Ashes of Love - Chapter 2
Aku mendengar suara ‘bang’ dan kemudian hewan kecil berbulu merah itu bangun. Melihat lebih dekat, ternyata makhluk itu adalah rubah kecil berbulu merah, dan sebelum aku sempat menghitung berapa banyak ekor yang dia miliki, terdengar suara ‘bang’ yang lain, dan kaki mungil yang empuk dan halus di tanganku seketika berubah menjadi sebuah tangan yang ramping dan panjang.
Tatapanku naik mengikuti tangan itu, dan aku melihat ada seorang pria muda berusia lima belas atau enam belas tahun berdiri di hadapanku. Dia mengenakan jubah kasa merah, bibirnya merah, dan giginya putih. Alisnya berkerut dan dia pun menatap tanganku dalam waktu lama, sebelum mendesah pelan, “Ai, pak tua ini akhirnya telah dilecehkan sekali dalam kurun waktu begitu lama, aku merasa sangat lega, aku merasa sangat lega.”
Kemudian, dengan air mata mengalir turun di wajahnya, dia balas mencengkeram tanganku. “Bocah xian kecil dari keluarga mana kamu? Siapa namamu?”
Aku berpikir sejenak dan meski dia telah berkata ‘dilecehkan’, yang tak aku mengerti, aku takkan berani berpura-pura menjadi ‘bocah xian kecil’. Tetapi untuk mengakui bahwa aku hanya seorang peri di hadapan para xian di Dunia Khayangan juga terasa sedikit memalukan, jadi aku pun berdehem pelan dan berkata padanya, “Anda bisa memanggilku Jin Mi saja. Aku tak bisa berpura-pura sebagai xian muda, tapi… um… aku hanya seorang setengah-xian.” Aku sudah belajar setengah jalan untuk menjadi seorang xian, jadi bukannya itu berarti aku adalah setengah-xian? Aku sangat senang dengan istilah yang telah kuciptakan ini.
“Setengah xian? Sepertinya aku sudah tidur sedikit terlalu lama, dan sekarang ada tambahan peringkat xian di Alam Khayangan.” Menggenggam tanganku, dia menaikkan tatapannya dan melihat ke sekeliling, “Bukankah ini halaman milik Xu Feng? Jadi sepertinya kamu adalah xian pendamping Xu Feng. Aku selalu bilang kalau meski Xu Feng si bayi ini tak punya perangai yang bagus, seleranya sangat tinggi. Lihatlah kemilau bocah xian yang telah dia pilih ini.”
Setelah mengatakan hal ini, dia mencubit pelan pipiku. Aku mengelak tapi tak bisa menghindari dia sepenuhnya, jadi aku merasa sedikit geram, “Aku bukan xian pendamping phoenix gosong itu, aku adalah tuan penolongnya.”
“Tuan penolong?” Sorot mata orang itu menyala dan dia pun menarik tanganku untuk duduk di tanah, “Kemari, kemari, kemari, Xiao Jin Mi, katakan padaku. Aku suka sekali mendengar cerita.”
Aku sedikit mengguncangkan tanganku, tapi tak bisa melepaskannya dari cengkeraman xian rubah itu, jadi aku hanya bisa mulai mengatakan padanya semua hal dari awal hingga akhir: “Phoenix itu terbakar dan mendarat di Dunia Bunga….”
“Ck, ck. Seorang tuan muda dalam kesulitan.” Rubah itu menggelengkan kepalanya dan menyelaku.
“Aku kebetulan….”
“Ck, ck. Seorang pendamping muda yang rupawan.” Rubah itu menggelengkan kepalanya dan menyelaku.
“Aku memberinya napas buatan….”
“Ck, ck. Sebuah ciuman yang intim.” Rubah itu menggelengkan kepalanya dan menyelaku.
“Setelah dia bangun…,” aku menolehkan kepalaku untuk menatap si rubah, dan saat melihat bahwa dia sedang menatapku dengan mata berkaca-kaca dan dagu bertopang pada telapak tangannya, aku pun terus menatapnya. Menatap ke sini, menatap ke sana, dia akhirnya tak tahan lagi, “Kenapa kamu tak melanjutkan ceritanya?”
“Aku menunggu ‘ck, ck’-mu,” jawabku kalem.
Mendapat pencerahan, dia pun ber ‘ck, ck’ lagi dan aku pun meneruskan, “Lalu, phoenix hangus itu membawaku ke Dunia Khayangan untuk membalas budi kepadaku.”
“Ck, ck. Jadi cinta pun berkembang dengan cara begini.” Xian rubah itu menggelengkan kepalanya, wajahnya sarat dengan pemahaman. Tiba-tiba, dia bertepuk tangan dan tersenyum, “Mengubah gaya klasik, aku sangat suka ini.”
Sementara dia bertepuk tangan, aku segera menarik tangan yang tadi dia pegangi, dan meletakkannya di bawah hidungku untuk sedikit diendus. Oh, ternyata tak ada bau badan rubah seperti yang dirumorkan. Kemudian, xian rubah itu menatapku dengan sorot mencari, dari atas hingga bawah, dan berkata, “Sayang sekali kamu adalah bocah laki-laki, Xu Feng-ku akan berubah jadi gay.”
Aku kebingungan lagi, aku tak tahu benda macam apa ‘berubah jadi gay’ itu, tapi aku juga tak mengerti kenapa dia berkata kalau aku adalah bocah laki-laki. Bukankah phoenix gosong itu bilang kalau aku adalah wanita? Belakangan aku baru menyadarinya, aku sedang mengenakan pakaian anak laki-laki, yang menjadi penyebab kenapa xian rubah itu salah mengiraku sebagai anak laki-laki.
Aku sedang berpikir dengan kebingungan ketika xian rubah itu memberiku isyarat, wajahnya penuh misteri, “Xiao Jin Mi harus mendekatkan telinganya kemari.”
Aku bergerak maju dan dengan tenang dia berkata ke telingaku, “Sebenarnya, ‘untuk membayar hutang budi’ itu mulanya adalah rencana yang telah kurancang, tapi untuk suatu alasan, aku memelintir dan memelintir dan secara kebetulan memelintir salah satu kata itu dengan tidak benar. Sungguh menyia-nyiakan niat asalku.”
Dalam sekejap, xian rubah itu mengeluarkan sebatang ranting kecil dari tangannya, dan mulai menulis kata ‘membayar’ berukuran besar di atas kelopak bunga yang menutupi tanah. Dia berkata, “Ini adalah kata yang benar. Membayar hutang budi, membayar hutang budi, tanpa pembayaran, bagaimana ada hutang budi?”
Begitu selesai bicara, dia pun mengayunkan lengan baju merahnya dengan sembarangan, melemparkan ranting kecil itu, dan menatapku dengan tersenyum. Dikeluarkannya sehelai benang sutra merah yang berkilauan dari lengan bajunya, dan dengan memasang tampang murah hati, dia berkata, “Melihat bahwa kau adalah orang pertama yang telah melecehkanku di dunia ini, aku akan mengaturkan sehelai benang merah kepadamu. Kalau kau mengikatkannya ke pergelangan kaki Xu Feng, benang ini akan memuluskan jalan cintamu, dan mengubah kesialan menjadi keberuntungan.”
Aku sudah akan menerima benang merah misterius yang dibicarakan xian rubah itu, ketika cahaya tujuh warna melintas di udara, seterang dan semenyilaukan warna-warna lampu. Aku menatapnya dan melihat kalau itu ternyata adalah si phoenix gosong yang terbang kembali entah-dari-mana. Dia melirik dua pasang mata yang sedang terpancang padanya. “Yue Xia Xian Ren (Manusia Abadi di Bawah Bulan, atau kadang juga disebut pak tua di bawah bulan; atau juga kadang disingkat sebagai Yue Lao; dalam mitologi Tiongkok, dia adalah Dewa Jodoh) sekarang telah menjadi jauh lebih murah hati ya.” Begitu selesai bicara, dia mengangkat ujung bawah jubah brokatnya. Di pergelangan kakinya terikat lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh helai benang sutra merah.
Phoenix memutuskan semua benang itu dan meletakkannya di tangan xian rubah. “Kupikir Yue Xia Lao Ren memiliki persediaan benang merah yang amat banyak, kalau memungkinkan, bisakah Anda tak memberikannya kepada para xian pelayan di kediaman Xu Feng? Itu akan menjadi jasa yang besar.”
Xian rubah menggenggam benang-benang merah yang berkilauan, menyelipkannya ke bagian depan jubahnya, dan membuka mulutnya untuk mengerang, “Feng Wa (wa = bayi) sekarang sudah tumbuh dewasa, saat seorang keponakan tumbuh besar, dia tumbuh semakin jauh dari pamannya! Aku ingat bertahun-tahun yang lalu, saat kamu masih seekor anak burung mecil yang lembut, kau suka sekali bergulung-gulung di dalam benang-benang merah di kediamanku. Tetapi sekarang, kau bahkan memanggilku dengan cara yang begitu asing. Pak tua ini sangat sedih, sungguh sangat sedih!”
Phoenix sedikit berjengit dan aku terdiam.
Setelah sunyi sesaat, aku terdiam, penasaran dengan dua kata ‘Feng Wa’.
“Kata-kata Paman terlalu berlebihan.” Dengan kesal Phoenix mengepalkan tangannya untuk memberi salam.
Aku berdiri di pinggir dan tak mengatakan apa-apa, utamanya karena jantungku berdebar kencang. Kutatap penampilan berusia lima belas atau enam belas tahun xian rubah yang kekanakan, lalu melihat Phoenix yang tingginya lebih dari satu kepala melebihi xian rubah; penampilan tujuh belas atau delapan belas tahunnya yang pongah dan gagah. Ternyata mereka adalah paman dan keponakan. Memang, kau tak bisa menilai seorang xian menurut penampilannya.
Dengan baik hati xian rubah menggenggam tangan Phoenix, dan berkata, “Keponakanku ini sangat penurut, sangat penurut. Cara panggil seperti ini membuat keluarga jadi tampak harmonis dan gembira.”
Lalu dia melanjutkan, “Kupikir xian muda Jin Mi itu lumayan, kenapa kamu tak menerimanya sebagai selir?”
“Jin Mi? Siapa itu?” Meski sekujur tubuhnya diselubungi oleh awan yang indah, ekspresi wajah Phoenix tak kelihatan bagus.
Aku terbatuk pelan, memberi petunjuk kalau aku adalah ‘Jin Mi’ itu. Phoenix menatapku dingin.
Xian rubah juga meraih tanganku dan berkata, “Apakah kata ‘Mi’ dalam nama xian muda Jin Mi mungkin ‘Mi’ dari ‘madu’?”
Aku berkata, “Bukan, bukan.”
“Lalu, ‘Mi’ yang mana?” tanya xian rubah sungguh-sungguh.
Aku sudah akan menjawab saat Phoenix itu dengan tidak sabar menyela, “Kupikir mungkin ‘Mi’ dari ‘mencari’.”
“Bukan, tepatnya ‘Mi’ dari ‘mencari makanan’.” Aku mengoreksinya dengan sepenuh hati. Meski karakternya sama, yang terpenting adalah makna katanya.
“Pintar! Pintar sekali!” Xian rubah terkagum-kagum. Bisa memahami konotasi dari namaku itu sangat sulit, jadi aku benar-benar tersentuh dan diam-diam menganggap xian rubah itu sebagai belahan jiwaku, mengabaikan ekspresi tidak puas dari Phoenix yang ada di samping kami.
“Berapa umur setengah-xian Jin Mi? Kapan tanggal lahirmu? Dari mana kamu berasal? Berapa jumlah anggota keluargamu? ….”
Phoenix merengut dan terbatuk, menyela kata-kata tulus xian rubah. “Xu Feng baru baru saja datang dari Zi Fang Yun Gong, dan kudengar Permaisuri Langit telah memesan sebuah jarum jahit baru yang punya mata besar. Mata Paman tidak terlalu bagus dan suka memasukkan benang merah ke dalam jarum pada malam hari. Kupikir akan sangat membantu untuk Paman kalau Paman mendapatkan jarum itu.”
Saat xian rubah mendengar hal ini, wajahnya menjadi cerah oleh kegembiraan dan mengulurkan tangannya untuk berusaha menepuk-nepuk bahu Phoenix dengan ujung jarinya, “Feng Wa masih lebih pintar, jauh lebih baik ketimbang bayi yang itu, Run Yu. Pak tua ini akan mencari seseorang dari keluarga yang baik untuk dijodohkan denganmu. Hahaha!”
Dia tersenyum riang dan tak lupa menarik tanganku dan berkata sebelum pergi, “Sebenarnya, tak ada yang salah dengan menjadi gay.”
Waktu berlalu dengan begitu menakutkannya, tampak setengah hidup dan setengah mati.
Kalau aku menghitung semuanya, aku telah tinggal dengan nyaman di Wisma Kebahagiaan Pernikahan milik Yue Xia Xian Ren selama lebih dari dua bulan.
Hari itu, setelah Yue Xia Xian Ren pergi, semakin aku melihat Phoenix yang arogan itu, semakin aku tak menyukainya, jadi aku pun pergi dan berjalan keluar dari halaman, berkeliaran sendirian. Tapi aku tak menyangka kalau Dunia Khayangan ternyata sangat besar, aku tak tahu cara menunggangi awan dan mengendarai kabut, jadi aku berjalan dalam waktu lama sampai aku tiba di Istana Bulan aneka-warna yang berada di ujung langit, tapi masih tak melihat adanya pemandangan yang menyenangkanku atau mungkin menarik dan menyegarkan mata. Dengan lelah aku berpegangan dan mengunyah awan saat tiba-tiba aku melihat sekelebat warna merah di sudut mataku. Kuangkat kepalaku dan melihat bahwa xian rubah yang pernah kutemui di kebun Phoenix dengan riang sedang memegang sebuah jarum sulaman dan menggumamkan lagu pelan saat dia melayang melewatiku di atas awan.
“Yue Xia Xian Ren, mohon tunggu sebentar.” Aku melemparkan awan yang telah kukunyah hingga jadi serpihan kecil dan memanggilnya.
Xian rubah itu tak hanya tidak berhenti, tapi dia juga melanjutkan melayang maju selama beberapa mil atau lebih. Dia telah berubah menjadi sebuah titik merah, tapi tiba-tiba terbang balik, memakai sepasang mata yang berkilauan untuk bertanya padaku dengan tulus, “Apakah teman ini barusan memanggilku?”
Kugosok dahiku, “Ya, itu aku.”
Xian rubah menatapku dan menggigit bibir merah cerahnya, seakan berusaha mengingat sesuatu dengan sekuat tenaga. Akhirnya, kebingungannya menghilang dan dia pun melihat cahaya, “Oh! Bukankah ini adalah xian Liu Yue dari Zhai Xing Guang? Kita sudah tak berjumpa selama lebih dari sepuluh tahun, tapi kau kelihatan jauh lebih muda sekarang!”
Aku hampir saja jatuh pingsan.
Xian rubah mendapati kalau aku sedang tersesat dan menyadari kalau ada sesuatu yang tidak benar. Mendadak, dia tertawa dan meraih tanganku, “Penglihatanku parah sekali, ini kan jelas-jelas pipit pembawa pesan dari Istana Yin He! Pembawa pesan, harap kau jangan menyalahkanku. Kalau kau melihat Gadis Penenun, harap tanyakan kondisi kesehatannya untukku. Aku telah merepotanmu, telah merepotkanmu.”
Pada saat ini, aku hanya merasa seakan ada sekawanan keledai liar sedang berlarian, meringkik, dan menginjak-injak semua yang ada di kepalaku, dan kemudian, dengan yakin aku memahami satu hal – ingatan xian yang satu ini tidak terlalu bisa diandalkan, dan bisa jadi lebih parah dari Lao Hu.
“Oh, aku baru bertemu dengan xian rubah pagi ini. Namaku Jin Mi.” Xian rubah memiringkan kepalanya dan menatapku dalam waktu lama, mengernyit dan mengunyah bibirnya seperti sedang berperang dengan dirinya sendiri. Akhirnya dia ingat, “Wah! Yang di kebun Xu Feng… setengah-xian… gay… Jin Mi!”
Itu sama sekali tidak mudah, jadi aku tersenyum memuji.
Xian rubah jelas-jelas sedang sangat senang, dengan penuh kasih bertanya apakah aku sudah makan dan kediaman mana yang kutempati. Aku mengikuti panduannya dan berkata padanya bahwa aku baru saja tiba dari Dunia Bunga hari ini, dan belum menemukan tempat yang bagus untuk diinapi. Saat xian rubah mendengar hal ini, dengan antusias dan gembira dia mengundangku ke kediamannya.
Inilah bagaimana aku mulai tinggal di Wisma Kebahagiaan Pernikahan milik Yue Xia Xian Ren.
Tanpa menyebut-nyebut tentang xian rubah yang penuh semangat, Wisma Kebahagiaan Pernikahan-nya, serta banyaknya xian wanita yang suka memegang-megang wajahku saat mereka datang dan pergi, Dunia Khayangan ini memang sangat aneh. Contohnya, masalah lenyapnya banyak bunga dan rumput.
Meski aku bukan xian bunga yang sebenarnya, aku tetaplah peri anggur yang melatih kultivasi diri. Selain urusan penting kultivasi diri itu, aku juga memetik bunga dan mengolah madu untuk menyiapkan madu olahanku kalau-kalau aku terluka atau apa. Bagaimana aku bisa tahu kalau hari itu, saat aku membawa keranjangku dan berkeliaran di sekitar kebun xian rubah selama setengah harian, aku tak mampu memetik bahkan setengah lembar daun pun?
Meski halaman itu penuh dengan rerumputan segar dan pemandangannya sarat dengan ratusan bunga yang mekar penuh, namun setiap kali aku mengulurkan tanganku untuk memetik bunga, bunga itu akan langsung berubah menjadi kabut awan dan melayang pergi. ini aneh sekali.
Malam itu, aku pun bertanya kepada Yue Xia Xian Ren, dan dia jadi terisak dongkol dalam waktu lama sebelum berkata padaku dengan sungguh-sungguh, “Begitu musim semi pergi, dia takkan pernah kembali lagi. Begitu bunga layu, mereka takkan pernah berkembang lagi. Aku tak bisa mengatakan padamu penyebab dari semua ini, tetapi ini menyangkut suatu cinta dan kebencian yang tetap tak tertandingi di dunia ini.” Kemudian dia mengesah tiga kali lagi, “Satu kata cinta ini….”
Oh, benda macam apa yang namanya ‘cinta’ itu? Tak usah dipikirkan, aku tak tertarik dengan apapun selain yang berhubungan dengan meningkatkan kekuatan xian-ku.
Xian rubah itu berbalik dan hanya mengatakan padaku bahwa beberapa ribu tahun yang lalu, ada perselisihan besar antara Kaisar Langit yang sekarang dengan Dewi Bunga sebelumnya. Dewi Bunga sebelumnya itu menghancurkan semua bunga dan rumput yang ada di Dunia Khayangan ketika dia marah, dan sejak saat itu, tak sehelai rumput pun yang bisa tumbuh di Dunia Khayangan. Tetapi terus terlihat gersang seperti ini dalam waktu lama juga bukanlah pilihan, jadi Kaisar Langit pun memakai awan untuk meniru jutaan bunga dan rumput untuk disebar ke seluruh Dunia Khayangan., jadi setidaknya Dunia Khayangan akan mendapatkan kembali sedikit warnanya. Namun karena bunga-bunga dan rerumputan itu tidak nyata, kalau dipetik, mereka akan kembali ke bentuk awannya yang semula.
Akhirnya aku telah memahami satu hal – aku tak seharusnya memiliki harapan sia-sia tentang membuat madu di Dunia Khayangan.
Karena ini, selain berlatih, aku hanya bisa bermalas-malasan setiap hari. Sebaliknya, xian rubah sebenarnya sangat sibuk.
Setiap hari pada waktu yin (pukul 3-5 pagi) dan mao (pukul 5-7 pagi), ada beberapa orang xian petugas yang mengangkut sebuah karung kain berat memasuki pintu. Di dalam karung itu ada beragam jenis catatan, dan setelah para xian pelayan di Wisma Kebahagiaan Pernikahan mengelompokkan dan mencatatnya di sebuah daftar, mereka lalu memberikan buku-buku itu kepada xian rubah. Xian rubah akan duduk di sekumpulan benang merah dan mulai membolak-balik daftar dan memasukkan benangnya ke dalam jarum.
Aku tak tahu sihir aneh macam apa yang dia lakukan. Pernah sekali aku dengan penasaran mengintip ke dalam karung kain itu, tetapi ternyata hanya berisi sesuatu seperti ‘wanita muda Liu Yan, putri tertua Keluarga Liu dari Hangzhou, usia dua puluh delapan, saya memohon Tuan Yue Lao mencarikan untuk saya seorang suami yang baik. Saya menginginkan seorang pria baik yang penampilannya sedamai air beras, bernama Li Du, cinta kami kuat bagaikan emas…’ tertulis di atasnya. Ada banyak sekali catatan semacam ini.
Aku bisa membaca semua kata yang ada pada catatan-catatan itu dengan jelas, tapi ketika dijalin bersama, aku jadi tak memahaminya sama sekali. Saat aku menanyakannya kepada xian rubah, dengan sabar dia menatapku dalam waktu lama, “Jin Mi masih muda, jadi bisa dimengerti kalau kau tak tahu apa itu cinta. Tetapi karena sejak saat ini kamu akan menjadi pasangan gay dengan keponakan keduaku, akan lebih baik kalau kau memahami hal ini sepenuhnya secepat mungkin.”
Pagi-pagi sekali pada keesokan harinya, dengan mengantuk aku mendorong pintu hingga terbuka dan melihat bentangan kegelapan, mungkin mataharinya bahkan belum terbit. Aku sudah akan berbalik untuk meneruskan tidur saat aku dibuat amat ketakutan oleh Yue Xia Xian Ren yang tiba-tiba menyelinap masuk ke kamarku.
“Xiao Jin Mi, ini adalah kumpulan kisah-kisah cinta dan gambar-gambar pornografi yang telah kukumpulkan. Aku akan meminjamkannya untuk kau lihat-lihat, kau harus mulai dengan teori kalau kau ingin menjadi sadar dengan hal-hal ini.” Xian rubah menyapu helaian rambut liar di dahinya sambil tersenyum-senyum dan memberi pengarahan kepada para xian pelayan di sisinya, “Cepat, cepat, cepat. Pindahkan semuanya ke dalam.”
Aku berdiri di samping dan menonton saat para xian pelayan berjalan masuk dan keluar sampai gunungan gelap buku dan gulungan itu setinggi beberapa orang dewasa, dipindahkan ke kamarku, seperti api yang mengamuk, sebuah puncak kesempurnaan.
Setelah para pelayan mengundurkan diri, aku berbalik untuk melihat bahwa xian rubah sedang berbaring dengan wajah menghadap ke bawah di atas tumpukan buku, mencari-cari sesuatu. Sembari mencari, dia bergumam, “Cinta di antara manusia dan manusia, tidak bagus, terlalu membosankan.” Dia melemparkan sebuah buku ke samping, “Cinta antara xian dengan xian, tidak bagus, terlalu kabur.” Satu buku lain dilemparkan, “Cinta antara manusia dengan hewan, lupakan, terlalu tak berselera.” Satu buku lagi terlempar, “Cinta antara xian dengan manusia, Dong Yong dan Qi Xian Nu (Bidadari Ketujuh), terlalu biasa.”
Pada akhirnya, dia berdiri di atas tumpukan yang berserakan, tetapi xian rubah yang gembira itu telah memegang sebuah buku di tangannya dan memberi isyarat padaku. Aku berjalan mendekat, namun hanya melihat satu baris kaligrafi di halaman judulnya – Menanti Seribu Tahun demi Satu Kesempatan.
“Hari ini, kita akan mulai berdiskusi dari kisah cinta di antara seorang manusia dan seorang siluman.”
Selama dua jam penuh, xian rubah membolak-balik halaman bukunya dan menceritakan padaku sebuah kisah mengenai seorang siluman ular dan seorang cendekiawan kecil, terkadang dengan marah, terkadang sedih dan menyentuh, terkadang dengan air mata mengalir dari matanya.
Akhirnya, xian rubah itu menutup bukunya, terisak dan mendesah penuh emosi, dan menyimpulkan, “Ini adalah kisah cinta yang membuat jantung berdebar oleh semangat dan mata berlinangan oleh air mata.”
Aku menutupi dahiku. Jadi inilah kisah cinta yang membuat jantung berdebar oleh semangat dan mata berlinangan oleh air mata.
Tetapi hal itu menyebabkan semacam ketetapan hati dari xian rubah, dan aku tak mau merusak niat baiknya, jadi dengan antusias aku menirunya, “Kisah itu memang membuat jantung berdebar oleh semangat, jantungku berdebar sangat kencang!”
Xian rubah jadi merasa disemangati dan setelahnya, dia akan datang ke halamanku setiap hari untuk menceritakan padaku sebuah kisah cinta, atau dia akan membolak-balik beberapa gambar porno untuk kulihat. Setelah aku melihat ini, aku tak tahan untuk berkomentar, “Posturnya jelek sekali.” Xian rubah pun memakai tatapan keki untuk melirikku.
Tetapi, setelah aku melihat gambar-gambar porno selama beberapa hari, akhirnya aku mengerti di bagian mana sebenarnya perbedaan antara pria dan wanita itu, dan juga menemukan manfaat dari berpasangan. Menurut xian rubah, mengumpulkan yin dan melipatgandakan yang, memperoleh yang dan memulihkan yin, luar biasa. Aku berpikir pada diriku sendiri, jika suatu hari nanti, jingli-ku tak bisa ditingkatkan lagi, mungkin aku akan mencari seseorang untuk melatihnya saja.
Tetapi ‘cinta’ yang disebut-sebut oleh xian rubah ini, dari apa yang kulihat, bukanlah hal yang baik. Dalam kisah-kisah itu, sebagian besar orang akan jadi terlena dan mengorbankan nyawa mereka demi hal itu. Tetapi bahkan pada kondisi yang mengerikan itu, mereka merasa puas. Sangat-sangat tak terbayangkan. Tetapi karena hal-hal yang dilakukan oleh xian rubah setiap hari adalah membangun jembatan di antara pria dan wanita yang-disebut-sebut-sedang-jatuh-cinta, dan dia sendiri sangat senang melakukan hal ini, jadi aku pun mendorong pemikiran ini jauh-jauh ke dalam perutku.
Sepertinya hal-hal yang dibawakan oleh xian petugas setiap hari adalah harapan-harapan yang akan dimohonkan oleh manusia kepada Yue Xia Xian Ren, dan bila Yue Xia Xian Ren memakai benang merah untuk mengikat kedua orang ini menjadi satu setiap malam, mereka akan terikat dan menjadi pasangan yang saling mencintai. Misterius sekali.
Yue Xia Xian Ren mengendalikan kebahagiaan pernikahan, tetapi hanya milik manusia dan siluman. Dia tak mengendalikan para xian, karena kebahagiaan pernikahan di antara para xian tak berada dalam kendalinya. Tetapi ini tak menghentikan para xian pria dan wanita keluar masuk dari tempat ramai ini setiap hari untuk memohon sehelai benang merah dari Yue Lao sebagai tambahan kebahagiaan.
Aku tinggal di Wisma Kebahagiaan Pernikahan, di antara orang-orang yang datang dan pergi, maka takkan terelakkan bila mereka terkadang akan melihatku. Selalu akan ada xian wanita yang suka membelai wajahku dan berkata kepada xian rubah, “Bocah kecil di kediaman Xian Jun ini sangat menggemaskan. Seandainya saja dia lebih tua delapan atau sepuluh ribu tahun, entah ada berapa banyak xian wanita yang akan dibuatnya terpesona.”
Seorang xian wanita lain berkata, “Kupikir kalau dia terus tumbuh seperti ini, takutnya dia bahkan akan melampaui kedua Pangeran.”
Tentu saja, xian rubah menatapku, kegirangan, dengan kasih sayang seperti yang dimiliki seorang ibu terhadap anaknya, lalu dengan riang menambahkan, “Aku setuju, aku akan merasa lega kalau Xu Feng dan dia menjadi pasangan gay.”
Dan kemudian, aku melihat awan hitam menutupi wajah xian wanita itu, tatapannya yang seakan lebih memilih untuk tidak melihatku, sama sekali tak ada lagi kesenangan yang sebelumnya dia miliki ketika dia membelai wajahku.
Kakek Buddha sebelumnya pernah berkata, “Begitu keinginan serakah muncul, sejuta penghalang pun terbuka.” Ada dua puluh kesulitan dalam hidup, yang pertama adalah keserakahan. Kalau itu masalahnya, aku hanya seorang peri mencari-keabadian yang gagal, kemampuan supernaturalku payah, dan batasanku juga tak terlalu tinggi. Pada saat itu, aku meninggalkan Dunia Bunga karena aku ingin meningkatkan lingli-ku dengan cara yang lebih mudah. Di tempat xian rubah, aku tinggal dengan cukup tenang. Selain kadang-kadang menilai kualitas beberapa gambar porno dan kisah cinta bersama xian rubah, sisa waktuku dihabiskan untuk menekuni beberapa hal.
Sungguh disesalkan karena xian rubah terlahir sebagai seorang xian, jadi dia tak perlu mempelajari metode kultivasi diri sama sekali, dan tak bisa memberikan pengetahuan apapun padaku. Bagaimanapun juga, ada banyak orang hebat di Dunia Khayangan, dengan banyak sekali pusaka. Dengan kepintaranku, aku bisa mendapatkan beberapa metode dalam waktu kurang dari dua hari.
Mungkin aku takkan bisa menemukan pil keabadian ataupun naskah Buddhis di Wisma Kebahagiaan Pernikahan ini, tetapi di sini ada banyak sekali benang merah.
Di ruang benang, ada banyak sekali ulat sutra putih gendut yang makan dan minum enak seharian. Setelah bermandikan cahaya bulan yang putih dan gendut, mereka jadi suka menenun sutra dan bermain lebih banyak lagi. Setelah benang-benang para ulat sutra ini dicelup dalam pewarna merah, benang-benang ini akan menjadi berhelai-helai benang sutra merah yang membara dan berkilauan. Namun tak semua helai bisa menjadi benang sutra merah di tangan Yue Xia Xian Ren. Benang-benang itu harus kokoh, tak terpatahkan, dan bisa bertahan saat dipelintir dan ditarik untuk berbagai kegunaan, dan untuk sisanya, para xian pelayan akan menyapu dan menyingkirkannya dari kediaman. Kadang-kadang, satu atau dua gulung akan jatuh ke dunia manusia dan akan dikumpulkan oleh para manusia yang tak berpengalaman untuk dijadikan ‘zirah sutra’, sesuatu yang mampu menahan pedang dan tombak.
Karena aku menganggur tanpa ada yang perlu dikerjakan, kadang-kadang aku akan memungut segulung benang sutra merah untuk dipintal menjadi bunga, tetapi dengan ceroboh aku menjatuhkannya ke atas awan. Yang mengejutkan, bunga-bunga itu bisa menumbuhkan akar dan daun di tempat mereka mendarat. Para xian pelayan di kediaman melihat hal ini, dan mendecakkan lidah mereka dalam kekaguman. Mereka berkata kalau mereka belum pernah melihat bunga senyata ini yang bahkan memiliki keharuman dalam beberapa ribu tahun terakhir. Jadi satu, dua, kemudian tiga orang pun datang untuk memohon bunga padaku.
Menolaknya akan jadi tidak sopan.
Untuk mencegah para xian pria dan wanita yang datang memohon bunga kepadaku jadi merasa berhutang, aku hanya mengambil pekerjaan yang sulit dan melakukan sebaik mungkin dengan menerima benda-benda yang mereka berikan padaku. Dua bulan berlalu, aku pun sudah mengumpulkan bermacam-macam barang, dan aku juga telah membuat daftar semuanya: lima daun yang membuat jadi tak terlihat, sebuah kuas tulis yang pernah digunakan oleh Wen Chang Xian Ren, lentera yang pernah dipakai oleh Si Ming Xing Jun untuk membuat permintaan, sebuah buku tentang Taoisme yang ditulis oleh Yuan Shi Tian Jun, sehelai rambut hitam yang jatuh dari kepala Dewa malam, selembar bulu ekor dari Dewa Api Xu Feng… tak terbayangkan.
Tentu saja, pasti setidaknya ada satu pusaka di antara ratusan benda-benda tak berguna.
Pusaka ini adalah dua butir telur burung rosefinch yang telah dibawakan oleh seorang xian pelayan kecil dari Istana Qi Wu milik Dewa Api.
Dua hari yang lalu, setelah menerima segenggam bunga yang harum dariku, dia memasukkan tangan ke dalam kantong di dadanya untuk merogoh dengan canggung dalam waktu lama. Aku melihat ekspresi pedih serta berkeriutnya dan jadi ketakutan sendiri, karena kukira dia hendak mengeluarkan jantung atau paru-parunya. Aku sudah akan berkata kalau itu hanya beberapa batang bunga yang remeh dan bahwa xian pelayan itu sebaiknya membawa pergi saja bunganya, tapi dengan mengejutkan, dia mengeluarkan dua butir telur rebus merah cerah yang sudah tak ada cangkangnya dan meletakannya dengan khidmat di atas meja.
Kedua butir telur itu menggelinding di atas meja, memancarkan cahaya kemerahan. Aku memaksakan tawa, “Haha, selamat kepada xian pelayan Le Ting karena mendapatkan anak-anak xian.”
Setelah Le Ting mendengar hal ini, dia terdiam kaget, dan wajahnya dengan cepat membara lebih cerah ketimbang telur-telur kebahagiaan di atas meja itu. “Sete… setengah xian Jin Mi… Le Ting … Ke Ting masih muda, dan tidak… tidak punya… tidak punya seorang xian wanita… untuk dinikahi….”
Memberikan telur kebahagiaan sebelum menikah? apa mungkin ini adalah kehamilan di luar nikah yang pernah disebut-sebut oleh xian rubah dengan semacam kekesalan pahit beberapa hari sebelumnya? Misterius sekali!
“Telur kebahagiaan ini….” AKu membuka mulutku, dan xian pelayan Le Ting pun tersedak. Wajahnya yang tadinya berwarna cerah berubah jadi agak keunguan. Aku membawakan segelas air untuknya, dan dengan susah payah, akhirnya dia bisa bernapas kembali.
Le Ting menarik-narik lengan bajuku dan berkata sakit hati, “Ini adalah telur dari burung rosefinch cerdas yang dipelihara Dewa Api di istananya. Burung itu hanya bertelur sekali setiap delapan ratus tahun!”
Kugosok telur-telur rosefinch merah cerah itu, dan sekuntum bunga pun mekar di hatiku. Le Ting berkata, “Kalau kau makan ini, sebutir telur bisa memberimu lingli seratus tahun. Dengan dua telur, kau bisa mendapatkan lingli tiga ratus tahun.”
Hari ini aku bangun lebih pagi, dan melihat kalau mataharinya sudah tepat, burung-burung berkicau dan bunga-bunga mewangi, aku membongkar-bongkar almanak, dan dengan menggunakan kuas Wen Chang Xian Ren yang sudah dicelup tinta, aku pun menambahkan sebaris kalimat: Hari keberuntungan, cocok untuk merebus telur.
Yang satu direbus dengan suhu rendah, yang lainnya digoreng pada suhu tinggi. Rasa telur burung rosefinch jelas tidak biasa, mungkin kuning telur yang muda dan lembut memberikan wangi seperti telur bebek, tetapi setelah aku memasukkannya ke mulutku, ternyata ada sedikit rasa pahit seperti telur burung puyuh. Rasanya sangat memuaskanku, dan aku bahkan memakan dua mangkuk nasi tambahan.
Tak lama setelah aku selesai makan, uap panas menguar dari puncak kepalaku, dan uap itu menyebar le seluruh pembuluh darah dan nadiku. Aku merasa sangat senang, dan duduk untuk bermeditasi dengan perhatian penuh.
Tanpa diharapkan, uap ini mulai menyala seperti api setelah beberapa saat kemudian. Lalu, aku jadi merasa seakan sekujur tubuhku dipanggang di atas kayu bakar, begitu panas tak tertahankan, seolah tubuhku digoreng dalam minyak mendidih, dan kelima organku terbakar.
Aku berjalan terseok-seok keluar dari gerbang halaman ketika aku bertemu dengan xian rubah yang sedang mencariku. Melihatku seperti ini, dia memucat ketakutan dan membantuku masuk. Aku menahan rasa sakit yang begitu parah dan mengatakan padanya apa yang telah terjadi.
Dengan muram xian rubah meraba nadiku, dan berpikir dalam diam cukup lama sebelum menuliskan resep yang panjang. Dia menyerahkan resep itu kepada xian pelayan yang berdiri di sisi dan memerintahkannya agar segera membawakan obatnya kemari.
Meski tubuhku kesakitan, pikiranku masih tetap sadar, dan melihat bahwa kabut samar menutupi sekujur tubuhku. Kupaksakan diri untuk meregangkan sudut mulutku dan berkata kepada xian rubah, “Aku tak tahu kalau Yue Xia Xian Ren juga punya keahlian dalam pengobatan.”
Xian rubah melengkungkan matanya yang cerah membentuk senyuman dan dengan rendah hati berkata, “Aku cuma mengerti sedikit.”
Satu jam kemudian, sekelompok orang telah tiba di Wisma Kebahagiaan Pernikahan, semua mengenakan zirah dan menghunus pedang, wajah mereka begitu serius, tubuh mereka setegak pena. Dengan langkah-langkah lebar, tanpa disadari mereka menguarkan aura yang mematikan.
Saat sekelompok orang ini memasuki halaman kecil, mereka tak mengatakan apa-apa tetapi hanya meletakkanku ke atas usungan, mengangkatnya, dan mulai berlari.
Xian rubah terhuyung-huyung mengikuti dari belakang, meratap dengan menyedihkan, “Kalian orang-otang tak berperasaan! Ke mana akan kalian bawa Mi’er-ku?!”
Kuangkat kepalaku dan menatap langit biru yang jernih, menahan rasa sakitnya.
Xian rubah memukul-mukul dadanya dan menjejak-jejakkan kakinya, “Mi’er! Ayah telah mengecewakanmu! Ayah tak punya pilihan lain selain menyaksikan para penncuri itu menangkapmu untuk membayar hutang!….”
“Kalau Paman terus berteriak-teriak, takutnya siluman kecil ini akan berubah menjadi abu yang melayang dan asap yang memudar dalam waktu satu jam.” Phoenix, yang sudah berdiri di samping sejak awal dan telah menonton dengan dingin, hanya mengatakan satu kalimat ini.
Zian rubah segera berhenti meratap dan berdiri tegak. Ujarnya sambil tersenyum, “Aku sudah sejak lama ingin berpura-pura kalau seorang penjahat telah mencuri putriku untuk memisahkan kami selamanya.”
Tangan para Prajurit Khayangan yang sedang membawa usunganku sedikit mengejang. Kugertakkan gigiku dan terus berusaha menahan rasa sakitnya.
Masalah ini membuktikan bahwa xian rubah benar-benar hanya mengerti ‘sedikit’ tentang pengobatan, karena setelah memakan obatnya, demam yang membakar di tubuhku bukan hanya tak menurun, tetapi sebenarnya malah naik beberapa kali lipat. Siapapun yang membuat masalah seharusnya menyelesaikannya, dan karena telur-telur rosefinch yang kumakan ternyata berasal dari istana Dewa Api, xian rubah pun menyalakan suar untuk menyebarkan kabar, yang dengan segera mengundang Dewa Api.
Saat itu Phoenix sedang berada di tempat pelatihan, melatih para Prajurit dan Jenderal Khayangan, dan tak tahu Pamannya itu telah terlibat dalam masalah besar apa, jadi dalam sekejap mata, dia pun membawa para Prajurit Khayangannya ke Wisma Kebahagiaan Pernikahan.
Xian rubah mengatakan kepada keponakannya apa yang telah terjadi, dan Phoenix gosong itu menaikkan alis sombongnya untuk melirikku sebelum memerintahkan para Prajurit Khayangan untuk membawaku kembali ke Istana Qi Wu untuk diperiksa dan dirawat.
Sebelum kami meninggalkan Wisma Kebahagiaan Pernikahan, xian rubah melambaikan saputangan sutra, menggigit bibirnya dan dengan mata memerah berkata, “Mi’er, saat kau sampai di Istana QI Wu, jadilah lebih cerdas dan ceria, dan layanilah Tuan Xu Feng baik-baik.”
Sudut mata Phoenix sedikit berkedut. Akhirnya harapanku terkabul dan lantas aku pun pingsan.
Saat aku bangun, kulihat telur-telur burung rosefinch menggantung di langit-langit, di atas telur-telur bulat itu terdapat mentari terbenam yang merahnya sama cerianya.
Ai, aku hanya memakan dua butir telur rosefinch, kenapa dunia langsung berubah jadi seperti ini?
Aku menolehkan kepalaku, dan langsung melihat sesuatu yang tak kelihatan seperti telur-telur rosefinch, membuatku ketakutan setengah mati. Tapi aku melihat seorang pria muda duduk bersila di sebelahku, berselimut kabut, ekspresi wajahnya dingin, matanya agak terpejam, dan rambut hitamnya yang setengah terurai melambai-lambai tertiup angin musim semi. Tepat saat aku sedang ragu-ragu, sepasang mata itu terbuka, dan dia setengah menghunus pedangnya ketika menatap ke sekelilingnya. Ah, ternyata itu Phoenix, dengan gaya rambut itu, kupikir aku telah memasuki Alam Baka dan melihat hantu.
Dia menjulurkan tangannya, jemarinya diletakkan pada nadiku. Kutundukkan kepalaku untuk melihat tangan itu, begitu putih dan kurus, ujung-ujung jarinya kelihatan nyaris tembus pandang. Dia itu benar-benar seperti rasa sakit di tenggorokan, bahkan jemarinya juga kelihatan sombong.
“Tahan napasmu, dan sebarkan tenaga dalammu ke seluruh tubuh,” Phoenix memerintahkan.
Aku menurut dan mendapati bahwa rasa sakit dari sebelumnya telah benar-benar lenyap, tetapi lingli-ku juga ikut melemah ketimbang sebelumnya, jadi aku merasa amat sangat nelangsa.
Phoenix yang ada di sampingku mendengus, “Kau siluman kecil ini, orang tua kandungmu memiliki pembawaan yin yang dingin, hanya cocok bila ditumbuhkan pada air, tetapi kau melebihkan kemampuanmu sendiri dan memakan telur-telur burung rosefinch cerdasku. Burung rosefinch memiliki komposisi api. Kalau Pamanku tak menyelamatkanmu, kau pasti sudah terebus menjadi uap dan asap.”
Aku tetap diam, menahan air mata di mataku. “Aku ini anggur, aku tumbuh dalam tanah, aku tak memiliki komposisi air. Kukira burung rosefinch adalah kerabat dari babi (burung rosefinch bahasa mandarinnya zhuque, sementara babi adalah zhu. Jadi karena ada kata zhu-nya, dengan sembarangan Jin Mi mengira dua spesies itu sejenis), bagaimana mungkin aku tahu kalau burung itu adalah bagian dari keluarga api? Aku bahkan kehilangan separuh lingli-ku….”
“Tak masalah, jangan berani mengoceh lagi sampai membuat kepalaku pusing. Aku akan mengijinkanmu tinggal di Istana Qi Wu sampai cideramu pulih.” Phoenix mengibaskan bagian depan bajunya dan berdiri. Memanggil seorang xian pelayan kecil, dia memerintahkan, “Rapikan satu sayap dan atur agar siluman kecil ini tinggal di sana.”
Kuseka bulir-bulir air yang belum sempat mengalir ke pipiku dan mengikuti xian pelayan kecil itu.
“Um… setengah-xian Jin Mi, kenapa Paduka memanggilmu ‘siluman kecil’?” Ternyata memang ada jenis orang yang tak sensitif seperti ini di dunia. Aku melirik xian pelayan kecil yang kasar itu dari jarak jauh. Dan sebenarnya bukan orang lain, melainkan Le Ting lah yang telah memberiku telur-telur rosefinch itu.
“Le Ting, sekarang tenaga dalamku terluka parah, aku harus sedikit memulihkannya.” Di sayap ini, aku menemukan sebuah kursi ormosia dan duduk menyandar di sana.
“Apa? Oh.” Le Ting terdiam kaget dan menggaruk bagian belakang kepalanya, “Obat macam apa yang Jin Mi inginkan?”
Kurendahkan suaraku dan dengan penuh penderitaan berkata ke telinganya, “Kami para siluman tentu saja memakan pria serta wanita muda, dan xian muda bahkan lebih baik lagi.”
Wajah Le Ting kehilangan semua warnanya dan dia pun berlari kabur seakan nyawanya tergantung pada itu.