Ashes of Love - Chapter 5
“Huh!” Sebuah suara yang memikat dan berat terdengar dari atas kepalaku. Aku sedang berjongkok di samping kolam dan mengangkat kepalaku, dan melihat seorang gadis yang mengenakan rok tipis sedang menodongkan pedang pada kedua orang di dalam gambaran mimpi. Gadis itu menggertakkan giginya dan berujar, “Katakan! Siapa gadis itu?”
Melihat penampilannya yang bermata merah menguarkan kebencian yang tak ditahan-tahan, tanpa sadar aku menutupi wajahku, dan kemudian teringat bahwa Phenix telah menerapkan sihir di wajahku, sehingga orang itu tak bisa melihat penampilan asliku. Kuturunkan tanganku dan menjawab, “Aku tak tahu.”
Mata gadis itu menilaiku dengan ragu-ragu, mungkin berpikir kalau aku kelihatan cukup tenang, jadi dia pun mengalihkan amarahnya pada gambaran di tanah. Menghunuskan pedangnya, dia membacok kepala gadis di dalam mimpi hingga terbelah dengan suara ‘ka-cha’.
Amitabha, kugosok bagian belakang kepalaku dan melihat bahwa adegan dari mimpi itu telah menghilang tanpa jejak setelah pedang gadis itu menebasnya. Tiba-tiba aku merasa bahwa gadis itu tidak terlalu baik, karena dia telah menghancurkan antusiasmeku dari menonton mimpi erotis.
“Kau itu menemani Dewa Malam, kan? Bicara! Di mana Dewa Api?” Matanya yang berbentuk almond terbuka lebar, sangat galak.
Sikapnya itu seperti… aku menimbang-nimbang sesaat, dia semestinya adalah musuh dari Phoenix, jadi dengan segera aku menjawab, “Ya.” Dengan mulus kuangkat tanganku dan menunjukkan jalan ke arah kanan untuknya, “Belok ke kiri, belok ke kiri, lalu belok kiri lagi. Bjalan lurus ke pintu di sebelah kanan, dia ada di ruangan itu.”
Gadis itu tak mengecewakan harapanku, dan sambil menghunuskan pedangnya, dia pun langsung berlari ke kiri.
Kutepuk-tepuk tanganku dan langsung menuju ke kanan, berjalan memasuki aula. Tetapi aku melihat bahwa Phoenix dan Xiao Yu Xian Guan sedang duduk berseberangan di depan sebuah meja bunga persik persegi panjang, masing-masing memegang secangkir teh segar berkualitas tinggi, tetapi makanan di atas meja tak tersentuh.
Saat menonton terungkapnya sebuah adegan, orang harus memerhatikan dan duduk dengan baik, dan pada adegan yang ini, Phoenix sedang menyanyikan bagian tokoh utama, jadi aku jelas harus duduk di seberang dia agar bisa melihat sedikit lebih jelas. Karenanya, tanpa ragu sedikitpun, aku memilih tempat duduk di sebelah Xiao Yu Xian Guan.
Aku baru saja duduk, saat Phoenix menaikkan matanya dan menatapku dengan dingin. Dia memerintahkan, “Kemari.”
Suara dari kata-katanya baru saja menghilang saat kudengar tirainya membuat suara ‘ba-da’, dan pertunjukan pun dimulai. Aku mengabaikan Phoenix, dan sambil memegang secangkir teh, aku un duduk diam di sana. Gadis yang mengenakan rok tipis yang sudah kutipu hingga berjalan berputar-putar itu akhirnya telah menemukan tempat yang benar. Phoenix tak sadar bahwa musuh besar ini sudah akan mendatanginya, jadi dia hanya mengerutkan alisnya dan memelototiku.
Aku melihat gadis itu mengangkat pedangnya dan bergegas kemari, tetapi ketika dia melihat kami, dia jadi terbengong-bengong. Dia lalu membungkuk anggun untuk memberikan hormatnya, “Liu Ying memberi salam kepada Pangeran Kedua, Dewa Api, dan Pangeran Pertama, Dewa Malam.”
Xiao Yu Xian Guan membungkuk sedikit padanya, tetapi hanya tersenyum tanpa mengatakan apa-apa. Si Phoenix itu akhirnya mengalihkan tatapan dinginnya dari wajahku, dan melirik orang yang baru saja tiba. Di bawah tatapan Phoenix, wajah gadis itu memerah dalam sekejap.
Phoenix tersenyum samar, “Jadi ini adalah Putri Bian Cheng. Lama tak berjumpa, Apa Anda sehat-sehat saja?”
Aku sudah mengikuti Phoenix selama seratus tahun, dan memahami temperamennya dengan baik. Di hadapan semua wanita, dia dijamin akan berupaya sebaik mungkin untuk terlihat sopan dan halus. Ditambah dengan wajah itu, hati semua xian wanita serta gadis xian kecil pasti akan langsung berdebar untuknya.
Kali ini, putri ini juga tak mampu lolos darinya. Aku sudah melihat bahwa ekspresi di mata gadis itu bergetar saat Phoenix tersenyum memikat, dan sekujur tubuhnya sepertinya agak melemas. Burung kecil yang manis itu duduk di bangku kosong di sebelah Phoenix, sama sekali tanpa kebencian yang tadi dia tampakkan saat menghunuskan pedangnya. “Liu Ying tidak terlalu senang. Saat Pangeran Kedua turun ke Dunia Iblis, Anda bahkan tak memberitahu para hantu kecil, dan tinggal di penginapan jelek ini bersama dengan Pangeran Pertama. Orang lain akan berpikir kalau ayahandaku dan aku adalah tuan rumah yang tak punya pengertian.”
“Ada alasan bagus untuk ini. Kali ini aku datang ke Dunia Iblis bukan untuk berjalan-jalan dan meikmati pemandangan saja, tetapi aku datang untuk urusan resmi, jadi aku tak bisa pergi ke kediamanmu dan berterima kasih atas keramahtamahanmu.” Phoenix bergeser ke samping nyaris tanpa disadari.
“Apakah Pangeran Kedua punya seseoran gyang Anda kagumi, sehingga kami para gadis iblis tak mampu menarik perhatian Pangeran Kedua lagi?” Mata sang putri memerah, air matanya sudah akan tumpah, “Baru saja di halaman tadi, Liu Ying melihat gambaran mimpi yang telah ditelan dan dan dimuntahkan oleh Hewan Mimpi Buruk. Gadis di dalam mimpi itu sangat intim dengan Pangeran Kedua. Apakah dia adalah orang yang Pangeran Kedua sukai?”
Uhuk, uhuk, uhuk. Aku tersedak seteguk penuh teh dan terbatuk tanpa henti. Xia Yu Xian Guan mengulurkan tangannya untuk menepuk-nepuk punggungku dan melegakan pernapasanku.
“Gadis di dalam mimpi?” Ekspresi Phoenix menggelap, “Hewan Mimpi Buruk Pangeran Pertama bisa mencuri mimpi dan sekarang sudah jadi lebih kuat ya, karena dia bahkan bisa mencuri mimpi para dewa. Tidakkan dia takut akan melanggar hukum Langit, dibuang dari khayangan dan dipaksa kembali ke dalam samsara (T/N: siklus hidup dan mati yang penuh penderitaan)?”
“Kapanpun seorang dewa tinggi beristirahat, mereka biasanya memasang pelindung. Bahkan bila Hewan Mimpi Burukku memiliki kemampuan yang teramat hebat, dia takkan bisa memasuki pelindung. Apakah Dewa Api tak mengetahui hal ini?” Xiao Yu Xian Guan dengan tenang dan santai membelai punggungku lagi dan lagi.
Kukatakan “oh tidak” kepada diriku sendiri, merasa takut karena akulah yang telah membawa Hewan Mimpi Buruk ke dalam kamar tadi malam, menembus pelindung Phoenix, sehingga dia salah memakan mimpi erotis Phoenix. Kutatap wajah Phoenix yang sudah sewarna arang dan sedikit menggelengkan kepala, tak bisa berhenti terbatuk.
Phoenix sedikit menaikkan alis panjangnya, matanya yang panjang dan sipit memandangi tangan yang ada di punggungku yang dipakai Xiao Yu Xian Guan untuk melegakan pernapasanku, lalu memerintahkan padaku, “Kemari sekarang juga. Pangeran Pertama, sang Dewa Malam, sudah punya tunangan. Bila reputasinya rusak gara-gara kau, seorang xian pelayan kecil, bagaimana bisa Istana Qi Wu-ku menangani itu?”
Melihat bahwa ekspresi di matanya teramat menekan, kutundukkan kepalaku, dan dengan menekan batukku, aku pun berdiri di belakangnya. Barulah setelah itu ekspresinya jadi sedikit lebih santai.
Mungkin putri itu dibuat ketakutan oleh penampilan Phoenix yang mengancam, tetapi dia tak berani menyebut-nyebut tentang mimpi erotisnya lagi. Aku juga tak tahu bagaimana perasaan terdalam Phoenix yang sebenarnya.
“Saya sudah lama mendengar bahwa Kaisar Langit telah mengatur pernikahan untuk Pangeran Pertama, sang Dewa Malam, tetapi saya tak tahu nona muda yang mana pada dunia khayangan, bumi atau keenam dunia yang memiliki kehormatan besar ini?” Setelah terdiam sesaat, putri Liu Ying mengubah topiknya.
Setelah Xiao Yu Xian Guan mendengar perkataan ini, dia menurunkan kelopak matanya dan sebuah bayangan samar melingkupi wajahnya. Bibirnya menekuk dan dia pun berkata lirih, “Putri tertua dari Dewa Air.”
“Putri tertua dari Dewa Air…. Bukankah Dewa Air dan Dewi Angin masih belum punya anak?” Setelah kata-kata dari Putri Liu Ying itu terucap, sepertinya dia menyesal telah bicara, dan dengan canggung duduk kaku.
Jelas, perubahan topik ini tidak terlalu mulus. Dengan kata lain, Istri Surgawi Xiao Yu Xian Guan belum dilahirkan. Mengungkitnya seperti ini telah membuatnya sangat sedih.
Aku mengesah dalam hati, Song Zi Guan Yin Niang Niang (T/N: 送子观音娘娘 – adalah Dewi Kwsuburan) benar-benar tak memberi muka pada Keluarga Khayangan sama sekali.
Tetapi Xiao Yu Xian Guan dengan cueknya menguap dan berkata, “Hari yang cerah dan jernih ini, adalah waktu yang bagus untuk tidur. Kalian lanjutkan saja mengobrolnya, aku akan pergi tidur sebentar.” Sambil mengatakan ini, dia bergerak dan dengan beberapa langkah cepat dia pun sudah menghilang, mungkin kembali ke kamarnya. Aku baru ingat kalau Xiao Yu Xian Guan adalah Dewa Malam, jadi dia tentu harus bertugas di malam hari dan tidur di siang hari. Tak heran sebelumnya Lao Hu pernah bilang kalau dia hanya keluar di malam hari.
Karena permohonan Putri Bian Cheng agar Phoenix tinggal di kediamannya tak membuahkan hasil, dia, yang sudah benar-benar kasmaran, menemukan sebuah kamar di dalam penginapan ini dan tinggal di sana. Putri Liu Ying ini tak lain adalah putri kesayangan dari Raja Yan Luo (Raja Yama, penguasa alam iblis / Neraka) Kesepuluh, Putri Keenam Bian Cheng. Begitu aktivitasnya diketahui, seluruh Dunia Ibis pun tahu bahwa kedua Pangeran dari Dunia Khayangan telah datang untuk menyingkirkan pengganggu dari Dunia Iblis, dan Putri Keenam mereka dengan telaten mendampingi keduanya. Karenanya, penginapan kecil ini menjadi ramai, hari demi hari. Para wanita yang kasmaran para iblis pun bergiliran memanggil mereka, nyaris seperti lentera kuda-melompat (T/N: lentera dengan gambar-gambar yang berputar).
Dengan hati-hati aku menyimpulkan: Di khayangan dan di bumi, jelas tak seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Phoenix dalam kemampuannya menarik ‘bunga persik’.
Terlebih lagi, seekor monster iblis, Qiong Qi sedang bertempur melawan hantu jahat, Zhu Jian; di mana yang satu akan melepaskan sekumpulan api iblis, yang lain bisa menciptakan wabah. Mereka bertarung sepenuh hati, tetapi selama pertempuran ini, mereka telah membunuh banyak manusia dan tanaman. Ini bukan urusan besar, tetapi pada akhirnya, para petinggi di khayangan mendengarnya dan bersama-sama, ketika Dewa Api dan Dewa malam menangkap keduanya, mereka jadi merasa agak disalahi. Karenanya, bahkan bila ada ratusan keluhan, tak ada tempat untuk menyampaikannya.
Phoenix memasukkan kedua iblis itu ke dalam sebuah labu, mengunci mereka dengan segel, dan setelah beberapa hari, mereka akan dihukum hingga abunya melayang dan asapnya terurai.
Phoenix dan Xiao Yu Xian Guan tidak terlalu adil. Ketika mereka pergi menangkap iblis, mereka membuatku tak bisa bergerak dengan sihir dan meninggalkanku sendirian di dalam penginapan, jadi aku melewatkan pertempuran yang hebat. Aku tak bisa melihat apakah Qiong Qi atau Zhu Jian itu bulat atau datar, tetapi aku hanya melihat Phoenix membawa pulang dua buah labu kuning cerah sendirian, karena Xiao Yu Xian Guan punya urusan resmi penting yang timbul pada saat-saat terahir, jadi dia sudah kembali ke Dunia Khayangan.
Phoenix sudah tak terlalu perhatian padaku, dan hari itu, mungkin suatu mantra iblis sedang diterapkan padanya, jadi tingkah lakunya kepadaku jadi semakin aneh. Dia jelas-jelas akan menatapku dengan sikap seakan alisku bukanlah alis dan hidungku bukanlah hidung, tetapi dia tetap memaksaku untuk tinggal di sisinya. Selain waktu dia pergi menangkap iblis pada hari ini, dia akan menggunakan sihirnya untuk menghalangi dan melacakku. Dia membuatku tetap tinggal di sampingnya, dan tak membiarkanku berjalan lebih jauh dari seratus langkah darinya.
‘Pepatah-pepatah’ itu memang sangatlah benar. Pepatah yang berkata: kebenaran itu berlawanan dengan mimpi. Jadi, aku mempertimbangkan tentang kebalikan dari mimpi erotis Phoenix yang secara tak disengaja telah ditangkap oleh Hewan Mimpi Buruk waktu itu, dan mungkin itulah perasaan dia yang sebenarnya.
Statusku pada saat itu hanyalah seorang pelayan tidak penting dari Pangeran Kedua, tetapi Putri Bian Cheng hanya melihatku sebagai gangguan di depan mata, dan selalu berusaha mencari cara untuk mengirimku jauh-jauh agar dia bisa menghabiskan waktu hanya berduaan dengan si Phoenix itu. Sebenarnya aku sungguh tak mau membantu dia, tetapi ini tak ada gunanya, karena Phoenix tak memahami pengertianku. Sihirku tak sebagus miliknya, jadi aku hanya bisa terus diam dalam penderitaan oleh pelototan marah dan galak dari Putri Bian Cheng itu besertaribuan iblis wanita lainnya.
Le Ting kadang-kadang mendesah dengan penyesalan, kapan seorang wanita akhirnya akan bisa mendapatkan hati Pangeran Kedua? Tetapi aku hanya mendesah pada diriku sendiri, kapan seorang xian ataupun iblis akan mampu mencabut Nei Dan Jing Yuan milik si Phoenix itu?
Tentu saja, kalau aku tak bisa mencabut Nei Dan Jing Yuan milik Phoenix, mencabut Nei Dan seorang iblis juga takkan terlalu buruk, dan sekarang, aku bahkan punya dua yang sudah siap. Pada malam ketika bulannya gelap dan anginnya kuat, serta puluhan ribu hewan buas sudah tertidur; aku mengambil kesempatan dari fakta bahwa Phoenix tak menggunakan rantai untuk menahanku. Karena dia baru saja kembali dari berduel dengan para iblis dan sekarang sedang beristirahat di kamarnya, aku pun menegakkan labu penyegel iblis kecil itu.
Menggumamkan mantra, aku mencari adanya sebuah bayangan di bagian dalam labu, tetapi aku hanya melihat sesuatu yang berwarna kelabu berbaring di dasar labu itu. Dia kelihatan seperti seekor tikus dari dunia fana. Matanya terpejam rapat dan dia menghembuskan napas tapi tak menarik napas. Napasnya tampak semakin melemah. Kukira lingli-nya yang di bawah standar jauh tak sebanding dengan milikku, jadi dengan berani aku melepaskan penyegel pada labu itu dan mengeluarkannya.
“Tiarap!” Tiba-tiba aku mendengar teriakan dari belakangku, dan melihat tikus itu membuka matanya dengan suara berdesis. Sepertinya ada puluhan ribu jarum terlontar keluar. Aku masih tak sempat untuk bergerak tetapi sesosok tubuh tinggi dan hangat melemparkan dirinya sendiri ke atasku, mendorongku ke lantai.
Pffft!
Suara senjata tajam memasuki tubuh terdengar dari atasku dan seseorang mengerang pelan. Aku tahu kalau itu adalah suara Phoenix.
“Cepat pergi dari sini!” Kudengar dada yang tengah menekanku memberikan seruan cepat dan keras. Dalam sekejap, aku merasakan benda yang menekanku itu menyingkir, dan aku pun segera memakai kedua tangan dan kakiku untuk berdiri.
Aku hanya melihat Phoenix yang mengenakan baju putih polos berdiri di depanku, dengan punggungnya menghadapku, dan seseorang berkulit putih yang jaraknya sepuluh langkah dariku sedang mengarahkan sebuah golok tombak ke angkasa. garis-garis darah di sudut mulutnya terlihat jelas, dan bila melihat dari warnanya, sepertinya itu adalah darah segar. Diam-diam aku menjerit ‘oh tidak’ dan berbalik, berniat kabur diam-diam.
Begitu aku selesai menggumamkan mantra terbang, jarum-jarum baja mulai terangkat dari tanah dengan suara bergemuruh, mengarah tepat ke pusat kakiku. Syukurlah aku berhasil menghindarinya tepat waktu. Karena melarikan diri sudah bukan pilihan lagi, aku memakai Ilmu Tembok Tak Tertembus, tetapi tembok yang dihasilkan dari mantraku memiliki jarum-jarum baja yang mencuat dari satu sisi. Tembok itu tak bisa ditembus, dan aku tak bisa kabur, jadi aku hanya bisa berbalik.
Phoenix mengangkat tangannya, dan seberkas sinar merah berkumpul di telapak tangannya. Mengamati dengan hati-hati, aku melihat bahwa itu adalah sekumpulan lidah api membara yang perlahan-lahan menyala, berkeredap suram bagai bagai teratai merah menyala. Di tengah-tengah cahaya merah itu, Phoenix berdiri tegak dengan bangga ke angkasa, jubahnya melambai-lambai tertiup angin.
Wajah orang yang memegang golok tombak menjadi lebih pucat pasi ketika bermandikan cahaya merah itu. Melihat bahwa Dewa kematian telah tiba, pupil matanya melebar dan dia pun tersandung-sandung ke belakang. Jarum-jarum baja di keempat sisi tembok terjatuh ke lantai, satu demi satu, seperti daun pinus yang layu. Jadi ternyata dia adalah iblis yang takut dengan api.
Tetapi, kenapa aku merasa seakan direbus dan dibakar di bagian baihui, houding, fengfu, dan tianzhu-ku (T/N: itu adalah titik-titik akupuntur pada tubuh) hingga ke seluruh bagian tubuh, sampai-sampai uap air menguar dari dahiku. Aku mulai kehilangan kesadaran dan akhirnya merasakan jenis rasa sakit yang sama dengan yang dulu pernah kualami ketika salah memakan telur-telur zhuque itu.
Mata Phoenix berkilauan, dan alisnya bertaut. Ditariknya tangan yang tadi dia angkat, cahaya merah itu dengan cepat menghilang, dan secara mengejutkan, aku bisa bangun lagi.
Orang yang sedang memegang golok tombak itu menghembuskan napasnya, dan tatapannya berpindah-pindah dari aku dan Phoenix. “Hahaha! Apa ini? Pangeran, sang Dewa Api tak mau memakai Api Neraka Teratai Merah untuk melawanku? Apa itu karena nona xian kecil ini takut pada api? Karena Dewa Api kini menampakkan kelemahannya terhadap wanita, jangan salahkan aku karena tak berbelas kasihan!”
Iblis itu memancangkan tatapannya dan ratusan ribu sinar laser pun ditembakkan. Sebagai balasannya, Phoenix membuat sebuah tembok pelindung, melingkupiku di dalamnya, dan berbalik untuk mencabut senjata tajamnya, dia pun mulai bertarung.
Senjata tajam itu adalah sebilah pedang, tetapi bukan pedang, dan mirip dengan golok, tetapi juga bukan golok. Senjata itu secepat kilat namun juga membanjiri seluruh ruangan dengan cahaya tujuh warna. Phoenix memainkannya dalam tarian yang sempurna, menangkis semua sinar-sinar laser itu. Tetapi dia tak tahu kalau itu sebenarnya adalah taktik untuk memancing harimau meninggalkan gunung. iblis itu memanfaatkan kesempatan ketika Phoenix sedang menangkis semua jarum, dan mengangkat golok tombaknya lalu menusukkannya ke arahku.
Mata Phoenix bergerak cepat, dan dia mengikuti di belakang si iblis, berniat menghentikannya, tetapi dia tak mengira kalau si iblis tiba-tiba akan berbalik, menusukkan golok tombaknya ke tenggorokan Phoenix. Licik sekali.
Kebajikan, kebajikan. Kututup mataku.
Aku mendengar iblis itu berseru dan membuka mataku untuk melihat, tetapi aku hanya mendapati Phoenix dengan lincah memutar tubuhnya untuk menghindari serangan. Dimiringkannya tubuh ke belakang dan mengangkat kakinya untuk menendang. Ujung sepatunya memperoleh hasil besar tanpa berupaya terlalu keras dengan menendang pusat pergelangan tangan si iblis. Iblis itu kehilangan kekuatannya dan golok tombaknya pun terjatuh ke lantai. Setelah Phoenix bersalto ke belakang, dia lalu melompat maju, dan dengan mantap mengarahkan senjata tajamnya di tangannya ke tenggorokan iblis itu.
Si iblis membuka matanya lebar-lebar, memancangkan tatapannya dan melepaskan jarum-jarumnya, berniat melawan sampai akhir. Tetapi dengan sekali puntiran jarinya, Phoenix memasang segel ke dahi iblis itu. Iblis itu memekik dan berubah kembali ke wujudnya semula, menyusut ke dalam penampilan seekor tikus seperti saat pertama kali aku melihatnya.
Kupandangi jarum-jarum yang menutupi lantai, dan sehembus angin bertiup masuk. Jadi jarum-jarum yang tadi dipakai oleh tikus itu ternyata hanya bulu rambut tikus kelabu keperakan. Phoenix mendengus dan menarik senjata tajam yang tadi dia hunuskan ke leher makhluk itu, tetapi ketika aku melihatnya lebih dekat, senjata itu ternyata sama sekali bukan senjata tajam, itu hanya bulu phoenix tujuh warna.
Oh astaga, jadi ketika mereka bertarung, senjata-senjata yang mereka pakai semuanya dicabut dari tubuh mereka sendiri? Lalu lama-kelamaan, bila mereka terus mencabuti bulu-bulu mereka sendiri, bukankah mereka akan jadi botak? Aku sudah pernah melihat seekor phoenix gosong sebelumnya, tapi aku tak tahu phoenix botak itu akan jadi seperti apa. Aku berjongkok di pojokan dan mulai membayangkan.
Suatu hal yang bagus bahwa kami para anggur tak punya rambut panjang.
—
Phoenix meletakkan tikus itu kembali ke dalam labu dan melepaskan pelindung di sekelilingku. Dinaikkannya tatapan untuk melirikku dan dengan patuh aku pun menundukkan kepala, menghindari sorot mata yang terus-terusan menghujamku. Sesaat kemudian, kuangkat mataku dan memandang Phoenix, penuh dengan kekaguman, “Pangeran Kedua telah menangkap tikus ini dengan sangat hebat, sangat hebat! Kali ini, Jin Mi telah dapat pengalaman.”
“Kau! ….”Phoenix kelihatan seperti napas dan darahnya tak mengalir dengan lancar, dan sesaat kemudian, dia mengibaskan lengan bajunya ke belakang. “Sudahlah! Katakan padaku dengan sejelas-jelasnya kenapa kau diam-diam melepaskan binatang iblis ini!”
Kuturunkan mataku untuk menatap ujung jari-jari kakiku. Dengan ragu-ragu aku berkata, “Untuk mengambil Nei Dan Jing Yuan-nya.”
Phoenix mengangkat tangannya untuk memijit dahinya. “Nei Dan Jing Yuan? Kau itu sudah beruntung karena dia tak berbalik untuk mengambil milikmu. Kalau aku tak datang melihatmu….” Dia hanya mengatakan separuh kalimat ini, tapi tiba-tiba menutup mulutnya. Suatu warna merah muda yang aneh merayap naik di wajahnya.
Aku memelototinya, entah kenapa merasa marah. Meski aku tak bisa mengalahkan iblis itu, aku tak sebegitu lemah sampai dia bisa mengambil Nei Dan Jing Yuan-ku. Wah, paling-paling, paling-paling, aku hanya akan berubah ke wujud asliku….
Phoenix melihat kalau aku sedang memandanginya dan warna merah muda itu pun menyebar ke seluruh lehernya. Aneh sekali. Biasanya, sorot matanya itu seperti bilah tajam pedang, tetapi saat ini, matanya sarat dengan cahaya jernih yang aneh, tetapi cahaya itu dengan cepat memudar. Setelah dia menggerakkan tangannya dan terbatuk pelan, wajahnya kembali seperti papan kayu dan dia pun mengulurkan tangannya untuk menyentil dahiku.
Aku terkejur dan berusaha menghindarinya, dan berpikir kembali tentang bagaimana Qiong QI dipaksa untuk kembali ke wujudnya semula dan menghabiskan seluruh kekuatannya setelah Phoenix menyentil dia di dahi. Aku tentu saja tak bisa mengulangi kesalahan itu. Tapi ternyata usahaku sia-sia, karena kekuatan Phoenix terlalu besar. Dia hanya perlu mencengkeram bahuku dan menyentil dahiku.
Dengan gemetaran aku menutup mataku, tetapi hanya merasakan ujung jarinya menyentuh pelan dahiku, seperti hembusan angin musim semi atau hujan. “Apa kau tak apa-apa? Barusan aku merasa agak panik dan lupa kalau kau berunsur air.”
Aku kan jelas-jelas tumbuh dari tanah, dasar Phoenix ini! Kubuka mataku dan sudah akan membalasnya, namun malan melihat noda darah di telapak tangan Phoenix, saling silang dan belang-belang.
“Tanganmu…?”
Barulah kemudian Phoenix mengikuti arah tatapanku dan membalik telapak tangannya untuk dilihat. Alisnya sedikit menegrnyit. “Mungkin aku dilukai oleh jarum-jarum demam Qiong Qi itu.”
Aku baru ingat tentang benda yang meluncur dari mata tikus kecil itu ketika Phoenix mendorongku ke bawahnya. Aku jelas mendengar suara sesuatu memasuki tubuhnya. Jadi Phoenix telah memakai tangannya untuk menghadang jarum-jarum baja tikus kecil itu demi aku.
Pada saat ini, sebuah suara ketikan pelan terdengar dari arah pintu. “Apakah Pangeran Kedua ada di dalam?” Suara itu begitu lembut dan memesona, mungkin itu Putri Bian Cheng.
Sebelum Phoenix menjawab, aku sudah menghampiri pintu dan dengan mulus membukanya.
“Liu Ying barusan mendengar suara perkelahian…. Aiya!” Putri Bian Cheng itu baru saja masuk dan mulai memekik was-was. Kukira ruangan penuh dengan bulu rambut tikus membuatnya ketakutan.
“Apakah Qiong Qi itu kabur? Apakah Yang Mulia Dewa Api terluka di suatu tempat?” Wajah Putri Bian Cheng penuh dengan perhatian dan dia berjalan mendekat. Phoenix sedikit bergerak mundur dan berkata, “Bukan masalah besar.”
“Tangannya tertusuk oleh beberapa jarum baja. Apa Putri punya perban?” Bagaimanapun, Phoenix terluka oleh jarum-jarum itu gara-gara aku, dan aku tentu saja harus memperbaiki itu untuknya, jadi aku pun langsung meminta perban dari sang putri.
Siapa yang tahu ketika sang putri mendengar kata-kata tersebut, ekspresinya langsung berubah total. “Apakah Pangeran Kedua terluka oleh jarum-jarum demam Qiong Qi itu?!”
Melihat sang putri bersikap seperti itu, apakah ada semacam rahasia mengenai jarum demam? Aku jadi merasa ragu-ragu.
“Liu Ying akan langsung pergi ke Dunia Bunga untuk memohon Ling Zhi Xian Cao (灵芝仙草, glossy ganoderma / Rumput Dewa Ling Zhi) demi Pangeran Kedua. Saya pasti akan kembali dalam empat puluh sembilan shichen (T/N: 1 shichen = 2 jam).” Putri Bian Cheng itu membungkuk kepada Phoenix dan dengan teramat cemas, dia memelesat pergi tanpa meninggalkan jejak.
“Tunggu dulu, Putri Bian Cheng….” Phoenix berusaha memanggil dan menghentikan dia, tetapi kalah cepat.
“Apa yang akan terjadi kalau kau terluka oleh jarum demam?” Kuangkat kepalaku dan bertanya pada Phoenix.
“Qiong Qi adalah monster iblis wabah dari Dunia Iblis, dan rambut kelabu di sekujur tubuhnya membawa ratusan penyakit menular yang berbeda-beda. Begitu memasuki tubuh seseorang, maka oran gitu akan terkena penyakit menular. Dalam kurun empat puluh sembilan shichen, lingli-nya akan dihancurkan.” Phoenix mengatakan hal ini padaku dengan entengnya.
“Ling Zhi Xian Cao bisa menyembuhkan penyakit ini?” Melihat sikap sang putri tadi, pastilah demikian.
“Ya.” Bulir-bulir keringat perlahan menetes dari dahi Phoenix. Bersandar di sebuah kursi, perlahan di pun duduk. “Tetapi Dunia Bunga memiliki dendam mendalam terhadap Dunia Khayangan. Pemimpin Bunga Pertama pasti akan menolak untuk memberikan tanaman suci itu.”
Lao Hu dulu pernah berkata, “Hanya orang-orang berwajah biasalah yang bagus. Kalau semua nytrisi dihabiskan untuk wajah, maka otaknya mungkin tak terlalu berguna.” Sekarang, aku sungguh-sungguh setuju, Phoenix mungkin memang seperti ini.
Pemimpin Bunga Pertama biasanya dibebani oleh beragam masalah, dan mereka ingin mengganggunya untuk segenggam rumput yang remeh. Mereka pasti kekurangan akal sehat dan jelas akan memancing kemarahannya. Kalau Pemimpin Bunga Pertama marah, dia pasti takkan bersedia memberikan rumput itu kepada mereka. Ini tak ada hubungannya dengan dendam lama antara dua dunia.
Terlebih lagi, itu kan hanya segenggam rumput. Kami bisa menciptakannya saja tanpa terlalu bersusah payah. Apa kita benar-benar harus membuat segalanya menjadi begitu rumit? Apa yang dikhawatirkan oleh Phoenix?
Kukeluarkan sehelai benang merah dari kantong di dadaku dan mengurainya di hadapan Phoenix. “Kalau aku bisa menumbuhkan Ling Zhi Xian Cao , bagaimana kau akan berterima kasih kepadaku?”
Dengan kaget Phoenix menatapku, dan setelah mengamatiku selama beberapa saat, dia hanya menutup matanya lalu bermeditasi, tak lagi memerhatikanku.
Dia meremehkanku! Dia jelas-jelas telah meremehkanku!
Dengan kemampuanku sendiri, kujumput benang merah dan membayangkan seperti apa bentuk Ling Zhi Xian Cao itu. Dengan pemikiran semacam itu, benang merah di tanganku berubah menjadi spora jamur dalam waktu sangat singkat. Jamur itu lalu mendarat di lantai, menumbuhkan akar, dan selama waktu yang dibutuhkan untuk meminum setengah cangkir teh, sepasang jamur cokelat kemerahan yang berkilau pun berkembang.
Dengan riang aku mengambil tumbuhan ajaib itu dan mengangkatnya ke depan muka Phoenix. Phoenix membuka matanya dan kelihatan sangat tercengang, ekspresinya berubah-ubah antara mendung dan cerah. Pada akhirnya, dia kelihatan seperti tak bisa tertawa ataupun menangis, dan berkomentar, “Ya, jamur shiitake yang telah kau tanam itu cocok sekali untuk dimasak.”
Kubelalakkan mataku, tertawa canggung, dan meletakkan kembali jamur shiitake itu. “Aku akan mencobanya lagi. Aku berjanji kalau kali ini aku takkan membuat kesalahan.”
Kau benar-benar tak bisa menyalahkanku atas hal ini, burung jalak dan burung gagak itu kelihatan sangat mirip. Bagiku, Ling Zhi Xian Cao, jamur shiitake, jamur kuping kayu hitam, semua keluarga jamur itu kelihatan terbuat dari cetakan yang sama. Perbedaannya sungguh tak terlalu banyak, jadi kalau sampai tercampur-campur itu bisa dimengerti.
Phoenix menyandarkan dagunya pada satu tangan, dan merundukkan matanya untuk mengamatiku saat aku berjongkok du lantai, menanam jamur shiitake, jamur kuping, jamur kancing, jamur jerami, jamur pohon teh… persis seperti api yang menjalar. Meski rona wajahnya sedikit pucat, suasana hatinya perlahan-lahan membaik. Lesung pipit di sudut mulutnya hilang timbul. “Kalau kau bisa menumbuhkan Ling Zhi Xian Cao, aku akan memberikan hasil pertapaan selama dua ratus tahun kepadamu. Bagaimana?”
Aku melihat kalau dia sedang meledekku, tetapi kami para buah tak boleh merendahkan diri kami sendiri ke tingkat yang sama dengan burung, jadi dengan lapang dada aku mengulurkan tiga jari dan mengisyaratkan, “TIga ratus tahun hasil pertapaan.”
“Baiklah. Tiga ratus tahun hasil pertapaan.” Lesung pipit Phoenix kembali terlihat samar.
Gunungan jamur itu berlipat ganda dan alirannya semakin bertambah, tetapi tetap tak ada jalan, ada sebuah desa yang penuh dengan pohon-pohon dedalu indah dan bebungaan. Setelah aku menumbuhkan sepuluh atau lebih jenis jamur dan dengan tanpa pikir panjang, seuntai leci, sebuah Ling Zhi Xian Cao yang montok dan tinggi yang penuh energi murni akhirnya berkembang di hadapan Phoenix.
Siapa yang tahu kalau wajah Phoenix malah akan menggelap dan dia mengulurkan tangannya untuk menangkap pergelangan tanganku. Sekilas cahaya dingin melintas di matanya, dan dengan menguarkan hawa dingin, dia berkata di telingaku, “Katakan! Siapa kau sebenarnya?”
Ini tidak benar, ini tidak benar, menakuti orang di tengah malam. Kugunakan tangan kosong untuk menyeka dahinya. “Wah, bulu rambut tikus ini bergerak sedikit terlalu cepat. Apa ada yang sudah memasuki otakmu?”
Ketika tanganku menyentuhnya, dahi Phoenix sepertinya membara dengan suhu yang menakutkan, tetapi matanya malah berkilau dengan lebih dingin lagi. “Bagaimana bisa seorang peri bunga kecil menumbuhkan Ling Zhi Xian Cao dari Dunia Bunga sesuka hatinya?! Katakan! Apa hubunganmu dengan Dewi Bunga yang sebelumnya?”
Kekuatan dari demam ini memang ganas, Phoenix sudah begitu sakit sampai-sampai dia mulai bicara sembarangan. Kekuatan supernatural Dewi Bunga yang sebelumnya disebut-sebut hanya ada di bawah Kaisar Langit, dan di atas semua dewa lainnya. Kalau aku bisa berharap punya suatu hubungan dengan dia, kenapa aku akan perlu tawar-menawar dengannya sekedar hanya untuk hasil pertapaan tiga ratus tahun?
Phoenix benar-benar tak terkendali, kekuatan tangannya tak berkurang sedikit pun akibat penyakitnya dan masih saja memegangi tanganku yang lain. Kalau aku tak menolongnya tepat waktu, takutnya sebentar lagi, nyawa Yang Mulia Dewa Api secara disesalkan akan harus berpisah dengan khayangan. Maka, jangan harap aku bisa mendapatkan hasil pertapaan tiga ratus tahunku. Pada saat ini, memukulnya hingga pingsan dan memberikan obat adalah hal yang terpenting.
Tetapi dia telah mengunci tanganku dengan begitu ketat, sampai-sampai aku bahkan tak bisa bergerak. Melihat wajahnya dari jarak begitu dekat, aku jadi punya sebuah ide. Kalau aku tak mampu memukulnya hingga pingsan, aku juga bisa menakutinya sampai pingsan.
Aku memanfaatkan kesempatan ini untuk mendongakkan kepalaku dan bergerak maju. Kutempelkan diriku ke wajahnya, dan membuka mulutnya. Kutahan bibir tipisnya di mulutku dan perlahan melingkarinya dengan lidahku.
Saat aku kembali menatap Phoenix, matanya sudah begitu bulat seperti telah disambar petir, dan hanya menatap kaget di tempat. Haha, jadi itu efektif juga, dia jadi ketakutan. Perlahan aku menarik tanganku yang telah dia lepaskan, dan melingkarkan lenganku ke leherku. Dengan satu hantaman cepat, aku memukulkan tanganku ke belakang kepalanya, dan akhirnya, Phoenix roboh dengan mulusnya ke lantai.
Aku menggumamkan mantra untuk memindahkan dia kembali ke dalam kamar dan membaringkannya ke atas ranjang. Aku memakai sulur anggur sebagai penumbuk dan menumbuk separuh Ling Zhi Xian Cao sampai lumat untuk diterapkan pada lukanya, sementara aku merebus setengah sisanya menjadi jus dan menuangkannya ke dalam mulutnya.
Untuk mencegah agar Phoenix tidak menarik kembali kata-katanya dan menolak untuk memberiku hasil pertapaan tiga ratus tahun itu begitu dia sadar, aku pun duduk di samping ranjang dan menjaganya. Setelah menjagainya dalam waktu yang diperlukan untuk meminum dua cangkir teh, aku melihat bahwa dia sedang tidur nyenyak. Aku jadi tak tahan untuk merasa iri, jadi aku juga bersandar ke ranjang, menutup mataku dan ketiduran.
Aku tak tahu sudah berapa lama aku tertidur, tetapi hanya merasa kalau dahiku agak gatal. Kukira ada seekor serangga yang perlahan merayap dan menjadi ketakutan. Selain ular, kami para anggur paling takut pada serangga putih kecil itu, karena begitu kami tertular serangga itu, semuanya jadi berantakan.
Aku pura-pura tertidur nyenyak, dan tiba-tiba mengulurkan tanganku untuk memencet serangga kecil itu sampai mati, tetapi ketika aku membuka mata, kulihat Phoenix merunduk di atasku, dengan jarak hanay selebar dua telapak tangan di antara kami. Wajahnya memerah, dan ada satu bagian terkejut, dua bagian ragu-ragu, tiga bagian kilasan cahaya yang berkilau, dan empat bagian ekspresi yang redup dan misterius. Benda yang kupencet di tanganku bukan serangga tapi ujung jari Phoenix yang mulus dan berkilau.
Situasi macam apa ini?
Aku tak mengerti tetapi terus memandanginya, dan dia juga membalas tatapanku.
“Apa yang sedang kalian lakukan?!”
Tepat saat kami sedang saling tatap, sebuah suara tajam menghujam kami sekuat tenaga.
Aku menolehkan kepalaku, dan di tengah-tengah pemandangan luar biasa di kamar, Pemimpin Bunga Pertama, yang kelihatan sama persis seperti sebelumnya, sedang mengenakan pakaian bagusnya. Tak ada sehelai pun rambut liar di sanggulannya, dan tangannya bersilang rapat. Di belakang roknya yang berkibar, dua orang pelayan bunga berdiri takzim dengan mata diturunkan, memegang tongkat-tongkat bunga di tangan mereka. Putri Bian Cheng berdiri tak jauh dari situ.
Aku belum melihat Pemimpin Bunga Pertama selama seratus tahun, dan begitu bertemu dengannya di Dunia Iblis hari ini, aku sungguh telah bertemu kawan lama dari rumah. Suatu kebahagiaan membuncah dalam diriku, dan aku tersenyum padanya, tetapi dia tak kelihatan senang sama sekali. Ekspresinya begitu gelap dan tatapan galaknya mendarat di tangan kananku, cepat dan bertenaga.
Kuikuti tatapannya dan melihat, wah, Phoenix sedang menggenggam tangan kananku. Samar-samar aku ingat kalau barusan tangan kananku lah yang telah memencet jarinya, kenapa bisa jadi seperti ini? Aku bahkan tak ingat sedikit pun sejak kapan jadi begini.
Dengan santai Phoenix melepaskan tanganku, dan membungkuk dengan tangan ditangkupkan kepada Pemimpin Bunga Pertama, “Pemimpin Bunga Pertama, Anda telah membuat saya tersanjung dengan kehadiran Anda, tetapi Xu Feng sedang kurang sehat dan tak bisa menyalami Anda dengan benar.”
Pemimpin Bunga Pertama mendengus tetapi sama sekali tak teralihkan. “Bagaimana bisa xian kecil ini berani menerima salam dari Dewa Api?” Dia lalu berpaling padaku, “Jin Mi! Kemari!”
Pemimpin Bunga Pertama memang selalu mudah marah, dan tidak mematuhi dia jelas-jelas bukan hal yang bijak. Dengan kecerdasan dan kepintaranku, tentu saja aku akan mematuhinya dan berdiri di sampingnya.
“Kau meninggalkan Shui Jing sendirian, dengan sembarangan memasuki Dunia Khayangan, dan melanggar aturan Dunia Bunga. Apa kau mengakui kesalahan ini?!”
Lagi? Rentetan kejahatan ini menerpaku sampai bintang-bintang keluar dari mataku. Bagaimana bisa ada begitu banyak aturan gara-gara meninggalkan Dunia Bunga?
“Ini bukan kesalahan Jin Mi Xian Zi. Dewa kecil ini telah emmasuki Dunia Bunga secara tak disengaja dan setelah bertemu dengannya, sejak saat itu dia terus menemani saya.” Phoenix membenarkan pakaiannya, dan bangkit dari ranjang.
“Orang luar tak seharusnya ikut campur dengan urusan internal Dunia Bungaku. Saya harus meminta agar Dewa Api mengendalikan kata-kata dan perbuatan Anda. saya tak bisa mengendalikan xian wanita maupun xian muda lainnya, tetapi Yang Muiia Dewa Api, jangan pernah berpikir untuk menyentuh seujung jari pun para peri ataupun pada xian wanita dari Dunia Bunga!”
Wah, Pemimpin Bunga Pertama sudah mengamuk.
Wajah Phoenix sedikit menggelap. “Dewa kecil ini tak pernah mengatakan apapun yang tidak hormat, dan Pemimpin Bunga Pertama seharusnya tak memercayai rumor semacam itu. Lalu untuk Jin Mi Xian Zi….” Dia berbalik ke arahku dan matanya berkilau dengan kecemerlangan yang memukau, “Dia memang telah mencuri hati dewa kecil ini.”
“Kau! ….” Wajah Pemimpin Bunga Pertama berubah hijau, dan dalam sekejap, Putri Bian Cheng tampaknya sudah akan menangis. Kedua xian pelayan kecil itu pun menatap dengan mata terbuka lebar.
Aku belum menyadari apa arti dari ‘mencuri hatiku’, tapi Pemimpin Bunga Pertama sudah membelit pergelangan tanganku dengan sulur-sulur bunga erat-erat.
“Xian kecil ini akan membawa Jin Mi pulang sekarang juga. Dewa Api tak boleh lagi memiliki harapan kosong seperti ini! Sejak saat ini kalian akan terpisahkan, dan takkan pernah bertemu kembali!” Mendidih, Pemimpin Bunga Pertama sedang mendidih.
“Pemimpin Bunga Pertama tak seharusnya bicara dengan kemutlakan seperti itu. Dewa kecil ini pasti akan mengundang Anda lain kali. Mungkin saya akan memanfaatkan kesempatan itu untuk meningkatkan hubungan di antara kedua dunia kita.”
Pemimpin Bunga Pertama mengabaikan Phoenix, dan sambil menggandeng tanganku, dia berbalik dan sudah akan pergi.
Tepat pada saat itu, tiba-tiba aku teringat kalau Phoenix masih belum memberiku hasil pertapaan selama tiga ratus tahun itu, dan kali lain kami bertemu, aku harus memintanya dari dia, jadi aku pun berbalik untuk bertanya padanya, “’Lain kali’ itu kapan?”
Setelah mendengar perkataanku, alis Phoenix sedikit berkedut. Cahaya terang di matanya berayun seakan tergantung pada seutas benang, dan lesung pipitnya tiba-tiba terlihat, bagai siraman hujan menerpa kolam yang dangkal, mengalirkan gelombang. “Lain kali adalah satu hari setelah besok.”
Pemimpin Bunga Pertama tak membiarkanku bicara lagi, dan serta merta dia menangkapku, melemparkanku ke atas sekuntum bunga teratai, dan terbang pulang ke Dunia Bunga. Tetapi kami tak kembali ke Shui Jing. Ketika bunga teratainya berhenti, Pemimpin Bunga Pertama melemparku ke atas setumpuk rumput segar. Aku berjuang untuk merangkak naik, tetapi aku melihat sebuah gundukan tanah makam yang diletakkan di antara bentangan mugwort.
“Berlutut!”
Sejenak kemudian, Pemimpin Bunga Pertama telah mengganti pakaiannya dengan rok kasa polos. Wajahnya tampak marah saat dia memerintahkan padaku, “Berlutut!”