Ashes of Love - Chapter 10
“Apa katamu?!” Dua berkas sinar tajam menyorot dari mata Permaisuri Langit saat dia menjerit kencang.
Galak sekali! Yang kuinginkan hanyalah sedikit menguji dewi merak itu. Kenapa Permaisuri Langit, dalam segala senioritasnya, jadi begitu terpengaruh? Dengan polos aku pun menjawab, “Bukan apa-apa, yang saya inginkan hanyalah belajar dari Dewi Merak ini cara-cara bertapa sehingga saya bisa mengembangkan diri saya di masa yang akan datang.”
“Kau… aku tak pernah….” Wajah dewi merak itu merah sepenuhnya, tetapi bila dibandingkan dengan Pangeran Kedua, ada suara-suara yang keluar dari mulutnya yang terbuka, tapi tidak jelas apa yang berusaha dia katakan.
Wajah Phoenix juga merah sepenuhnya dan aku jadi penasaran apa yang ada di dalam mulutnya, karena sepasang matanya berair dan dia kelihatan sangat menyedihkan. Dengan baik hati kuberikan teh kepadanya, “Pangeran Kedua, silakan minum air untuk melembabkan tenggorokan Anda.” Siapa yang tahu bahwa setelah aku berkata begitu, dia mulai terbatuk dengan lebih serius.
“Kau peri liar, beraninya kau mengucapkan omong kosong semacam itu di aula istana ini! Beraninya kau berusaha menodai martabat Keluarga Kahyanganku!” Permaisuri Langit memukul meja dengan satu tangan dan bangkit dengan kesal, “Dewa Halilintar! Dewi Petir!”
Seorang dewa yang sehitam arang dan seorang dewi yang sekujur tubuhnya bersinar datang dari antara dua baris pengawal istana di luar.
“Seret keluar siluman kecil ini!” Permaisuri Langit memerintahkan dengan dingin, “Musnahkan!”
Aku ketakutan. Permaisuri Langit ini agak terlalu sadis. Saat semuanya baik-baik saja, mendadak dia memanggil Dewa Halilintar dan Dewi Petir untuk menyerangku sampai mati!
“Tunggu!” Phoenix menaikkan tangannya dan menutupiku dari depan, tetapi kata itu sendiri terdiri dari lima suara yang kuat. Pada titik ini di mana nyawaku mengambang di antara keselamatan dan kematian, kukenali suara-suara tersebut – mereka berasal dari Kaisar Langit, Dewa Air, Xiao Yu Xian Guan, xian rubah, dan Phoenix.
“Hari ini adalah Perjamuan Ulang Tahun Ibunda Permaisuri, seluruh alam bergabung dalam perayaan. Dengan begitu mudah menghancurkan sebuah kehidupan itu tidak terlalu pantas, saya harap Ibunda Permaisuri mempertimbangkannya!” Phoenix tak lagi tersedak namun dengan sangat lancar dia bangkit kaku membungkuk pada Permaisuri Langit. Sungguh langka bagi orang suasana hatinya suka berubah-ubah ini untuk dengan cepat bicara demi aku.
“Ucapan putraku ini bijaksana. Jin Mi Xian Zi datang dari Dunia Bunga, dia pasti tak tahu tata cara dunia luar. Tidak tahu berarti tidak bersalah,” Kaisar Langit membeo. Ternyata pria tua ini juga punya hati yang baik.
“Dunia Kahyangan punya aturan langitnya sendiri, dunia fana punya hukum dunianya sendiri. Tanpa aturan, di mana ada keselarasan? Hari ini, siluman kecil ini telah menghina martabat Keluarga Langit, menodai kebanggaan kita, mana bisa kita membiarkannya begitu saja!” Cuping hidung Permaisuri Langit sedikit bergetar. Menatap Phoenix dan Kaisar Langit, tampaknya amarah Permaisuri Langit tidak ringan, namun meski marah, dia juga tak berani bicara sesukanya. “Bahkan bila dia bisa loos dari kematian, bagaimana bisa kita mengampuni hukuman penjara seumur hidup!”
Ekspresi Dewa Air langsung berubah dan sebelum dia bisa bicara, Xiao Yu Xian Guan sudah berdiri, “Kalau Permaisuri Langit ingin menghukum, harap hukum Run Yu sebagai gantinya. Jin Mi Xian Zi adalah teman saya, kalau bukan karena saya yang menyebut-nyebut soal Perjamuan Ulang Tahun Permaisuri Langit, Jin Mi Xian Zi takkan menjadi tertarik dan menghadiri perjamuan ini. Saya akan bertanggung jawab secara penuh atas hal ini.”
“Ah?” Sepasang mata licik Permaisuri Langit menyapu ke atas kepalaku, “Kulihat tusuk rambut-tusuk rambut itu adalah pasangan, jadi siluman kecil inilah yang memberikan sulur yang tadi kau sebutkan? Kalau aku tidak salah ingat, Pangeran Pertama berkata bahwa teman dekatmu itu tidak hadir, jadi apakah itu adalah kebohongan? Kalau kau ingin membantu siluman kecil ini dalam menanggung kesalahan, maka hukuman atas dua kejahatan akan harus diterapkan. Pangeran Pertama, kau akan punya banyak hukuman yang harus kau tanggung.”
Xiao Yu Xian Guan berdiri dan membungkuk. Ujarnya, “Permaisuri Langit silakan memberi hukuman, saya takkan mengeluh sepatah kata pun!” Nada suaranya tak punya sedikit pun keraguan. Sungguh orang yang setia!
Sudut-sudut mata Permaisuri Langit menukik naik. Dia mencabut sebuah tusuk rambut emas dan mengibas tajam. Seberkas cahaya putih meluncur ke arah Xiao Yu Xian Guan dengan kecepatan bagai petir. Kaisar Langit hendak mengangkat tangannya untuk menangkis, tapi dia tak cukup cepat. Saat melihat Xiao Yu Xian Guan, kulihat dia tak bergerak sedikit pun, bahkan tidak menutup mata saat dia berdiri untuk menerimanya. Pedang cahaya itu bergerak cepat, aku bahkan tak punya kesempatan untuk bereaksi saat cahaya itu mendadak berbelok di tengah jalan, melompati Xiao Yu Xian Guan, melewati Phoenix, dan mengarah padaku.
Pada saat-saat genting antara hidup dan mati itu, aku hanya bisa melihat sebuah kabut keemasan keluar dari balik jubahku, dan tiba-tiba sebuah tembok cahaya membantuku menangkis pedang cahaya putih itu.
“Pusaka Agung Bulu Phoenix? Phoenix, kau!” Permaisuri Langit menjadi waspada dan wajahnya pun memutih.
Di tengah-tengah kekacauan, penglihatanku meredup dan mendadak aku merasa bahwa telah terjadi perubahan besar di sekelilingku, dan aku tak tahu siapa yang telah menyihirku untuk kembali ke wujud asliku. Pada saat-saat penuh kegelapan itu, kurasakan sebuah telapak tangan mengangkatku.
Saat aku bisa melihat cahaya kembali, tiba-tiba aku melihat Pu Chi Jun yang tadi menghilang selama beberapa saat. Dia sedang menggenggamku dan mengendarai awan kabut dan melayang maju dengan sangat cepat. Di belakang kami ada para prajurit langit yang membawa golok dan pedang, mengendarai angin untuk mengejar kami. Pu Chi Jun dengan cepat melewati Gerbang Langit Selatan, semakin dia terbang semakin dia kencang, dua hembusan angin sore menderu kencang melewati kami, dan pda saat itu para prajurit langit pun terlontar ke belakang dan menghilang tanpa jejak. Pu Chi Jun membawaku terbang melintasi Sungai Langit. Kami memasuki Dunia Fana, dan dengan keras mendarat di sebuah sungai kecil di pegunungan.
Aku merasakan suatu hawa dingin yang basah, tetapi sekujur tubuhku tak tersentuh oleh setetes air pun. Aku memfokuskan pandangan dan melihat bahwa di tengah-tengah sungai pegunungan itu terdapat sebuah bangunan. Bangunan itu tak kekurangan ukiran maupun lukisan, dan pada kenyataannya sama megah dengan Istana Naga di Laut Timur.
Dari telapak tangan Pu Chi Jun, aku meluncur turun dan kembali ke sosok manusiaku. Aku mengibaskan bajuku dan gelembung-gelembung air yang berkilauan pun menyebar dari sekitarku, namun pakaianku tak terpenagruh oleh air. Kuangkat tanganku membentuk gestus penuh hormat pada Pu Chi Jun, “Banyak terima kasih kepada Pu Chi Jun, Anda telah menyelamatkan saya dalam sekejap mata. Siapa yang tahu kalau Pu Chi Jun ternyata begitu hebat? Saya sungguh terkesan.”
Pu Chi Jun mengibaskan jubahnya, “Ah, aku sudah lama tak menggunakan ilmu Kereta Kabut BErpindah Cepat ini selama beberapa lama. Menggunakannya hari ini, ternyata sudah menjadi semakin hebat! Bagaimana para prajurit kahyangan bisa hidup sejak saat ini!” Dengan sedih dia meneruskan, “Ah, berada di puncak itu rasanya sungguh sepi dan dingin, betapa kesepian dan kedinginannya aku ini.”
Aku terdiam lalu membujuknya, “Jangan sedih, Pu Chi Jun, sebagai seorang dewa, lebih baik bersikap merendah.”
Pu Chi Jun menggelengkan kepalanya dan tampak tak tergoyahkan. Dia memindahkan tnagannya ke belakang dan berkata, “Kerendahan hati yang palsu membuat orang menjadi gemuk.”
“….”
Seberkas cahaya menyebar menembus gelembung-gelembung air. Pu Chi Jun melengkungkan matanya yang berkilauan, “Bagaimana pendapat Jin Mi Xian Zi tentang Kediaman Kabut Uap Berkilauku?”
“Sangat bagus, sangat bagus,” aku menganggukkan kepalaku, “rumah ini punya semua hal yang penting.”
Mendengar hal ini, Pu Chi Jun mengesah, “Namun meski rumah ini punya semuanya, dia tak punya semua orang yang dibutuhkannya.”
“Ah, apakah Pu Chi Jun kekurangan pengikut?” Karena istana milik Pu Chi Jun ini megah, sepertinya dia akan butuh beberapa pengiring untuk dia suruh-suruh.
Pu Chi Jun menatapku dari atas ke bawah dengan teliti, dengan tatapan yang begitu mendalam hingga aku merasakan bulu kudukku berdiri semua. “Pelayan aku tak kekurangan, aku hanya kekurangan seorang istri.” Dia berkata dengan perasaan mendalam, “Kenapa Jin Mi Xian Zi tak menjadi nyonya rumah di kediamanku saja!”
Dengan teliti kupandangi ekspresi Pu Chi Jun dan dengan penuh pertimbangan bertanya, “Ah, aku ingat kalau tadi aku telah melihat seekor ular, apakah Pu Chi Jun telah dibuat sangat ketakutan?”
“Ular itu adalah wujud asliku.” Pu Chi Jun yang menakjubkan dengan bangga mengungkapkan kenyataan yang mengejutkan, “Aku tak tahu kalau Jin Mi Xian Zi akan dibuat terpana oleh kerupawananku hingga dibuat terkejut, aku merasa malu, merasa malu.”
Bukannya kaget oleh kerupawanannya, melainkan kaget ketakutan saat aku melompat selangkah ke belakang, dan berkata dengan nada mengancam, “Kau! Jangan mendekat! Aku ini asam, mentah dan sepat, jangan makan aku….”
Pu Chi Jun terbengong-bengong selama sesaat lalu berjalan selangkah ke arahku. Aku gemetar dan menutup mataku.
Pu Chi Jun menjumput sehelai rambut liar dari dahiku dan mengendusnya di bawah hidungnya. Ujarnya dengan nada memabukkan, “Tenanglah, aku, Yan You, selalu hanya merampas wanita cantik tapi tidak merampas nyawa.” Pu Chi Jun melirikku dengan puas, “Apalagi Jin Mi Xian Zi adalah anggur yang begitu cantik, memakannya akan jadi mubazir, bukankah akan lebih baik bila menyimpannya untuk melahirkan bayi?”
Melahirkan bayi?
Ah, yang ini aku tahu, xian rubah pernah bilang bahwa setelah pria dan wanita melakukan pertapaan bersama, seorang bayi akan lahir. Jadi, Pu Chi Jun ingin melakukan pertapaan bersama denganku, tetapi dia mengatakannya dalam cara yang begitu berputar-putar yang tak bisa kumengerti.
Dengan hati-hati aku mengamati Pu Chi Jun dan berkata cepat, “Aku tak mau melahirkan bayi denganmu.”
Pu Chi Jun membeku lalu berkata nelangsa, “Hatiku yang lemah….”
“Pertapaan bersama itu sudah cukup, kenapa harus melahirkan bayi?” Aku jadi bingung, aku hanya pernah mendengar bahwa pertapaan bersama akan meningkatkan kekuatan dewa, tetapi tak pernah mendengar bahwa melahirkan bayi akan meningkatkan kekuatan dewa.
Pu Chi Jun terdiam lagi, lalu bertanya pelan, “Maksud Jin Mi Xian Zi adalah kalau kita tak melahirkan bayi, kau setuju untuk melakukan pertapaan bersama denganku?”
Aku menimbang-nimbang selama sesaat lalu menatap sosok Pu Chi Jun yang lincah dan tangkas, kekuatan dewanya tentu lebih besar daripada aku. Bila aku melakukan pertapaan bersama dengannya, mungkin kekuatanku sendiri akan meningkat. Maka aku pun mengangguk dan berkata, “Ya.”
Mendengar hal ini, Pu Chi Jun dengan penuh emosi menarik tanganku dan mengumumkan dengan penuh kemenangan, “Kalau begitu, ayo kita pergi dan bertapa bersama!”
Memiliki seekor ular yang menggenggam tanganku, aku merasa amat tidak nyaman, jadi saat aku berniat menarik kembali tanganku, kudengar sebuah suara sedingin es datang dari belakang kepalaku, “Aku hanya pernah mendengar bahwa Tuan Muda Yan You telah muak menjadi dewa maka dia pun turun ke dunia fana untuk menjadi peri, tetapi siapa yang tahu kalau dia bahkan tak mau menjadi peri, dan malah berikir ingin dibakar hingga menjadi abu?”
Phoenix mewujud dari udara kosong dan muncul di hadapan kami. Dia mengerutkan alis tebalnya dan matanya menyapu ringan pada genggaman erat Pu Chi Jun atas tanganku. Wajahnya tanpa ekspresi, namun bahkan rambutnya pun dikelilingi oleh hawa membekukan.
Berdasarkan pada pengalamanku dalam seratus tahun terakhir ini, burung yang labil ini lagi-lagi merasa tidak senang. Aku langsung dengan patuh tersenyum padanya, tapi siapa yang tahu kalau dia malah membalasku dengan sorot mata dingin?
Pu Chi Jun menggenggam tanganku erat-erat dan mengibaskan jubahnya, “Saat ini, Yan You bukan sewa maupun iblis, bukan merupakan milik namapun dari enam dunia, tanpa kewajiban dan tanpa tanggung jawab, atas nama apa Pangeran Kedua hendak membakarku hingga jadi abu?”
Phoenix tersenyum dingin, sebuah cahaya emas berkilauan berada di telapak tangannya. Ujarnya dengan santai, “Berdasarkan kekuatan dewaku, aku tak butuh nama apapun, untuk membakar Tuan Muda Yan You itu tak lebih dari mengangkat sebelah tangan.”
Sebelum dia selesai, gelembung-gelembung yang mengalir di sungai pun membuncah, suhu udaranya mulai naik dan mulai mendidih, ikan-ikan aneka warna yang berenang bebas di sekeliling pun mulai terbalik untuk menampakkan perut-perut putih mereka.
Pu Chi Jun gemetar hebat dan kemudian memajukan mulutnya dengan merana, “Kejam! Kejam! Berpikir bahwa orang yang begitu picik telah dihasilkan dari Dunia Kahyangan! Kau berani mengancamku!”
Menggenggam cahaya emas di tangannya, Phoenix melirik Pu Chi Jun lewat sudut matanya, “Aku hanya ingin tahu apakah Pu Chi Jun bersedia menerima ancaman saya?”
Pu Chi Jun menghela napas panjang dan dengan enggan melepas tanganku. Dengan wajah sarat oleh penyesalan, dia berkata padaku, “Jin Mi, pengantin kecilku, dunia sedang cemburu! Berpikir tentang saat itu ketika mereka juga memisahkan Pemuda Penggembala dan Gadis Penenun! MEski hati kita adalah satu, kita sedang dipisahkan.” Dia meneruskan dengan penuh tekad, “Tetapi, tenang saja, setelah aku bertapa lebih banyak lagi, aku akan datang dan merebutmu kembali! Untuk menyapu bersih penghinaan ini!”
Phoenix mengangkat sebelah alisnya pada Pu Chi Jun yang masih melanjutkan janji-janjinya, cahaya keemasan mulai bersinar di tangannya, dan Pu Chi Jun pun serta merta menutup mulutnya. Dengan sekali jentikan jarinya, aku pun terkunci di sisi Phoenix, sementara dia terus mempertahankan cahaya emasnya dan merapal, “Bangkit!”
Aku merasakan sehembus angin bertiup melewati pipiku, Phoenix pasti telah membawaku keluar dari sungai. Aku masih bisa mendengar suara Pu Chi Jun yang berseru, “Jin Mi Xian Zi, kalau kau merindukanku, ucapkan saja mantranya dan aku akan datang! Kapan saja di mana saja tanpa penyesalan maupun protes!”
Ekspresi Phoenix menggelap dan kunci-kunci langit pun mengerat di sekelilingku hingga aku tak bisa bergerak. Dengan tangan yang lain dia pun melontarkan sebuah bola cahaya ke dalam air. Aku bisa mendengar Pu Chi Jun memekik, “Xu Feng! Kau menghancurkan atapku!”
Phoenix bersikap seakan dia tak mendengar apapun dengan tampang kakunya, dia membawaku di atas awan dan terbang selama beberapa saat. Akhirnya dia meletakkanku di puncak sebuah tebing. Aku nyaris tergelincir tapi untung saja berhasil mencengkeram sebuah pohon pinus tua dan memantapkan pijakanku. Tiba-tiba aku merasa bahwa ada rasa sakit yang membakar di telapak tanganku. Kulepaskan peganganku dan melihat, ternyata aku telah mencengkeram pohon pinus tua itu dengan terlalu erat dan telapak tanganku jadi mendapat beberapa luka gores hingga kulitku terkelupas. Rasanya begitu menyakitkan sampai-sampai aku harus melepaskannya.
Di sampingku, Phoenix berdiri tegak dengan tangannya di belakang punggungku. Dia menatapku dengan sorot dingin saat aku meniup-niup telapak tanganku, secercah kelembutan tampak di matanya selama sesaat lalu menghilang. Ujung jarinya bergerak seakan hendak terulur meraihku, tapi dengan kaku dia menahan tangannya itu.
Kuangkat tanganku dan berkonsentrasi pada bercak-bercak merah yang perlahan muncul, di dalam hati aku diam-diam memaki Phoenix seratus delapan kali. Begitu aku beradaptasi dengan lingkungan dan menundukkan kepalaku supaya bisa mengumpulkan beberapa tetes air mata di mataku, lalu dengan lemah kutengadahkan kepalaku untuk menatap dia, memakai tanganku yang terluka untuk menarik lengan bajunya dengan ragu-ragu,s ekaligus mengambil kesempatan itu untuk menyeka sedikit tetesan darah pada lengan bajunya. Ujarku pelan, “Kali ini adalah kesalahanku, aku akan lebih sadar diri lain kali. Apa kau bisa tidak marah?”
“Lain kali? Masih ada lain kali?!” Wajah Phoenix sebenarnya sudah menghangat, tapi setelah mendengar paruh kedua dari kalimatku, wajahnya mulai menggelap lagi.
“Bukan, bukan, takkan ada lain kali. Apapun yang kau bilang, itulah yang terjadi, aku hanya akan mendengarkanmu, ya?” Aku bicara dengan sikap sangat kooperatif kepadanya. Phoenix itu lumayan pelit, aku hanya mengambil lebih banyak tiga ratus tahun hasil pertapaan darinya, tapi dia jadi begitu marah sampai-sampai dia lari dari perjamuan untuk turun ke Dunia Fana. Siapa yang tahu apakah dia akan menangkapku atas nama Permaisuri Langit, dan membawaku kembali ke Dunia Kahyangan….
Memikirkan hal ini, aku pun bergidik dan gemetaran.
“Apa ini sakit sekali?” Aku merasakan hawa panas di tanganku, ternyata Phoenix sedang memegang tanganku yang terluka dan memakai tangannya yang lain untuk memegang sebatang jarum emas yang dipakai untuk mencabuti duri-duri serpihan kayu dari telapak tanganku satu demi satu.
Bulu mata Phoenix diturunkan, dan berkonsentrasi pada tanganku. Rambut di sisi wajahnya tertiup angin, terangkat ringan, lalu perlahan melambai turun, membelai telapak tanganku, meninggalkan jejak rasa geli yang membuat hatiku gatal.
Tanganku hanya rerkena beberapa goresan, awalnya hanya sedikit sakit, dan sekarang tak terlalu sakit lagi, tapi aku berkata dengan cara yang begitu penurut, “Sakit sekali sakit sekali….” Meski aku tak tahu kenapa aku berbohong padanya, sama seperti aku tak tahu kenapa dia tak memakai kekuatannya dan malah memakai cara yang menyusahkan itu untuk menyingkirkan duri-durinya.
Phoenix mendengar ini dan alisnya bertaut. Diangkatnya kepala untuk menatapku dan bertemu tepat dengan sorot penasaranku. Pada saat itu sebuah kilau menyala dari mata Phoenix.
Pegangannya pada tanganku mengencang, matanya tiba-tiba terpejam dan dia berpaling ke samping, ekspresinya meredup, dan dia berkata parau, “Aku terlalu kasar, tadinya aku ingin menghukummu, tapi aku tak mengira… dan hanya menghukum diriku sendiri pada akhirnya.”
Ah? Jelas-jelas tanganku yang terluka, kenapa burung ini bilang dia menghukum dirinya sendiri? Betapa tidak adilnya!
—–
Dengan takut-takut aku bertanya padanya, “Kau takkan menangkapku untuk dihancurkan oleh Permaisuri Langit kan?”
Phoenix menatap noda darah di lengan bajunya dan berkata, “Di semua alam, hanya ada satu Pusaka Bulu Phoenix Agung, tetapi aku meninggalkannya untukmu. Tidakkah kau mengerti?” Ekspresinya memucat lagi, dengan sedikit jejak kekesalan, “Meski kita ditakdirkan untuk takkan pernah….”
Kuremas bulu Phoenix di dalam lengan bajuku, siapa yang tahu kalau ini adalah bulu yang begitu berharga, untung saja aku tak membuangnya.
Telah menerima pusaka seperti itu, aku jadi amat sangat senang, dan mendekat untuk mengecup ringan bibir Phoenix. Setelah menyadari kalau para dewa menyukai pertapaan bersama seperti yang pernah dibilang xian rubah, karena Phoenix telah memberiku hadiah yang demikian berharga, dan aku tak punya apa-apa sebagai balasannya, tentu akan agak tidak sopan, jadi aku pun memberinya pertapaan bersama.
Entah kenapa Phoenix malah membeku dan pipinya mulai memerah, namun tiba-tiba ekspresinya menjadi sedih, dan seperti sebelumnya, dia memegang bahuku dan mendorongku sejauh panjang lengannya, lalu dengan pilu memunggungiku untuk menghadap ke tebing gunung. Hembungan angin pegunungan meniup jubahnya, dia kelihatan merana.
Melihat Phoenix seperti ini, aku tiba-tiba mendapat inspirasi, “Aku tahu, sebenarnya kau tak suka aku….”
Sebelum aku bisa selesai bicara, tiba-tiba Phoenix berbalik dan berkata, “Bagaimana aku bisa tak menyukaimu!” Sepenuhnya menyela perkataan “Aku tahu, sebenarnya kau tak suka aku melakukan pertapaan bersama denganmu?”-ku jadi separuh. Aduh, aduh.
Tetapi setelah memikirkan kembali kata-kata Phoenix, dia bilang dia menyukaiku, dia menyukaiku! Dia menyukaiku? Dia menyukaiku….
Di tengah-tengah kebingunganku, dengan sedih Phoenix menggelengkan kepalanya dan berkata, “Tapi kau benar, sebenarnya aku tak menyukaimu… anggap saja aku tidak pernah menyukaimu, kau tidak pernah menyukaiku….”
Ah? Mendadak, dia jadi tidak suka? Memang selalu mengubah suka dan tidak sukanya, tapi dari pengamatanku, kata-kata terakhirnya, ‘tidak menyukaiku’ itu memang benar. Jadi aku langsung merasa lega dan dengan patuh menjawab, “Ya, tentu saja aku akan mendengarkanmu.”
Mendengar hal ini, wajah Phoenix berubah menjadi melankolis. Dia merapikan rambut berantakan di dahiku dan bertanya pelan, “Di mana Bulu Phoenix yang kuberikan padamu?”
Kukeluarkan bulu yang berharga itu dari dalam jubahku. Dia mengambil Bulu Phoenix itu dan melepas sulur anggur di kepalaku lalu menyisipkan Bulu Phoenix itu dengan tangannya sendiri, “Kenakan Bulu Phoenix ini, biar dia melindungimu dan membuatmu senang menggantikanku. Hari ini aku akan memulangkanmu ke Dunia Bunga, dan sejak saat ini, kita takkan pernah bertemu kembali!”
“Kalau Yang Mulia Dewa Api bisa melakukannya, itu tentu akan jadi hal yang terbaik.” Kabut di atas gunung menghilang dan sebuah suara tegas yang kuat bergema.
Aku langsung menundukkan kepalaku dan berkonsentrasi ke ujung kakiku.
Satu pasang kaki, dua pasang kaki, tiga pasang kaki… dua puluh empat pasang kaki. Ah, formasi ini besar juga.
Phoenix tertawa ringan, suaranya mengandung jejak kepedihan, “Aku bukan orang yang tak tahu diri. Sekarang karena aku sudah tahu tentang hubunganku dengan Jin Mi, tentu saja aju takkan membebaninya.”
“Ini adalah sebuah rahasia lama, dan tak seharusnya orang luar ikut campur. Karena Yang Mulia Dewa Api sudah mengerti, itu tak apa-apa, namun harap jagalah rahasia ini….”
Sebelum Pemimpin Bunga Pertama selesai bicara, dia melihat Phoenix mengibaskan jubahnya dan berkata, “Takutnya itu sudah terlambat.” Dia kelihatan agak tak berdaya.
Pemimpin Bunga Pertama langsung melangkah maju dan bertanya serius, “Apa yang Dewa Api maksudkan?”
“Hari ini adalah Perjamuan Ulang Tahun Permaisuri Langit. Jin Mi telah menyusup masuk dan tanpa diharapkan telah menunjukkan penampilan aslinya. Kaisar Langit dan para dewa sudah menjadi curiga.” Alis Phoenix mengandung suatu kecemasan.
“Jin Mi, kau….” Pemimpin Bunga Pertama memegangi dahinya dan mendesah panjang, “Ah baiklah, bila kau bisa berhati-hati, maka aku juga akan punya kemampuan untuk emngingat semua yang telah kulihat.”
Tiba-tiba, awan gelap yang tebal berkumpul di langit, petir menyambar dan guntur menggelegar. Satu kilatan petir membelah awan gelap dengan niat membunuh yang kuat. Aku menatapnya tanpa berkedip dan mendapati bahwa itu adalah Dewa Halilintar dan Dewi Petir bersama dengan sekelompok prajurit dan jenderal langit.
Dewa Halilintar menyatukan gelang emas di lengannya dan dentum halilintar pun menggemuruh, “Di mana siluman kecil itu bersembunyi! Cepat serahkan dirimu!”
Suara sang Dewa Halilintar terlalu keras, aku nyaris dibuat tuli oleh suara itu. saat aku mendapatkan kembali kesadaranku, kulihat Phoenix menutupiku dari depan. Ujarnya dingin, “Apa yang kalian lakukan?”
Dewa Halilintar dan Dewi Petir akhirnya menyadari keberadaan Phoenix. Mereka memimpin sekelompok prajurit langit dan membungkuk padanya. Sang Dewa Halilintar menjawab, “Salam kepada Yang Mulia Dewa Api, Permaisuri Langit memerintahkan kami agar menangkap Jin Mi untuk menghadapi hukuman di Pengadilan Langit. Kami memohon kepada Pangeran Kedua agar jangan menghalangi kami.”
Wajah Phoenix menggelap dan sebelum dia bisa bicara, Pemimpin Bunga PErtama berkata dingin, “Beraninya Dunia Kahyangan berusaha menangkap orang milik Dunia Bunga! Jin Mi adalah seorang peri di dalam Shu Jing kami, para peri di Dunia Bunga takkan membiarkan Dunia Kahyangan melecehkan kami. Saya harap Dewa Halilintar bicara dengan hati-hati.”
Wajah besar, rambut, dan bibir Dewa Halilintar semuanya sehitam gagak, hanya giginya yang putih dan luar biasa mencolok. “Pemimpin Bunga memiliki alasan Pemimpin Bunga, Yun Xiang punya tanggung jawab Yun Xiang. Karena hari ini saya telah datang kemari di bawah perintah Permaisuri Langit, yun Xiang hanya akan pergi setelah memenuhi tugasnya.”
Phoenix melengkungkan alisnya dan berkata, “Ketiga puluh enam jendera langit, delapan juta dan satu juta dua ratus ribu prajurit langit di Dunia Kahyangan, kalau saya tidak salah ingat, tak satu pun di natara mereka yang berada di bawah perintah Permaisuri Langit. Dewa Halilintar Yun Xiang dan Dewi Petir Sheng Guan, apakah kalian sudah lupa kalian ada di bawah perintah siapa?!”
Dewa Halilintar adalah seorang pria yang terang-terangan dan lurus, namun Dewi Petir lebih cerdas. Dengan mulus dia menarik jubah Dewa Halilintar, membungkuk, lalu berkata, “Pangeran Kedua, Harap redakan amarah Anda. kami berada di bawah perintah Pangeran Kedua, tentu saja kami hanya akan mendengarkan perintah Pangeran Kedua.”
“Kalau begitu, kuperintahkan kalian berdua kembali ke Istana langit bersama dengan para prajurit.” Phoenix memasang aura mendominasi saat dia mengibaskan jubahnya, “Aku pasti akan menangani Permaisuri Langit.”
“Baik.” Dewi petir dengan penuh hormat mengepalkan tangannya untuk menerima perintah Phoenix. Dewa Halilintar membuka geligi putihnya dan tampak ragu-ragu, tapi begitu melihat ekspresi Phoenix, berkas keraguannya yang terakhir itu langsung menghilang.
Pada saat ini, sebuah suara yang takut-takut terdengar, “Salam kepada Yang Mulia Dewa Api, dewa kecil ini tidak berada di bawah perintah Pangeran Kedua melainkan di bawah perintah Pangeran Pertama….” Seorang prajurit langit kecil mengangkat tangannya dan menjawab dengan gugup.
“Ah?” Sorot mata Phoenix tertuju padanya.
Prajurit langit kecil itu gemetar, namun tekadnya tak memudar. Ternyata anak sapi yang baru lahir tidak takut pada singa, dia baru mulai menjadi prajurit langit selama beberapa hari. Saat aku menjadi shutong Phoenix, dia sering membawaku berkeliling kemah pelatihan militer. Pemandangan itu… ah, luar biasa mengerikan!
Tiba-tiba aku jadi bersemangat dan bersiap untuk menonton bagaimana prajurit langit kecil itubertarung melawan Dewa Api, tetapi seseorang berkata kalem, “Karena kau berada di bawah perintahku, apa kau mau mendengarkan satu baris kalimat dariku?”
Ah, kenapa Dewa Malam juga ada di sini?
Prajurit langit kecil itu menatap Xiao Yu Xian Guan dengan penuh kekaguman. Dengan sungguh-sungguh dia menganggukkan kepala, “Saya mematuhi perintah Pangeran Pertama.”
“Masalah hari ini adalah suatu kesalahpahaman, kembalilah ke kemah pelatihan militer. Kalau Permaisuri Langit meragukannya, aku akan bertanggungjawab sepenuhnya.” Xiao Yu Xian Guan menepuk-nepuk bahu halus prajurit langit kecil itu.
Prajurit langit kecil itu menatap Xiao Yu Xian Guan dengan mata berbinar-binar dan membungkuk dengan riang, “Baik! Saya akan mendengarkan perintah Yang Mulia!”
Phoenix menonton dengan sorot dingin dan tak bersuara sedikit pun.
Batalion prajurit langit dan jenderal langit yang menyeramkan itu dengan cepat diatasi oleh Phoenix dan Xiao Yu Xian Guan. Mau tak mau aku jadi merasa agak kecewa.
Xiao Yu Xian Guan meluruskan lengan bajunya dan memberikan gestur hormat pada kedua puluh empat Pemimpin Bunga, “Run Yu memberi salam kepada Para Pemimpin Bunga.”
Ding Xiang, Pemimpin Bunga terkecil, dengan sermat mengamati Xiao Yu Xian Guan. Mendadak dia mengulurkan tangan untuk menyerang wajah Xiao Yu Xian Guan, Xiao Yu Xian Guan dengan cepat mendirikan pembatas dan menghindarinya. Ding Xiang, sang Pemimpin Bunga terkecil , menarik kembali tangannya dan berkata, “Kekuatan pembatas ini… ternyata Pangeran Pertama lah yang memecahkan mantra pembatas di Shui Jing dan membawa Jin Mi pergi!”
Para Pemimpin Bunga yang lainnya memiliki ekspresi yang sama, sedikit terpana dan meantap Xiao Yu Xian Guan dengan galak.
“Kedua dewa besar dari Alam Kahyangan telah menerobos ke dalam Dunia Bungaku. Aku bisa mengerti masuknya Dewa Api yang tidak disengaja, tetapi apa motif dari Pangeran Pertama?” Pemimpin Bunga Pertama mengerutkan alisnya dengan gelisah dan meantap tajam pada Xiao Yu Xian Guan.
Xiao Yu Xian Guan tersenyum dan menatapku, “Tidak seperti sifat saya yang tertutup, Jin Mi itu selalu bersifat ingin tahu dan menyukai hal hal baru serta tempat ramai, dia takkan tahan bila dikurung di dalam pembatas dari kedua puluh empat Pemimpin Bunga. Karena Jin Mi adalah teman saya, hanya membebaskan dia lah yang berada dalam kemampuan saya.”
“Teman?” Ding Xiang, si Pemimpin Bunga terkecil, meledak terawa, “Dunia Kahyangan benar-benar merupakan sekelompok orang yang penuh kepalsuan. Setelah melihat penampilan Jin Mi yang memukau, tidakkah ungkapan ‘teman’ dari Pangeran Pertama itu terasa agak dibuat-buat? Setidaknya, Dewa Api telah berkata jujur, jadi kenapa Dewa Malam tak bicara langsung dari dasar hati saja?”
“Pemimpin Bunga Ding Xiang boleh meragukan kata-kata saya, namun yang saya lakukan ini tulus, dan saya tak pernah melanggar aturan tata krama manapun. Saya tak punya rasa bersalah dalam hati untuk memakai istilah ‘teman’ ini.” Xiao Yu Xian Guan benar-benar tak memedulikan pancingan dari Pemimpin Bunga kecil itu.
Saat aku menganggukkan kepalaku dan bergerak setengah angkah ke arah Xiao Yu Xian Guan, aku berkata, “Pemimpin Bunga Kecil Ding Xiang, harap jangan menyalahkan Pangeran Pertama, dia adalah seorang naga yang baik, aku menyukainya.”
Dalam sekejap, orang-orang di sekeliling kami langsung berhenti bernapas. Pohon pinus tua itu berguncang dan menjatuhkan sebatang jarum pinus.
“Apa katamu?” Suara Phoenix begitu rendah sampai-sampai tenggelam ke tanah, satu kata demi satu kata. Matanya yang berkaca-kaca tampak seperti porselen sempurna yang dipukul oleh palu kecil, ada retakan di mana-mana.
“Pangeran Pertama adalah seorang naga yang baik, aku suka….” Sebelum aku bisa menyelesaikannya, lapisan kaca yang retak-retak itu mendadak hancur, pecah berserakan, menakutkanku hingga membuatku menelan kata terakhirku kembali ke perut.
Sorot bersimpati tampak melintas di mata Xiao Yu Xian Guan, ada kilauan lembut bintang-bintang di sana, tetapi kalau kau mengamatinya lebih dekat, mata itu kembali ke sikap lembutnya yang tenang seperti biasa. Dia berkata padaku, “Terima kasih atas perhatian Jin Mi. Run Yu juga menyukai Jin Mi.”
Aku tersenyum penuh penghargaan. Ekspresi kedua puluh empat Pemimpin Bunga menjadi was-was dan marah, sulur-sulur dari Pimpinan Bunga Pertama langsung menarikku ke sisinya, dengan tajam dia menatap mataku, “Kau dan Pangeran Pertama?” Tetumbuhan liar di atas gunung bergetar hingga mereka memenutup daun dan kelopak mereka akibat ledakan amarah Pemimpin Bunga Pertama yang mendadak.
“Jin Mi….” Phoenix bergumam, ekspresinya berubah-ubah antara kaget dan curiga, kekecewaan mendalam dan kehilangan, namun juga perasaan seperti dipukul di kepala dan baru saja mendapatkan kembali kesadarannya. “Apa yang kalian berdua katakan itu benar?”
Kenapa burung ini lagi-lagi jadi begitu tercengang? Aku menganggukkan kepalaku dan berkata, “Ya, memang sangat benar, lebih nyata daripada jarum pinus di atas pohon.” Pohon pinus tua itu bergetar lagi, kali ini getarannya bahkan lebih keras. Selain jarum pinus, beberapa butir biji pinus pun ikut jatuh.
Mata Phoenis terpejam, angin pegunungan mendadak jadi dingin menusuk. Rambut Phoenix melambai, wajahnya pucat bagai mayat, dengan kaku dia berkata, “Kalau begitu, aku hanya sebuah jembatan untuk menyeberangi sungai, membuat kalian berdua bertemu di sisi seberang….”
Xiao Yu Xian Guan menatap awan, menatap angin, ekspresinya tenang dan santai.
Cengkeraman dari sulur-sulur Pemimpin Bunga Pertama mengencang dan membuatku kesakitan. Dia memekik keras, “Jangan pernah memikirkan hal itu! Selama kami berdua puluh empat ini masih punya sehembus napas, semua ini takkan pernah terjadi!”
Wajah Pemimpin Bunga Yu Lan tampak amat menderita, “Ini adalah dosa! Dengan hubungan di antara kalian berdua, bagaimana bisa kalian memiliki perasaan satu sama lain?!”
Jujur saja, aku amat sangat bingung, kenapa semua orang lebih memusingkan ketimbang kulit pohon pinus tua?
Kata-kata Pemimpin Bunga Yu Lan membuat ekspresi Phoenix berubah. Phoenix berpaling pada Xiao Yu Xian Guan dan berkata, “Apa kau tahu siapa Jin Mi itu? Apa kau tahu di mana ayahanda kita tinggal sebelum dia menjadi Kaisar Langit? Apa kau tahu tentang Dewi Bunga terdahulu? Apa kau tahu bahwa Jin Mi bisa menciptakan bunga-bunga, sifat dasarnya adalah air, dan bahwa wujud asli Dewi Bunga terdahulu adalah sekuntum lili air?” Akhirnya, dengan nelangsa dia tertawa, “Apa kau tahu bahwa ayahanda sudah mengakuinya padaku? Kau, aku, Jin Mi… kita bertiga… adalah saudara beda ibu.”
Mendengar hal ini, Xiao Yu Xian Guan terkejut dan berpaling untuk menatapku, lalu menoleh pada kedua puluh empat Pemimpin Bunga. Beberapa dari kedua puluh empat Pemimpin Bunga tercengang, beberapa terkejut, beberapa luar biasa tenang, seakan mengakuinya dalam diam.
Dalam sekejap, aku syok, senang, dan sedih. Syok karena anggur sepertiku, bisa memiliki burung dan naga seperti itu sebagai keluargaku; senang karena bagaimanapun juga, aku bisa memakai hal ini untuk mengakali beberapa butir pil dewa nantinya; sedih karena Permaisuri Langit jelas-jelas merupakan ibu tiri yang sulit untuk diatasi.
Ringkasnya, perasaanku saat ini begitu rumit.
Dewa Malam memang adalah Dewa Malam, dia hanya terkejut selama sesaat dan dengan cepat mendapatkan kembali ketenangannya. Seakan telah memutuskan sesuatu dalam hatinya, dengan tenang dia berkata, “Bagus juga kalau kita ternyata adalah saudara, tidak masalah….”
Sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, Phoenix tampak seperti bila dirinya disambar oleh lima petir, “Melawan hukum alam berarti mengambil risiko membangkitkan amarah Langit dan membakar diri menjadi abu. Kalau Pangeran Pertama bersikeras menyeret Jin Mi ke dalam lembah bencana yang tidak bisa diputar balik, aku akan memakai semua daya upayaku untuk menghentikan ini!”
Xiao Yu Xian Guan membalas, “Pangeran Kedua telah salah paham.” Dia lalu berpaling padaku, “Jin Mi, selain menyukaiku, apa kau juga menyukai Dewa Api?”
Aku berpikir sesaat dan dengan enggan menjawab, “Aku suka.”
Phoenix kebingungan. Tubuh para Pemimpin Bunga bergetar dengan goyah.
Xiao Yu Xian Guan bertanya lagi, “Bagaimana dengan Yue Xia Xian Ren?”
Tanpa ragu-ragu, aku menjawab, “Suka.”
Ekspresi Phoenix menggelap dan Pemimpin Bunga Pertama pun menjadi santai.
Xiao Yu Xian Guan meneruskan, “Bagaimana dengan Tuan Muda Yan You (Pu Chi Jun)?
Aku menganggukkan kepalaku, “Aku suka.”
Phoenix menaikkan alisnya, Pemimpin Bunga Pertama akhirnya melepaskanku dari sulur-sulur bunga yang dia pakai untuk menahanku.
Xiao Yu Xian Guan tertawa, “Bagaimana dengan para pelayan kecil di Istana Qi Wu?”
“Aku suka.” Aku masih memberikan jawaban yang sama.
Setelah selesai mendengarkan tanya jawab ini, mata panjang Phoenix pun jadi berapi-api. Dia murka. Bunga-bunga dan pepohonan di sekeliling pun menyala terbakar, mendadak ujung tebing tempat kami berada menjadi gundul.
Aku berdoa dan meratap dalam hatiku demi pohon pinus tua itu. Siapa yang tahu kalau mendengarkan gosip akan membuat seseorang membayar dengan nyawa mereka?