Ashes of Love - Chapter 7
“Dalam kehidupan di dunia ini, hanya ada empat kesenangan – makan, minum, bermain perempuan, dan berjudi.” Wajah si dewa setempat merah menyala, lidahnya bengkak, dan dia sedang memegang secawan arak di satu tangan dan mencengkeram lengan bajuku dengan tangan yang lain. Terlihat begitu percaya diri, dengan tulus dia berkata padaku, “Tetapi kalau kita membicarakan soal benda yang ada dalam cawan ini, bila dibandingkan dengan ramuan rahasia Keluarga Tuan Muda Lian Guang, arak Dunia Fana yang tidak penting, itu, apa itu namanya. Oh, itu seperti kencing kucing yang dicampur air, dan sama sekali tak pantas untuk disajikan!”
Dengan sangat santai aku membiarkan dia menarik-narik lengan bajuku, dan dengan merendah meminta nasihat sambil tersenyum, “Selain makan dan minum, aku tak tahu kesenangan macam apa itu berjudi dan bermain perempuan? Ini adalah kali pertama Lian Guang kemari, dan saya harus meminta beberapa petunjuk dari dewa setempat ini.”
“hehe!” Dewa setempat itu tertawa penuh rahasia, “Saya tidak mengarang-ngarang hal ini. Apanya yang bagus dengan Khayangan? Tempat itu hanya sedikit hambar dan lebih sepi. Seni dan literature kelas atas memang bagus, tetapi bagaimana bisa dibandingkan dengan kesenangan yang sudah ada dalam kehidupan duniawi? Saya berhutang kepada Tuan Muda Lan Guang karena sudah datang ke tempat dewa kecil ini sebagai tamu, jadi tentu saja dewa kecil ini akan memberikan keramahtamahan sebagai tuan rumah!”
Seraya mengatakan hal itu, dia meraih tanganku dan berkata berani, “Ayo, ayo. Dewa kecil ini akan mengajakmu menemukan kesenangan!”
“Saya telah merepotkan Anda.” Kurangkapkan kepalan tanganku dan merapikan rambutku. Merasa begitu bebas, aku pun mengikuti si dewa setempat ke luar.
Selama setengah bulan saat aku tinggal di Dunia Fana, Run Yu Xian Guan bertugas di malam hari, dan pada siang harinya, selain tidur sebentar, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bermain qi, bermain zither, mendiskusikan puisi, juga mendiskusikan karya-karya klasik denganku. Dia menjagaku dengan sangat baik. Tapi kemudian, dijaga dengan terlalu baik juga ada kekurangannya. Tidak bisa meninggalkan halaman hari demi hari, memberiku ilusi bahwa aku masih terpenjara dalam Shui Jing, hanya saja aku telah dipindah ke tempat lain.
Dengan hangat Xiao Yu Xian Guan berkata padaku, “Ada banyak kekotoran di Dunia Fana yang mungkin bisa menodai inti abadi Jin Mi Xian Zi yang damai. Run Yu takkan bisa menebus kejahatan itu bahkan bila saya mati sepuluh ribu kali.”
Menodaiku! Nodai saja aku sekarang juga! Selama aku bisa keluar dan bermain selama beberapa saat. Tetapi meski hatiku menangis, di hadapan sorot mata Xiao Yu Xian Guan yang bagaikan air dan tulus, pada akhirnya semua berubah ke dalam satu kalimat, “Xiao Yu Xian Guan memang nenar.”
Beberapa hari terakhir ini, Xiao Yu Xian Guan telah disibukkan oleh suatu urusan resmi, dan pada siang hari, dia tak punya waktu untuk pergi bermain denganku, jadi dia hanya bisa meminta dewa angin dan air setempat untuk menjagaku. Leher bebek, bebek kering asin, bebek osmanthus, bebek air… aku tak pernah memilih-milih soal makanan, tetapi karena aku juga tak punya dendam besar dengan Klan Burung, aku pun meminta dewa setempat untuk menggantinya denagns esuatu yang lain, tapi wajah sang dewa setempat menajdi sarat dengan ketidakyakinan, “Tuan Muda Lian Guang tidak tahu, bebek adalah masakan paling enak untuk dipasangkan dengan arak. Sesaplah sedikit arak beras kuning, kunyah sedikit bebek osmanthus, dan itulah kepuasan hidup, kepuasan hidup!”
Si dewa setempat kecil ini kecanduan alkohol, tetapi kapasitasnya terhadap alkohol tidak terlalu bagus. Setiap kali, dia tak sanggup minum lebih dari sepuluh teko, sebelum lidahnya membengkak. Tanpa diduga, omongannya tak berkurang, tapi dia malah jadi lebih cerewet, seakan sedang menyemburkan biji, dia akan mengatakan lelucon-lelucon kotor satu demi satu.
Aku sudah mencicipi arak beras kuning itu, dan rasanya amat sangat tidak enak. Aku tak tahu bagaimana si dewa setempat kecil ini bisa meminumnya dengan riang gembira. Aku sungguh tak sanggup melihat dia mengacaukan dirinya sendiri, jadi secara khusus aku memakai bunga-bunga osmanthus di halaman untuk membuatkan arak baginya, menyadari bahwa aku bisa dengan mudah memukulnya hingga pingsan, tetapi dewa setempat kecil ini hanya meminum satu teko arak osmanthus saat kelopak matanya mulai turun, siap menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Oh, mengesalkan sekali. Bahkan bila aku minum dua puluh teko atau kendi, mungkin aku takkan merasa mabuk sama sekali. Sebelumnya di Shui Jing, para peri paling takut bila harus minum bersamaku, dan aku bahkan tak bisa menemukan teman yang berani minum denganku. Inilah yang disebut ‘berada di puncak itu sepi.’
Hari ini, setelah aku berencana untuk memukul dewa setempat itu sampai pingsan, aku ingin pergi ke luar dan sedikit menjelajah, tetapi siapa yang tahu bahwa dia dengan antusias malah menawarkan diri untuk mengantarku berjalan-jalan. Kupikir ini bagus sekali.
Lalu, dewa setempat itu memanfaatkan energi yang dipinjamkan oleh arak itu untuk mengajakku berputar-putar sampai kami sampai di depan sebuah toko kecil. Bagian depan toko kelihatan seperti sebuah toko kalin kecil, tetapi setelah memasuki toko, sang dewa setempat bertanya paa si penjaga toko, “Bagaimana dengan ikan segar yang dijual di sini?”
Cuping hidung si penjaga toko diserbu oleh napas mabuk beratnya, dan dengan susah payah, dia memantapkan benak dan dengan hati-hati mengamati kami dari atas hingga bawah. Dia berkata, “Kedua tuan muda ini, silakan ikut bersama saya.”
Tentu saja aku bingung, tapi aku mengikuti si penjaga toko kecil itu ke halaman dalam dan menuruni beberapa tingkat tangga, masuk ke sebuah ruang bawah tanah. Aku lalu menyadari kalau ini adalah sebuah dunia yang sama sekali berbeda, ruang bawah tanah ini terang benderang, dan tak kurang dari dua puluh meja persegi ditata dengan rapi. Empat orang duduk pada masing-masing meja, setiap orang memiliki sebaris potongan-potongan tofu bernomor di hadapan mereka, tampak memutar otak, sementara dua atau tiga menonton berada di sisi mereka.
“Taruhannya lebih tinggi, dan ada lebih banyak yang ahli. Kalau Anda ingin berjudi, Anda harus pergi ke sarang judi bawah tanah ini agar bisa menikmatinya dengan sepenuhnya,” ujar si dewa setempat ke telingaku. Setelah itu, dia meminta kepada si penjaga toko untuk satu set mahjong, yaitu potongan-potongan tofu, dna setelah dia menjelaskan secara garis besar aturan mainnya padaku, dia pun menarik dia orang manusia untuk mengisi sebuah meja bersama dan secara resmi memulai permainannya.
Dua shichen (1 shichen = 2 jam) kemudian, para penjaga sarang judi itu melemparkan si dewa setempat dan aku keluar ke jalanan. “Tuan muda ini, kami adalah sebuah bisnis kecil-kecilan. Kami tak bisa menahan orang kuat seperti Anda mengacaukan kami. Jadi saya harus meminta Anda agar jangan menghancurkan pintu kami lagi.” Pada akhirnya, si penjaga toko bahkan membungkuk tiga kali kepadaku.
Si dewa setempat kecil d sebelahku menatapku, matanya sarat dengan pemujaan. “Tuan Muda Lian Guang sangat hebat! Kemampuan berjudi yang luar biasa! Apakah wujud sebenarnya Tuan Muda Lian Guang adalah Dewa Kekayaan, Guan Er Ye?”
(T/N: Guan Er Ye / Tuan Kedua Guan juga dikenal sebagai Guan Gong atau Guan Yu. Dia dikenal sebagai dewa kekayaan juga dewa perang dalam salah satu versi legenda. Disebut sebagai Tuan Kedua karena dia menempati posisi kedua dalam tiga bersaudara angkat pada kisah TIga Kerajaan: Liu Bei, Guan Yu, dan Zhang Fei)
Dengan hati-hati aku teringat pada Guan Er Ye yang kulitnya lebih merah dari jujube, lalu membandingkan dia dengan penampilan putihku yang tanpa cela. Aku sama sekali tak kelihatan seperti dia. Urusan mahjong ini sama sekali tak menarik. Yang disebut-sebut sebagai ‘bermain melawan seseorang’ itu hanya menarik saat kau menang beberapa kali dan kalah beberapa kali, seperti saat aku bermain qi melawan Xiao Yu Xian Guan. Dia memakan tiga atau lima buah bidakku, dan aku mengepung lima atau enam bidaknya. Permainannya hanya menarik saat kami bergantian meributkan soal siapa yang menang, tak seperti mahjong ini, di mana setiap kali aku memerlukan sebuah kepingan tertentu, aku akan menarik kepingan itu. Aku memenangkan semua permainannya tetapi hanya mendapatkan beberapa benda putih kekuningan. Ini tak menarik sama sekali, terserahlah, terserahlah.
Kutepuk-tepuk pinggiran bawah jubahku dan dengan ogah-ogahan berjalan maju. Si dewa setempat kecil membawa benda putih kekuningan yang telah kumenangkan dalam dalian-nya dan berjalan pongah di belakangku. Karena aku telah mencoba ‘berjudi’, maka sebaiknya aku juga mengalami empat kesenangan yang terakhir yang pernah disebut-sebut oleh si dewa setempat.
(T/N: dalian adalah kantong persegi panjang yag biasanya digantungkan dari pundak atau pinggang)
Dewa setempat itu membawaku ke sebuah tempat bernama ‘Wan Chun Lou’ dan segera saja, aroma perona dan bedak muka menerpa kepalaku. Setelah merasa pusing selama beberapa saat, seorang wanita yang lebih tua dengan warna-warna cerah terpoles di wajahnya telah mencengkeram dewa setempat dan aku, memegang kami masing-masing di satu tangan “Oh! Lihatlah kedua orang Tuan Muda tampan ini. Silakan masuk, silakan masuk! Gadis mana ingin Anda berdua kenali?”
Si dewa setempat masih pusing akibat arak dan sudah cukup banyak berjalan, jadi dia pun terengah saat dengan santainya melemparkan dalian ke atas meja. Denagn mulut penuh dengan teh, dia berkata, “Untuk saat ini, panggil saja yang terbaik yang kau punya kemari.”
Wanita itu menyapukan matanya ke sudut kain dalian yang terbuka dan langsung menegakkan diri. Dengan suara melengking dia berteriak ke tingkat atas, “Mu Dan! Yue Gui! Ada tamu-tamu penting!”
Petir menyambar kepalaku dan aku pun menatap nanar. Pemimpin Bunga Pertama Mu Dan?!
Aku menarik si dewa setempat dan memelesat ke pintu, berlarian dengan liar. Aku tak tahu seberapa jauh aku lari, tetapi saat aku tak melihat seorang pun menunggangi bunga untuk menangkapku, aku pun berhasil mengatur kembali napasku.
Untung saja, aku berhasil bereaksi dengan cepat! Kalau Pemimpin Bunga Pertama menangkapku lagi, aku tak tahu bagaimana dia akan menghukumku. Syukurlah, syukurlah!
“Kenapa Anda melakukan itu, Tuan Muda Lian Guang?” Si dewa setempat kecil tak tahu keseluruhan ceritanya, jadi dia pun bertanya kasar padaku. Sebelum aku mampu membuka mulutku, dia menepuk-nepuk belakang kepalanya dan berkata, tercerahkan, “Xian kecil ini sungguh ceroboh, xian kecil ini sungguh ceroboh. Xian kecil ini sudah lupa apa yang disukai oleh Tuan Muda Lian Guang. Saya harus dihukum!”
Eh? Benda macam apa yang kusukai?
Si dewa setempat kecil tak memberiku kesempatan untuk menjelaskan dan membawaku ke sebuah tempat bernama ‘Nan Lou Xiao Guan’. Halaman kecil di balik pintu memiliki beragam tanaman anggur dan terlihat cukup elegan. Saat aku berjalan ke dalam, aku merasa ada sesuatu yang salah, tetapi aku tak bisa menemukan apa yang salah, sampai si dewa setempat kecil itu dengan berani melemparkan sesuatu berwarna emas ke atas meja dan kemudian dua orang pria berpakaian mewah namun putih dan lembut menempeliku, satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiriku. Aku lalu menyadari kenapa tempat ini tak terasa benar.
Ya! Aku melihat sekeliling, dalam Nan Lou Xiao Guan ini, pasangan-pasangan yang saling berpelukan semuanya adalah lelaki dengan lelaki.
Jadi ini adalah tempat untuk pasangan homoseksual.
“Apakah Tuan Muda Lian Guang senang dengan kedua pendamping ini?” Dewa setempat itu menyipitkan matanya dengan gembira, menyandar di punggung bundar sebuah kursi berlengan untuk minum teh. Kudengar suara lidahnya yang seperti terikat membentuk simpul, jadi tampaknya dia masih mabuk.
Dengan kering kutelan ludahku dan berkata, “Aku senang sekali.”
Karena aku sudah di sini, mungkin sebaiknya aku tinggal dan bersenang-senang sebaik mungkin.
Setelah menenangkan diriku, aku tak tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya. Takkan bagus bila aku membiarkan orang lain mengejekku karena tidak berpengalaman. Kutolehkan kepalaku dan melihat ke arah tirai di sebelah, tetapi aku hanya melihat seorang pria yang kelihatan seperti papan talenan memakai kipasnya yang terlipat untuk menaikkan dagu seorang pendamping muda di pangkuannya, dan berkata dengan tersenyum, “Ying Ge, biarkan aku menyayangimu sedikit lagi.”
Sekarang aku mengerti!
Tetapi, aku tak punya kipas di tanganku, jadi aku harus bagaimana? Jika aku menciptakan sebuah kipas dari udara kosong, takutnya aku akan membuat hampir semua manusia ketakutan sampai mati, jadi, dengan santai aku meraih sepasang sumpit dari atas meja teh di depanku. Kunaikkan ringan dagu pendamping muda yang menyandar pada lengan kananku dan sambil tersenyum, aku menarik napas, bersiap untuk mengucapkan kata-kata yang baru saja kupelajari. Siapa yang tahu kalau pendamping muda di sisiku dengan malu-malu mengangkat kepalanya, matanya menatap lurus ke belakangku, dengan rasa iri, kagum, syok, sekaligus bernafsu.
“Jin Mi?!”
Kuangkat kepalaku, tapi aku melihat Phoenix berdiri di pintu, mengenakan jubah hijau dan sepatu bot untuk menunggang. Ekspresi di wajahnya melampaui enam dunia dan samsara, sangat misterius.
Aku tersenyum padanya, “Kebetulan sekali, apakah Pangeran Kedua juga kemari untuk mencari kesenangan?”
“Mencari kesenangan?!” Phoenix mengulang kata-kataku bahkan tanpa adanya riak yang tidak pada tempatnya. Sehembus angin dingin dan kering menyapu belakang leherku. “Aku datang untuk mencarimu.”
Di aula besar, aku tak tahu mantra apa yang telah dia gunakan paa manusia-manusia itu, tetapi semua orang sedang menatap Phoenix dengan terbengong-bengong. Si papan talenan di balik tirai di sebelah menelan ludahnya dan berkata, “Produk terbaik, oh, produk terbaik! Sama memukaunya dengan makhluk khayangan!”
Oh? Aku terkejut, tak kukira akan ada orang-orang yang begitu berpengetahuan menyembunyikan diri mereka di pasar dunia fana saat ini. Hanya dengan sekali lihat, dia bisa menyatakan bahwa Phoenix adalah ‘makhluk khayangan’. Aku sungguh meremehkan papan talenan ini sebelumnya.
Saat itu sku setengah memutar leherku untuk bicara dengan Phoenix, yang cukup melelahkan dan aku baru saja bersiap untuk mengubah posisi ketika kulihat mata Phoenix menatap tanngan kananku dengan sorot gelap. Aku mengikuti tatapannya dan melihat, wah, tak heran tanganku pegal sekali, ternyata gara-gara mengangkat sumpit untuk menaikkan dagu pendamping muda itu.
Ekspresi di mata Phoenix berubah, dan kemudian, sumpitnya jatuh ke lantai dengan bunyi ‘klotak’. Dalam sekejap, api pun menyala, dan tak lama setelahnya, area itu jadi penuh dengan abu yang beterbangan dan asap yang membumbung. Pinggiran baju kedua orang muda yang ada di sekatku juga tiba-tiba terbakar, membuat keduanya ketakutan sampai terlompat lari, mungkin untuk mencari secangkir air untuk memadamkan apinya. Tetapi karena tidak waspada, tanpa disengaja mereka malah mengambil cawan-cawan arak di atas meja, dan dengan canwan itu, api pun menyala semakin tinggi.
Tirai-tirai kasa, kursi-kursi kayu, meja-meja bambu…. Semua benda yang mudah terbakar terlalap api dalam hitungan detik, dan barulah kemudian semua manusia di aula utama bereaksi: “ApI! Api! Cepat! Lari selamatkan diri!”
Dalam lautan api yang luas itu, di antara kerumunan orang yang menmekik dan menjerit serta berlarian ke mana-mana seperti tikus, Phoenix menatapku dengan api berkeredap di matanya, membuatku bertanya-tanya apakah amukan api yang benderang itu terpantul di mata Phoenix, atau apakah mata Phoenix lah yang menyulut lautan api yang membara itu.
Selain Phoenix, hanya dewa setempat dan aku yang tidak meninggalkan aula itu. aku tak bergerak karena ini hanyalah api biasa dan tak mampu melukaiku. Terlebih lagi, pelototan Phoenix terarah langsung padaku, membuatku takut untuk bergerak. Si dewa setempat tak bergerak karena dia sepertinya sudah pergi menemui Dewa Mimpi, tapi kukira dia yang separuh menutup matanya untuk berpura-pura tertidur terlihat sangat asli.
Apinya menyebar dengan cepat, dan dalam waktu singkat, seluruh gedung itu pun terlalap api. Phoenix akhirnya bergerak, dan dia segera terbang untuk mengeluarkanku dari lautan api, sementara si dewa setempat mengejar d belakang kami dan memekik, “Pangeran Kedua, terbanglah sedikit lebih pelan, terbanglah sedikit lebih pelan!”
“Iblis! Ada iblis!” Dua orang manusia memegangi kepala mereka dan gemetaran.
Phoenix menurunkanku di luar hutan bambu, dan aku melihat saat awan-awan hitam pekat melingkupi area itu. Setelah gemuruh guntur yang teredam datang bergulung, hujan badai pun dimulai, dan di bawah hujan sesaat itu, api yang memangsa gedung kecil yang letaknya tak terlalu jauh itu pun padam.
Menunggangi daun-daun bambu, seorang xian turun dari langit. Rambut hitamnya separuh terurai di bahunya, pakaiannya sederhana namun elegan, dan ekspresinya tampak damai, usianya sulit untuk ditentukan.
“Kalau dewa kecil ini tidak secara kebetulan lewat di sini hari ini, apakah Dewa Api hendak membakar habis gedung kecil itu dan membasmi seratus lebih nyawa yang ada di sana?” Meski dia tak memiliki gaya seperti Phoenix, tatapan menegur xian itu cukup menimbulkan kekaguman. “Khayangan dipercaya untuk melindungi kehidupan. Bahkan jangkrik dan semut juga masih dianggap sebagai makhluk hidup, melatih diri adalah demi menyelamatkan makhluk hidup dari air dan api. Dengan melanggar hukum para dewa dan memakai cara-cara sedemikian kejam, Dewa Api telah membuang-buang pelatihan selama sepuluh ribu tahun lebih ini!”
Phoenix menundukkan matanya. Setetes air hujan yang belum diseka mengambil kesempatan ini untuk menetes, meluncur ke lantai dan bunga pun berkembang dari tetesan itu. “Teguran dari Dewa Air memang benar. Xu Feng telah bersalah.”
Aku telah mengikuti Phoenix selama seratus tahun lebih, tapi aku tak pernah melihat dia begitu ketakutan dan mengaku salah seperti ini, mau tak mau aku jadi terkejut. Lalu, saat melihat bagaimana ekspresi wajah Phoenix di Nan Lou Xiao Guan barusan, sepertinya dia sudah ingin mengulitiku dan mematahkan tulang-tulangku. Kupikir amarahnya kali ini diarahkan padaku.
Maka, kurangkapkan kepalan tanganku dan membungkuk kepada dewa air itu, dan dengan sadar diri berkata, “Dewa Air begitu sopan. Tadi itu Dewa Api sudah bersiap-siap untuk membakar saya, tetapi secara tak sengaja serangannya luput, dan api pun membakar tempat itu. jadi itu bukan sepenuhnya kesalahan Pangeran Kedua.”
Meski aku tak mengerti kenapa Phoenix jadi marah, tapi dia itu memang punya temperamen yang aneh, jadi dia tak butuh alasan untuk marah. Merupakan kesalahanku sebagai target lah karena tak menemukan tempat bagus untuk berdiri dan dengan patuh membiarkan dia membakarku, sehingga kami pun jadi merepotkan orang lain. Meski aku, Jin Mi, tak punya kekuatan xian yang terlalu kuat, kualitas diriku sendiri cukup bagus. Terlebih lagi, kudengar bahwa sekarang orang yang berhutang lah yang menjadi tuan. Aku belum menerima hasil pertapaan tiga ratus tahunku, jadi aku harus terus menjaganya agar berada dalam suasana hati yang bagus.
Phoenix menaikkan kepalanya, dengan ekspresi rumit di matanya, dia berkata, “Membakarmu? Lebih baik aku membakar diriku sendiri saja….” Sorot menderita di matanya membuat seakan dia lah yang nyaris terpanggang saat ini.
Dewa Air menatapku, dengan sedikit terkejut, dan sesaat kemudian, kedamaian muncul di matanya dan dia pun berkata kepada Phoenix, “Saya harap Dewa Api akan menganggap masalah hari ini sebagai peringatan, ini tak boleh terjadi lagi. Untung saja, kali tak ada yang terluka. Kalau tidak, karena telah melanggar hukum Langit, tentu saja, akan ada hukuman Langit!”
Saat Dewa Air mengatakan hal itu, Xiao Yu Xian Guan turun ke dalam hutan dengan menggunakan cahaya bintang, dan setelah melihatku, dengan santai dia menginjak dedaunan dan mendarat pelan ke tanah.
“Run Yu memberi salam kepada sang dewa tinggi, Dewa Air.” Xiao Yu Xian Guan membungkuk kepada Dewa Air, sikapnya penuh hormat dan takzim.
Aku baru saja ingat, dewa ini yang penuh dengan penampilan, dewa ini yang penampilannya mengagumkan, dewa ini yang kata-katanya begitu bermakna, dan dewa ini yang sarat dengan ekspresi – Dewa Air ini sebenarnya adalah calon Gunung Tai (T/N: maksudnya calon ayah mertua. Ingat, Run Yu sudah dijodohkan dengan putri pertama Dewa Air) Xiao Yu Xian Guan. Dia benar-benar merupakan tetua yang berbobot, tak heran kalau Xiao Yu Xian Guan harus memanggilnya dengan penuh hormat sebagai ‘dewa tinggi’.
Setelah mendengar hal ini, Gunung Tai-nya Pangeran Pertama hanya bersuara “mmm” santai sebagai balasan, ekspresi di matanya amat kosong. Kami bertiga di hadapannya tampak tak ada bedanya dengan sekelompok manusia di toko kecil itu, dia benar-benar seorang dewa dengan pembawaan yang hebat.
Xiao Yu Xian Guan menegakkan tubuhnya, seakan telah terbiasa dengan hal ini.
Dewa Air mengangguk pada Phoenix dan Run Yu Xian Guan, dan dengan masih memijak daun-daun bambu, dia pun terbang pergi dengan tenang.
Dewa setempat kecil mengesah berat, “Hari ini, saya telah berjumpa dengan tiga orang Dewa Khayangan yang paling dihormati dan dipuja sekaligus, hidup ini sudah lengkap, lengkap!” Saat bicara, dia pun menarik perhatian Xiao Yu Xian Guan, yang menolehkan kepalanya dan menatapnya dengan sorot memperingatkan. Si dewa setempat kecil itu sepertinya langsung sadar dan dengan payahnya dia bergidik dan menyembunyikan diri tanpa disadari.
“Aku ingin tahu siapa pelakunya.” Phoenix menaikkan alisnya dan setengah menutup matanya, “Jadi itu adalah perbuatan Pangeran Pertama. Tak heran Xu Feng tak mampu menemukan dia. Apa niat Pangeran Pertama untuk menyembunyikan aroma Jin Mi di dalam kota ini bagaimanapun caranya?”
Xiao Yu Xian Guan tersenyum, “Jin Mi adalah teman Run Yu. Dia dikurung, jadi Run Yu tentu saja harus melakukan yang terbaik untuk membantunya.” Xiao Yu Xian Guang benar-benar amat menjunjung tinggi persahabatan, aku mengesah penuh kekaguman dan menatapnya. Dia juga menatapku dan berkata, “Meski, kenapa Pangeran Kedua mencari seorang peri bunga kecil dengan ketidaksabaran yang membakar seperti ini?”
Kelap-kelip, lidah api mungil di mata Phoenix berkilauan, “Semua orang tahu bahwa Pangeran Pertama hidup menyepi, dan tak peduli dengan apapun di luar lingkungannya sendiri. Aku tak tahu bahwa kabar yang kau dapatkan baik di khayangan dan di bumi ternyata begitu menyeluruh, kau bahkan tahu tentang setiap pergerakan Xu Feng dengan amat jelas.”
“Kita adalah saudara, kita harus saling peduli satu sama lain. Bagaimana kau bisa bicara dengan begitu berjarak?” tantang Xiao Yu Xian Guan.
“Oh? Karena kau telah mengatakan ini, kupikir kau pasti sangat jelas tentang bagaimana kedua puluh empat Pemimpin Bunga dari Dunia Bunga dengan sembarangan menganggap bahwa Xu Feng telah menculik Jin Mi dan ingin membuat masalah di Dunia Khayangan. Untuk alasan apa adikmu ini, aku, harus menanggung kesalahan Pangeran Pertama ini?” Suara Phoenix melayang bagai kepingan-kepingan es, dan dia lanjut berkata, “Pangeran Pertama telah menjaga teman ini, Jin Mi, memang dengan sangat hari-hati. Penjagaan Anda telah membawa dia ke tempat pelacuran lelaki yang amat menjijikkan ini!”
Wuyaya, kedua puluh empat Pemimpin Bunga mencariku lagi. Aku tak boleh membiarkan Phoenix mengungkapkan di mana aku berada. Dengan penuh kasih aku berjalan maju, menyela, “Kudengar bahwa makan, minum, bermain dengan pelacur, dan berjudi adalah empat kesenangan besar dalam hidup. Aku sudah membuat sejumlah arak osmanthus, kenapa kedua Pangeran tidak mencicipinya?”
Malam itu, bulan begitu gelap dan angin berhembus kuat. Mabuk adalah pilihan yang bagus.
“Makan, minum, bermain dengan pelacur, dan berjudi!….” Phoenix menggertakkan giginya, “Siapa yang mengajarimu itu?!”