Ashes of Love - Chapter 3
Mao Ri Xing Guan baru saja melepaskan matahari yang panas membara di tengah laut, para kelelawar yang keluar dalam kekuatan penuh pada saat remang-remang, tiba-tiba melingkupi dunia.
Aku sedang berbaring menengadah di atas cabang pohon crabapple yang sedang berbunga, duduk santai dengan mata tertutup. Di bawah pohon terdapat bayangan bulan dan air sehijau kumala yang beriak. Kolam air kumala ini membentang sejauh mata bisa melihat, disebut ‘Kolam Catalpa Tenang’, dan bisa dianggap sebagai tempat yang memiliki pemandangan terbaik di Istana Qi Wu.
Saat sedang tidur-tiduran, aku mendengar suara air memercik samar. Kuikuti suara itu dan melihat ke bawah, tapi mendapati kalau sepertinya ada seseorang di kolam air hijau-kumala itu, yang sedang memercikkan air ke tubuhnya dan mandi.
Memanfaatkan cahaya bulan, aku menonton dengan penuh perhatian. Wah, ternyata itu Phoenix.
Para xian wanita dan gadis-gadis xian muda suka diam-diam membahas tentang dia. Menurut mereka, Phoenix adalah dewa lelaki yang paling enak dilihat di enam dunia dalam delapan belas ribu tahun terakhir ini. Sebelumnya aku tak pernah memerhatikan dia dengan seksama, jadi hari ini, dengan penuh perhatian aku memandangi setiap bagian dari dirinya yang terlihat di atas permukaan air, tapi aku tak melihat ada yang luar biasa. Aku baru akan memakai sihirku untuk melihat apakah separuh bagian tubuhnya yang berada di dalam air memiliki suatu kualitas spesial, ketika aku merasakan tubuhku menjadi ringan saat seseorang memaksaku untuk kembali ke wujud asalku dan aku pun terjatuh ke dalam air kolam.
Saat aku berdiri dari dalam air, kulihat Phoenix sudah mengenakan sehelai jubah hijau menutupi dirinya dan mengenakan sebuah tusuk rambut zamrud untuk menggulung rambutnya, dan sedang berdiri di tepian, menunduk menatapku dengan tangan menyilang.
“Kamu tak sedang berlatih, apa yang kau lakukan di atas pohon?”
“Bermeditasi.” Aku berjalan keluar dari air dengan masih mengenakan pakaianku, dan menjawab kalem.
“Apa kau sudah menghapal mantra-mantra Buddhis yang telah kuajarkan padamu pagi ini?”
Seperti biasa, Phoenix menarik sanggulan di kepalaku, dan seperti biasanya juga, aku tak mampu menghindarinya, jadi aku menjawabnya enggan, “Aku sudah menghapal semuanya.”
“Bacakan untukku.” Phoenix melangkah ke atas awan dan mulai membubung di depanku. Aku juga, dengan tak terlalu ahli, naik ke atas awan dan mengikuti dengan goyah di belakangnya, sambil terbata-bata membacakan keempat puluh sembilan mantra itu. Saat kami hampir sampai di gerbang istana, akhirnya aku berhasil membacakan semuanya. Phoenix yang menjulang berbalik, dan aku nyaris menabraknya. Tapi mendadak dia tersenyum, sebuah lesung pipit menampakkan diri di sudut mulutnya, “Kau bahkan mampu menghapal sebuah mantra Buddhis sependek ini dengan kacau dan sembarangan. Dari empat puluh sembilan baris, kau hanya benar lima, meski itu juga sudah dengan susah payah.”
Aku memaksakan senyum dan memandangi ujung jari kakiku.
“Kembali dan hapal lagi yang ini beserta Sutra Wu Xiang juga. Besok, kembalilah kemari pada jam mao untuk membacakan semuanya lagi.”
Aku mengawasinya dengan hormat saat dia berbalik dan kemudian mengangkat kakiku untuk menginjak-injak bayangan yang dibuat oleh cahaya bulan di belakangnya.
Sejak sebulan lebih sedikit yang lalu, setelah memakan telur-telur zhuque itu dan kehilangan lebih dari separuh lingli-ku, aku telah tinggal di istana Qi Wu milik Phoenix, untuk memulihkan diri dari lukaku. Sebagian besar hari kuhabiskan dengan mengobrol bersama para gadis xian muda dan mendengar bahwa meski phoenix baru berusia lima belas ribu tahun, dia telah mengendalikan lima ribu pasukan Khayangan, dan menjadi Dewa Api yang memiliki lingli terkuat sepanjang sejarah.
Harapanku pun terpantik, dan aku menebalkan kulitku untuk meminta agar Phoenix memberikan sedikit lingli-nya kepadaku, tapi dia menolak.
Xian rubah sudah pernah bilang kalau senjata rahasia terbesar dalam berurusan dengan lelaki bukan memakai kekuatan, tetapi dengan berpura-pura lemah, menunjukkan kelemahanmu dan mundur agar bisa maju nantinya.
Kusimpan air mataku dan berpura-pura jadi anak baik selama dua hari, sering menatapnya dengan kebencian terselubung di mata sayuku. Cara ini memang terbukti efektif, karena pada hari ketiga, Phoenix itu menghembuskan napasnya, dan meski dia masih tak bersedia memberikan sedikit lingli-nya kepadaku, dia setuju mengajariku beberapa cara kunci untuk melatih diri.
Dengan riang aku melapor di depannya setiap hari, tapi aku belum melihat dia memberikan sedikit pengetahuan rahasia kepadaku, yang langsung kulihat adalah dia menguburkan kepalanya di dalam dokumen-dokumen resmi, sering memerintahkanku mencairkan tinta lagi atau membuat secangkir teh. Kalau dia pergi ke tempat pelatihan militer, dia juga akan mengajakku bersamanya, dan aku seringkali berdiri di sampingnya, mengamati dia melatih para Prajurit Khayangan selama sembilan atau sepuluh jam.
Setelah tiga hari berlalu seperti ini, kurasa ‘menunjukkan kelemahan’ ini berarti menunjukkan sedikit terlalu banyak kelemahan. Kami para buah juga punya prinsip, dan setelah menimbang-nimbang selama sesaat, aku sudah akan pergi untuk mencari dan berdebat dengannya, tetapi dia malah menulis sepanjang dua halaman dan dengan santai menyerahkannya padaku: “Ini adalah rahasia untuk Cha Suo, pulang dan hapalkanlah. Kalau ada sesuatu yang tak kau mengerti, kau bisa kemari dan aku akan mengajarkannya padamu.”
Dia telah mengenai titik kelemahanku. Sejak aku punya ingatan, hal yang paling tak kusukai adalah membacakan dari ingatan, dan kapanpun seseorang menyebut-nyebut soal menghapalkan sebuah buku, aku mulai jadi tidak sabar.
Kupegang kedua lembar kertas itu, dan mengerutkan dahiku dengan tertekan.
Phoenix tak pernah tidak memegang buku di tangannya, dan tanpa mengangkat kepala dia berkata padaku, “Aku melihat kalau secara alami kau itu bisa lulus, alasan kenapa lingli-mu tidak terlalu tinggi pasti karena kau tak punya dasar yang baik. Tak ada aturan dalam kultivasi diri, jadi sekarang kau harus mulai dari teori.”
“Wah, Yue Xia Xian Ren juga berkata begitu.” Aku teringat tentang bagaimana xian rubah juga telah mengucapkan kata-kata serupa.
“Oh? Paman juga mengatakan ini?” Phoenix sedikit menaikkan alis gelapnya.
“Ya, Yue Xia Xian Ren bilang, demi bisa menyadari cinta, kau harus mulai dari teorinya,” dengan jujur aku menjawab.
Wajah Phoenix sedikit menggelap.
Aku menerima tugas sulit itu dan berusaha melakukan yang terbaik dengan kembali menghapalkan. Pada hari kedua, saat aku pergi ke Istana Xi Chen, Phoenix sedang menguburkan kepalanya dalam urusan-urusan resmi dan memanggilku untuk mencairkan tinta dan membuat teh, seperti biasanya. Melihat keenggananku, dengan kalem dia berkata, “Selama kultivasi diri, kau harus menghindari ketidaksabaran bagaimanapun caranya. Ketenangan itu penting. Kalau kau tak bisa bertahan bahkan selama dua hari ini, bagaimana kau akan bisa mencapai keabadian?”
Jadi dia memanfaatkan posisinya untuk membuat pembalasan kepadaku, begitu pikirku. Dia mungkin punya dendam terhadapku karena aku dulu pernah ingin mengambil Nei Dan Jing Yuan-nya. Setelah melihat-lihat buku porno selama beberapa hari, akhirnya aku mengerti kalau itu bukan Nei Dan Jing Yuan, tetapi xian rubah bilang kalau bagi seorang lelaki, benda itu sama pentingnya dan akan menjadi masalah besar kalau sampai hilang.
Karena rahasia Cha Su yang kemarin dia berikan kepadaku entah bagaimana cukup berguna, kuakui kalau aku bersalah dan tak lagi mendebatnya.
Lalu, aku pun duduk di seberang Phoenix di istana Xi Chen setiap hari. Selain dia mengawasiku ketika aku menghapal beberapa naskah, sajak, lagu, dan mantra; aku juga disuruh-suruh sesuka hatinya. Lebih dari satu bulan berlalu, aku jadi merasa diriku ini sama seperti Le Ting, menjadi dua orang xian pelayan yang berkeliaran seperti shutong-nya (T/N: secara literal berarti bocah buku, merupakan bocah pelayan yang bertugas melayani saat majikan mereka, yang biasanya adalah cendekiawan maupun guru, belajar, seperti menyajikan teh, mencairkan tinta, mengambilkan buku, dsb)
Sebenarnya, posisi sebagai shutong-nya Phoenix itu tidak benar-benar tanpa pesona tersendiri. Setiap beberapa hari, selalu akan ada orang yang melegakan kebosananku dan menyenangkanku.
Wah, ini semua berkat penampilan Phoenix, yang seharusnya tak tertandingi di enam dunia, yang tak hanya memikat ribuan demi ribuan orang.
Saat Phoenix berada di Istana Xi Chen, mengurus dokumen-dokumen resmi, akan selalu ada xian wanita, gadis xian muda, ataupun siluman-siluman wanita yang telah mencapai pencerahan yang akan memanfaatkan waktu bebasku untuk menyerahkan surat-surat padaku, bertabur bubuk wangi, dan memercayakannya padaku untuk mengoperkan surat-surat itu.
Aku tak mendapatkan kerugian, karena sebelum aku mengoperkannya, tentu saja aku akan membacanya. Surat-surat cinta yang dirumorkan itu benar-benar istimewa, gaya penulisannya indah, dan bisa dianggap terkendali dan literatur-literatur baru yang berisi kisah-kisah cinta picisan itu sempurna, sebagai kesatuan, sebuah puncak pencapaian, membuat pengetahuanku jadi meningkat pesat.
Kapanpun Phoenix melihat surat-surat merah muda ini, dia akan mengerutkan alisnya, membuka suratnya, dan memasang ekspresi yang sama dengan yang akan dia pakai untuk mengamati buah atau sayuran, dia akan membacanya lalu membuangnya ke samping.
Kalau Phoenix berjalan keluar dari Istana Xi Chen dan menunggang awan untuk terbang pergi, setelah tiga atau empat langkah, akan ada satu atau dua wanita cantik yang tampak rapuh, yang akan maju dengan goyah, hampir terjatuh.
Phoenix lalu akan membantu wanita cantik itu berdiri dengan sopan, tersenyum memikat, dan berkata dengan penuh pertimbangan, “Anginnya kuat hari ini, si cantik ini harus berhati-hati jangan sampai awannya tertiup.”
Para xian wanita akan memakai sapu tangan penuh warna untuk menyembunyikan senyum mereka, dan dengan lembut akan menjawab, “Saya telah merepotkan Pangeran Kedua. Anginnya begitu kuat, mengapa Pangeran Kedua mengenakan pakaian seringan ini? Xian ini telah menenun sehelai jubah brokat, bagaimana kalau saya mengirimkannya ke Istana Qi Wu besok?”
Phoenix akan tersenyum seperti itu lagi: “Xian Zi (Immortal lady) telah repot-repot.”
Aku menatap awan yang tak bergerak sama sekali dan mentari yang menyeringai, dan sedikit merinding. Wah, anginnya memang kuat ya.
Di dunia fana yang berasap dan berapi, para penyanyi opera Kun Qu kecil akan dengan mulus memutar kincir air, “Waktu bisa dengan mudah meninggalkan orang, memerahkan ceri, dan membuat pisang menghijau….”
Melihat ke dunia fana lewat cermin, xian rubah memegang onggokan ekor-ekornya yang halus dan berkilau, ikut menggumam dengan kelopak mata diturunkan. Aku sedang berbaring tengkurap, menonton lewat sisi lain cermin ke dunia fana, tanganku menyangga dagu, dengan antusias berusaha melawan rasa kantuk.
Demi untuk melatih lebih banyak lingli, selama seratus tahun ini aku telah tinggal dengan Phoenix sebagai shutong-nya, yang mana menghabiskan banyak tenaga. Jumlah waktu luang yang kumiliki dengan xian tua semacam ini benar-benar tidak banyak, jadi aku berjuang melawan rasa kantukku dengan sangat gembira.
Selain rasa gembira, juga ada semacam kualitas seperti dalam mimpi yang tak terhindarkan. Dalam mimpiku, aku sedang berada di atas awan, bangau-bangau bermahkota merah terbang berputar-putar di sekelilingku, dan keahlianku akhirnya cukup untuk membuatku menjadi xian tingkat tinggi. Semua cian dan pejabat di khayangan datang untuk menyelamatiku, dan bahkan dua orang gagah dari Guan Kou (Guan Kou kemungkinan besar adalah tempat kediaman Erlang Shen / Dewa Erlang, dewa bermata tiga yang merupakan keponakan dari Kaisar Langit dan bisa dianggap dewa terkuat dalam mitologi Tiongkok. Dua pria gagah yang disebut Jin Mi kemungkinan adalah dua dari 5 bersaudara dari Gunung Mei, para saudara angkat Erlang Shen.) juga datang, memimpin Anjing Langit mereka. Anjing Langit yang pendek dan gempal membungkuk dengan cakar-cakarnya sambil mengiler, menyebabkan tawa tanpa henti dari semua shen (dewa) dan xian. Aku merasa senang, jadi aku juga mengeluarkan peliharaanku sendiri – seekor gagak hitam yang besar.
Kutarik-tarik ekornya dan memerintahkan, “Xiao Feng, menyanyilah untuk para xian ini.” Xiao Feng merenggangkan cakarnya dan menatapku dengan gaya sok. Sunyi, sunyi.
Aku memaksakan senyum kepada semua xian yang hadir, “Burung ini baru saja terpanggang, takutnya tenggorokannya telah terpanggang sampai kering.” Sebelum suara dari kata-kataku lenyap, Xiao Feng dengan sembarangan membentangkan sayapnya untuk terbang, cakar-cakarnya yang tajam menggores sanggulanku. Dia hanya melantunkan, “Apakah tintanya sudah siap? Apakah tehnya sudah siap? Apa kau sudah mengingat Naskah Sun? Apa kau tak lagi menginginkan lingli-mu?”
Aku terhenyak, membuka mataku, menatap sepasang mata yang berkilauan, dan terhenyak lagi.
Aku memiringkan badan ke belakang, nyaris menjatuhkan cermin ke dunia fana, menjaga jarak dari pemilik sepasang mata besar itu, yang baru sekarang ini bisa kulihat dengan jelas. Seorang xian wanita kecil yang merona sedang berdiri malu-malu di hadapanku, matanya terus memandangi wajahku. Aku tak sanggup berkata-kata.
Gerakan ini mengagetkan xian rubah yang sedang mendengarkan opera. Xian rubah pun melenyapkan cermin ke dunia fana itu, dan lagu yang menyangkut di tenggorokan si penyanyi pun terpotong.
“Ah, ah. Bagaimana kabarmu, Zi Qi Xing Shi? Bagaimana kau bisa punya waktu luang untuk datang dan mengunjungi pak tua ini hari ini?” Xian rubah bergerak mendekat, sarat dengan antusiasme.
Xian wanita kecil itu lebih merona malu-malu lagi, dan sambil menyekakan tangannya pada saputangan, dia berkata jelas, “Salam kepada Yue Xia Xian Ren, nama saya adalah Yue Bei, Zi Qi adalah kakak perempuan saya. Xian kecil ini… xian kecil ini… xian kecil ini….”
Wah, kenapa bisa ada gema saat xian wanita kecil ini bicara?
Xian rubah menepukkan tangannya dan melompat-lompat kegirangan. Dia berkata, “Yue Bei Xing Shi kemari untuk meminta benang merah?”
Xian wanita kecil itu menjadi lebih merah lagi, anggukannya nyaris tak terlihat, dan kemudian dia melirikku lagi. “Ya, bagaimana saya harus memanggil shang xian (xian tinggi) ini?”
Di langit dan di bumi, akhirnya ada seseorang yang memanggilku ‘shang xian’. Aku begitu tersentuh dan sudah akan membuka mulutku, tetapi dikalahkan oleh xian rubah yang selalu antusias itu. “Ohohohoh, ini adalah Jin Mi, bayi yang dibesarkan oleh Xu Feng-ku. Bukankah dia begitu lembut dan berkilauan?”
Aku menerima nasib saja dan mendesah. Aku sudah tak terganggu lagi oleh hal ini.
Kapanpun xian rubah bertemu dengan seseorang, dia selalu memperkenalkanku dengan berkata bahwa aku dibesarkan oleh si Phoenix itu. Aku kan baru tinggal di Istana Qi Wu selama seratus tahun yang singkat, dan menerima sedikit metode tentang cara melatih diri dari Phoenix itu. Meski aku sudah menumbuhkan sedikit lingli dan tinggi badan, bagaimana mungkin aku dibilang telah dibesarkan olehnya…?
Xian wanita kecil itu mengangguk pelan, dan setelah itu, dia langsung menundukkan kepalanya dan tak mengangkatnya lagi.
Xian rubah mengeluarkan sehelai benang merah dan menyerahkannya pada xian wanita itu. Aku berpikir, bagaimanapun juga, xian wanita kecil ini adalah orang pertama yang memiliki penglihatan untuk memanggilku ‘shang xian’, dan pada saat itu, aku tak tahu bagaimana harus membayarnya, jadi kuambil benang merah dan membentuknya jadi bunga. Lalu aku menyerahkannya kepada xian wanita itu dan menginstruksikan, “Yue Bei Xing Shi (T/N: Xing Shi (星使) berarti wanita bintang) hanya perlu meletakkan bunga ini ke dalam segumpal awan, dan dia akan bisa menumbuhkan akar.”
Xian wanita kecil itu akhirnya mengangkat kepala dan menerima bunganya. Ada suatu kebahagiaan manis di sudut matanya dan di antara alisnya, dan sebelum dia pergi, dia tak lupa untuk sedikit menatapku.
Keesokan harinya, ketika warna langit masih tidak jelas, di antara terang dan gelap, aku bangun dan pergi ke halaman dalam Istana Qi Wu untuk duduk sebentar di sana, karena Phoenix pernah berkata, “Pada jam yin, ketika siang dan malam saling bertukar, ketika udara dari langit dan bumi menyatu, seratus lubang akan terbuka, yang merupakan waktu terbaik untuk kultivasi diri.” Maka dari itu, seratus tahun terakhir ini, aku jadi tak bisa lagi merasakan bagaimana bermalas-malasan di tempat tidur. Aku tak tahu ada berapa banyak shen dan xian yang bisa bangun lebih pagi daripada Mao Ri Xing Jun (Penguasa Matahari dan Bintang), seperti diriku.
Tepat saat aku kelihatan sedang duduk bermeditasi dari jarak jauh, dan juga kelihatan seperti sedang duduk bermeditasi dari jarak dekat, ketika sebenarnya aku sedang tidur siang, Fei Xu, seorang xian pelayan, yang kelihatan seperti sedang terbahak-bahak, terbang ke hadapanku. “Jin Mi, seorang kakak xian wanita yang cantik dari Istana Jiu Yao Xing ada di luar dan ingin aku menyerahkan surat ini padamu.” Sebelum suara dari kata-katanya menghilang, dia sudah melompat dan pergi. kuangkat surat yang tadi nyaris mengenai dahiku dan mendesah. Kapan Fei Xu akan menjadi sedikit lebih tenang, seperti aku? Kapan Phoenix akan menjadi lebih rendah hati dan tidak menarik bunga persik (idiom untuk wanita cantik / percintaan) sebanyak mungkin?
Pada jam mao, aku menyerahkan surat cinta merah muda itu kepada Phoenix. Seperti biasa Phoenix membukanya, tetapi kali ini, dia tak memandanginya seakan sedang melihat sayuran, melainkan setengah memejamkan matanya, wajahnya penuh ketertarikan. Akhirnya, dia mulai terkekeh-kekeh.
Aku jadi merasa sangat menyesal karena tak melihat surat cinta misterius itu sebelumnya. Sepertinya para xian wanita telah melatih cara menulis surat mereka selama seratus tahun dan telah membuat kemajuan pesat.
Tepat saat aku sedang memarahi diriku sendiri, dengan arogan Phoenix membuka matanya yang panjang dan sipit, dan bertingkah seperti sedang menimbang-nimbang manisan buah. Dia melirikku dan memanggil, “Kemarilah.”
Begitu aku mendekat, tanpa diduga, dia menyerahkan gulungan kertas wangi itu kepadaku. “Kau bacalah.”
Haha, persis seperti yang kuinginkan.
Kuambil surat itu dan menikmati isinya dengan hati-hati. Phoenix lalu bertanya, “Bagaimana?”
Aku ragu-ragu selama sesaat kemudian berkomentar dengan serius, “Surat ini ditulis dengan mulus, memakai kata-kata tulus, dan tulisan tangannya bagus. Satu-satunya hal yang tidak cukup bagus adalah bahwa dia memakai terlalu banyak tanda baca. Aku menyarankan agar dia memperbaiki ini.”
Jelas, Phoenix tak tertarik dengan kritik tak memihak dan terarahku, jadi dengan santai dia menunjuk pada beberapa kata di bagian atas. “Baca ini.”
“Jin Mi Shang Xian, bacalah ini seakan saya sedang berbicara kepada Anda, berhadap-hadapan.”
Hei, surat cinta ini sebenarnya ditulis untukku! Aku harus tenang, harus tenang, jadi tanpa bersuara kusingkirkan surat itu.
“Belakangan ini, selera para xian wanita tidak terlalu bagus.” Phoenix menyilangkan tangannya dan melirikku.
—-
Siangnya, saat perutku penuh dengan arak dan makanan, Fei Xu bergegas mendatangiku untuk melapor, “Jin Mi, ada seseorang yang mencarimu di luar.”
Kutebak pasti ada yang melindur saat berjalan ke pintu depan, tetapi malah mendapati seorang xian wanita kecil yang lembut dengan malu-malu dan gugup berdiri di luar. Begitu dia melihatku, wajahnya langsung berubah menjadi merah padam yang bahkan melampaui Lao Hu. Oh, rona ini, sekarang aku ingat, dia adalah Yue Bei Xing Shi yang kemarin kutemui di Wisma Kebahagiaan Pernikahan.
Dia Yue Bei Xing Shi yang pernah memanggilku dengan sebutan ‘shang xian’!
Aku berlari menghampirinya, dan dengan penuh perasaan berkata, “Sehat selalu kepada Xing Shi!”
“Jin Mi… Jin Mi… shang xian… sehat selalu. Itu… itu… apakah Anda sudah menyetujuinya?”
Pertanyaan ini membuatku terhenyak. Apa yang sudah ‘kusetujui’?
Melihatku seperti ini, xian wanita muda itu menjadi begitu merah sampai-sampai air seperti akan menetes keluar darinya. Dia berkata, sambil berdehem dan terbata, “Hanya itu… surat… hari ini… pagi….”
Cakrawala berkilauan. Oh, jadi Yue Bei Xing Shi lah yang telah menulis surat yang pagi ini untukku, aku lupa melihat nama pengirimnya. Aku menimbang-nimbang soal ini. Xian rubah pernah bilang kalau seorang pria dengan pria lain itu disebut gay, tapi bagaimana kalau seorang wanita dengan wanita lain? Membingungkan sekali.
Angin berhembus lewat, dan Yue Bei Xing Xhi itu tiba-tiba bergoyang, menyandarkan dirinya padaku. Aku menghindarinya, dan dia melewatkan targetnya. Dia tak bisa bersandar pada tubuhku, tetapi bibir merah itu telah menempelkan diri di pipiku.
Tiga gemuruh halilintar menghantamku.
Aku harus tenang, aku harus tenang. Melihat bahwa xian wanita muda ini telah berjalan pergi dengan wajah memerah, kuangkat tanganku dan menyeka tanda di wajahku, lalu berbalik untuk meneruskan tidur siang.
Sehari lagi telah lewat, aku sedang membaca buku keras-keras sampai kepalaku mulai sakit saat Le Ting melaporkan bahwa ada orang yang minta bertemu dengan Phoenix. Dari mata kecilnya yang berkilauan, aku mencium sesuatu yang berbau gosip, jadi aku duduk tegak, merapikan pakaianku, dan menutup buku di tanganku, menunggu untuk menonton datangnya suatu kejadian.
Seperti yang sudah kuduga, sebelum Phoenix sempat membuka mulutnya untuk mengumumkan bahwa dia akan menemui si pengunjung, seorang xian jun (T/N: jun = lord / tuan) yang gagah dengan penuh semangat berjalan memasuki Istana Xi Chen, sebaris xian pelayan membawa peti-peti serta keranjang besar dan kecil mengikutinya.
Xian jun gagah ini mengepalkan tangannya untuk memberi salam dan dengan lantang membuka mulutnya, “Ji Dou dari Istana Jiu Yao Xing memberi salam kepada Pangeran Kedua!”
Phoenix meletakkan kuas tulisnya dengan santai, dan mengeluarkan suara mengiyakan, namun tatapannya masih terpaku pada dokumen-dokumen resmi tanpa beralih sedikit pun.
Xian jun itu berdeham, menatap Phoenix, dan berkata cepat, “Ji Dou adalah orang yang kasar, dan tak tahu bagaimana berbasa-basi. Saya kemari hari ini adalah untuk mengajukan lamaran pernikahan kepada Pangeran Kedua.”
Seluruh Istana Xi Chen langsung menjadi begitu sunyi sampai-sampai akan bisa terdengar suara sehelai rambut yang jatuh. Bola mata Le Ting seakan hendak melompat keluar. Aku tak bisa menahan diri untuk mendesah, Dunia Khayangan ini memang misterius. Kemarin, aku dicium oleh seorang xian wanita muda, dan hari ini, ada orang kasar ini yang ingin menikahi Phoenix. Bagus, sangat bagus.
Aku menatap Phoenix, tetapi orang itu hanya memijit dahinya. Tak heran kalau dia menjadi ahli di antara ratusan semak bunga, ekspresinya masih belum berubah, tetapi dia hanya menaikkan pandangannya.
Pada saat ini, xian pelayan kecil yang berdiri di belakang Ji Dou Xing Jun terbatuk keras, dan dengan cemas buru-buru berkata, “Pangeran Kedua, harap jangan salahkan beliau. Majikan saya ini tak bermaksud demikian. Majikan saya datang untuk melamarkan pernikahan kepada Pangeran Kedua atas nama Yue Bei Xing Shi.”
Seorang xian pelayan kecil yang lain menarik-narik ujung bajunya, dan berkata sambil mengerutkan dahinya, “Salah, salah, salah lagi! Majikan saya ini melamarkan pernikahan untuk murid Pangeran Kedua yang hebat, Jin Mi Shang Xian, atas nama Yue Bei Xing Shi.”
Lingkaran yang tadi mengelilingi kami begitu besar, dan sesaat kemudian, semua orang di Istana Xi Chen akhirnya menyadari kalau tuan yang ini tidak datang untuk merebut Pangeran Kedua mereka. Begitu mereka menyadari hal ini, mereka pun mengeluarkan suara “oh!” dengan lega dan keras, tetapi setelah memikirkannya sesaat kemudian, sebuah suara “eh?” terdengar lagi. Pada akhirnya, tatapan semua orang terpancang padaku.
Ji Dou Xing Jun tertawa canggung, “ya, ya. Saya datang untuk melamarkan pernikahan atas Jin Mi Shang Xian.”
Aku harus tenang, aku harus tenang. Buku di tanganku mendarat di lantai dengan suara ‘bruk’.
Ji Dou Xing Jun tak lagi bersikap kikuk dan mengikuti tatapan semua orang untuk mencariku. Dia menghampiriku dan menepuk-nepuk bahuku sambil tersenyum, tetapi di tempat telapak tangannya mendarat, bahuku terbakar oleh rasa sakit. Namun dia cuma tertawa dan bicara pada dirinya sendiri, “Seorang lelaki seperti ini, yang memiliki penampilan yang begitu luar biasa, pastilah Jin Mi Shang Xian! Aku mendengar kalau kemarin, Yue Bei-ku telah melecehkanmu di depan Istana Qi Wu. Para penghuni Istana Qiu Yao Xing kami selalu bertanggungjawab atas perbuatan kami. Ini adalah hadiah-hadiah pertunangan, kurasa kita tak perlu memilih hari baik, pulanglah bersamaku hari ini juga untuk menikahi gadis licik itu, Yue Bei!”
Phoenix akhirnya merasa tertarik, berjalan menyeberangi aula ke arahku. Dengan mudah dia mengangkat cakar beruang itu jauh-jauh dari bahuku, dan dengan menautkan alisnya, dia menatapku dengan cepat dan memaksa. Saat melakukan hal ini, dia memakai nada bicaranya yang biasa, berlumuran dengan es, untuk berkata, “Melecehkan? Oh?”
Kugosok wajahku, “Hehe, hanya sebuah ciuman kok. Bukan masalah besar, bukan masalah besar.”
Phoenix mengangkat kepalanya dan menatap angkasa, memijit dahinya. Setelahnya, dia berkata kepada Ji Dou Xing Jun, “Takutnya aku harus mengecewakan Ji Dou Xing Jun. Jin Mi tak bisa menikahi Yue Bei Xing Shi.”
Ji Dou Xing Jun meledak seperti petasan, “Kenapa dia tak bisa menikahinya? Apa Yue Bei-ku tak cukup baik?”
Phoenix sedikit menekan tangannya, “Xing Jun tak usah marah. Meski Jin Mi mau, dia mungkin tak punya kuasa untuk itu. Sejak dahulu, bebek mandarin jantan berpasangan dengan bebek mandarin betina, sementara pelangi sekunder berpasangan dengan pelangi. Jin Mi adalah seorang gadis, jadi tentu saja dia takkan bisa menikahi Yue Bei Xing Shi.”
Dengan perkataan Phoenix ini, semua bola mata para xian di dalam aula pun sedikit membelalak. Ji Dou Xing Jun bereaksi cukup cepat, menatapku dari atas ke bawah. Matanya sarat dengan kecurigaan, “Benarkah?”
Phoenix mendesah dan mengulurkan tangannya untuk mencabut lepas tusuk rambut di kepalaku. Rambut panjangku mengalir jatuh. “Apa sekarang Xing Jun percaya padaku?” Mungkin perubahan pada penampilanku telah membuat mereka syok, karena satu atau dua dari mereka kelihatan seperti akan terguling.
“Ini… ini… ini….”
“Sebelumnya, penampilannya disamarkan oleh Tusuk Rambut Penyegel Jiwa ini, tak mengherankan kalau Xing Jun dan Yue Bei Xing Shi jadi tak bisa mengenalinya.”
Eh? Bagaimana Phoenix tahu tentang ‘Tusuk Rambut Penyegel Jiwa’ ini? Bahkan aku juga tidak tahu. Seribu tahun yang lalu, Pemimpin Bunga Pertama Mu Dan telah memberiku tusuk rambut ini, dan berkata kalau benda ini bisa meningkatkan lingli-ku, jadi dengan gembira aku mengenakannya sampai sekarang. Meski lingli-ku belum terlalu banyak meningkat, tinggiku sudah sedikit bertambah dalam kurun waktu seratus tahun terakhir ini, dan aku pun menyadari kalau begitu aku melepas tusuk rambutnya, fitur wajah dan sosokku akan berubah. Misterius sekali.
Sesaat kemudian, Xing Jun yang tidak sabaran itu akhirnya pulih, dan mendadak wajahnya memerah. Dia memalingkan wajahnya dengan sedikit malu-malu dan berkata, “Jin Mi Xian Zi, saya minta maaf karena telah menyinggung Anda, saya minta maaf karena telah menyinggung Anda.”
Keranjang-keranjang, peti-peti, dan para xian pelayan dari Istana Jiu Yao Xing berbaris mengikutinya, dan berjalan pulang dengan kaku.
Dalam kurun waktu kurang dari dua hari, semua orang sudah mendengarnya.
“Apa kau tahu? Shudong kecil Pangeran Kedua, ya, si bocah rupawan dengan bibir merah dan gigi putih itu, sebenarnya adalah seorang gadis kecil yang lincah.”
“Ya! Aku sudah dengar kalau shudong kecil itu tak hanya menggoda Pangeran Kedua, tetapi juga telah merayu Ji Dou Xing Jun.”
Aku harus tenang, aku harus tenang….
Selama beberapa hari berikutnya, sepertinya Phoenix sedang tidak berada dalam suasana hati yang bagus, khususnya ketika dia melihatku. Tatapannya jelas-jelas menunjukkan kata-kata ‘muak dan lelah’ dengan huruf-huruf tegak lurus yang terang-terangan. Karenanya, aku berusaha menebak isi pikirannya. Mungkin dia cuma iri.
Penampilan Phoenix dianggap sebagai yang terbaik dari enam dunia selama sepuluh ribu sekian tahun, dia mungkin merasa sudah sangat terbiasa pada ribuan dan puluhan ribu orang mengidolakannya. Sekarang, ada seorang Yue Bei Xing Shi yang telah melewatinya dan tak terpesona olehnya, tetapi malah menyukaiku, membuat dia merasa tidak senang dalam hati.
Aku berpikir selama sesaat, aku selalu ingin menjadi seorang buah tak mencolok yang punya batasan, jadi kuputuskan untuk melepas ‘Tusuk Rambut Penyegel Jiwa’ itu, dan mengenakan tusuk rambut yang terbuat dari ranting anggur sebagai gantinya. Kalau aku menampakkan penampilanku yang sebenarnya, yang lain takkan salah mengenaliku sebagai xian pria lagi, dan aku akan bisa menghindar dari memikat xian wanita kecil lain seperti Yue Bei Xing Shi, Jadi kepercayaan diri Phoenix takkan terluka lagi.
Aku mengenakan tusuk rambut anggur setiap hari saat memasuki Istana Qi Wu, tetapi ekspresi wajah Phoenix malah menjadi lebih parah lagi, bahkan ekspresi wajah para kakak xian wanita juga tak terlalu bagus. Hanya saja, ketika para xian pelayan kecil melihatku, wajah mereka akan menjadi semerah dan secerah telur zhuque.
Saat aku tiba di Istana Xi Chen hari ini, kakak xian wanita yang sedang menyapu debu memberiku pandangan tajam, dan berkata serius, “Jin Mi, penampilanmu itu benar-benar menarik lebah dan kupu-kupu.”
(T/N: Maksudnya menarik para lelaki, seperti bunga yang menarik serangga….)
Eh? Kata-kata ini kedengarannya aneh sekali. Kami para bunga, rumput, dan buah jelas-jelas memang ingin menarik lebah dan kupu-kupu. Kalau tidak, jika lebah dan kupu-kupu tidak ada untuk menyebarkan serbuk sari, bagaimana kami akan bisa menumbuhkan buah? Kalau tidak ada buah, bagaimana akan ada anggur?
Karenanya, aku pun langsung menyetujui dan berkata, “Haha, ini adalah takdirku. Memang seharusnya seperti ini, seharusnya seperti ini.”
Kakak xian wanita itu terdiam kaget, tetapi Fei Xu yang berada di sisi luar terbatuk keras-keras, “Jin Mi, menjadi bodoh itu bukan salahmu, tetapi menjadi bodoh dengan tampangmu itu benar-benar cukup memalukan bagi tubuhmu.”
Tepat saat aku membuka mulutku, kudengar seseorang tertawa pelan dari arah belakang. Kakak xian wanita dan Fei Xu tiba-tiba menegakkan tubuh, dan dengan sopan berdiri di samping. Aku berputar untuk melihat, ternyata itu Phoenix yang telah tiba beberapa saat yang lalu, dan berdiri di belakangku.
Aku meliriknya. Ekspresi wajah orang ini kelihatan lebih baik hari ini, tetapi lesung pipit di sudut mulutnya dengan cepat menghilang. Dia melirikku, dan dengan langit jernih serta hanya ada sedikit awan, dia mengibaskan lengan bajunya dan berkata, “Kalian semua boleh pergi sekarang.”
“Baik.” Fei Xu dan kakak xian wanita itu membungkuk dan mengundurkan diri. Aku juga sudah akan berjalan ke luar, tapi Phoenix menghentikanku. “Kalau kau pergi, siapa yang akan menggosokkan tinta?”
Aku sedikit merengut, tetapi tetap menambahkan air pada tinta yang wangi dan mulai menggosokkan tintanya. Di sampingku, Phoenix memegang kuas tulisnya dan dengan satu goresan, gores, gores, dia mulai menyibukkan dirinya dalam dokumen-dokumen resmi. Tiba-tiba, dia berkata padaku bahkan tanpa menaikkan kepalanya, “Akan lebih baik bila kau mengenakan ‘Tusuk Rambut Penyegel Jiwa’ itu.”
“Eh?” Apa yang sedang dia mainkan sekarang?
Dia mengerutkan alisnya, dan melontarkan tatapan padaku, “Ada masalah? Kau tak mau melakukannya?”
Sikap memaksa orang ini sungguh lumayan menakutkan, jadi aku buru-buru berkata, “Aku benar-benar tak bermaksud untuk jadi kelihatan lebih menarik darimu. Ini semua cuma kebetulan, kebetulan.”
Phoenix terdiam kaget, dan tak mampu menahan tawanya. Diangkatnya tangan untuk menyentil dahiku. “Oh, kau ini… otak payah….”
Dia itu benar-benar burung yang menderita suasana hati yang labil.
“Ini adalah kartu undangan yang telah diminta Paman untuk kuberikan padamu.” DIa mengeluarkan selembar kartu merah cerah dari kantong di lengan bajunya dan menyerahkannya padaku.
Memang, masalah tentang Ji Dou Xing Jun datang untuk melamarkan pernikahan mungkin telah menyebar jauh dan luas, sampai ke semua sudut dan belokan. Xian rubah memiliki sifat yang begitu penuh semangat, jadi dia mungkin sudah mengetahuinya sejak awal. Aku sudah berpikir kalau akan jadi sangat sulit baginya untuk bertahan hingga hari ini demi bisa bergerak. Hanya, biasanya ketika xian rubah menemukan suatu kejadian menyenangkan, dia selalu bergegas pergi ke Istana Xi Chen untuk mencariku, atau memerintahkan seorang xian pelayan kecil untuk menyampaikan pesan agar aku pergi ke Wisma Kebahagiaan Pernikahan. Kenapa kali ini dia jadi begitu menahan diri?
Aku ingin bertanya kepada Phoenix, tetapi orang itu kelihatan sibuk dan aku juga tak mau semuanya jadi memburuk. Sudahlah.
Keesokan harinya, aku mengantongi sebongkah tinta wangi hijau kumala berkualitas tinggi dari Istana XI Chen sebagai hadiah dan pergi menuju Wisma Kebahagiaan Pernikahan. Baru terjadi sedikit gerimis di ujung langit, di luar Istana Qi Wu terdapat jembatan pelangi tujuh warna, dan warna langit jadi begitu menakjubkan.
Aku selalu suka memelesat di angkasa dengan menunggangi awan, dan ketika melihat cahaya-cahaya pada saat itu, suasa hatiku seketika jadi lebih ceria. Aku berjalan pelan di atas pelangi, dan melihat-lihat pemandangan sembari berjalan. Tetapi aku lupa kalau kau seharusnya hanya melihat hal-hal cantik dari kejauhan, kalau kau terlalu dekat, semuanya akan jadi tak bisa dipercaya. Contohnya, pelangi yang ini, ketujuh warnanya yang menyatu memang sangat indah, tetapi begitu kau berjalan di atasnya, kau akan mendapatinya sangat licin. Aku tak bisa berdiri dengan kokoh, jadi aku terpeleset dari sisi yang ini ke sisi yang itu.
Di ujung pelangi, aku berdiri, kelihatan cukup mengenaskan, dan sebelum aku mampu merapikan pakaianku, aku dibuat kebingungan oleh pemandangan di hadapanku.
Dalam kesunyian penuh, sebuah hutan lebat hijau gelap hingga nyaris hitam mengelilingi sebuah danau kecoklatan yang tampak pahit, nyaris seperti kolam obat, perlahan berarak dengan gelombang. Di sisi kolam terdapat sekawanan rusa sika, baik sedang duduk atau berbaring, sikap mereka santai. Seekor rusa kecil yang pintar di tengah kawanan sepertinya mendengar adanya suara, telinganya bergerak-gerak dan dua mata bulatnya berputar ke arahku. Kemungkinan besar, dia telah merasakan kalau ekspresiku ini baik hati, sama sekali tak memiliki niat jahat, jadi dia pun mengalihkan lagi matanya.
Saat rusa itu berpaling, aku melihat sebuah ekor ikan, ada ekor ikan di tepi danau. Wah, apa sekarang ikannya telah dipaksa untuk naik ke darat? Jadi ini adalah fenomena perusakan lingkungan yang dibenci orang-orang dengan begitu pedih. Aku berjalan maju dan menjulurkan kepalaku untuk melihat, dan mendapati seekor ikan. Sebenarnya, aku melihat seseorang, tapi itu juga tidak benar. Bagian bawah tubuhnya adalah ekor ikan yang berwarna seperti sinar rembulan, sementara separuh bagian atas tubuhnya merupakan seorang pria muda berpakaian putih dengan mata dipejamkan dan kepala bersandar di perut seekor rusa sika, sedang bermimpi indah.
Dalam sekejap, orang itu sudah terbangun. Sepasang mata menatap sayu padaku. Kutunjuk ekor ikannya dan berkata penuh semangat, “Oh ini benar-benar ekor yang tak tertandingi!”
Orang itu juga menatap ekornya dan berkata, “Ini biasa saja, biasa saja.” Sikapnya bersahaja dan ramah.
Rusa-rusa sika di sekelilingnya melihat bahwa dia telah bangun, jadi mereka langsung menghentikan gerakan mereka dan menolehkan kepala mereka kemari. Dengan pemandangan semacam ini, aku tahu kalau orang ini mungkin adalah seorang xian gembala yang bertugas atas rusa-rusa.
Dalam sekejap, ekor ikan putih keperakan besar yang memiliki kilau mutiara itu pun berubah menjadi dua buah kaki, dan kulihat xian penggembala rusa itu dengan malas merapikan bagian depan pakaiannya lalu berdiri. Aku tak menyadarinya saat tadi dia berbaring, tapi ketika dia berdiri, aku menyadari kalau xian gembala ini hampir sama tinggi dengan Phoenix.
Aku menengadah dan berkata padanya, “Rusa-rusa Xian penggembala ini bagus sekali, montok dan gempal. Kau akan mengirim mereka ke dapur keluarga yang mana?”
Si penggembala itu terdiam sejenak. “Menggembala rusa? Dapur?” Ada sedikit kemuraman pada ekspresi wajahnya.
Aku terkejut, apa aku sudah menyentuh lukanya? Tingkatan keabadian cukup ketat di Dunia Khayangan, ada beberapa aturan yang kritis. Xiao Yu Xian Guan (T/N: Xiao Yu = Ikan Kecil; Xian Guan =Xian Petugas) yang bertugas menggembala ini mungkin tak punya posisi yang tinggi, dan kehilangan muka saat aku langsung menyebutkannya seperti ini. Contohnya, para pejabat di dunia fana, menjangkau dari posisi tinggi seperti Perdana Menteri sampai serendah pejabat tingkat sembilan, tetapi saat mereka berjumpa, mereka akan selalu saling memberi hormat dengan sopan dan memanggil satu sama lain dengan sebutan “Da Ren sesuatu”, tidak membeda-bedakan peringkat, jadi para pejabat kecil berpangkat rendah takkan merasa malu.
(T/N: Da Ren = Tuan; sebutan untuk memanggil seseorang yang dihormati, terutama pejabat)
Kali ini aku sudah paham, jadi aku pun segera berusaha memperbaiki situasi dengan berkata, “haha, shang xian punya banyak prospek dengan posisi ini. Pikirkan kembali dahulu ketika Qi Tian Da Shen (Dewa Agung Setara Langit) Sun Wu Kong menyatakan diri dengan membantu-bantu sebagai penjaga kuda, perawat binatang yang seperti ini. Kemudian, direkrut oleh Langit Barat, mencari sutra-sutra Buddhis yang berharga, dan kudengar sekarang dia telah mendapat gelar ‘Buddha Perang’. Ya, juga ada pria paling tua dari Delapan Xian. Sebelum dia menjadi seorang xian, dia bahkan pernah menggembala keledai, reputasi semacam itu memang hebat. Karenanya, Jin Mi berpikir kalau prospek shang xian ini tidak ada batasannya!”
Xian gembala itu menundukkan kepalanya dan menimbang-nimbang selama sesaat, tetapi tak lama setelahnya, dia melontarkan seulas senyum cerah, “Xian Zi memiliki pujian yang hebat, dan hari ini, saya telah mendapat pencerahan, telah mendapat pencerahan. Terima kasih, terima kasih.”
Dengan murah hati aku menyalaminya, dan membalas dengan riang, “Shang Xian terlalu bersopan santun.”
“Xian kecil ini bernama Run Yu, bagaimana saya harus memanggil Xian Zi?” Xiao Yu Xian Guan tersenyum dengan begitu memikat.
“Namaku Jin Mi.” Kuangkat tanganku, dan tinta wangi hijau kumala pun meluncur keluar dari kantong lengan bajuku. Kutepuk kepalaku, baru saja teringat pada undangan xian rubah. Setelah mengulur-ulur waktu seperti ini, aku tak boleh sampai terlambat.
Aku bergegas memungut tinta wangi itu dan mengucapkan selamat tinggal pada Xiao Yu Xian Guan, dan dengan hati-hati menyeberangi pelangi yang licin, pergi menuju Wisma Kebahagiaan Pernikahan dengan menaiki awan.