Ashes of Love - Chapter 4
Aku mengetuk gerbang merah Wisma Kebahagiaan Pernikahan, dan xian kecil penjaga gerbangnya terdiam kaget saat melihatku. Dengan wajah memerah, malu-malu dia berkata, “Apakah xian zi ini datang untuk menemui tuan saya? Sayangnya, tuan saya ada tamu hari ini, kenapa Anda tidak kembali lain hari saja?”
Eh? Aku sudah keluar masuk Wisma Kebahagiaan Pernikahan ini selama seratus tahun, dan xian pelayan kecil ini selalu membukakan pintu. Kenapa hari ini dia kelihatannya tak mengenaliku? Jangan-jangan…. Aku menatapnya dengan sorot mengasihani, sepertinya penyakit ingatan buruk xian rubah itu menular.
“Aku ini Jin Mi. Karena Yue Xia Xian Ren sudah punya janji dengan orang lain, aku akan datang lagi besok.”
Xian penjaga gerbang kecil itu membuka mulutnya lebar-lebar, dan cuma berdiri di tempatnya seperti tiang kayu.
Saat aku mulai berbalik untuk pergi, tiang kayu itu langsung mengulurkan tangan untuk menghentikanku, tapi tiba-tiba, mungkin karena dia berpikir kalau ini tidak pantas, dia pun menarik tangannya dan berkata cemas, “Jin… Jin… Jin Mi?!”
Aku menganggukkan kepalaku dengan menyedihkan.
Dia juga bergumam dengan menyedihkan, “Ternyata memang seorang anak laki-laki yang berubah menjadi anak perempuan, anak laki-laki berubah jadi anak perempuan, anak laki-laki berubah jadi anak perempuan, semua jadi tak seperti sebelumnya….”
Tepat saat kami saling mengasihani, xian rubah tiba sebelum kedatanganku diumumkan, “Apa Jin Mi sudah tiba?”
Sebelum aku punya kesempatan untuk menjawabnya, xian rubah sudah melayang menuju gerbang dengan menaiki awan semerah matahari terbenam. Saat menatap wajahku, dia juga terdiam kaget, lalu kemudian, perlahan mengamatiku, “Ck, ck, ck! Bayi perempuan yang sudah dibesarkan oleh Xu Feng-ku! Sangat efektif, sangat efektif!”
Aku tiba-tiba merasa bahwa ada sesuatu yang salah dan aku pun menyentuh kepalaku. Tusuk Rambut Penyegel Jiwa yang telah kupasang pagi ini ternyata hilang, tak mengherankan kalau kedua orang ini jadi tak mengenaliku. Mungkin tusuk rambut itu terjatuh saat aku menunggangi awan. Terserahlah, itu toh cuma tusuk rambut.
Aku tertawa dan melihat bahwa xian pelayan itu menarik napas dalam-dalam dan berbalik. Xian rubah dengan sungguh-sungguh berkata, “Masuklah, masuklah, mari kita bicara di dalam.”
Aku melihat bahwa xian rubah kelihatan jauh lebih kurus daripada sebelumnya, lengan bajunya kedodoran, dan ekornya juga tak selebat dan selembut sebelumnya, jadi aku menyelamatinya, “Diet Yue Xia Xian Ren telah berhasil. Ini adalah hal yang patut untuk dirayakan.”
Merasa diremehkan, xian rubah berhenti berjalan dan menatapku. “Apa sebelumnya aku memang segemuk itu?”
Tanpa menunggu responku, dia lanjut berkata, “Ini semua salah Klan Burung. Selama beberapa hari terakhir ini, ayam-ayam yang mereka kirimkan semuanya lebih kecil daripada merpati dan begitu kurus sampai-sampai menimbulkan rasa takut dalam hati. Aku sudah kelaparan selama beberapa hari dan sering terbangun karena lapar di malam hari. Beberapa hari yang lalu, aku pingsan kelaparan dan bahkan melewatkan urusan pentingmu.”
Jadi itulah sebabnya dia baru memanggilku sekarang.
“Eh, apa ini karena flu burung?”
“Bukan, ceritanya panjang. Kudengar seratus tahun yang lalu, seekor gagak dari Klan Burung telah menangkap seorang peri dari Dunia Bunga. Pemimpin Bunga Pertama dari Dunia Bunga, Mu Dan, pergi menuntut agar peri itu dikembalikan, dan Klan Burung bahkan telah mendatangi semua telur yang belum menetas dan menanyai mereka, tetapi mereka semua bilang kalau mereka tak pernah melakukan hal semacam itu. Pemimpin Bunga Pertama bersikeras dan berkata bahwa seorang peri bunga kecil telah menyaksikan semuanya. Ketua dari Klan Burung terus menyangkalnya dan Pemimpin Bunga Pertama jadi marah, berkata bahwa Ketua Merak dari Klan Burung sedang menutup-nutupi kesalahan bawahannya, menyebabkan hubungan buruk di antara kedua pihak. Di masa lalu, sumber makanan utama bagi Klan Burung selain serangga-serangga kecil adalah bunga, buah-buahan, padi-padian, juga biji-bijian. Belakangan ini, Pemimpin Bunga Pertama telah menghentikan pasokan makanan untuk Klan Burung, berkata bahwa selama Klan Burung tak menyerahkan peri bunga kecil itu, Dunia Bunga takkan menyediakan makanan bagi mereka.
“Anak ayam dikelompokkan sebagai bagian dari Klan Burung. Jadi, karena mereka mengalami bencana kelaparan, mereka bisa dibilang telah berupaya sekuat tenaga untuk bisa tumbuh menjadi seukuran merpati.”
“Masalah ini sangat mendesak.” Aku mendesah penuh penyesalan. Pemimpin Bunga Pertama memang selalu bertemperamen panas, Ketua dari Klan Burung itu seharusnya seribu kali, sepuluh ribu kali tak boleh menentang dia.
“Ya, para bunga dan para burung sedang bertengkar, tetapi tanpa sadar telah melibatkan para rubah! Pak tua ini benar-benar telah disalahi.” Xian rubah mengekspresikan ketidakpuasannya dengan elegan, tetapi tiba-tiba mengubah topik, “Ayo pergi, ayo pergi, ayo kita pergi mendengar opera.”
Opera yang kami dengarkan hari ini berjudul ‘Wu Song Membunuh Harimau’. Tepat saat kami mendengar Lu Nan Zi si pembunuh harimau berteriak dari dalam cermin yang menunjukkan dunia fana: “Harimau! Mau lari ke mana kau?!”, sebuah bayangan jingga bulat melompat masuk, dan kami pun melihat seorang xian pelayan kecil mengikutinya, dengan gugup memanggil-manggil, “Hei! Bagaimana bisa teman xian ini menerobos masuk dengan begitu tidak sopan? Aku sudah bilang padamu kalau tuanku sudah punya tamu lain….”
Setelah bayangan jingga bulat itu masuk, dia memelesat ke pintu dan dengan hati-hati mengintip ke luar. Setelah memastikan kalau tak ada yang mengikutinya, dia lalu menghela napas lega dan memutar tubuh kecil bulatnya.
“Lao Hu!”
“Lao Hu!”
Aku memanggil namanya bersamaan dengan xian rubah.
Lao Hu mendekat dan mengambil secangkir teh, meminumnya dalam sekali tenggak. Setelah meredakan rasa hausnya, dia pun menepuk-nepuk dadanya dan berkata, “Oh, Hong Hong, aku ketakutan sekali! Tebak siapa yang barusan kulihat?”
“Mungkinkah itu Kelinci Kumala dari Istana Bulan?” Meski xian rubah memasang ekspresi ‘pasti begitu’ di seluruh permukaan wajahnya, dengan patuh dia memegangi dagunya, menunjukkan ketidakyakinannya.
“Tepat sekali!” wajah Lao Hu begitu pucat pasi, “Setelah tidak melihat Kelinci Kumala selama beberapa ribu tahun, dia ternyata sudah jauh lebih gemuk, entah sudah berapa banyak wortel kecil yang telah dia hancurkan! Chang’e Xian Zi bahkan tak mengendalikannya.”
(T/N: Chang’e Xian Zi / Immortal lady Chang’e adalah pemilik dari Kelinci Kumala)
“Untung saja, lariku cepat. Syukurlah, syukurlah.”
“Tapi aku tak tahu angin macam apa yang bertiup masuk hari ini, hingga meniupmu, saudara tua, ke tempatku hingga menjumpai semua bencana ini.” Xian rubah menepuk-nepuk perut Lao Hu.
Lao Hu terisak, “Ay, pak tua ini benar-benar dalam kesulitan sekarang. Aku sudah diusir dari Shui Jing oleh Pemimpin Bunga Pertama. Setelah berpikir panjang lebar, aku jadi terpikir kalau mengungsi di tempatmu adalah hal terbaik yang bisa dilakukan.”
Aku baru meninggalkan Dunia Bunga selama seratus tahun yang singkat, bagaimana bisa terjadi begitu banyak hal? Pemimpin Bunga Pertama, wah, memang agak keterlaluan. Aku pun bertanya pada Lao Hu, “Kenapa Pemimpin Bunga Pertama mengusirmu?”
“Xian zi ini adalah…?” Satu orang lagi yang tak mengenaliku….
“Jin Mi.”
“Keponakan-menantuku.”
Aku menjawab pada saat yang bersamaan dengan xian rubah.
Lao Hu memanglah Lao Hu. “Jin Mi? Siapa itu?”
Aku menatap angkasa dan menjawab, “Aku Tao Tao.”
Setelah mendengar hal ini, tiga lapis lemak di perut Lao Hu berguncang tiga kali, “Xiao Tao Tao?!”
Aku mengangguk.
“Aiyawee!! Oh leluhur kecilku! Kau telah dengan kejamnya membuatku menderita! Bagaimana kau bisa menghilang begitu saja? Kedua puluh empat Pemimpin Bunga nyaris mengupas kulit wortelku sampai menjadi serpihan! Sekarang mereka telah menuntutku karena tak melindungimu dengan benar, dan telah mengusirku untuk mencarimu. Mereka bilang kalau aku tak bisa menemukanmu, mereka akan melemparkanku ke dalam sarang kelinci. Hidupku ini sungguh tidak mudah, sungguh….” Lao Hu bercucuran air mata.
Haha, jadi sepertinya aku ini sedikit penting. Aku merasa amat senang.
Lao Hu tak mengatakan apa-apa lagi dan memasukkan pergelangan tanganku ke bawah ketiaknya. “Ayo pergi, ayo pergi, ayo pergi, aku akan pulang denganmu sekarang juga. Nyawa tuaku ini sudah terselamatkan.”
Xian rubah merasa tidak senang. “Hei! Ke mana kau si bodoh tua pikun ini hendak membawa keponakan-menantu keduaku?!”
”Keponakan-menantu kedua?” Lao Hu menatapku, terperangah. Lalu dia berkata dengan marah, “Oh Xiao Tao Tao! Apa kau telah salah diikat dengan benang merah oleh rubah tua buta itu? Dengan penampilan dari keponakan-menantu keduanya yang bagai bunga persik ini, kelak, kalau dia tak punya sepuluh istri atau lebih, setidaknya dia akan punya tujuh atau delapan selir. Ayo pergi cari pedang Tai Shang Lao Jun untuk memotong benang merah itu.”
“Eh?” saat aku mendengar hal ini, aku begitu kebingungan dan berkata, “Aku sedang belajar beberapa keahlian dari Phoenix.”
Langkah Lao Hu terhenti. “Benarkah?” Melihatku menganggukkan kepala, kerut-kerut di wajah Lao Hu akhirnya sedikit menyebar. “Haha, kalau begitu mari kita berpamitan dengannya dan pulang ke Dunia Bunga.”
Jangan sampai tertipu oleh gaya biasa Lao Hu yang tertatih ke sini dan tertatih ke sana, karena kali ini, langkah kakinya jadi begitu lincah. Kami pun memelesat di atas awan menuju Istana Qi Wu, dengan xian rubah mengejar dan berteriak di belakang kami.
Saat memasuki Istana Qi Wu, waktu itu sudah saatnya makan siang, dan Phoenix yang biasanya tak terburu-buru jadi dikagetkan oleh kami. Sepasang sumpit peraknya berhenti di tengah udara ketika dia mengangkat kepalanya.
Setelah Lao Hu memasuki istana, dia melepaskan tanganku dan langsung memelesat menuju meja makan. Dipeluknya sepiring sayuran dan mulai meratap “Oh Cai Cai, Cai Cai-ku yang bernasib malang. Padahal aku baru tak melihatmu selama dua hari, dan kau telah berakhir di tangan pembunuh! Oh, Para Dewa Khayangan yang berhati hitam dan bernyawa pendek! Oh, betapa jahatnya.”
Eh… aku mengedarkan senyum ke sekeliling ruangan dengan ber-‘hehe’ llau berjongkok di sebelah Lao Hu untuk bertanya, “Siapa itu Cai Cai?”
“Dia adalah Kubis, kekasih Adik Kucai dari lahan di sebelah Shui Jing! Dia adalah Kubis yang pernah memuji Iingli-mu saat kau masih kecil,” Lao Hu menerangkan dengan berlinangan air mata.
Aku menatap sepiring sayuran tumis hijau gelap dan bertanya tenang, “Setelah kau mengatakan ini, kelihatannya memang agak familier. Tapi, bagaimana kau bisa mengenalinya?”
“Daun Cai Cai itu sangat hijau, batangnya sangat putih, kepalanya sangat bulat, dan jantungnya sangat empuk. Persis seperti ini!” Lao Hu bersikeras.
“Bukankah semua kubis memang seperti itu?” Le Ting bertanya takut-takut dari samping.
“Boleh aku bertanya siapa xian ini…?” Phoenix membuka mulutnya dan menyela, dengan raut ketidaksabaran di wajahnya.
Xian rubah yang mengikuti di belakang kami menaikkan lengan bajunya untuk menyeka keringat dan menyela kami, terengah-engah, “Dia adalah xian wortel yang pernah kau biarkan Kelinci Kumala untuk mengejarnya di sekitar Istana Langit, Lao Hu.”
Phoenix menundukkan kepalanya dan terbatuk pelan, sementara Lao Hu memelototi Phoenix dengan penuh amarah dan kejengkelan. Memeluk mayat Cai Cai, Lao Hu berkata, “Aku sudah tahu itu, tunas bambu jahat takkan bisa tumbuh menjadi pohon bambu yang baik. Tak ada yang punya hati baik di Keluarga Langitmu. Ayahmu seperti itu, ibumu seperti itu, kau juga seperti itu; kupikir bahkan kakakmu yang hanya keluar di malam hari juga akan seperti itu.”
“Xu Feng masih muda pada saat itu dan tak mengerti, jadi aku telah menyinggung xian ini, dan kini meminta maaf kepada xian ini atas segala yang pernah kulakukan. Tetapi Kaisar Langit dan Permaisuri langit adalah sosok yang paling dipuja dan dihormati di enam dunia, dan tak boleh dikritik seperti ini olehmu.” Phoenix menurunkan kelopak matanya, matanya menyapu cepat dan kuat ke arah Lao Hu.
Wajah Lao Hu memucat, tapi dia tetap menegakkan punggungnya dan memelototi Phoenix.
“Jangan marah, jangan marah, semua orang seharusnya bersikap sopan dan ramah, juga berbicara dengan baik.” Xian rubah berdiri di tengah-tengah, tak bisa menghadap ke kanan maupun ke kiri
Aku mengawasi mereka selama beberapa saat, dan merasa kalau semua ini tak menarik, jadi kuambil sebuah bangku di samping Fei Xu, dan mendudukkan diri. Kupilih sebuah kue teratai dan sudah akan memasukkannya ke dalam mulutku. Tetapi Lao Hu tiba-tiba melepaskan tatapan penuh perasaannya dari Phoenix dan menghampiri untuk menyenggolku, “Tao Tao, kau tak boleh makan apapun dari tempatnya. Cepat, berpamitanlah dan pulang bersamaku ke Dunia Bunga untuk melapor pada Kedua puluh empat Pemimpin Bunga.”
Mata Phoenix menyapu wajahku bersama dengan hembusan angin, memanfaatkan waktu yang kupakai untuk meletakkan kue teratai dan menepuk-nepukkan tanganku dari remah-remah kue. Perlahan dia berkata, “Kudengar belakangan ini Dunia Bunga tiba-tiba berseteru dengan Klan Burung gara-gara seorang peri. Apakah penyebab dari masalah ini adalah Jin Mi?”
Aku memutar mataku dan berkata tidak yakin, “Ini… kurasa bukan begitu.” Meski cerita yang telah dikatakan xian rubah tentang seekor gagak yang menangkap seorang peri bunga terdengar lumayan familier, tapi itu pasti tak ada hubungannya denganku.
Kumis Lao Hu bergerak-gerak dan dia pun berkata, “Memangnya kenapa bila ini ada hubungannya dengan dia? Dan memangnya kenapa kalau tidak?”
Tatapan menusuk Phoenix menyapuku, naik dan turun, dan dia lalu menolehkan kepalanya untuk berkata santai kepada Lao Hu, “Dunia Bunga sudah tak berhubungan dengan Dunia Khayangan selama beberapa ribu tahun. Aku tak mengira kalau hilangnya seorang peri bunga akan begitu merepotkan kedua puluh empat Peri Bunga hingga datang sendiri. Kupikir mereka pasti akan sering sangat sibuk.”
“Itu adalah urusan Dunia Bungaku, tak seharusnya merepotkan Keluarga Langitmu.” Lao Hu meluruskan lehernya, sebenarnya, hal ini hanya semakin menampakkan betapa pendeknya dia. Dengan jahat aku memandangi lehernya yang pendek dan bulat, pendek dan bulat selama sesaat.
“Apa kau benar-benar ingin pergi?” Phoenix setengah merundukkan kelopak matanya, membelai ringan pola awan di lengan bajunya.
Aku berpikir sejenak, pertanyaan ini mungkin diarahkan padaku, jadi aku menjawab, “Ya.”
Phoenix menaikkan pandangannya dan menatapku ringan. Dengan tenang dia berkata, “Itu bagus sekali. Belakangan ini, di Dunia Iblis telah terjadi sedikit gangguan, Kaisar Langit telah menyuruhku untuk melakukan sedikit pemeriksaan. Aku akan berangkat besok, dan mungkin akan harus tetap di sana selama beberapa tahun. Kalau kau terus tinggal di Dunia Khayangan, tak seorang pun yang akan mampu mengajarimu, jadi kau hanya akan membuang-buang waktu. Memang lebih baik bila kau pulang.”
Wah, Dunia Iblis.
Aku menundukkan kepalaku dan memasang telinga.
Di samping, air mata xian rubah sudah mencapai bulu matanya saat dia menggumam, “Bagaimana kau bisa pergi begitu saja, bagaimana kau bisa pergi begitu saja….”
“Hei, Xiao Tao Tao, setelah kau berpamitan pdanya, ikuti aku pulang ke Shui Jing.” Lao Hu dengan gelisah berjalan keluar istana dengan tubuh kecil bulatnya.
Dengan patuh aku mengikuti di belakangnya, tapi setelah berjalan empat atau lima langkah, kutepuk-tepuk dahiku seakan baru teringat sesuatu, “Aiya, aku belum menyiapkan barang bawaanku!”
Lao Hu berjalan sambil memegangi perut kecil bulatnya dan menolehkan kepala, “Kau itu seorang gadis, tapi malah lebih linglung daripada aku. Kau kan bukan manusia, kenapa kau butuh barang bawaanmu? Yang kau butuhkan hanya mengangkat tanganmu dan memunculkannya, dan kau akan punya semua pakaian yang kau inginkan.”
“Eh, itu bukan pakaian, yang kubicarakan adalah gulungan-gulungan kitab.” Saat Lao Hu mendengar penjelasanku, akhirnya dia berhenti berjalan. Dia menatapku dengan mata terbuka lebar, mulutnya menganga, dan bertanya, tercengang, “Gulungan kitab?”
Aku menganggukkan kepalaku dengan sepenuh hati. “Dalam seratus tahun ini, aku telah mempelajari banyak kitab, dan belum memahami beberapa baris kalau hanya lewat meditasi, jadi aku ingin membawanya pulang untuk menanyakan instruksinya kepada Pemimpin Bunga Pertama.”
Lalu aku menolehkan kepalaku, dan dengan memasang ekspresi bersungguh-sungguh, kutatap Phoenix dan bertanya, “Kalau aku membawa beberapa gulungan dari Sheng Jian Ge bersamaku, apa itu diperbolehkan?”
Phoenix menimbang-nimbang selama sesaat, dan sambil melengkungkan bibirnya dia pun berkata ringan, “jarang sekali kau ingin belajar, dan aku merasa sangat senang. Kau boleh memilih beberapa buku dari Sheng Jian Ge untuk kau bawa bersamamu.”
“Langit akhirnya telah membuka mata. Xiao Tao Tao akhirnya sudah sedikit mengalami kemajuan, dan tak hanya bermain-main saja!” Lao Hu menarik-narik bajunya, bercucuran air mata, merasa tenang hingga dia bisa mati tanpa penyesalan. “Kalau begitu kita pergi besok. Tao Tao harus memanfaatkan waktu untuk bersiap-siap sebaik mungkin. Jangan cemaskan soal bebannya, bawalah beberapa naskah Taois tambahan, pak tua ini akan membantumu membawanya.”
Malam itu, Lao Hu tinggal di Wisma Kebahagiaan Pernikahan milik xian rubah. Aku berjalan menuju Sheng Jian Ge dengan lentera kunang-kunang. Dengan sungguh-sungguh aku menggeledah semuanya, dan akhirnya membawa dua buah buklet kecil yang ringan, mengucapkan terima kasih kepada xian pelayan kecil yang menjaga Shen Jian Ge, berjalan keluar menuju beranda batu, meninggalkan buklet-buklet kecil itu di samping Kolam Catalpa Tenang, dan pergi menuju sayap di mana kamar tidur Phoenix berada.
Memang, aku telah hidup di Dunia Bunga selama empat ribu tahun, di Dunia Khayangan selama seratus tahun, tetapi aku tak tahu seperti apa Dunia Iblis itu.
Bagaimana caranya aku pergi bersama Phoenix ke Dunia Iblis tanpa dia menyadari keberadaanku? Aku berdiri di kamar tidur yang kosong itu dan ragu-ragu selama sesaat. Akhirnya kuputuskan untuk kembali ke wujud asliku dan menyembunyikan diriku dalam kantong lengan baju jubah brokat yang telah dicuci, dilipat, dan diletakkan oleh Fei Xu di kepala tempat tidur untuk Phoenix.
Aku telah menyembunyikan diri pada waktu yang tepat, karena begitu aku memasuki kantong lengan baju, aku mendengar suara pintu terbuka, mungkin orang itu, si Phoenix, kembali dari Istana Xi Chen.
Kutahan napasku, tak bergerak sedikit pun. Kekuatan Phoenix sangat besar dan aku tak mau dia menyadari keberadaanku.
Selama sesaat aku begitu ketakutan, tetapi selain dari suara lentera dinyalakan dan halaman buku dibalik, aku tak mendengar suara lainnya. Haha, sepertinya orang ini, Phoenix, juga ada saatnya ketika tidak berhati-hati.
Dengan aman aku menemukan sebuah sudut yang empuk dan nyaman dalam kantong lengan baju dan berguling. Tepat saat aku sedang tidur nyenyak, tiba-tiba kurasakan Gunung Tai menekanku. Ada sesuatu yang menindih tubuhku, jadi dengan enggan aku pun bangun. Aku mengendus dan terbatuk, ternyata itu adalah bau apak sebuah buku tua.
Si Phoenix ini malah menumpukkan buku-bukunya di atas jubah brokat di kepala tempat tidur! Tepat di atas lengan baju tempatku menyembunyikan diri!
Yah! Membaca sebelum tidur itu memang kebiasaan buruk. Supaya tidak membuat suara, aku hanya bisa menahannya dan tetap diam sepanjang malam.
——
Dengan susah payah, aku berhasil menunggu sampai ayam jantan berkokok. Le Ting dan Fei Xu masuk untuk menunggui Phoenix saat dia bangun. Aku tak tahu siapa yang telah memindahkan buku-buku tua di atas kepalaku, tapi aku merasa amat bersyukur. Kudengar Fei Xu berkata, “Aiya, ada debu di jubah ini.”
Le Ting berkata, “Buku lama ini mungkin tak dibersihkan dengan seksama dan meninggalkan kotoran di atasnya.”
Fei Xu lanjut berkata, “Tuanku, Kenapa Anda tak menggantinya saja dengan jubah lain.”
Phoenix setuju dengan entengnya.
Crash, bang, bang, jedeeeerr! Memakai keranjang bambu untuk mengambil air, semuanya jadi sia-sia belaka. Aku jadi sedikit pusing ketika amarah naik langsung ke kepalaku. Aku harus tenang, aku harus tenang….
“Bagaimana dengan jubah berwarna emas ini?”
“Agak terlalu terang.”
“Ya, apa Tuanku suka yang ungu ini?”
“Agak terlalu suram.”
“Bagaimana dengan yang merah ini? Bagaimana menurut Tuanku?”
“Agak terlalu dangkal.”
Sembari mendengarkan Fei Xu dan Le Ting membongkar-bongkar peti dan laci Phoenix, aku bermeditasi. Saat aku bernapas, bagian dalam tubuhku sedikit terjungkir, dan ketika aku bernapas lagi, organ-organku pun jadi jungkir balik sepenuhnya.
Akhirnya, aku mendengar sebuah suara santai dan puas berkata, “Pakai yang ini saja. Sedikit debu takkan terlalu mengganggu.”
Le Ting mengguncangkan jubah brokat itu hingga terbuka dan memakaikannya pada orang itu.
Aku berayun dalam kantong lengan baju.
Aku harus tenang, aku harus tenang.
Kali ini, Phoenix terbang dengan cukup mantap, dan tak membuatku berguling ke sini dan berguling ke sana. Hanya saja, perjalanannya sedikit lama, jadi aku pun berbaring dalam kantong dan tertidur beberapa kali. Akhirnya aku merasa bahwa suara desiran angin telah berhenti. Kami mungkin sudah sampai.
“Tuan muda ini mau menyeberang?” Tiba-tiba aku mendengar sebuah suara tua yang serak.
“Ya, saya harus merepotkan pak tua ini.” Aku berayun, dan menebak kalau Phoenix sedang berjalan ke atas perahu. Jadi untuk mencapai Dunia Iblis, kita harus menyeberangi sebuah sungai.
“Tuan Muda harus berdiri dengan tenang, xian zi yang ada di kantong Anda juga harus berpegangan dengan kuat. Pak tua ini akan mulai menyeberangkan perahunya!” Pria tua itu berseru.
“Ya, apakan xian zi di kantongku sudah berpegangan dengan kuat?” Phoenix mengulang dengan santainya.
Mereka berdua sudah menemukanku?
Aku meluncur keluar dari kantong lengan bajunya dan kembali ke wujud manusia. Kuangkat kepalaku, bertepuk tangan dan berkata, “Aiya! Bagaimana aku bisa sampai tidur di tempat yang salah semalam? Ini semua sungguh suatu kebetulan, suatu kebetulan.”
Phoenix melengkungkan bibirnya dan menautkan tangannya di belakang punggung, tak lagi memperhatikanku. Aku tertawa dan melihat sekeliling. Sebuah perahu kecil yang berayun-ayun bergerak maju, tapi tak ada air yang menetes dari perahu tersebut, karena kau tak bisa bilang kalau ini adalah sungai. Ruang di antara kedua tepiannya begitu dalam sampai-sampai kau tak bisa melihat dasarnya. Meski tak ada air, kau bisa mendengar suara air menampar-nampar bagian dasar perahu, dan kau juga bisa merasakan ayunan gelombangnya. Ganjil sekali.
Aku baru saja mengulurkan tanganku, ingin menciduk segenggam air yang tak terlihat, tetapi sesuatu memukul tanganku menjauh. Ketakutan, kutarik tanganku, tapi ternyata bulu Phoenix lah yang telah memukul tanganku tadi.
“Ini adalah Sungai Kelupaan.” Phoenix menarik bulu phoenixnya, “Kalau kau tak ingin memberi makan kepada para hantu dan arwah liar di dalam sungai, berdirilah dengan tenang.”
Dengan waspada kupegangi tanganku, menengadahkan kepalaku dan melihat bahwa kakek tua yang sedang mendayung perahu itu sedang menatapku, jadi aku pun tersenyum riang padanya. Phoenix terbatuk pelan dan mengerutkan alisnya, “Di mana Tusuk Rambut Penyegel Jiwamu?”
“Aku menghilangkannya,” jawabku jujur. Ketika melihat wajahnya menggelap, aku segera menambahkan, “Kemarin, saat aku perfi ke Wisma Kebahagiaan Pernikahan, aku terlalu tergesa saat menaiki awan, jadi mungkin tusuk rambut itu jatuh ke awan.”
Phoenix sudah akan bicara, ketika kakek pendayung perahu itu menyela, “Pak tua ini telah menjaga Sungai Kelupaan ini selama kira-kira seratus ribu tahun lamanya, dan ini baru kali kedua saya pernah melihat wanita yang memiliki kecantikan langka seperti nona muda ini.”
Wah, pekerjaan kakek ini terlalu sepi, ya. Dalam seratus ribu tahun, dia baru pernah melihat dua orang gadis muda.
Saya ingat kalau dua puluh ribu tahun yang lalu, seorang wanita telah datang kemari dan meminta kepada pak tua ini setangkup air dari Sungai Kelupaan. Penampilan wanita itu begitu cantik sampai-sampai dia bisa menyebabkan kehancuran seluruh negara, dan dengan setiap langkahnya, bunga-bunga bermekaran. Meski penampilannya sungguh menawan, ekspresi wajahnya tampak menderita, tak seperti nona muda ini yang ceria dan memikat, bebas dari segala kekhawatiran.
“Apa yang terjadi selanjutnya?” Aku bertanya antusias. Kupikir, kalau ini adalah cerita yang menarik, aku bisa pulang dan menceritakannya kepada xian rubah dan dia pasti akan sangat senang.
“Selanjutnya? Selanjutnya, seorang tuan muda yang mengenakan jubah brokat mengejarnya dari tepi sungai dan bergegas membuang air yang ada di tangan wanita muda itu. Setelah keduanya berdebat, wanita muda itu akhirnya berusaha melompat ke dalam Sungai Kelupaan, tetapi tuan muda berjubah brokat itu menjadi sangat panik dan buru-buru menarik wanita muda itu. Setelah itu, keduanya pun menghilang bersama-sama tanpa jejak.”
“Sungai Kelupaan, Sungai Kelupaan, ingatan-ingatan yang ingin dilupakan oleh seseorang telah menjadi sungai.” Kakek itu menggelengkan kepalanya dan mendesah.
Jadi itu adalah cerita dengan kepala singa dan ekor ular (sepotong-sepotong, tidak jelas), sungguh payah. Tetapi Phoenix hanya menatapku sambil termenung, kelihatan begitu serius.
Selama kami bercakap-cakap, kami pun sampai di sisi yang lain. Phoenix menyerahkan pil ajaib Lao Jun (T/N: Taishang Lao Jun, merupakan dewa tingkat tertinggi dalam pantheon dewa-dewa Taoisme dan sering diceritakan membuat pil keabadian untuk para dewa) kepada kakek pendayung perahu sebagai pembayaran, dan turun lebih dahulu dari perahu. Saat aku melangkah keluar perahu, kuangkat kepalaku dan melihat pemandangan dari Dunia Iblis. Kaki yang masih ada di atas perahu menjadi tidak stabil dan aku pun terjatuh ke depan. Untung saja Phoenix berbalik dengan cepat dan berhasil menangkapku.
Kugosok hidungku yang terantuk dengan menyakitkan dan mengangkat diriku sendiri dari pelukannya. Dia terdiam, melepaskan tanganku yang sedang bertopang pada telapak tangannya, dan tiba-tiba berjalan maju tanpa melirik ke belakang sedikit pun.
Oh, benar-benar orang yang suka angin-anginan, benar-benar angin-anginan. Kutegakkan diriku sendiri tapi nyaris terjerambab lagi, dan mengikuti di belakangnya.
Langit di Dunia Iblis berwarna merah darah yang tak terkendali. Lidah-lidah api hijau redup melayang di sini dan di sana mengelilingi kami, bayang-bayang hantu yang berkedip-kedip. Aku sedikit gemetar dan berhasil mengeluarkan kata-kata ini dari tenggorokanku, “Itu… Phoenix, tunggu aku… aku… aku takut pada hantu.”
Phoenix di depanku akhirnya berhenti dan menolehkan kepalanya. Dengan lesung pipitnya terlihat dalam sekejap, dia pun berkata padaku, tak tahu apakah harus tertawa atau menangis, “Kenapa siluman sepertimu takut pada hantu?”
Aku berpikir sejenak, dia benar juga. Aku berpikir sejenak lagi, dia tidak benar. Aku ini peri, bukan siluman.
Untungnya, Phoenix tak lagi meninggalkanku, jadi aku tak lagi berdebat dengannya dan mengikuti di belakang. Sepanjang jalan, Phoenix memakai sihir untuk mengubah penampilan kami dan pakaian kami juga diubah menjadi warna bernuansa abu-abu. Dia berkata padaku, “Kau harus berjalan bersamaku. Sejak saat ini, di Dunia Iblis, kau adalah pelayan wanita pribadiku dan harus mengikuti di sisiku. Aku bisa melindungimu agar tak ditangkap oleh hantu.” Aku berpikir sejenak, tapi aku toh sudah menjadi shutong-nya selama seratus tahun. Seorang pelayan wanita pribadi tak banyak bedanya, jadi aku pun setuju.
Dunia Iblis begitu ramai, dan meski para iblis yang berjalan melewati kami umumnya berwujud manusia, selalu ada sesuatu yang berbeda pada diri mereka. Mungkin sebuah ekor, mungkin tanduk, mungkin taring yang mencuat. Ada begitu banyak sampai-sampai mataku tak sanggup melihat seluruhnya, menyenangkan sekali!
Di hadapanku ada seorang iblis kecil yang tingginya sepinggangku, yang sedang memegang sebuah nampan raksasa. Dengan gaya menjilat dia mendekati Phoenix dan berkata, “Tuan Iblis ini, Anda harus membeli sebuah ekor. Semua ini barang yang masih baru, kalau kau mengenakannya, tak seorang pun yang akan bisa mengenali wujud aslimu!”
Phoenix menggelengkan kepalanya tanpa melirik sedikit pun. Dengan antusias aku memandangi barang-barang itu, sungguh suatu nampan besar yang berisi macam-macam ekor. Di atasnya ada ekor kerbau, ekor kambing, ekor kelinci, ekor ikan, dan ekor burung. Kujulurkan tanganku dan memilah-milah mereka. Ekor-ekor itu empuk dan hangat, dan memang kelihatannya masih segar. Aku bertanya pada si iblis kecil, “Ekor-ekor ini cukup bagus, tapi apa kau punya telinga?”
Iblis kecil itu segera menjawab, “Punya, punya.” Dengan sibuk dia mengeluarkan beberapa pasang telinga dari kantongnya. Setelah meliriknya sekali, aku melihat sepasang telinga kelinci putih yang panjang. Wah, kalau aku punya sepasang telinga ini, lain kali bila Lao Hu datang untuk menangkapku, aku bisa mengenakan telinga ini dan menakut-nakutinya sampai kabur.
Si iblis kecil mendecakkan lidahnya, “Nona iblis ini punya selera yang bagus. Telinga kelinci ini dibuat berdasarkan telinga Kelinci Kumala dari Istana Bulan.”
Aku membelai telinga kelinci itu dan dengan riang menjejalkannya ke dalam kantong di dadaku. Si sebelahku, Phoenix mengolok-olok, “Itu hanya sebuah trik kecil untuk mengubah bentuk.”
Tepat saat aku akan pergi, iblis kecil itu bergegas memanggilku, “Nona iblis belum memberi saya uang?”
“Uang itu apa?” Aku berbalik dengan tidak yakin.
Iblis kecil itu memutar matanya dan menjejak-jejakkan kakinya. Sepasang tangan menyela dari samping, melemparkan sesuatu yang berkilauan dan keperakan pada si iblis kecil. “Aku yang akan membayar untuk nona iblis ini.”
Aku berbalik dan melihat seorang iblis berjubah hitam yang menuntun seekor rusa tersenyum ringan ke arahku. Haha, Dunia Iblis itu benar-benar bersahabat.
Tetapi wajah Phoenix malah menjadi dingin. Dia mengeluarkan sesuatu yang berwarna keemasan, melemparkannya kepada si iblis kecil, dan mengambil tael perak yang baru saja dilemparkan oleh iblis tadi, mengembalikannya pada si pemilik. “Tentu saja, aku akan membayar benda-benda yang dibeli oleh gadis pelayanku. Tak perlu merepotkan Pangeran Pertama.”
Iblis itu dengan acuh tak acuh mengambil kembali tael peraknya dan berkata, “Karena kita adalah satu keluarga, dari mana ‘merepotkan’ itu berasal?”
Satu keluarga? Keluarga Langit itu sangat misterius. Phoenix ini memiliki paman seekor rubah, dan sekarang, bahkan ada serang iblis yang mengaku sebagai keluarganya. Aku menatap sebentar iblis itu, dan entah kenapa dia kelihatan familier.
Phoenix tersenyum samar, “Sudah lama tak bertemu, kenapa Pangeran Pertama memiliki minat untuk berjalan-jalan di Dunia Iblis hari ini?”
“Kudengar Adik Phoenix diperintahkan untuk datang sendiri ke Dunia Ibis. Kakakmu ini jadi tak bisa menahan rasa penasarannya. Aku tak tahu kepentingan umum apa yang harus kau tangani sendiri.” Suara iblis itu begitu hangat.
Phoenix menyapukan jarinya ke lengan baju, dan menjawab sekenanya, “Para monster iblis sedang berkelahi dengan hantu-hantu jahat. Mereka menghasilkan api iblis, melepaskan wabah, mencelakai orang-orang yang tak bersalah dan menyebarkan mayat di mana-mana. Apakah ini bisa dianggap sebagai urusan penting?”
“Jadi, kakakmu ini seharusnya juga melakukan perjalanan bersamamu dan menawarkan bantuanku padamu.” Iblis itu tiba-tiba berpaling ke arahku, “Kuharap Jin Mi Xian Zi baik-baik saja sejak pertemuan terakhir kita.”
Setelah dia mengucapkan ini, dia pun mengulurkan tangannya dan dengan penuh kehangatan membelai leher rusa kecil di sisinya.
Perlahan aku mengamati rusa kecil itu dan teringat, “Xiao Yu Xian Guan?”
Xiao Yu Xian Guan tersenyum hangat, “Dunia ini sangat kecil ya.”
“Xiao Yu Xian Guan?” Tanpa ekspresi, Phoenix mengulang kata-kataku, “Aku tak tahu kalau kalian berdua pernah bertemu sebelumnya.”
“Ya, kami pernah kebetulan bertemu saat Run Yu Xian Guan sedang menggembalakan rusanya kemarin,” ujarku padanya.
“Menggembalakan rusa? Ikan (T/N: Yu dalam panggilan ‘Xiao Yu Xian Guan’ berarti ikan)? Sejak kapan Pangeran Pertama sang Dewa Malam tak mau lagi menjadi naga dan malah menjadi ikan?”
Ren Yu Xian Guan menundukkan kepalanya dan tersenyum, “Karena Dewa Api bisa menjadi gagak, sudah tidak terlalu penting lagi bila aku menjadi ikan.”
Dengan pertanyaan dan jawaban ini, akhirnya aku mengerti bahwa Xiao Yu Xian Guan ini sebenarnya adalah kakak tertua Phoenix, Dewa Malam, sang Naga Sejati. Jadi memiliki ekor bersisik bukan berarti bahwa dia adalah seekor ikan, dia juga bisa menjadi seekor naga yang rendah hati.
Setelahnya, Xiao Yu Xian Guan melakukan perjalanan bersama kami dan ekspresi Phoenix pun menjadi jauh lebih dingin lagi. Aku sungguh tak mengerti kenapa orang sedingin itu menjadi Dewa Api.
Kami menginap di sebuah penginapan. Phoenix meminta sebuah kamar, dan memerintahkan agar aku tidur di kamar bagian luar. Dia berkata, “Kau adalah pelayan pribadiku, tentu saja kau akan harus menungguiku.” Xiao Yu Xian Guan tinggal di kamar di sebelah kami.
Pada tengah malam, Phoenix bilang kalau dia haus dan memanggilku agar membawakan air, jadi aku dengan terkantuk-kantuk berjalan menuruni tangga untuk mencari hantu kecil penginapan ini dan meminta sepoci teh. Aku melihat rusa kecil milik Dewa Malam terdiam menatapku dari arah tangga. Aku melihat dia cukup menyedihkan, mungkin karena dia juga takut pada hantu, jadi aku pun membawa air dengan satu tangan dan menuntun rusa itu ke dalam kamar tamu dengan tangan yang satunya lagi.
Pagi hari berikutnya, aku mendapatkan segenggam rumput di halaman dalam penginapan dan berusaha memberi makan si rusa, tetapi dia dengan keras kepala menolak untuk makan. Seseorang di belakangku tertawa ringan, dan saat aku berbalik, kulihat Dewa Malam sedang berdiri di sana. Dia berkata, “Jangan beri makan dia, Jin Mi Xian Zi. Rusaku ini adalah ‘Hewan Mimpi Buruk’ dan hanya memakan mimpi, bukan rumput. Selama kau membiarkan dia di luar pada malam hari, dia akan mencari mimpi dan mimpi buruk untuk dimakan.”
Kutepuk-tepuk rusa kecil itu dan mendecakkan lidahku, berkata ramah, “Ini memang adalah pusaka milik Keluarga langit. Sangat menarik.” Tiba-tiba, rusa itu bersendawa, dan aku pun menggosok-gosok perut mungilnya. Mungkin dia sudah makan banyak mimpi dan mimpi buruk semalam, dan sekarang kekenyangan.
“Kedua tamu ini, sarapan sudah siap. Tuan iblis di dalam penginapan sepertinya sangat kelaparan, seluruh ekspresi wajahnya tak terlalu menyenangkan. Kedua tamu, silakan masuk dan makanlah.” Si iblis kecil menjulurkan kepalanya dari luar halaman.
Kukatakan pada Dewa Malam, “Kenapa kau tak makan lebih dahulu. Kupikir rusa kecil ini kekenyangan, jadi aku akan menuntunnya berkeliling halaman agar dia bisa mencerna makanannya.”
Dewa Malam tersenyum. “Boleh juga.”
Setelah dia pergi, kupijit sisi kanan dan kiri perut Hewan Mimpi Buruk, “Kau bisa memakan mimpi, tapi apa kau bisa memuntahkan mimpi? Muntahkanlah sebuah mimpi untuk kulihat.” Hewan itu menghindar ke kiri dan ke kanan, tetapi aku memutarinya, tak membuarkannya lolos, dan menggosok perutnya di sini dan di sana.
Hewan Mimpi Buruk mungkin memang makan terlalu banyak, dan pda akhirnya, dia benar-beanr memuntahkan sesuatu seukuran Mutiara Berkilau yang legendaries. Dengan riang aku mengulurkan tanganku untuk menusuk mutiara itu, tetapi mutiara itu tiba-tiba menghilang ke dalam tanah.
Dalam sekejap, sebuah gambaran tipis muncul dari tanah. Aku berjongkok di samping dan menonton, penuh dengan minat. Gambaran itu terlihat agak familier. Aku berpikir kembali dan sepertinya itu adalah tempat kami turun dari perahu kemarin, dermaga perahu pada Sungai Kelupaan. Melihat tepian Sungai Kelupaan, berdiri seorang pria elegan yang tinggi, merengkuh seorang gadis dalam pelukannya. Bayangan itu perlahan berubah, menyapu ke wajah si pria. Aku melihat dengan seksama, ternyata memang adalah orang itu, Phoenix.
Gadis itu bersandar di dada Phoenix, tapi aku tak bisa melihatnya dengan jelas. Aku hanya melihat gadis itu perlahan mengangkat kepalanya, sementara Phoenix menurunkan kepalanya. Keduanya saling berpandangan dalam waktu lama dan kemudian, wah, mereka berciuman.
Jadi, mungkin inilah ‘mimpi erotis’ yang pernah disebut-sebut oleh xian rubah.
Hewan Mimpi Buruk tidur di kamar Phoenix dan aku kemarin. Aku sangat jarang bermimpi, jadi mimpi erotis ini mungkin milik Phoenix.
Penuh dengan ketertarikan, aku mengamati pemandangan Phoenix dan gadis itu berciuman di sini, berciuman di sana, mencium di sini, mencium di sana. Mereka bersiuman sampai si gadis terengah dengan lemah lembut dan Phoenix akhirnya melepaskan dirinya, tetapi masih memeluk pinggang gadis itu dengan lembut. Gadis itu bersandar di dadanya bagai pohon dedalu yang tertiup angin, dan memutar wajahnya yang agak memerah.
Dia kelihatan familier.
Aku memakai kolam kecil di kebun untuk menatap bayanganku, untuk dibandingkan dengan gadis itu.
Akhirnya, kesimpulanku adalah bahwa gadis dalam gambaran itu kelihatan persis sepertiku.