A Match Made in Heaven - Chapter 8
“Ada sesuatu yang benar-benar serius yang perlu kubicarakan denganmu.”
Saat pagi sudah tiba, Xin Mei berjongkok di samping Lu Qianqiao dan menyenggolnya hingga terbangun. Pria itu masih agak mengantuk. Sejumput rambut terjatuh mengenai bibirnya, dan Xin Mei mendapati bahwa mata gelap pria itu tampak cukup polos, bahkan sedikit kebingungan.
“Kamu adalah laki-laki, dan aku adalah perempuan. Benar?”
Melihat Xin Mei memasang ekspresi yang begitu langka dan kaku, Lu Qianqiao berpikir bahwa dia harus berusaha lebih keras untuk memperhatikan. Ditutupinya cahaya matahari dari matanya dengan tangan dan sedikit menganggukkan kepalanya.
“Banyak orang tua yang berpendidikan baik telah menulis buku untuk membicarakan tentang isu ini, tentang bagaimana tidak pantasnya bila seorang pria lajang dan seorang wanita lajang memiliki hubungan dekat, dan sesuatu tentang bagaimana tidak mengharapkan yang bukan milikmu. Saat seorang lelaki tanpa disengaja melihat kulit seorang wanita, lelaki itu harus menikahi si wanita. Bukankah begitu?”
Samar-samar mendengarkan perubahan nada dari suara lembut gadis itu membuat Lu Qianqiao jadi semakin mengantuk. Dia hanya mengangguk lagi.
“Yah… aku jelas takkan menikahimu! Kau tahu itu, kan?”
Lu Qianqiao nyaris tertidur lagi. Secara refleks dia mengangguk.
Xin Mei menepukkan tangannya sekeras yang dia bisa. “Jadi, yang ingin kukatakan adalah, aku perlu memenuhi panggilan alam!”
Ujung dari Tali Pengikat Siluman yang berada di sekitar pinggang Xin Mei masih dicengkeram di tangan pria itu, dan ukuran talinya sama sekali tidak panjang. Bila Xin Mei harus buang air kecil, maka dia akan harus menunjukkan kulitnya… lebih seperti, dia akan harus menunjukkan banyak. Jauh lebih banyak daripada sekedar ‘kulit’….
Lu Qianqiao menurunkan tangannya dari menutupi cahaya matahari saat dia menatap kaku pada gadis itu. Tak ada reaksi satu pun.
Xin Mei mengulang dirinya sendiri, “Aku perlu memenuhi panggilan alam.”
Masih tak ada tanggapan. Lu Qianqiao hanya mengerjap, tampak datar.
Dengan pipi dialiri oleh air mata, Xin Mei bangkit dan meringkuk di belakang sebatang pohon yang batangnya bisa dianggap tebal. Menahan isakannya, dia berkata, “Kau…. Kau tidak diperbolehkan untuk mengintip!”
Setelah berpura-pura bersembunyi selama sesaat, Xin Mei masih tak bisa mendengar suara apa pun. Dia jadi putus asa, dan dijulurkannya kepala dari balik pohon untuk berteriak, “Bagaimana bisa kau benar-benar tak ada hal yang perlu dikatakan? Mengintip saat orang buang air adalah hobi yang amat sangat keji!”
Lu Qianqiao mengedip tak peduli, dan kemudian…. Dan kemudian dia menguap lalu berbalik untuk melanjutkan tidur.
Orang ini adalah tipe yang susah untuk bangun di pagi hari!
Xin Mei melontarkan dirinya sendiri ke atas tubuh pria itu dan menarik-narik wajahnya. “Bangun bangun bangun!”
Lu Qianqiao menangkap pinggang Xin Mei. Akhirnya terbangun, wajah Lu Qianqiao tampak beku dan rambutnya agak berantakan. Dia memelotot ada gadis itu dari tanah. “Kau punya banyak nyali ya!”
Xin Mei meledak. “Aku harus buang air!”
Buang air. Ekspresi ini agak asing namun juga entah bagaimana terasa familier. Otak Lu Qianqiao yang baru saja terbangun tidak berada pada kondisi terhebatnya. Setelah memikirkan hal itu selama sesaat, mendadak dia pun sadar. Serta merta, ekspresi di wajahnya berubah dari syok menjadi rasa bersalah dan kemudian akhirnya merona malu.
Buru-buru dia melonggarkan cengkeramannya seakan terbakar, dan dia menatap tanpa daya saat Xin Mei memelesat ke kedalaman hutan.
Lu Qianqiao akhirnya sadar sepenuhnya sekarang. Dia bangun sambil merapikan rambutnya ketika sebuah jimat terjatuh dari tubuhnya. Dia mendapati benda itu tampak tidak familier. Jimat ini mungkin bukan miliknya. Kertasnya dibuat dari kulit pohon payung berusia seribu tahun yang dihaluskan, membuatnya sesuai untuk menyimpan Binatang Ajaib tipe burung. Xin Mei pasti telah menjatuhkannya tadi saat melakukan gerakan liarnya itu.
Ini adalah pelikan tunggangannya, kan?
Lu Qianqiao memandangi jimat itu selama sesaat, melipatnya, dan kemudian mengantonginya dalam lipatan pakaiannya.
Untuk benda semacam ini… dia tak punya pengalaman dalam hal semacam ini… wanita itu… berapa lama waktu yang dibutuhkannya? Lima menit? Sepuluh menit? Baiklah, dia akan memberi wanita itu tiga puluh menit. Kalau wanita itu masih tak kembali, maka dia akan… harus menunggu tiga puluh menit lagi….
Lu Qianqiao menatap warna langit. Berapa lama waktu telah berlalu? Wanita itu masih belum kembali juga. Haruskah dia pergi mengejarnya untuk memeriksa? Tidak, dia harus menunggu sedikit lebih lama lagi… bagaimana kalau… ya, dia harus menunggu sedikit lebih lama lagi….
Untuk sekali ini, Lu Qianqiao mendapati dirinya kebingungan sepenuhnya.
Total satu setengah jam telah berlalu. Lu Qianqiao mendadak bangkit, dan tepat saat dia sudah akan pergi mencari wanita itu, dia mendengar suara samar gemerisik daun terinjak di belakangnya. Berbalik, dia melihat Xin Mei membawa sepelukan jamur segar dengan wajah cemberut. Dari kepala hingga ujung kaki, terlihat seakan Xin Mei bermandikan embun pagi. Wanita itu kembali.
“Kamu….” Lu Qianqiao merasa agak canggung, tak tahu harus berkata apa.
Jengkel, Xin Mei menjatuhkan jamur-jamur itu ke tanah. Barusan tadi, dia telah melewatkan sebuah kesempatan yang luar biasa untuk melarikan diri! Tetapi dia telah menjungkir-balikkan pakaiannya dari luar hingga dala dan dia tak bisa menemukan tanda-tanda dari jimat Qiu Yue. Dia pasti telah menjatuhkannya tadi saat mencekik pria itu. Sungguh menyebalkan! Tanpa tunggangannya, nyaris mustahil baginya untuk melakukan perjalanan melewati hutan pegunungan dalam ini yang penuh dengan pepohonan di segala sisi sejauh mata memandang, tak usah menyebutkan soal melarikan diri dari hutan itu….
“… Apa Qiu Yue ada di tanganmu?” dia bertanya.
Lu Qianqiao berpikir dan kemudian mengangguk.
“Kau tak boleh melukai dia!” Teringat pada apa yang telah Lu Qianqiao katakan kemarin tentang pelikan panggang, dia pun jadi panik. “Qiu Yue sudah sangat tua sekarang, dagingnya sangat alot. Tidak enak sama sekali!”
(Di dalam kantong Lu Qianqiao, Qiu Yue meratap: Aku bahkan belum berumur enam tahun… bagaimana aku bisa dibilang tua?)
Lu Qianqiao terdiam selama sesaat dan kemudian berkata, “Kalau begitu kita harus melihat apakah kau bersikap baik.”
Xin Mei memeluk tubuhnya sendiri, melangkah mundur tanpa takut. “Hmph! Bahkan bila kau memiliki tubuhku, kau takkan memiliki hatiku!”
… Lu Qianqiao mengira kalau dirinya sedang bicara serius dengan gadis itu. Dia jelas salah.
Mengambil jamur-jamur yang telah Xin Mei bawa dan mencucinya sekali, Lu Qianqiao lalu melemparkannya ke dalam sisa sup yang semalam. Setelah mendidihkannya secara merata, sama seperti pada malam sebelumnya, dia menciduk sup ke dalam mangkuk dan meletakkannya di samping kaki Xin Mei. Xin Mei memalingkan kepalanya dengan keras kepala, “Aku nggak mau makan! Tidak kecuali kau mengembalikan Qiu Yue!”
Oh. Yah, kalau kau tak makan maka kau tak makan. Lu Qianqiao dengan sangat kalem meminum supnya sendiri. Karena daging keringnya telah direndam semalaman, keharumannya berada pada kondisi terkuat. Dagingnya juga sepertinya telah jadi lumayan lebih empuk.
Pria itu pasti melakukannya dengan sengaja. Mangkuknya punya banyak daging, dan saat dia makan, keharumannya menguar di seluruh perkemahan.
Xin Mei mengintip beberapa kali, melihat pria itu dengan kepala ditundukkan dan hanya memusatkan diri pada makan. Karena pria itu sedang tidak melihat, Xin Mei mulai diam-diam mendekatkan tangannya ke arah mangkuknya. Persis saat ujung jarinya mencapai pinggiran mangkuk, dia mendengar pria itu bergerak, dan dia pun secepat kilat menarik balik tangannya ke samping tubuhnya, melanjutkan sikap keras kepalanya.
Lu Qianqiao tak tahan untuk terkekeh. Sesaat kemudian, dia berkata, “Hentikanlah. Makan sarapanmu.”
Jauh dari kejam ataupun meledek, nada suara pria itu tenang dan damai.
Air mata mengalir turun di pipi Xin Mei saat dia mengangkat mangkuk ke bibirnya. Oh Qiu Yue! Aku adalah pemilik yang buruk! Tapi pertama-tama, biarkan aku menghabiskan sarapan, dan kemudian aku akan memikirkan strategi untuk menyelamatkanmu dari setan ini!
***
Xin Mei mulanya berpikir bahwa Lu Qianqiao akan menyeretnya ke Gunung Bai Tou untuk mencari Tuan Mei Shan. Siapa yang menyangka kalau mereka menyusuri pinggiran gunung sepanjang waktu ini, dan dalam beberapa hari, kedua orang itu kembali lagi ke Huang Ling.
Ini adalah kali kedua Xin Mei melangkah di sepanjang jalan sihiran yang sarat dengan sakura yang sedang merekah. Xin Mei merasa sangat kebingungan tentang hal itu sekarang ini. Untungnya, kali ini Lu Qianqiao tidak langsung melemparkan dirinya ke dalam sebuah kamar dan menguncinya. Pria itu terus menempatkan Xin Mei di sisinya hingga mereka tiba di sebuah aula tamu kecil yang disebut Paviliun Gui Hua.
“Selamat datang kembali, Jenderal.”
Si Lan membawakan teh. Dia melontarkan tatapan setajam belati pada Xin Mei, jelas-jelas mengingat malam ketika gadis itu membuatnya pingsan. Hal itu jelas adalah penghinaan terbesar dalam seumur hidupnya.
Xin Mei pura-pura tidak melihat pelototan Si Lan saat dia menatap ke sekelilingnya dan mempelajari dekorasi di Paviliun Gui Hua. Dia menguping saat Si Lan melaporkan semua yang terjadi di Huang Ling selama beberapa hari terakhir.
“Semenjak Jenderal membawa pulang neidan siluman harimau untuk Tang Guoguo, dia telah menjalani pertapaan di ruang tertutup. Kemarin dia akhirnya sembuh dan telah kembali ke penampilan asalnya…. Tuan Zhao berkata bahwa dia baru saja selesai menulis sebuah sandiwara baru dengan mengerahkan segenap hatinya. Dia bilang dia yakin kalau yang kali ini akan menjadi sebuah cerita yang cukup bagus untuk dua belas boneka yang telah Anda ukir…. Siluman beruang dari Barat Laut telah melamar Nona Ying Lian untuk yang kelima puluh tiga kalinya. Dia menebarkan bunga-bunga teratai di sepanjang jalan untuk Nona Ying Lian, tetapi Nona Ying Lian berakhir dengan membakar semuanya….”
Xin Mei jadi bosan mendengarnya, dan dia tak tahan untuk menguap beberapa kali. Akhirnya Si Lan menyelesaikan laporannya, dan Lu Qianqiao keluar lagi dari Paviliun Gui Hua. Mereka berjalan menelusuri bukit yang curam, puncaknya penuh dengan bunga-bunga pir lembut yang sedang mekar. Di tengah-tengah pepohonan terdapat dua orang sedang bercakap-cakap. Mendengar mereka menghampiri, kedua orang itu berbalik pada saat bersamaan dan menatap Lu Qianqiao dengan luar biasa gembira.
“Qianqiao Dage!” (T/N: Dage: kakak laki-laki)
Seorang pria muda berusia sekitar tujuh belas atau delapan belas tahun memanggil dengan sikap yang agak malu-malu. Penampilannya cukup memikat, namun mata bulat dan wajah bulatnya membuat dia tampak agak kekanak-kanakan. Sepasang sayap besar berwarna kuning muda mencuat dari punggungnya, dan bulu-bulunya berkibar serta menari dalam kegembiraannya.
Lu Qianqiao mengangguk, “Apa kau sudah lebih baik sekarang?”
Si pemuda sedikit merona, “Ya, aku sudah pulih sepenuhnya. Qianqiao Dage, aku sudah sangat merepotkanmu… bila bukan karena kau menghentikanku, aku akan telah membuat kesalahan besar karena mencuri jiwa seorang manusia…. Sejak saat ini, aku takkan berlari keluar dengan gegabah seperti itu lagi.”
Dari arah belakang terdengar suara tawa seorang gadis. Seorang gadis muda cantik yang mengenakan gaun serba merah muda berjalan ke sisi si pemuda, tersenyum seraya berkata, “Sejak Guoguo pulih, dia tak berhenti mengatakan ini. Menurut pendapatku, kupikir kau tampak jauh lebih imut saat kau masih kehilangan neidan-mu sebagai seorang bocah kecil.”
Tao guoguo jadi lebih merona lagi. “Ying Lian Jie (T/N: Jie = kakak perempuan), kau meledekku….”
Setelah berkata demikian, mendadak pemuda itu menyadari gadis yang berdiri di samping Lu Qianqiao. Tubuh seramping dedalu dengan wajah secerah bunga sakura yang matanya menatap hampa pada angkasa seakan terlarut dalam lamunan dan pemikiran…. Tang Guoguo gemetaran, melompat saat dia menuding pada gadis itu dan berteriak, “Kau?! Bagaimana kau bisa ada di sini?”
Xin Mei terperanjat dan mengembalikan tatapannya pada pemandangan di hadapannya. Dia menatap pada Tang Guoguo dari atas ke bawah dua kali sebelum akhirnya menepukkan tangan, seakan mengenali sesuatu. “Hei. Bukankah kau adalah siluman burung kecil yang berpura-pura jadi hantu itu?”
Tang Guoguo merasa takut sekaligus tidak suka pada orang ini. Dia menudingkan sebuah jari yang gemetaran pada Xin Mei, “Ka-ka-kamu…. Kamu perempuan jahat….”
Xin Mei menatapnya dengan serius. “Aku mengerti. Kau sudah tumbuh. Kau tak lagi memiliki sayap ayam di punggungmu. Sekarang kau adalah manusia burung yang sebenarnya.” (T/N: istilah manusia burung ini juga merupakan hinaan yang kasar)
Wajah Tang Guoguo berubah hijau saat dia dengan gelagapan menyembunyikan sayapnya. Akhirnya, dia mengatupkan bibirnya, terisak, dan kemudian memalingkan kepala dan berlari pergi.
Ying Lian tersenyum. Dia menatap pada Xin Mei, dan kemudian menatap pada Lu Qianqiao saat dia berkata lembut, “Lu Dage biasanya tak pernah mendekati para gadis. Siapa yang mengira kalau dia akan memiliki hubungan yang begitu baik dengan Nona Xin. Kurasa sebentar lagi aku akan bisa minum di perjamuan pernikahan Lu Dage.”
Di belakang mereka, Si Lan tak bisa menghentikan dirinya dari angkat bicara, “Nona Ying Lian, Anda salah. Dia adalah tawanan sang Jenderal! Bagaimana mungkin Jenderal akan pernah bisa… dengan gadis semacam ini… hmph!”
Ying Lian tampak benar-benar kaget, “Apa artinya ini?”
Lu Qianqiao tak menanggapi. Dia hanya menarik Tali Pengikat Siluman, dan Xin Mei terpaksa terseret di belakangnya. Gadis itu berkata, “Aku ingin mandi.”
Tangan Lu Qianqiao tersentak, dan dia berbalik untuk menatap gadis itu dengan tanpa perasaan.
Xin Mei meneguhkan ekspresinya. “Tidak pantas bagi wanita dan lelaki lajang untuk berdekatan. Kau akan harus melepaskan aku. Kalau tidak aku akan menganggap kalau kau ingin mengintip.”
“Kau sudah mandi sekali hari ini.”
Lu Qianqiao mengatakan yang sebenarnya.
“Aku ingin mandi lagi.”
Xin Mei hendak bersikap tidak masuk akal sama sekali.
Lu Qianqiao tak menanggapi saat dia lanjut menyeret gadis itu.
Xin Mei jadi putus asa, “Ka-kau ingin mengintip?!”
Tampaknya Lu Qianqiao telah tertawa. Seulas senyum mengejek dan sedikit menggoda menggelayut dari bibirnya saat dia berkata, “Takkan ada bedanya dengan memandangi pintu.”
“Kau….” Xin Mei meledak dalam amarah.
Ying Lian menatap mereka berdua bicara dan berjalan bersama-sama seakan tak ada orang lain di sekitar mereka. Selama sesaat, dia terdiam.
Si Lan tak tahan lagi dan berkata lirih pada Ying Lian, “Nona Ying Lian, dia benar-benar hanya seorang tawanan. Gadis itu tahu cara untuk mematahkan Formasi Kabut. Jenderal takut kalau dia akan membocorkannya ke dunia luar, jadi Jenderal memakai Tali Pengikat Siluman untuk mengikat gadis itu di sisinya.”
Ying Lian tersenyum samar, berbalik untuk berjalan pergi. “Tuan Si Lan, Anda berpikir terlalu berlebihan. Saya hanya penasaran.”