuhnya membuat Xin Mei mendiskualifikasi orang itu dari menjadi suaminya!
Berbelok di sebuah sudut jalan, mendadak Xin Mei melihat sebuah kereta lembu berderit-derit yang sudah hampir rontok perlahan maju ke arahnya. Rodanya berderak dengan memilukannya di tanah berbatu. Sapi tua yang menarik kereta itu juga penuh dengan goresan dan memar serta tampak kelelahan sepenuhnya.
Yah, sungguh sebuah kereta lembu yang familier. Hanya saja… bagaimana bisa hanya dalam waktu dua hari kereta itu telah menjadi semakin menyedihkan dan bobrok?
Xin Mei menghampiri kereta itu dan menyibakkan tirai pada kereta untuk menjumpai sepasang mata dengan bagian putih yang putih dengan mengejutkan dan iris gelap yang juga mengejutkan. Alasan kenapa sepasang mata ini begitu jelas bagian gelap dan putihnya adalah karena orang ini… apa dia habis disambar petir? Sekujur tubuhnya hitam seluruhnya. Xin Mei menatapnya selama sesaat dan tiba-tiba rahangnya menganga karena takjub.
“Tuan Mei Shan! Apakah Anda tersambar petir?”
Mei Shan merasa malu dan mendapati bahwa dirinya kesulitan untuk mengakui. Dia mengerahkan segenap tenaganya dan kembali menutup tirai, berpura-pura tak mengenal gadis itu.
Tanpa peringatan, kepala Xin Mei menyembul kembali ke dalam tirai. Dengan ekspresi yang serius dan tulus, dia menatap Mei Shan dari atas ke bawah seraya berakta, “Ini adalah karma karena tidak melakukan apa-apa saat kau melihat seseorang membutuhkan bantuan.”
Dengan mata sarat dengan air mata panas, Mei Shan mendorong kepala itu keluar dari keretanya. Saat ini, dia hanya berharap dirinya bisa memutar balik waktu sehingga dia tak pernah bertemu dengan gadis terkutuk ini dan tak pernah berurusan sedikit pun dengannya.
Kereta lembu itu dengan terguncang-guncang melaju lebih jauh ke dalam kota, mengarah ke restoran terbesar dan termegah di kota. Tuan Mei Shan menundukkan kepalanya untuk memandangi sosoknya yang menyedihkan, meragu lagi dan lagi. Dia sungguh tak mau keluar dari kereta dan mempermalukan dirinya sendiri lebih jauh lagi…. Mungkin bila dia memakai mantra mengalihan… tetapi sekujur tubuhnya kebas dan kesakitan. Dia jelas tak punya tenaga sedikit pun untuk merapalkan mantra Xian.
Pada saat dia kebingungan begini, tirai kereta itu terbuka lagi. Nona Xin Mei memiringkan kepalanya di luar kereta, memandangi dirinya.
“Apa Anda ingin memasuki restoran ini?” Xin Mei bertanya. Diulurkannya sebenah tangan, “Nah, saya akan membantu Anda berdiri.”
Mei Shan mentupi wajahnya. “Tidak. Tidak. TIDAK!”
“Jangan khawatir, saya sangat kuat. Saya takkan menjatuhkan Anda.” Xin Mei mengangkat selimut di pangkunannya dan setelah membungkus tubuh Mei Shan, dengan ringan menempatkan pria itu ke atas punggungnya.
Mei Shan telah lama menyewa ruang pribadi di lantai ketiga restoran ini. Xin Mei membawanya menaiki undakan tangga dengan langkah-langkah ringan dan teratur. Melihat Mei Shan tak bisa berkata-kata akibat syok, dia menjelaskan, “Anda jangan khawatir, Tuan Mei Shan, Anda sekurus tongkat-tongkat bambu yang kami miliki di rumah. Anda tidak berat sama sekali. Semenjak saya masih kecil, saya selalu memiliki tenaga yang sangat besar. Saat saya berusia sepuluh tahun saya bisa menggendong Da Shixiong (T/N: Kakak Seperguruan Laki-laki yang Pertama) saya dan berlari di sepanjang jalanan. Dan dia bahkan lebih besar daripada seekor beruang hitam!”
Mei Shan membuat suara ‘oh’ samar, seakan dirinya tiba-tiba dicekik di tenggorokan dan tak bisa bicara.
Untungnya, ruang pribadi di lantai ketiga dipisahkan oleh layar bambu. Orang-orang di luar tak bisa melihat bagian dalamnya. Xin Mei menyuruh seseorang untuk membawakan sepanci air panas. Dia membasahi sapu tangannya dan membantu menyeka seluruh kotoran dari wajah Mei Shan.
“Tuan Mei Shan, bukankah Anda adalah Xian? Bagaimana bisa Anda berakhir jadi seperti ini gara-gara sambaran petir?”
Air mata bercucuran dari wajah merona Mei Shan, “Kaum Xian… juga bisa dibagi menjadi banyak jenis yang berbeda…. Jenisku adalah jenis yang tidak bagus dalam melawan pewujudan kekuatan fisik!”
“Di mana Anda tersambar?”
Dengan gerakan ringan Xin Mei menyekakan sapu tangan basahnya pada sebuah luka di wajah Mei Shan, yang mana membuat Xian itu menarik napas tajam karena kesakitan.
“Beberapa hari terakhir ini urat-urat bumi di Gunung Wan Lan mengindikasikan bahwa energi-energi spiritual sedang berubah dengan tidak normal. Ada banyak siluman di gunung itu yang menjalani Ujian Petir Langit demi menjadi Xian. Semalam, aku sedang menonton seekor siluman anjing menjalani ujian, dan aku tak berhati-hati serta jadi terlalu dekat… dan Petir Langit… menyambarku.”
Xin Mei menganggukkan kepalanya dengan penuh pengertian, “Tidak mudah untuk menjadi Xian Gosip.”
Rasanya seakan ada ribuan kupu-kupu mengepak melewati bagian dalam telinga Mei Shan, membuat dia kebingungan dan gelagapan. Xin Mei mengoleskan obat Jin Chuang pada luka-luka Mei Shan, formula istimewa yang dibuat oleh Wismanya. Ini adalah obat luar biasa bagus yang terbuat dari Huang Lian serta empedu yang diekstrak perlahan seslama tiga hari tiga malam.
(T/N: Huang Lian / Chinese goldthread / Coptis Chinensis adalah salah satu tanaman obat yang memiliki banyak kegunaan medis)
Kecuali, bukannya mencium bau obat, Mei Shan berpikir kalau dirinya telah mencium keharuman dari balik kerah baju Xin Mei saat gadis itu mendekat padanya.
Sepertinya bahkan hidungnya juga jadi rusak gara-gara sambaran petir, Mei Shan membatin sendiri, merasa seperti ingin menangis.
“Baiklah, aku akan meninggalkan sebotol Obat Jin Chuang denganmu. Ingatlah untuk mengoleskannya setiap hari. Tuan Mei Shan adalah seorang Xian, jadi Anda seharusnya akan baik-baik saja setelah beberapa hari.” Xin Mei mengambil tasnya saat dia bangkit siap untuk kembali menuruni tangga.”
Tuan Mei Shan menceplos, “Kamu… umm… apa kau akan pergi begitu saja sekarang?”
“Ya. Saya masih harus pergi membeli suami, jadi saya tak bisa menemani Anda. Jaga diri.”
“… Membeli suami?” Mei Shan tertegun, “Memangnya kau bisa membeli suami?”
Xin Mei menyeringai, “Kau bisa membeli apa saja kalau kau punya uangnya!”
Tuan Mei Shan tak tahu kenapa dia merasa ingin menangis lagi. Sungguh menyebalkan! Tampaknya bahkan matanya juga sudah dirusakkan oleh sambaran petir!
Xin Mei mendorong layar bambu ke samping persis saat seseorang akan masuk. Dia nyaris menabrak orang itu. Orang itu memapahnya, dan sebuah suara yang merdu dan lembut berkata, “Berhati-hatilah, Nona.”
Xin Mei mendongakkan kepalanya dan mendapati… sebuah wajah yang cantik. Di bawah mata pria itu terdapat tahi lalat berbentuk tetesan air mata, yang memberinya hawa melankolis. Sebagai tanggapan atas Xin Mei yang mengamati wajahnya, pria itu tersenyum samar dengan efek hembusan angin hangat menerpa wajah… yeah, yang ini jelas bukan orang baik-baik.
Xin Mei berbalik dan menuruni tangga, samar-samar mendengar Tuan Mei Shan berseru marah dair dalam ruangan pribadi, “Fu Jiuyun! Kau terlambat setiap kalinya….”
Xin Mei tak bisa mendengar sisa kata-katanya. Dia keluar dari restoran untuk melihat jalanan yang penuh dengan orang dan mau tak mau hal itu menaikkan semangatnya. Suaminya pasti sedang bersembunyi di antara kerumunan orang ini! Dia harus menemukannya.
Cowok ganteng yang mengenakan baju kuning di depan tidak buruk juga. Wajahnya seperti bulan purnama, sosoknya tinggi dan kekar… dengan sekali lihat Xin Mei tahu bahwa pria itu adalah jenis yang tahan lama.
Tunik hijau di gang seberang juga tidak buruk. Rambut hitam gelap dan bahu lebar dengan langkah yang bersemangat dan bertenaga. Pasti bisa dipakai.
Siapa lagi… siapa lagi… mata Xin Mei tiba-tiba berbinar.
Tepat di sekitar sudut terdapat seorang pria yang berdiri di bawah sebatang pohon dengan kepala ditundukkan. Penampakan dari punggungnya begitu indah. Pria itu mengenakan baju panjang biasa berwarna terang yang jelas tampak cocok untuknya, membuatnya tampak sangat luar biasa di dalam kerumunan seperti bangau yang mencolok dalam sekawanan bebek. Rambut hitamnya berkilau, dan dengan sekali lihat bisa ditebak kalau dia penuh dengan vitalitas. Pinggang yang sempit, bahu yang lebar, dan lebih banyak lagi tanda-tanda kekuatan pada tubuh orang ini – semua menunjuk pada fakta bahwa pria ini jelas jauh dari jenis yang tak berguna.
Setelah melihat sosoknya di jalanan yang ramai dengan orang, Xin Mei merasa bahwa semua orang lainnya telah berubah menjadi gumpalan awan ketiadaan.
Xin Mei menepuk-nepuk rambutnya, merapikan pakaiannya, dan merabai kantong uangnya. Bagus. Tak ada masalah dengan penampilannya dan tak ada masalah dengan uangnya.
Dia menghampiri dan bicara pada pria itu dengan suara yang paling halus dan lembut.
“Hai, Tuan yang Baik. Aku adalah Xin Mei dari Wisma Xinxie. Latar belakangku bersih dan jelas, dan sifat serta penampilanku lumayan bagus. Kalau kebetulan kamu punya waktu, bagaimana menurutmu dengan mengobrol denganku tentang topik penting dalam hidup seperti rencana masa depan dan pemikiran tentang pernikahan?”
Si pria cantik tidak berbalik. Sesaat kemudian, pria itu berkata,
“Satu-satunya topik penting dalam hidup yang benar-benar ingin kuobrolkan denganmu adalah tentang bagaimana kau merobohkan Si Lan dan diam-diam kabur.”
Eh?
Terbengong-bengong, Xin Mei menatap pria itu berbalik. Sekali lagi, sorot mata mencengangkan dan menusuk itu terarah kepadanya. Dia jadi panik dan melangkah mundur saat melihat ke segala arah demi mencari jalan rahasia untuk melarikan diri.
Lu Qianqiao melambaikan tangannya. Sebuah jimat terjatuh di dahi Xin Mei, dan serta merta berubah menjadi pita berkilauan berwarna cerah yang membungkus di sekitar pergelangan tangan gadis itu. Salah satu ujung pita itu melontarkan dirinya ke tangan Xin Mei dan tiba-tiba seluruh pita tersebut hilang lenyap begitu saja. Mendadak, Xin Mei merasa dia tak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri, yang telah berhenti bergerak sama sekali. Tak peduli apa pun yang dia lakukan, dia bahkan tak bisa berjalan selangkah pun.
Pria itu berjalan di depan Xin Mei, dan wajahnya benar-benar menampakkan setitik tanda-tanda senyum yang luar biasa langka. Hanya saja… hanya saja ekspresi semacam itu membuat hati Xin Mei sepenuhnya gemetar ketakutan!
“Aku sudah menangkapmu,” ujar Lu Qianqiao.
“Ap-ap-apa yang akan kau lakukan kepadaku?” Xin Mei mulai terbata-bata ketakutan.
Lu Qianqiao menarik pelan. Berlawanan dengan kehendak Xin Mei, sebuah kekuatan yang tak terlihat menariknya maju dua langkah.
“Ini namanya Tali Pengikat Siluman. Di masa lalu, aku memakai ini untuk menangkap siluman-siluman yang paling buas dan ganas.”
Untuk entah alasan apa pun, bahkan suara pria itu seakan membawa nada senyuman, kecuali bahwa itu bukanlah jenis senyuman yang ramah dan lembut. Yang ini lebih seperti seulas senyum dingin yang membawa seringaian.
“Dan sekarang, aku memakainya padamu. Kau bisa lupakan saja soal melarikan diri.’
Xin Mei mengerahkan seluruh tenaganya unttuk meronta lepas dari ikatan, namun rasanya seperti meronta melawan belenggu besi. Dia membuat dirinya sendiri kelelahan dan akhirnya menyerah saja.
“Ba-ba-bagaimana kau menemukanku?” Menemukan satu orang di antara semua kota dan desa yang bertebaran di daerah situ semestinya seperti berusaha mencari sebutir pasir di pantai.
Lu Qianqiao berbalik dan mulai berjalan. Berlawanan dengan kehendaknya, Xin Mei mengikuti pria itu pada jarak tetap sejauh tiga langkah.
“Aku sudah tahu begitu kau menjatuhkan Si Lan,” pria itu berkata acuh tak acuh. “Aku sudah mengikutimu sepanjang waktu ini karena aku ingin melihat siapa yang akan kau hubungi. Dan sekarang aku tahu identitasmu, Nona Wisma Xinxie.”
Jantung Xin Mei mencelos. “Kau jangan libatkan ayahku!”
Lu Qianqiao tak bicara, dia hanya terus berjalan maju. Melihat arah pria itu berjalan sepertinya adalah restoran yang Xin Mei baru saja berjalan keluar, gadis itu pun jadi semakin was-was.
“Kau mau ke mana?”
“Manusia Xian tak berguna yang bernama Mei Shan itu ada di dalam restoran itu, kan?”
Xin Mei memucat ketakutan dan mendadak dia berlari mendekat untuk mencekal tangan Lu Qianqiao, mengerahkan segenap kekuatannya untuk menghentikan pria itu. “A-apa kau akan membunuh seorang Xian?! Aku tak pernah memberi tahu dia apa pun tentang Formasi Kabut!”
Lu Qianqiao menundukkan tatapannya pada tangan Xin Mei dan kemudian menatap balik pada wajah gadis itu. Xin Mei melepaskannya seakan telah tersetrum, dan menempatkan kedua tangannya di belakang punggung, bersikap sopan.
“Aku membutuhkan sesuatu dari dia.”
Dengan menyeret seekor kelinci ketakutan yang tak berdaya, Tuan Muka Lumpuh memasuki restoran.