Ashes of Love - Chapter 11
Di tengah-tengah Pegunungan Dewa Peng Lai, kediaman legendaris para dewa, awan-awan berarak, air, perahu kecil.
Di tengah-tengah kabut yang semakin dan semakin tipis, seseorang melangkah naik dari sebuah rakit kayu. Dia memberiku seulas senyum hangat, “Saya dengan sembarangan membawa Jin Mi Xian Zi ke dunia ilusi ini, saya harap Jin Mi Xian Zi tidak keberatan.”
Aku menjawab patuh, “Kaisar Langit terlalu bersopan santun.”
Sebenarnya yang kupikirkan adalah, siapapun yang tertidur dnegan begitu nyenyaknya di dalam mimpi, bila jiwa orang itu dipanggil saat mereka bermimpi, mereka semua pasti akan jadi sedikit marah, namun bila orang yang membuat permintaan ini adalah Kaisar Langit, ah, maka itu lain cerita. Aku membungkuk padanya, “Saya ingin tahu kenapa Kaisar langit memanggil Jin Mi di tengah malam begini?”
Lama kemudian, selain suara-suara alam yang bergemerisik pelan, aku tak mendengar Kaisar Langit menjawabku. Kuangkat kepalaku, dan hanya melihat sepasang matanya berkonsentrasi padaku, tetapi juga seperti kalau dia tak melihatku, namun melihat seseorang melaluiku. Mendapatiku menatapnya dengan kebingungan, dia pun terlihat mendapatkan kembali kesadarannya dan tersenyum, dalam senyumnya ada sedikit rasa kesedihan, sedikit rasa penyesalan, dan sedikit kesan mengantisipasi. Dia menjawab tanpa menyesuaikan dengan pertanyaannya, “Ini adalah dunia ilusi, di tengah-tengah lembah Pegunungan Dewa Peng Lai, para dewa terkadang akan berkeliaran di sini dengan menggunakan jiwa mereka. Kadang-kadang dunia ilusi ini akan muncul di Dunia Fana, para manusia menyebutnya ‘kota fatamorgana di laut’, mengira ini adalah fatamorgana yang tercipta dari gas yang dikeluarkan oleh kodok langit di samudera. Saat aku pertama kali mendengarnya, aku tak bisa menahan tawaku, berpikir kalau para manusia itu cara bicaranya menarik. Bagaimanapun juga sembilan puluh ribu tahun yang lalu, saat aku berjalan-jalan di malam hari, aku melihat seorang gadis berjalan di atas air, dalam setiap langkahnya, sekuntum lili air pun tumbuh. Dengan setiap langkah dia pergi semakin jauh, samar-samar bergerak maju, di tengah kabut sosok elegannya yang mencolok tanpa disengaja berpaling. Akhirnya aku menyadari apa arti dari ilusi, apa yang dimaksud oleh manusia sebagai ‘kota fatamorgana di laut’….”
Kaisar Langit tampak sangat terpikat saat dia menatap kabut di atas air, perlahan menghembuskan desahan panjang.
Saat orang sudah tua, mereka pasti jadi suka mengenang. Tentunya Kaisar Langit juga tak berbeda dengan orang-orang tua pada umumnya, mereka suka memikirkan tentang masa lampau yang jauh di tengah malam. Meski aku familier mengenal Kaisar Langit, aku mungkin punya suatu hubungan dengannya, jadi aku berusaha mengusir serangga kantuk dan berpura-pura mendengarkan sungguh-sungguh dengan penuh minat. Tetapi, ‘sembilan puluh ribu tahun yang lalu’ ini benar-beanr membuatku ingin mengerang, karena cerita semacam itu takkan bisa diceritakan sampai selesai dalam waktu singkat.
Saat aku merasakan keputusasaan dalam hatiku, Kaisar Langit berhenti dan tak meneruskan bicaranya. Aku menimbang-nimbang selama beberapa saat. Ini seperti para penyanyi opera di Dunia Fana, ketika mereka menyanyikan sebuah bagian yang menarik mereka akan membuat sebuah gaya untuk menguatkan kesannya, dan barulah saat para penonton berseru ‘hebat!’ mereka akan meneruskan. Terdiamnya Kaisar Langit pasti karena menungguku merespon sebelum dia meneruskan, jadi aku pun tersenyum padanya, “Bagus sekali, bagus sekali.”
Mata Kaisar Langit mendadak berkilat. Dia terpana selama sesaat kemudian tersenyum menertawai dirinya sendiri, “Jadi begitulah. Di dalam kabut yang melingkupi semua ini, kau terlihat begitu mirip dengannya, namun dengan pengamatan yang lebih seksama, kalian berdua jadi tak punya kesamaan. Mengatakan bahwa auranya sama juga sedikit terlalu memaksakan, namun senyum ini sama sekali berbeda. Dia tak suka tersenyum. Dalam sembilan puluh ribu tahun saat aku mengenalnya, dia tak tersenyum lebih dari sepuluh kali. Bahkan bila dia tersenyum, senyum itu bagaikan embun pagi yang lenyap dengan cepat, tak sepertimu yang ceria dan muda, lebih manis daripada madu.”
Mendadak dia terdiam, suaranya mengandung kesedihan dan kekecewaan, “Sebenarnya itu mungkin tidak benar… dalam lima puluh tahun terakhir aku tak melihat dia tersenyum sama sekali…. Kalau saja dia tak hanya punya sedikit senyum dalam sembilan puluh ribu tahun, mungkin dia takkan menghabisi nyawanya sendiri dalam kesunyian yang sepi seperti itu….”
Mulanya, kupikir Kaisar Langit ada di sini untuk mengenali anggota keluarganya, dan aku sudah menyiapkan energiku untuk memerankan sebuah suasana pertemuan kembali yang berlinangan air mata dengannya, dan juga dengan mulus meminta tambahan lingli sebagai hadiah pertemuan. Tetapi aku tak mengira kalau setelah bicara setengah harian, dia masih saja membicarakan tentang seseorang yang sudah ‘habis’. Mau tak mau aku merasa kalau semangatku menyusut, namun ekspresiku penuh rasa hormat, “Raja Akhirat akan melindungi dia, harap Kaisar Langit melepaskan kesedihan ini.”
Kaisar Langit terkejut, lalu lanjut tersenyum, sorot matanya beralih, dan menatap air yang tenang, “Lima puluh ribu tahun yang lalu, Dunia Kahyangan sama seperti Dunia Ilusi ini di mana tak satu pun rumput ataupun bunga bisa tumbuh, tetapi saya dengar Jin Mi Xian Zi bisa dengan mudah menciptakan bunga dengans atu tangan. Bagaimana kalau kau menanam beberapa kuntum lili hijau di sini.” Orang-orang tua yang pemikirannya suka melompat-lompat dengan begitu cepatnya, kupikir jumlahnya tidak banyak. Dia benar-benar sang Kaisar Langit, topik percakapannya bisa tiba-tiba beralih menjadi menanam bunga?
Aku menatap sekeliling. Dari tanah aku mengambil setangkup tanah dan melemparkannya ke dalam air, lalu aku menggumamkan mantra. Dalam sekejap, kuntum demi kuntum bunga lili perlahan mengembang dari air, pelan-pelan merekah, dan sekumpulan lili hijau yang elegan pun menyebar.
Sorot mata Kaisar langit merupakan percampuran antara rasa kaget dan senang, “Ternyata benar!” Dia lanjut bertanya, “Apa kau tahu siapa yang sedang aku bicarakan barusan tadi?” Jalan pikiran oran gtua ini benar-benar melompat-lompat dan sangat berantakan, tapi untung saja aku ini pintar.
“Jin Mi masih muda, tetapi saya tinggal selama bertahun-tahun di dalam Shui Jing, jadi saya tahu kalau orang ini pasti seorang peri bunga atau sayuran. Kawan lama Kaisar langit tentu saja takkan mungkin saya kenal, karenanya saya takkan tahu siapa yang dibicarakan oleh Kaisar Langit,” aku menjelaskan dengan rasional.
Kaisar langit menatapku dengan gelisah, “Orang yang kubicarakan itu tak lain daripada Dewi Bunga Zi Fen. Usia Jin Mi sekitar lima ribu tahun, Zi Fen meninggal empat ribu tahun yang lalu, kecuali Jin Mi Xian Zi belum pernah bertemu Zi Fen sebelumnya?”
“Belum pernah,” aku menggelengkan kepalaku. Usia tua Kaisar Langit pasti sudah mengurangi daya penglihatannya. Bagaimana bisa aku terlihat mirip dengan sang Dewi Bunga, buah dan bunga kan pada dasarnya adalah dua hal yang berbeda. Perbedannya tidak cuma satu setengah bintang.
Mendengar hal ini, ekspresi Kaisar Langit jadi terlihat amat tragis. Dia berkata, “Siapa yang akan mengira kalau Zi Fen telah membenciku sampai seperti ini! Bahkan darah dan dagingnya sendiri, dengan kejam tak mau dia temui….” Mendadak suaranya terhenti.
Bagaimanapun, kata-katanya yang tak selesai itu telah membuatku seperti tersambar petir, mengguncangku hingga telingaku menjadi tuli dan mataku berkunang-kunang. Mengikuti maksudnya, berarti aku terlahir dari Dewi Bunga dan dia! Berpikir kembali soal yang telah diucapkan Phoenix kemarin, sekarang semuanya jadi masuk akal, tanpa sedikit pun keraguan. Kemarin, Phoenix membakar tebing, bunga-bunga dan rerumputan semuanya hancur, Pemimpin Bunga Pertama menjadi murka dan membawaku kembali ke Shui Jing bersama dengan para pemimpin bunga lainnya. Kami pergi dengan terburu-buru dan aku tak bisa benar-benar mengerti apa yang dimaksud oleh Phoenix dengan kata-katanya, namun mendengar Kaisar Langit hari ini, akhirnya aku mengerti!
Bagaimanapun, apakah ada suatu kesalahpahaman entah di mana? Pertama, Dewi Bunga adalah bunga lili, tetapi aku adalah tanaman anggur, tetapi kemudian aku tak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa Kaisar Langit sebenarnya adalah tanaman anggur. Kedua, kekuatan dewa Dewi Bunga berada di puncak dari sepuluh ribu, namun setelah bertapa selama empat ribu tahun aku belum mencapai tingkatan dewa, tapi lagi-lagi aku tak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa aku adalah jenis yang terlambat dewasa.
Setelah berpikir seperti ini, aku merasa puas, namun di permukaan aku menampakkan ekspresi kebingungan, mengerjapkan mataku, dan berkata pelan, “Kalau Kaisar Langit suka melihat bunga, jin Mi akan menggunakan segenap upayanya untuk menanam lebih banyak, saya tidak keberatan bila Kaisar langit ingin saya menjadi tukang kebun kecil di Dunia Kahyangan. Tapi… tapi….” Aku mengernyitkan alisku, tampak sangat khawatir.
Kaisar langit melihat keraguanku dan buru-buru bertanya, “Tapi kenapa? Jin Mi Xian Zi bisa berterus terang kepadaku tentang masalah apapun.”
“Tetapi, kekuatan dewa saya rendah. Meski saya telah bertapa selama empat ribu tahun lebih, saya masih seorang peri. Saya tahu sedikit tentang menanam bunga, tetapi saya perlu mengandalkan benda-benda lain terlebih dahulu sebelum saya bisa mengubahnya menjadi bunga. Kaisar Langit pasti menertawakan saya.” Kusilangkan jari-jariku dan sedikit menjauhkan tubuhku.
Kaisar Langit memakai mata langitnya untuk memeriksaku dan berkata, “Zi Fen pasti telah mengunci inti kekuatan dewamu. Pertama-tama aku akan memberimu sejumlah esensi dewa. Kau hanya perlu bermeditasi selama empat puluh sembilan hari, dan setelah empat puluh sembilan hari aku akan menaikkan jiwamu dan dirimu yang asli….” Kaisar Langit tiba-tiba terdiam.
Aku menautkan alisku dan berkata kaku, “Jin Mi hanya seorang peri buah, mana mungkin saya pantas menerima esensi dewa dari Kaisar Langit? Jin Mi kira ini tidak pantas.”
Kaisar Langit menatapku dengan penuh kasih, “Anak baik, kau tak perlu menjadi begitu jauh dneganku. Memberimu esensi dewa adalah hal yang layak dan benar di dunia ini.”
Karena Kaisar Langit sangat murah hati, aku takkan memberinya muka kalau aku menolaknya lagi, jadi dengan sedikit upaya aku pun menerimanya, “Kalau begitu, maka terima kasih banyak kepada Kaisar Langit.”
Kaisar Langit mengulurkan tangannya. Hanya dengan menggabungkan telapak tangannya, muncul sebuah kilauan kuat. Dia merapal, “Bangkit!” Kilauan itu melayang dari tengah-tengah telapak tangannya, dan bahkan sebelum aku bisa melihat dengan jelas, kilauan itu memasuki dahiku di antara alis. Sebuah perasaan sejuk yang menyegarkan menyebar ke seluruh tubuhku.
Dengan sikap minta maaf Kaisar Langit berkata, “Aku takut kalau pertapaanmu belum terlalu mendalam, hari ini aku hanya bisa memberimu esensi dewa sebanyak lima ribu tahun….”
Lima ribu tahun! Hanya!
‘Hanya’ ini membuatku amat sangat gembira, jantungku berdegup begitu liar hingga aku melewatkan perkataan Kaisar Langit yang selanjutnya.
Pada saat kami berpisah, Kaisar Langit berkata, “Hari ini aku telah mengganggu tidurmu. Kalau bukan karena kesalahan sesaatku puluhan ribu tahun yang lalu, kedua puluh empat Pemimpin Bunga juga takkan memandang Dunia Kahyangan sebagai musuh, kita berdua juga takkan hanya bisa bertemu di malam hari lewat jiwa kita. Aku telah membuatmu menderita.” Ada jejak senyum pahit di mulut Kaisar Langit.
“Tidak apa-apa, tidak apa-apa, Kaisar Langit terlalu baik,” jawabku dengan berbinar-binar.
“Ada sesuatu yang ingin kukatakan. Jin Mi Xian Zi harus mengingatnya dengan seksama.” Kaisar Langit hendak mengantarku pulang saat dia tiba-tiba memanggilku, “Kau dan Xu Feng atau Run Yu jelas tidak boleh memiliki perasaan antara pria dan wanita sedikit pun.”
Aku bertanya-tanya apa sebenarnya itu, tapi ternyata cuma masalah kecil. Ujarku murah hati, “Oh, itu cuma butuh upaya kecil, hanya seperti mengangkat sebelah tangan. Kaisar Langit tak perlu khawatir.”
Pada saat Kaisar Langit sedang terpana, aku sudah kembali ke tubuhku.
Jiwaku merasuk dengan tepat ke tubuhku. Kubuka mataku, langit di luar jendela sudah mulai menjadi terang.
Kudengar Pemimpin Bunga Yu Lan memanggil, “Jin Mi, apa kau sudah bangun?”
Kepalaku terasa sakit. Sejaka kau kembali ke Dunia Bunga kemarin, kedua puluh empat Pemimpin Bunga telah mengatur untuk bergiliran menjaga di luar halamanku pada malam hari, dan pada siangnya aku harus instrospeksi di depan makam Dewi Bunga. Hari-hari itu sungguh tak tertahankan, dan hari ini barulah hari kedua, tetapi aku sudah merasa seakan bertahun-tahun telah berlalu.
Namun karena kedua puluh empat Pemimpin Bunga sibuk dnegan urusan mereka sendiri-sendiri pada hari ini, mereka tak mengawasiku, hanya memasang sebuah penghalang untuk mengurungku di dalam jarak 500 meter dari makam.
Setelah Pemimpin Bunga Yu Lan pergi, aku menyembah tiga kali pada makam Dewi Bunga dan dengan tulus menggumam, “Peri buah Jin Mi berpura-pura menjadi keturunan Dewi Bunga untuk mendapatkan esensi dewa lima ribu tahun dari Kaisar Langit, harap Dewi Bunga tidak mendendam kepada saya, saya dengan penuh hormat akan mempersembahkan lebih banyak anggur untuk Anda.”
Setelah satu putaran pengakuan dosa, sekujur tubuhku jadi terasa nyaman. Berpikir tentang bagaimana aku dengan tanpa bersusah-payah telah mendapatkan esensi dewa sebanyak lima ribu tahun, aku merasa bahwa semua yang kulihat menjadi sesuai dengan kesukaanku, bahkan makam Dewi Bunga tampak bersinar. Dalam kegembiraanku aku jadi ingin menemukan seseorang untuk merayakannya. Tetapi karena aku tak bisa lagi menemukan Phoenix ataupun Xiao Yu Xian Guan, setelah berpikir selama sesaat, kupikir aku hanya bisa mencari Pu Chi Jun, si ular.
Aku menggumamkan mantra pemanggilan.
Setelah merapal setelah jalan, langit yang jernih mendadak mulai menjadi gerimis. Seseorang berjalan menembus hujan itu. Kecepatan Pu Chi Jun ini kencang sekali, bahkan sebelum aku selesai merapal, dia sudah sampai.
Namun orang ini tak menyentuh tanah. Pembawaannya sangat mencolok. Tetesan air hujan akan mengenai tubuhnya tapi tak membasahinya. Dalam sikap dewanya yang penuh keagungan, hujan terbelah saat dia berjalan.
Aku melihat dengan seksama – itu Dewa Air!
Sekarang karena kekuatan dewaku telah meningkat, sebelumnya aku telah memanggil siluman air, tapi kini aku bisa memanggil Dewa Air. Bila melihat hal ini, aku jelas-jelas merupakan buah yang matang terlambat!
Jubah putih Dewa Air memiliki rona keperakan di atasnya. Hujan gerimisnya mereda, dia berdiri tegak di hadapanku, kabutnya bagai selubung yang melingkupi. Dia menundukkan kepalanya dan menatapku, lalu memandangi makam Dewa Bunga di sebelah. Matanya, bagai danau yang penuh, begitu sejuk dan dan jernih, begitu jernih hingga nyaris terlihat sedih.
Tak ada angin maupun hujan, rumput Deng Xin tinggi yang menutupi seluruh permukaan tanah berayun, seakan mereka semua miring ke arah kakinya. Sebuah desahan kecil dan pelan melayang dari mulutnya, desahan itu meresap ke dalam kabut pagi yang tipis dan tak lagi bisa ditemukan.
Dalam sikap inilah dia menundukkan kepalanya dan menatapku, sorot matanya sarat dengan air danau yang beriak pelan, membuatku cemas kalau dia menundukkan kepalanya lebih rendah lagi, tepian matanya takkan mampu menahan sorotan yang sarat dengan air danau itu dan akan mulai meluber. Bagaimanapun, kecemasanku ternyata tidak perlu.
Dia menatapku, entah untuk berapa lama. Sepertinya sama lamanya dengan mimpi, namun juga sama singkatnya dengan mimpi.
“Jin Mi Xian Zi menjaga tanah kuburan Zi Fen?” Tanpa menungguku menjawab, dia meneruskan, “Tempat ini mulanya adalah hutan crabapple, setiap awal musim semi di bulan ketiga mereka akan mekar, sungguh suatu pemandangan yang luar biasa memukau dan megah. Saya selalu menganggap diri saya beruntung bahwa pada malam itu saya pulang terlambat, karenanya saya berhasil memanggil kembali satu bagian dari jiwa Zi Fen. Namun saya juga sering menyesalkannya, bila saya tak kembali terlambat pada hari itu, dunia ini takkan memiliki Zi Fen, dan kemudian dia takkan perlu melewati begitu banyak kesukaran, hingga pada akhrnya jiwanya musnah sepenuhnya….”
Dewa Air menengadahkan kepalanya ke arah langit. Menggunakan suara jernih yang bebas dari asap apapun, dia menceritakan sebuah kisah yang tak bisa aku mengerti. “Bila demikian, mungkin jiwanya akan mengalami kehidupan biasa namun memuaskan di Dunia Fana, menjadi tua, sakit dan mati, atau mungkin dia akan tetap menjadi dewa yang terasing namun bebas yang tinggal di Dunia Bunga ini… meski kesepian, namun masing-masing memiliki kebahagiaan mereka sendiri.”
“Saat Zi Fen memerintah para bunga, sampai pada saat terakhir dia tak menyukai makhluk-makhluk memukau dan penuh keramaian ini, seumur hidup dia sederhana dan murni, setelah mencari selama satu masa kehidupan, akhirnya dia mendapatkan kedamaian.” Dewa Air berpaling kepadaku, sebutir tetesan air yang bagai mutiara meluncur jatuh dari rambut sampingnya, “Jin Mi, Jin Mi, bunga yang megah bagai pencarian yang indah* untuk kedamaian, sebuah kehidupan sederhana yang mulus bagai awan yang berarak dan air yang mengalir. Saat Zi Fen masih hidup, kedua baris ini selalu digantungkan di bagian atas ranjangnya, aku sendiri yang menuliskan untuknya.”
*(T/N: dalam Bahasa Mandarin, kata-kata yang dipakai untuk kalimat tersebut adalah Jin Mi, yang merupakan karakter yang sama dengan namanya)
Aku menjadi kaget, namun Dewa Air mengulurkan tangannya dan menarikku bangkit dari depan batu nisan, “Aku tak pernah menyangka kalau Zi Fen telah meninggalkan seorang keturunan di dunia ini, meski itu bukan dariku… bagaimanapun selama lima ribu tahun ini aku tak bisa merawatmu, bagaimana aku bisa menghadapi Zi Fen… bagaimana menghadapimu….” Kata-katanya begitu sedih namun juga menampakkan kebahagiaan yang lembut. Dia menatapku dengan tulus.
Mau tak mau aku menjadi lebih kaget lagi. Bila sampai sang Dewa Air bicara seperti ini, apakah ini berarti aku memang terlahir dari Dewi Bunga dan Kaisar Langit?
Saat aku merenung, sebuah bayangan hijau yang cerah berdiri terbengong-bengong di dekat kakiku. Aku berbalik untuk melihatnya, ternyata itu si ular.
“Yan You terlambat, terlambat. Harap Jin Mi pengantin kecilku tidak menyalahkanku.” Pu Chi Jun yang menakjubkan mengulurkan tangannya untuk dengan hangat menarikku ke arahnya. Melihat bahwa tanganku sedang berada dalam genggaman sepasang tangan yang lain, dia pun mengikuti arah tersebut dan menengadah begitu melihat si pemilik tangan, Pu Chi Jun langsung menegakkan tubuhnya, merapikan bajunya, dan dengan kaku serta resmi memberikan penghormatan, “Yan You telah bersikap sembarangan, saya memberi salam kepada Dewa Air yang Agung.”
Mata cerah dan jernih Dewa Air menatap Pu Chi Jun, riak airnya tak terlihat senang, “Tuan Muda Yan You, kita sudah tak bertemu selama bertahun-tahun, apa kau datang ke Dunia Bunga untuk bermain?”
Aku jadi merasa bingung. Pu Chi Jun tak menghormati Phoenix tetapi luar biasa hormat kepada Dewa Air. Etika di Enam Dunia ini benar-benar memerlukan pembelajaran.
Pu Chi Jun mengerutkan alisnya dan menatap ke bawah. Ujarnya serius, “Saya tak pernah berkeliling untuk bunga-bunga dan mencari dedalu*,” dia lalu meneruskan dengan ceria, “Hari ini saya telah menerima panggilan dari Jin Mi Xian Zi, karenanya saya pun memasuki Dunia Bunga.”
(*T/N: secara formal, Yan You bilang kalau dia tak berkeliaran seenaknya, tetapi karena ‘dedalu’ merupakan perumpamaan dari wanita cantik yang ‘sesat’ seperti pelacur dan penari, maka konotasi dari ucapannya adalah bahwa dia tak mencari pelacur atau wanita dengan sembarangan)
Aku menganggukkan kepalaku dan Pu Chi Jun masih tersenyum-senyum.
Mendengar hal ini, ujung alis Dewa Air sedikit terangkat. “Jin Mi, kau bisa memanggil Tuan Muda Yan You? Mantra apa yang kau pakai?”
Memangnya kenapa aku tak bisa memanggil Tuan Muda Yan You? Melihat bahwa Dewa Air memiliki kecurigaan, aku jadi merasa bahwa dia meremehkan kekuatan dewaku. Meski Tuan Muda Yan You, bila dari kata-kata Phoenix, sepertinya pernah menjadi dewa, namun sekarang dia hanya seorang peri air kecil. Tentu saja aku akan bisa memanggilnya, jadi dengan enggan aku berkata, “Aku memakai rapalan untuk memanggil dewa bumi setempat.”
Ekspresi Dewa Air tampak mendung. Berdiri di tengah-tengah gumpalan kabut air, matahari di langit baru saja terbit, pemandangannya begitu jernih dan indah.
Pu Chi Jun menatapku dan kemudian pada Dewa Air dia menyatakan, “Jadi ternyata Jin Mi adalah anggota keluarga Dewa Agung? Itu hebat! Yan You khawatir bila saya meminta untuk menikahi Jin Mi Xian Zi, saya akan menghadapi beberapa halangan. Tetapi bila dia adalah anggota keluarga Dewa Agung, maka itu akan jadi yang terbaik.” Pu Chi Jun merapikan rambut hitamnya, melontarkan senyum cemerlang padaku, gigi putihnya berkilauan, “Kita akan menjadi keluarga yang semakin dekat! Hahaha!”
Sekujur tubuhku gemetar. Tak mungkin aku ingin jadi lebih dekat lagi dengan seekor ular hijau!
Ekspresi Dewa Air berguncang. Dia tersenyum pahit, “Diriku yang sebenarnya muncul dari ketiadaan, aku ini hanya setetes air, bagaimana bisa aku bicara tentang anggota keluarga apapun? Tetapi Tuan Muda Yan You, karena ibumu telah mengangkatku sebagai saudara angkat, itulah sebabnya kita jadi memiliki hubungan.”
Dewa Air tiba-tiba berpaling padaku, “Apakah Jin Mi bisa memanggil air?”
Aku merenung sesaat lalu berkata, “Aku tidak yakin, aku tak pernah memanggil air.”
“Kalau kau mencobanya sekarang, maka kau akan tahu,” Pu Chi Jun menyela.
Dewa Air mengangguk. Ini adalah kesempatan bagus untuk menguji kekuatan dewa yang diberikan Kaisar Langit padaku, jadi aku pun menunjuk ke arah langit dan merapal. Siapa yang menyangka kalau tak setetes pun air dalam jarak seratus li yang bersedia memberiku muka. Awan-awan masih melayang di angkasa, rerumputan masih berayun di tanah, tak ada setengah pun bayangan kelembapan.
Dengan sedih aku menarik tanganku. Ini sungguh memalukan.
“Mu Dan memberi salam kepada Dewa Air.” Aku baru saja memikirkan harus bagaimana saat kudengar suara Pemimpin Bunga Pertama dari arah belakang. Aku berbalik, kulihat Pemimpin Bunga Pertama sedang berlutut di tanah, dengan serius menatapku dan Dewa Air, tangannya bergerak-gerak di balik lengan bajunya. “Jin Mi telah tinggal di dalam Shui Jing sejak kecil, dia tak tahu tentang masalah di dunia luar. Entah apakah dia sudah menyinggung Dewa Air?”
“Bangkitlah. Pemimpin Bunga Pertama tak usah begitu formal dengan saya,” Dewa Air membalas gestur Pemimpin Bunga Pertama, “saya datang hari ini hanya untuk memberi penghormatan kepada Zi Fen, dan tidak berpikir kalau akan bertemu dengan Jin Mi Xian Zi secara tak disengaja….” Dalam sorot mata Dewa Air terdapat secercah kabut, “Jin Mi telah dilindungi sejak lahir oleh kedua puluh empat Pemimpin Bunga?”
“Kalau majikan saya tahu bahwa Dewa Air masih mengingatnya dan sering berkunjung, beliau pasti akan merasa sangat puas. Mu Dan berterima kasih kepada Dewa Air atas nama majikannya!” Pemimpin Bunga Pertama pastilah sudah terlalu tua, dan kadang-kadang melantur. Dia menjawab dengan jawaban yang tak sesuai dengan pertanyaannya.
Meski Dewa Air tak mendapatkan jawabannya, dia tak meralat Pemimpin Bunga Pertama. Dia hanya memakai sepasang matanya yang gelap untuk menatap Pemimpin Bunga Pertama, seakan sedang menggenggam beberapa helai benang antisipasi dan harapan. Ekspresi Pemimpin Bunga Pertama menampakkan sedikit jejak rasa bersalah dari tatapan Dewa Air.
Saat keduanya saling pandang, Pu Chi Jun berkata, “Lihat! Sekumpulan awan yang besar sekali! Sekumpulan awan yang sangat gelap!”
Aku mengangkat kepalaku. Sungguh sebuah kumpulan awan hitam besar yang terbang secepat kilat di angkasa, turun ke arah kami dari atas. Tiba-tiba aku merasakan udara dingin seperti musim salju datang menusuk. Dalam sepuluh ribu tahun di dalam Dunia Bunga yang selalu mengalami musim semi, kenapa hari ini cuaca tiba-tiba berubah?
Saat aku sedang menekuri hal ini, awan hitam itu tiba-tiba mulai mengeluarkan kepingan-kepingan putih. Semakin banyak yang jatuh, semakin tebal jadinya, semakin banyak yang jatuh, semakin lebat jadinya.
Pu Chi Jun mengulurkan tangan untuk mengambil sekeping. Dia menempatkannya di depan mataku sambil dengan seenaknya meletakkan tangannya di sekeliling bahuku.
Dia berseru kaget, “Bunga salju!”
Mulanya aku merasa dingin. Dipeluk oleh seekor ular aku jadi merasa semalin dingin lagi, jadi aku pun mendorong ular ini jauh-jauh.
Alis Pemimpin Bunga Pertama benar-benar telah berdiri tegak, dia kelihatan ingin menegur Pu Chi Jun, tetapi setelah melihatku mendorongnya pergi, ekspresinya pun menghangat.
Pu Chi Jun terjajar mundur dua langkah. Dia menebah dadanya dan berkata, “Jantungku yang lemah….”
Ekspresi Dewa Air tampak rumit dan susah untuk dibaca di tengah-tengah salju yang turun. Di bagian tengah alisnya terdapat kesedihan bagai danau yang dalam, kedalamannya tak terukur. Sekeping bunga salju meleleh di pipinya, mencair menjadi setetes air mata dan meluncur turun di pipinya. Dia membuka sedikit mulutnya, seakan ada ribuan hal yang ingin dikatakan tetapi hanya ada seratus bahasa, dan pada akhirnya mereka bergabung menjadi satu baris, “Jin Mi telah memanggil badai salju sebesar ini, bagaimana menurut pendapat Pemimpin Bunga Mu Dan?” Suaranya seperti tersekat.
Wajah Pemimpin Bunga Pertama tampak syok, seolah seseorang telah mencuri sepuluh ribu hasil pertapaan darinya. Namun dia menutup bibirnya rapat-rapat dan tak merespon pertanyaan Dewa Air. Wajah Pu Chi Jun tampak larut dalam pemikiran. Langka sekali melihat dia menahan senyumnya yang biasa dari wajahnya.
Aku tak bisa repot-repot terganggu oleh sikap mereka yang diam-diam saling memberi isyarat. Aku hanya merasa luar biasa senang. Aku yang hanya tanaman anggur sekarang mampu memanggil salju, waktu untukku menjadi dewa pasti akan segera tiba!
Pemimpin Bunga Pertama tampak tidak nyaman oleh tatapan dari dua pasang mata dan akhirnya berkata, “Aku ini hanya seorang xian bunga kecil di Dunia Bunga. Apakah Dewa Air tak mengetahui tentang masalahnya sendiri dan butuh seseorang untuk menjelaskan semua itu kepadanya?”
Dengan ini, wajah Dewa Air tampak merona, dan setengah saat kemudian, dia berkata, “Pada saat itu, Zi Fen dan aku….”
Dewa Air berhenti di tengah perkataannya dan Pu Chi Jun tampaknya telah menyadari sebuah rahasia yang luar biasa. Dia membuat sebuah gestur menghormat kepada Dewa Air dan mengisyaratkan kalau dia akan pergi. sebelum pergi, dia memberitahuku, “Jin Mi, gadisku, Yan You akan membersihkan dirinya sendiri dan akan datang mengunjungimu lagi.” Pemimpin Bunga Pertama memelotinya.
Setelah Pu Chi Jun pergi, Dewa Air meneruskan, “Perasaanku untuk Zi Fen, meski perasaan kami mendalam, perasaan kami ini hanya berkembang hingga tahap yang diijinkan oleh kesopanan, kami tak pernah melakukan keintiman fisik, jadi bagaimana bisa… tetapi Jin Mi bisa memanggil Peri Air Yan You, dia juga bisa memanggil salju, kalau dia tak punya kemampuan untuk mengendalikan air, bagamana ini bisa dijelaskan? Di seluruh kahyangan, selain aku, hanya Suku Naga yang mampu mengendalikan air, tetapi Jin Mi menyebut dirinya sendiri sebagai tanaman anggur….” Dewa Air meragu, dengan bersungguh-sungguh dia menatap Pemimpin Bunga Pertama, “Satu-satunya yang mampu memecahkan teka-teki ini adalah Pemimpin Bunga Pertama. Saya meminta bimbingan dari Pemimpin Bunga Mu Dan.”
Pemimpin Bunga Pertama mendesah sedih. Dengan penuh kasih dia menyapu noda rumput dari lengan bajuku, dan dengan suara yang nyaris tak bisa terdengar, “Mulanya saya kira sifat tidak jelas Jin Mi adalah dirinya yang sebenarnya, sekarang saya menyadari bahwa ada penyebab untuk itu.” Dia mengangkat kepalanya dan menatap Dewa Air, “Tetapi tak ada gunanya Dewa Air bertanya kepada saya, Mu Dan memiliki hal-hal yang bisa dia katakan. Kedua puluh empat Pemimpin Bunga telah bersumpah kepada Dewi Bunga, bila kami membocorkan apapun, kami harus memusnahkan esensi kami. Kami mengharapkan pengertian dari Dewa Air.”
Mendengar kata-kata Pemimpin Bunga Pertama, menyatukan semuanya bersama-sama, ternyata aku ini sebenarnya adalah keturunan Dewi Bunga!
Kebenaran memang selalu mengejutkan! Aku menelan semulut penuh ludah dan tiba-tiba merasa kepalaku berdengung oleh rasa sakit.
Tiba-tiba aku melihat bahwa sosok Dewa Air dan Pemimpin Bunga Pertama mulai bergoyang. Mereka mulai bergoyang menjadi dua, dua menjadi empat, lebih dan lebih banyak lagi bayangan mulai bergoyang-goyang di depanku, membuatku jadi amat pusing, sesuatu seperti sedang bergejolak di lambungku. Dengan susah payah aku melambaikan tanganku pada mereka, “Berhenti bergoyang, jangan bergerak, kepalaku… sangat pusing, sangat menyakitkan….”
Dewa Air segera mengulurkan tangannya untuk menangkap tubuhku yang terjatuh, Pemimpin Bunga Pertama dengan gugup memakai sulur-sulurnya untuk memeriksa denyut nadiku. Rona wajahnya berubah, “Tenaga dalam di tubuh Jin Mi kacau-balau, apakah Dewa Air telah memberikan tenaga dewa apapun kepada Jin Mi?”
Pada saat ini, aku merasa sejumlah energi yang kuat berubah menjadi belati energi yang tajam, memotong satu sisi pembuluh darahku. Aku gemetar, dan tenggelam dalam kabut kegelapan.
Dalam beberapa langkah, pemandangannya berubah. Aku berjalan maju dan di hadapanku ada sebuah tempat terbuka yang luas. Bunga-bunga crabapple sedang mekar, kelopak-kelopak mereka beguguran di mana-mana. Di dalam kabut awan dan asap, seorang wanita duduk dengan elegan, tangannya menggenggam setangkai bunga. Dia berbalik dan tersenyum padaku, “Kakak seperguruan, kau sudah datang?”
Aku terpana. Sesosok tinggi dan gagah melewati bayanganku, “Zi Fen, aku sudah datang.” Suaranya mengalir lembut bagai air dari mata air, hangat bagai hembusan angin musim semi di pagi hari bulan tiga.
Di bawah pepohonan bunga crabapple, mereka berdua memakai tangkai bunga sebagai pedang, si wanita seperti dedalu dan si pria seperti poplar, gerakan bertanding mereka menghasilkan tarian pedang, mereka telah mencapai tahap kesempurnaan. Pada saat yang paling menarik, si wanita melewati sisi si pria dengan langkah ringan, si pria mengikuti namun si wanita mendadak berbalik, pedangnya menyentuh tulang belikat si pria. Si pria sama sekali tidak siap. Serangan itu mengenai titik meridian tidurnya dan dia pun terjatuh ke tanah.
Jadi itu adalah sebuah gerakan rahasia. Aku jadi merasa bersemangat. Aku menunggu untuk melihat apakah si wanita akan membunuh atau mencincang si pria jadi serpihan. Tetapi si wanita, tanpa disangka-sangka, setelah memeriksa seluruh tubuhnya, dengan terpesona menatap wajah si pria selama sesaat, air mata mengalir di wajahnya lebih cepat daripada kelopak bunga yang gugur dari cabang pohon. “Kakak Seperguruan, untuk menyelamatkan nyawaku, Zi Fen takkan pernah bisa membalas jasamu….”
Ah… dan dia pun mencium pria itu….
Jadi ternyata si wanita tak mau mengambil nyawa si pria, hanya ingin sedikit menggodanya. Au berjongkok di samping dengan tangan di pipiku, bersiap menonton bagaimana dua orang, yang satu sudah pingsan, akan melakukan pertapaan bersama, saat mendadak aku mendengar sebuah suara ribut datang menembus telingaku.
“Tubuh Jin Mi memiliki terllau banyak energi api, aku tak tahu siapa yang telah memberinya begitu banyak energi ‘yang’, ini berlawanan dengan sifat dasar energi ‘yin’-nya. Kalau bukan karena pertemuan kami yang kebetulan hari ini, aku takut nyawanya akan berada dalam bahaya.” Ada getaran dalam suara orang ini, seakan dia takut pada apa yang bisa terjadi.
Seseorang mengesah panjang, “Banyak terima kasih kepada Dewa Air yang Agung, kalau sampai ada apa-apa pada diri Jin Mi, bagaimana saya akan menjawab kepada Dewi Bunga….” Aku tahu kalau ini adalah suara Pemimpin Bunga Ding Xiang.
“Jin Mi… jadi dia adalah darah dagingku… dalam empat ribu tahun lebih ini, aku tak pernah melakukan satu pun tanggungjawabku, jadi bagaimana bisa aku menerima ucapan terima kasih ini?” Suara Dewa Air sarat dengan tudingan pada diri sendiri, dengan patah hati dia berkata, “Kalau jiwa Zi Fen yang telah menghilang ke langit mengetahui hal ini, bagaimana aku akan punya muka untuk bertemu dengannya!”
Mendengar hal ini, sekujur tubuhku pun berkeringat dingin, seperti kalau aku menyadari bahwa Fei Xu terlahir dari pertapaan bersama antara Phoenix dan Xiao Yu Xian Guan.
“Dewa Agung, takutnya Anda pasti telah melakukan kesalahan, bagaimana bisa Jin Mi menjadi darah daging Anda….” Pemimpin Bunga Yu Lan yang biasanya pandai bicara hanya bisa mengucapkan separuh kalimatnya, seakan ada suatu gangguan dalam ucapannya.
“Kau tak perlu menipuku. Kalian semua telah bersumpah kepada Zi Fen, jadi aku takkan mempersulit kalian,” Dewa Air menghentikan perkataan Pemimpin Bunga Yu Lan, dengan penuh tekad dia berkata, “Aku telah memeriksa esensi Jin Mi yang sesungguhnya, kalian tak lagi bisa emnyembunyikannya dariku. Aku hanya akan bertanya, apakah Jin Mi lahir saat salju pertama turun ke bumi*?”
(T/N: Kalau lupa, silakan baca lagi di bagian prolog. Jin Mi lahir pada periode yang disebut Shuang Jiang, yaitu antara tanggal 23 Oktober hingga 6 November, yang merupakan akhir musim gugur dan permulaan musim dingin)
Seluruh aula menjadi sunyi, orang bisa mendengar suara lembut salju yang berguguran di luar jendela.
“Benar…. Benar!” Suara Dewa Air menyurut ke ujung ranjang, suaranya itu seakan dia telah kehilangan semangatnya dan rohnya telah gugur, “Zi Fen….”
Lama kemudian, sebuah tangan yang lembut dan hangat menyentuh pipiku, “Jin Mi, putriku….”
Aku terkejut, kenapa sekarang aku jadi punya ayah di mana-mana? Aku sudah mengambil satu kemarin, hari ini aku mengambil satu lagi. Kemarin, Kaisar Langit telah memberiku lima ribu tahun esensi dewa, entah apakah ayah baruku yang sekarang ini akan sama murah hatinya.
Memikirkan hal ini, aku pun membuka mataku. Dengan polos kutatap Dewa Air yang sedang memelukku dalam dekapannya, ujarku gugup, “Takutnya Dewa Air pasti sudah melakukan kesalahan. Jin Mi hanya seorang peri tingkat rendah, terlahir dari langit, dirawat oleh langit, aku tak punya ayah juga tak punya ibu, sehina seekor semut, mana berani saya mencapai tingkatan seorang Dewa Agung?”