A Match Made in Heaven - Chapter 7
Di lantai ketiga restoran, sebuah layar bambu menutupi sebuah ruangan pribadi dengan dinding sewarna kumala yang pekat dengan keharuman arak. Lu Qianqiao mendorong layar bambunya ke samping dan mulai – Tuan Mei Shan sudah pergi. Hanya seseorang yang tak dikenal yang tertinggal di dalam ruangan, sosoknya berselonjor pada kemiringan meja saat dia menuangkan arak untuk dirinya sendiri. Saat kedua orang itu tiba-tiba menerobos ke dalam ruangan, dia tidak kaget maupun marah. Dia hanya tersenyum ringan.
“Ah….” Xin Mei tak tahu apakah seharusnya merasa bersyukur atau sebaliknya. Tuan Mei Shan tak ada di sini, dan orang di depan mereka bernama… Fu Jiuyun, kan?
“Mei Shan sudah kabur,” Fu Jiuyun berkata santai, kelihatan seakan dia sedang menonton sebuah pertunjukan. “Kalian berdua datang terlambat hanya dalam sekejap.”
Lu Qianqiao tak membuang-buang kata-katanya, dan dia pun berbalik untuk pergi. Akan tetapi, Fu Jiuyun bicara lagi di belakangnya, “Tunggu sebentar. Apa yang kau butuhkan dari dia?”
“Tidak ada hubungannya denganmu.”
Layar bambu memelesat. Mereka sudah berada di luar.
“Aku tahu di mana dia tinggal.”
Satu kalimat yang tidak mencolok ini menghentikan langkah dari pria beku dan kaku di sisi lain layar bambu. Fu Jiuyun mengintip ke luar layar bambu, tersenyum seakan dia tak mau peduli. “Cukup menyetujui satu syarat, dan aku akan memberitahumu di mana dia tinggal.”
***
Kelopak-kelopak bunga terhembus masuk lewat jendela oleh angin musim semi. Beberapa kali Xin Mei tak bisa menahan kuapannya. Fu Jiuyun duduk di seberangnya, berkata dengan suara lembut, “Jangan bergerak dulu. Aku belum selesai melukis.”
Xin Mei hanya bisa membekukan sekujur tubuhnya dalam pose itu lagi – berdiri di depan jendela, menggenggam seranting bunga persik dengan seulas senyum yang kini membuat pipinya sakit.
Mereka baru saja selesai menegosiasikan syaratnya. Xin Mei telah bersiaga menyaksikan mereka beradu habis-habisan sementara dia akan mencari kesempatan untuk kabur di tengah pertarungan mereka. Dia tak tahu bahwa Fu Jiuyun akan menunjuk dirinya dan berkata, “Aku ingin nona ini menjadi model untuk lukisan. Saat aku sudah selesai, aku akan memberi tahu kalian di mana Mei Shan tinggal.”
Xin Mei sungguh tak bisa berkata-kata.
Lu Qianqiao duduk di seberang Fu Jiuyun, memegang secawan arak dan tanpa bersuara menatap pemandangan musim semi di luar jendela. Larut dalam pemikirannya, sepasang kelopak bunga terjatuh ke dalam araknya. Tanpa memperhatikan, dia meminum arak dengan kelopak-kelopak bunga itu.
“Kudengar….” Fu Jiuyun mendadak bicara di tengah kesunyian, “Di daratan di Barat Jauh, terdapat satu klan Pengamuk berdarah murni yang kuno. Dengan mata merah gelap dan siluet yang luar biasa, mereka adalah orang-orang yang luar biasa tinggi hati yang terkenal sulit untuk didekati. Seluruh anggota klan, tak peduli gendernya, harus menjalani krisis yang amat sangat berbahaya begitu mereka berusia dua puluh lima tahun. Sebagian besar dari anggota klan tewas pada usia dua puluh lima tahun. Aku penasaran apakah itu benar.”
Lu Qianqiao tak merespon.
“Sejak zaman kuno, klan Pengamuk telah memiliki peran serta yang tak tertandingi pada perang besar antara dewa dan iblis. Karena upaya mereka, para dewa selalu menganugerahkan berkat mereka kepada para Pengamuk. Sayang sekali saat ini kita hidup di masa di mana kedewaan dan sihir dirahasiakan dari dunia. Tanpa perlindungan dari para dewa, klan Pengamuk perlahan-lahan telah habis, dan krisis usia dua puluh lima praktis telah menjadi fatal. Lalu bagi klan Pengamuk… mereka mungkin cukup kerepotan dengan situasi ini, kan?”
Lu Qianqiao akhirnya bergerak. Dia meletakkan cangkirnya, dan suaranya tenang.
“Apa maksudnya kau bicara tentang ini kepadaku?”
Fu Jiuyun tersenyum. “Tidak ada maksud tertentu. Hanya saja aku tidak seperti Mei Shan. Aku tak mengerti tentang misteri-misteri ini sama sekali. Lalu untuk apa yang terjadi saat seorang Pengamuk separuh manusia mencapai usia dua puluh lima tahun, aku bahkan akan lebih takjub lagi. Untuk pertanyaan-pertanyaan ini, kau akan perlu bertanya pada Mei Shan.”
Setelah Fu Jiuyun selesai bicara, dia menepukkan tangannya, “Di mana Nyonya Qin? Bawakan lebih banyak arak dan sedikit musik”
Seorang wanita cantik memasuki ruangan dari belakang layar bambu. Dia menuangkan arak ke dalam cawan ketiga orang itu sampai ke tepian dan kemudian mengundurkan diri. Dalam sekejap, suara dawai qin yang bergetar mengalir bagai arus air, membasuh ke dalam suasana gelisah di dalam ruangan pribadi tersebut.
Ayah Xin Mei dahulu pernah memberitahunya, pria-pria hedonistis yang menghabiskan uang mereka untuk wanita dan minuman adalah apel-apel yang jelek. Xin Mei dengan muak memutar matanya.
Fu Xiuyun mengetuk meja rendah. “Permisi. Nona muda di sebelah sana, harap menahan diri dari menarik kelopak matamu. Tak enak dilihat.”
AHHH! Xin Mei SUNGGUH ingin melemparkan dirinya sendiri ke luar jendela!
Melihat mentari terbenam, Fu Xiuyun akhirnya selesai melukis lukisannya. Dia cukup puas dengan hasilnya, dan setelah tersenyum pada lukisan itu selama sesaat, dia melambai pada Xin Mei agar mendekat. “Kemari, lihatlah.”
Menyeret kakinya yang sakit, Xin Mei menghampirinya untuk melirik pada lukisan itu. Dia tak tahan untuk merasa syok.
Lukisan wanita cantik jelita dengan kepala diangkat tinggi-tinggi dan dada membusung, berkilau dengan kepercayaan diri – siapa dia?!
Fu Jiuyun menyeringai, puas dengan dirinya sendiri. “Kau masih benar-benar muda. BIsa dibilang, praktis kau tak punya keberadaan. Lukisanmu benar-benar dengan baik hati menambahkan dua tahun kepada wanita dalam lukisan ini. Saat kau tumbuh dewasa, buatlah wanita ini menjadi tujuanmu, ya?”
Xin Mei begitu tergerak hingga matanya berair. “Meski kau adalah orang yang begitu jahat…. Siapa yang tahu kalau ternyata kau bisa melukis dengan begitu indahnya! Ini luar biasa sekali!”
Fu Jiuyun terdiam di tengah gerakan menyerahkan lukisannya, dan dia lalu bertanya dengan seulas senyum manis, “… Apa yang barusan kau katakan?”
“Ini luar biasa sekali!”
“Sebelum itu.”
“Siapa yang tahu kalau ternyata kau bisa melukis dengan begitu indahnya!”
“Yang sebelum itu.”
“Kau adalah orang yang begitu jahat.”
Dengan cekatan Fu Jiuyun melipat lukisannya, mengembalikannya ke dalam lengan bajunya, dan mulai mengantar para tamu keluar dari ruang pribadi dengan antusiasme yang memudar. “Kita sudahi saja saja di sini untuk hari ini. Mei Shan tinggal di Wisma Meishan di sisi selatan Gunung Bai Tou. Kalian cari sendiri dia.”
Apa yang salah dengannya? Apa dia mulai merasa tidak enak badan? Xin Mei dengan cemas menggaruk bagian belakang kepalanya saat dia mengikuti Lu Qianqiao dalam jarak dekat ketika menuruni tangga.
Fu Jiuyun berbalik untuk bertanya pada Nyonya Qin. “Apa kau punya cermin?”
Nyonya Qin menyerahkan sebuah cermin kepadanya dengan wajah merona. Fu Jiuyun memandangi pantulan dirinya dari sisi depan dan samping. Dia menatap dirinya sendiri dari segala sudut, bahkan dari atas.
Tepatnya bagian mana dari dirinya yang jahat?
Sungguh sebuah masalah yang membuat depresi….
***
Lu Qianqiao berjalan luar biasa cepat. Setelah meninggalkan restoran, dia mengambil sebuah jalan kecil yang mengarah ke selatan dan berangkat. Xin Mei terpaksa berlari-lari mengejarnya menyusuri jalan kecil itu. Saat berlari, dia membelai perutnya. Dia lapar… namun si Jenderal Penunggang Pelacur yang tak punya pengertian ini jelas takkan cukup baik dengan membiarkan dia makan sesuatu.
Pada saat-saat seperti ini, dia harus mengandalkan dirinya sendiri.
Mata Xin Mei tajam. Melihat bahwa ada sebuah kios kue panggang di sisi jalan dan bagaimana si pedagang menata rapi kue-kue yang baru selesai dipanggang dan masih mengepul, Xin Mei dengan tangkas menjangkau dengan satu tangan untuk meraih empat buah kue sambil melemparkan beberapa keping koin kepada pihal lain. Karena dirinya masih diseret maju oleh kekuatan yang tak terlihat, dia berseru ke belakangnya sekeras yang dia bisa, “Aku sudah bayar!”
Menundukkan kepalanya untuk menggigit kuenya, dia mendapati bahwa seceara kebetulan ini adalah kue lemak bebek yang otentik. Pembuat kue ini lumayan murah hati. Dia memakan habis tiga kue dalam sekejap. Saat dia sudah selesai, tangannya jadi berminyak, dan ketika dia berusaha menemukan sapu tangan, mendadak terlihat olehnya lengan baju Lu Qianqiao yang mengepak di depannya… kelihatannya… kelihatannya kain itu cukup lembut….
Diam-diam menggenggam sepotong pakaian Lu Qianqiao, Xin Mei menyekakan tangannya kuat-kuat pada kain itu. Tepat saat dia sudah akan menundukkan kepalanya untuk menyeka mulutnya, Lu Qianqiao mendadak berhenti. Xin Mei tak bisa mengerem dirinya tepat waktu dan dia pun menabrak punggung pria itu dengan menyakitkan, mental ke belakang beberapa langkah akibat kekuatan benturannya, dan kemudian ditarik ke depan dengan kasar oleh Tali Pengikat Siluman yang masih berada dalam genggaman Lu Qianqiao. Pada akhirnya, pria itu harus membantunya menegakkan diri.
Xin Mei mendongakkan kepalanya untuk mendapati dirinya berdiri di depan sebuah penginapan. Dia menutupi wajahnya dengan syok. Di-di-dia…. Apakah mereka akan menjalani pengalaman klise pada senja yang tegang dan sensual dengan hanya berduaan di dalam sebuah kamar penginapan?
Tidak! Orang ini hendak memaksa dirinya melakukan sesuatu. Dia sudah mulai melihat selera pria itu! Dia harus waspada, berjaga-jaga….
Lu Qianqiao meliriknya dan melihat semua ekspresi ganjil dan berubah-ubah di wajahnya. Dengan acuh tak acuh pria itu berkata, “Aku tahu apa yang kau pikirkan.”
Eh? Jantung kecil Xin Mei yang malang mulai berdebar gila-gilaan….
Lu Qianqiao tersenyum dan melanjutkan dengan nada mengejek, “Tapi takutnya aku akan harus mengecewakanmu.”
Pria itu lanjut menyeret Xin Mei dan mereka terus berjalan dan berjalan… dan kemudian mereka pun keluar dari kota.
***
Orang ini begitu dingin dan tidak luwes, tak heran kalau Kaisar mengirim dia untuk menjaga Kuburan Kekaisaran. Xin Mei menahan air mata panasnya saat dia berjongkok di pinggiran sebuah hutan tua di pegunungan, berusaha membuat api unggun. Lu Qianqiao mengikatkan Tali Pengikat Siluman pada batang sebuah pohon tua yang setebal sepuluh tubuh manusia berdiri berjajar. Kecuali bila Xin Mei memiliki tenaga seperti dewa yang bisa memindahkan gunung… kalau tidak dia akan harus duduk dengan patuh di sana dan membuat api unggun kecilnya.
Pada saat Lu Qianqiao kembali dengan kantong air kulitnya penuh dengan air segar, api unggun sudah menyala dengan sehatnya. Pria itu mengeluarkan sebuah kantong yang tak tampak mencolok yang menggantung dari pinggangnya, dan dari dalam kantong itu, dia mengeluarkan sebuah rangka besi, sebuah kuali besi kecil, sejumlah mi, beberapa potong daging kering, dan beberapa peratan makan seperti mangkuk dan sumpit. Xin Mei menatap terbengong-bengong.
Dia pernah mendengar tentang benda pusaka ini, yang disebut-sebut sebagai Kantong Kosmis. Beberapa ratus tahun yang lalu, seorang Xian dari negara Zhou Yue yang menciptakannya. Penampilan dari kantong-kantong tak patut untuk dibicarakan, karena mereka terlihat persis seperti kantong uang yang sudah usang. Akan tetapi, di dalam masing-masingnya terdapat ruang penyimpanan tanpa batas. Dalam masa hidup sang Xian, dia telah menyelesaikan bahkan tidak sampai sepuluh Kantong Kosmis… selain yang ada di Istana Negara Qiong, sisanya semestinya telah hilang selamanya. Sungguh tak disangka-sangka bahwa Tuan Muka Lumpuh memiliki pusaka seperti ini.
Lu Qianqiao menuangkan air ke dalam kuali dan meletakkannya di atas api. Dia menguleni mi dan kemudian melemparkannya ke dalam air dalam bentuk gumpalan kecil, diikuti dengan sejumlah herba liar dan daging kering. Dia melakukan semua ini dengan sangat alamiah, sangat cekatan, seakan ini adalah kegiatan sehari-hari yang telah dia lakukan ribuan kali.
Mungkin dia memang adalah Jenderal Biao Ji yang hebat dan terkenal, atau mungkin dia adalah Pengamuk berdarah campuran, atau mungkin dia adalah sseekor serigala yang berusaha memperdayai seorang gadis yang murni dan polos… namun pada saat ini, semua identitas ini tampak lumayan jauh.
Setelah memasukkan semua bahan ke dalam kuali dan merebusnya selama sesaat, keharuman pun memenuhi udara di sekeliling mereka. Xin Mei tiba-tiba mengarahkan tatapannya pada kuali itu dengan sorot mata lapar. Bagaomanapun juga, saat memikirkannya kembali, dia menyadari bahwa orang ini pasti takkan berbagi dengannya. Dia hanya bisa mengeluarkan kue lemak bebeknya yang terakhir, bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah dia harus menghabiskannya.
“Makan.” Lu Qianqiao mengisi sebuah mangkuk dengan sup mi yang baru saja dimasak, meletakkannya di samping kaki Xin Mei.
Xin Mei menatap hampa dalam waktu lama sebelum bereaksi. “Eh, terima… terima kasih….”
Dengan hati-hati dia menyesap sup mi-nya. Rasanya yang segar membawa sedikit rasa pedas, dan meski dia tak terbiasa dengan itu, tak disangka ternyata lezat juga. Xin Mei meminum supnya sambil dengan sembunyi-sembunyi memandangi api menari-nari di wajah Lu Qianqiao.
Dia tampaknya punya banyak yang dipikirkan….
Xin Mei membersihkan tenggorokanya, “Dalam hidup, selalu ada jalan keluar dari masalah apa pun.”
Karenanya, tolong cepat lepaskan akuuuuuu! Xin Mei melolong dalam hatinya.
Lu Qianqiao menatapnya dengan ekspresi sedikit terkejut. Saat melihat mata gadis itu melontarkan sorot-sorot cahaya yang penuh dengan harapan dan antisipasi, dia pun berpaling dan berkata dingin, “Setelah kau selesai makan, tidurlah.”
….Bocah ini! Xin Mei yakin kalau orang itu punya kelemahan entah di mana!
Xin Mei memindahkan api unggunnya ke tempat baru dan membentangkan selimutnya di atas tanah yang telah dihangatkan. Membungkus dirinya dengan kain, dia berpura-pura tidur. Diam-diam dia mengintip lewat satu celah yang terbuka apda punggung Lu Qianqiao. Pria itu duduk tak bergerak di bawah pohon di seberangnya. Hanya dengan suara berderak dari api unggun, malam di dalam hutan jadi sunyi tak tertandingi.
Xin Mei tak tahu sudah berapa lama waktu berlalu, namun dia merasa bahwa pria itu mungkin sudah tidur. Dia menyelinapkan sebelah tangan ke dalam lipatan pakaian di dadanya, berencana menarik Qiu Yue keluar untuk menjatuhkan pria itu.
Begitu Xin Mei bergerak, seakan ada mata di bagian belakang kepala Lu Qianqiao, pria itu pun berbalik untuk menatapnya dengan songong.
“Menurutmu apa yang sedang kau lakukan?” Suasana hati pria itu tampaknya sudah membaik, karena dia mengatakan hal ini dengan tenangnya seakan Xin Mei tidak sedang berniat untuk menjatuhkan dirinya.
Xin Mei tertawa canggung, “Ng-nggak ada… sepertinya aku digigit nyamuk….”
“Aku tahu kalau kau memiliki seekor binatang ajaib yang yang mengesankan.” Lu Qianqiao mengulas senyum tipis yang sarat dengan niat membunuh. “Kalau kau tak mau memakan pelikan panggang besok, maka tidurlah dengan tenang.”
Pelikan panggang! Apa dia bermaksud bilang kalau dia akan memanggang Qiu Yue? Bahkan setelah berubah menjadi jimat, Qiu Yue yang bersembunyi di dada Xin Mei gemetar hebat dan seakan berusaha menguburkan dirinya sejauh mungkin ke dalam dada gadis itu.
Xin Mei menahan air matanya yang panas, membalikkan tubuhnya untuk tidur. Baik, pria itu menang kali ini.