Ashes of Love - Chapter 9
Memegang sehelai bulu ayam sebagai tanda otoritas, yang terdengar palsu saat didengar tapi nyata saat dilihat, ternyata frase ini bukan hanya kiasan klasik. Juga, ternyata Phoenix adalah seekor burung yang penuh dengan tanda otoritas, yang mana terasa tragis sekaligus mengagumkan.
Aku bukan Phoenix, karenanya aku tak punya kebiasaan menyelimuti diriku sendiri dengan tanda otoritas dan berkeliaran ke mana-mana. Aku tak tahu sebelumnya, tapi sekarang karena aku sudah tahu, tentu saja aku tak bisa lagi memakai bulu Phoenix sebagai tusuk rambutku. Jadi, setelah memasuki Gerbang Langit Selatan, aku mengubah sebatang sulur anggur untuk dijadikan tusuk rambutku dan menyimpan bulu Phoenix di dalam pakaianku.
Perjamuan Permaisuri Langit memang tidak biasa. Ada para dewa dari berbagai tempat, dengan gaduh dan riuh mengendarai awan dan melaju menuju Istana Awan Ungu. Awan yang kunaiki tidak terlalu besar dan hampir buyar sama sekali di luar gerbang istana, tapi untungnya Pu Chi Jun dengan cerdik dan tangkas membantuku dan aku pun mendarat dengan aman.
Istana dipenuhi oleh esensi suci para dewa. Aku menemukan sebuah tempat di bagian belakang dan duduk dengan puas. Pu Chi Jun mengambil sebuah bantalan di sebelahku, dan dengan duduk dengan penuh gaya. Aku melambai padanya dan berkata, “Pu Chi Jun menunjukkan jalan dengan sangat baik, aku puas sekali. Sekarang, Pu Chi Jun bisa kembali.”
Mata Pu Chi Jun sekilas tampak kaget. Dia berkata dengan nada sedih dan terluka, “Xiao Er Xian membakar jembatan setelah menyeberang dengan sangat cepat, aku sama sekali tak punya persiapan dalam hatiku!”
“Ah, kalau begitu Pu Chi Jun bisa mempersiapkannya sekarang. Hanya saja berapa lama waktu yang dibutuhkan Pu Chi Jun untuk bersiap?” Kami para buah biasanya murah hati, mudah bergaul, dan baik pada orang lain.
Pu Chi Jun menekuri dengan serius selama sesaat dan berkata, “Aku sangat lemah, takutnya sebelum satu atau dua jam, aku takkan mampu menerima perubahan ini dengan cepat.”
Kunaikkan alisku, dan Pu Chi Jun tertawa lebar lalu meneruskan, “Aku tahu tentang perbintangan dan ilmu bumi, aku tak hanya bisa menunjukkan kalan, aku juga bisa bicara dan menemani Xiao Er Xian, dan menghabiskan saat-saat membosankan dalam perjamuan ini.”
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling dan melihat bahwa di antara para dewa yang saling mengobrol satu sama lain, tak satu pun yang kukenali. Baiklah, kurasa aku akan membiarkan peri air ini sebagai teman mengobrol.
Pada saat ini, seberkas awan yang hampir tak terlihat mengambang masuk dari luar pintu. Seorang dewa wanita yang luar biasa camtik masuk dengan tubuhnya yang ramping bagai pohon dedalu. “Ini adalah Dewi Yao, dewi dari Gunung Wu, anggun dan berlekuk, dia adalah yang paling memikat di antara para dewi muda. Namun, meski berlekuk, pinggangnya dua puluh empat inchi, jadi dia punya kekurangan dalam hal kerampingan di pinggang.” Pu Chi Jun, yang pintar dalam ilmu perbintangan dan ilmu bumi, berkata di sebelahku.
Tak sesaatpun terlalu cepat kemudian, seorang dewi wanita lain yang terlihat lemah dan lembut pun tiba. “Ah, ini adalah seorang elit wanita dari Xiang Shui. Meski tangannya sedikit terlalu besar, namun sikapnya yang lemah lembut membuat banyak orang ingin memujanya. Para pria terutama menyukai tipe ini, bukankah begitu?” Pu Chi Jun memukul bahuku dan berniat mendapatkan persetujuanku. Kutatap elit wanita yang ada di antara dua xian wanita lainnya saat mereka berjalan begitu anggun seakan hendak jatuh, dan menganggukkan kepalaku dengan setuju. Pu Chi Jun lalu mendesah, “Tetapi tidak baik juga kalau begitu lemah seperti tofu yang akan hancur, sedikit tenaga masih tetap dibutuhkan.”
Saat tenaga disebut-sebut, kehadiran sebuah pedang pun terasa, dan masuklah seorang dewi wanita perkasa yang menyandang pedang. Alisnya yang tipis naik ke atas dan tatapannya begitu tajam. “Ah, yang ini adalah pengawal elit dari Tian Hai. Sungguh seorang pendekar di antara wanita!” Pu Chi Jun terus bergosip, “Tetapi karena sering menggunakan kekuatan militernya, ditakutkan bahwa tidak banyak dewa lelaki di dunia kahyangan yang akan mampu mendapatkannya.”
Setelah selanjutnya mengkritik penampilan dan sifat delapan hingga sepuluh orang dewi lagi, aku harus mengakui bahwa Pu Chi Jun adalah seseorang yang suka bergosip dan menghentikannya, “Pu Chi Jun sepertinya kenal cukup banyak sebagai perbandingan.”
“Memang!” Pu Chi Jun dengan penuh gaya mengguncangkan jubahnya dan memasang tampang kuar biasa pongah, “Berpikir bahwa buku ‘Kitab Penghargaan Agung Para Wanita Cantik dalam Enam Dunia’, yang dulu amat populer di enam dunia seluruhnya ditulis olehku! Namun sekarang, hanya ada satu buah salinannya. Sayang sekali bahwa para wanita cantik di masa sekarang telah banyak berkurang dan tak ada yang mendekati para wanita cantik di masa lalu. Hanya mengenang kembali Dewi Bunga Zi Fen, nah itu barulah kecantikan yang sejati, namun sayangnya para wanita cantik sealu memiliki hidup yang singkat.” Pu Chi Jun menggelengkan kepalanya dan meremas sikunya dengan putus asa.
Ah, Dewi Bunga, sang leluhur tua, aku memikirkan tentang batu nisan kecilnya, memang hidupnya begitu singkat.
“Pangeran Pertama sang Dewa Malam telah tiba! Pangeran Kedua sang Dewa Api telah tiba!” Para dewa kecil pendamping di luar istana mengibaskan kebutan ekor kuda dan melaporkan keras-keras. Pu Chi Jun dengan lancang meraih bahuku dan berkata penuh semangat, “Kabarnya Dewi Bunga itu….”
Mendadak, aku merasa bahwa bagian atas kepalaku ditutupi oleh awan gelap. Ternyata si Phoenix itu sudah duduk dengan penuh keagungan di salah satu tahta istana dan telah menaikkan alisnya serta memelotot padaku. Ah, lirikan tajam ini agak terlalu baik. Namun, entah kenapa lirikan itu tak kelihatan terlalu bersahabat, mungkin setelah sadar dari pengaruh alkohol, dia inagt bahwa aku sudah mencuranginya tiga ratus tahun hasil pertapaan.
Karenanya, seperti burung unta yang menguburkan kepalanya di dalam pasir, aku pun mengalihkan kepalaku ke arah lain dan berpura-pura tak melihatnya, membiarkan sorot matanya yang seperti pedang tajam menyabet kepalaku sesukanya.
Tidak masalah bila aku menolehkan kepalaku, tapi saat aku melihat Xiao Yu Xian Guan, tatapannya yang berbinar tampak mengambang ke sampingku dan di wajahnya terdapat ekspresi kekagetan yang ringan, seakan tidak mengharapkan untuk melihatku di sini, namun juga sudah memperkirakannya. Aku memberinya seulas senyum, tetapi tak disangka-sangka dia tak tersenyum, tapi malah tampak larut dapam pikirannya sendiri. Apa dia menyalahkanku karena telah memecahkan pembatasnya dan berlari sendiri ke Dunia Kahyangan?
“Dewa Air telah tiba! Dewi Angin telah tiba!” Si dewa pendamping kecil menjerit agak terlalu keras menurutku, hatiku merasa sedikit bersalah, dan setelah dia berteriak, jantungku pun nyaris melompat.
Seorang dewa yang elegan dan seorang dewi yang tampak bermartabat berjalan masuk dengan penuh keagungan, yang satu berjalan di depan dan yang satunya lagi di belakang. Dengan sopan mereka saling berusaha meminta yang lain untuk duduk terlebih dahulu, dan sesaat kemudian, sang Dewi Angin dengan enggan duduk duluan. Yang ini adalah pasangan di khayangan yang saling memperlakukan satu sama lain dengan rasa hormat seperti terhadap tamu.
“Pasangan yang tidak bahagia!” Pu Chi Jun berkomentar di telingaku.
Dewa Air tampak seperti kali terakhir aku melihatnya, sikap agungnya damai dan acuh tak acuh, sealan dia bisa memahami semuanya namun melihat segalanya sebagai bukan apa-apa. Dia memiliki tingkatan yang amat sangat tinggi dan aku jadi amat sangat iri.
Xiao Yu Xian Guan menundukkan kepalanya pada kedua dewa itu dan keduanya pun membalas sikap hormat tersebut.
Setelah semua acara saling hormat ini, sebuah iringan yang menakjubkan masuk dengan lantang dan megah. Berada paling depan adalah seorang dewi yang luar biasa memukau. Dia mengenakan topi bulu yang sangat mencolok. Menemani di sisi kiri dan kanannya adalah para xian wanita yang cantik dan hal ini telah menaikkan statusnya lebih tinggi lagi. Langka sekali hingga Pu Chi Jun pun tak memberikan kritikan apapun. Aku membatin – mungkinkah ini adalah bintang dalam acara ulang tahun ini, sang Permaisuri Langit?
Siapa yang tahu kalau ‘Permaisuri Langit’ ini akan dengan elegan berjalan ke depan tahta dan membungkuk dengan penuh gaya ke arah Xiao Yu Xian Guan dan Phoenix. Dia berkata, “Sui He dari Klan Burung memberi hormat kepada kedua Pangeran.” Ternyata dia bukan sang Permaisuri Langit, melainkan merak yang merupakan kepala Klan Burung – klan yang suplai makanannya telah diputus oleh para Pemimpin Bunga selama lebih dari sepuluh tahun. Namun sepertinya suplai makanannya telah dipulihkan, karena pipinya tembam dan merah, dan para xian burung di belakangnya tampak bertenaga dan sehat.
“Selain para Xian dari Dunia Bunga, tampaknya semua dewi dan xian telah berada di Pejamuan Ulang Tahun Permaisuri Langit ini,” Pu Chi Jun menggumam, “Jangan-jangan mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk menetapkan pernikahan Phoenix juga?”
Ah? Jadi, acara ini adalah untuk memilih seorang istri untuk Phoenix.
Seorang xian yang duduk di dekat kami membelai jenggot putihnya dan berkata filosofis, “Teman xian ini bicara dengan begitu keras, saya juga punya pendapat yang sama.”
Dalam sekejap, semua xian di sekeliling kami menolehkan kepala mereka dengan penasaran. Semangat pun meningkat, satu bicara satu mengiyakan, diskusinya menjadi sangat panas. Memang, tak peduli di kahyangan maupun di bumi, yang namanya gosip takkan pernah mati.
Aku mau tak mau jadi terpengaruh, dan dengan penuh semangat bergabung dalam diskusi, mendengarkan Pu Chi Jun membandingkan semua dewi dan xian wanita yang hadir hari ini. Aku melihat Phoenix sedang bicara dengan dewi merak di sebelahnya dengan suara rendah, tiba-tiba mendapat inspirasi.
“Aku bertaruh dua butir anggur kalau Dewi Merak akan menang.”
“Aku bertaruh sebuah cawan kumala kalau Dewi Dao akan menang.”
“Aku bertaruh sebutir pil dewa kalau Xian Pengawal Elit akan menang.”
“Aku bertaruh sebuah rumbai pedang bahwa Dewi Ji Guang akan menang.”
…
Selama sesaat, sekelompok xian berdiskusi panas seakan punya tujuh mulut dan delapan lidah, banyak benda dikeluarkan untuk bertaruh. Haha, semua benda ini pada akhirnya akan jadi milikku. Aku menatap Pangeran Kedua dengan puas. Phoenix berpasangan dengan Merak, dua burung yang megah, tak peduli bagaimanapun kau melihatnya, mereka sangat sesuai!
Seorang bocah xian kecil memegang sebuah ginseng di tangannya dan ragu-ragu hendak bertaruh untuk siapa, “Tapi, tapi Pangeran Kedua menyukai xian laki-laki, katanya dia punya seorang shutong yang benar-benar dia sukai, yang mengikuti dan menemani Pangeran Kedua, dan saat shutong itu merapal mantra untuk membuat dirinya menjadi seorang xian wanita hanya demi Pangeran Kedua, pangeran kedua pun membuangnya.”
Ah? Berpikir bahwa Phoenix adalah jenis burung yang bermain-main dengan seseorang lalu kemudian membuang mereka.
“Ah, omong-omong tentang hal ini, aku pernah dengar sebelumnya. Tapi, sepertinya shutong itu sebenarnya jatuh cinta pada Ji Du Xing Jun, dan Pangeran Kedua menjadi kecewa selama beberapa lama, dan itulah sebabnya shutong itu diusir dari istananya,” xian tua yang filosofis itu ikut-ikutan.
“Salah, salah, sepertinya shutong itu menilai dirinya sendiri terlalu tinggi, dan jatuh cinta pada xian yang sama dengan Pangeran Kedua…,” ujar seorang xian lain yang tak bisa menahan dirinya untuk ikut bergabung dalam percakapan sambil menggoyangkan kipasnya.
Pada saat ini, xian pendamping bersuara keras di luar istana telah mengibaskan ekor kudanya dan berseru, “Yang Mulia Kaisar Langit telah tiba! Permaisuri Langit telah tiba!”
Sebelum suara itu hilang, semua xian yang ada di aula yang penuh itu pun berhenti bicara, merapikan diri mereka sendiri, dan berdiri secara serempak. Dengan penuh hormat mereka menangkupkan tangan mereka ke depan dan membungkukkan kepala mereka untuk menyambut kedua orang dewa agung. Aku sudah hendak menjulurkan kepalaku untuk melihat apa yang terjadi tapi saat melihat semua xian berada dalam posisi ini, aku pun tidak lagi melihat ke sekeliling dengan tak tahu malu namun setengah menundukkan kepalaku, sehingga mataku masih bisa melihat sedikit lebih jauh.
Hanya dengan satu tatapan, matamu nyaris dibuat terpukau oleh cahayanya. Aku bahkan belum sempat melihat sang Kaisar Langit dan Permaisuri Langit, namun melihat sekilas cahaya yang membutakan. Aku memicingkan mata dan menyadari bahwa dia baris xian wanita sedang berjalan di depan membentuk formasi, masing-masing memegang sebuah kotak kaca yang menyimpan sebuah bitang yang baru saja terbentuk. Meski bintang itu baru saja mendapatkan bentuknya, kilau yang dipancarkannya tidak lemah, bersinar menembus kaca dengan sedemikian rupa sehingga siapapun yang menatap kilauannya akan menjadi pusing. Tidak heran kalau tak seorang xian pun yang berani mendongak! Mataku sakit dan pada akhirnya aku tak mampu menoleransinya, sehingga aku pun menundukkan kepalaku.
“Harap semua kawan-kawan xian tak perlu lagi bersikap terlalu resmi dan silakan duduk!”
Amitabha, setelah waktu yang dibutuhkan untuk membuat tiga poci teh, akhirnya aku mendengar sebuah suara yang mengesankan datang dari tahta besar menyuruh kami untuk duduk.
Dunia Bunga tak pernah punya begitu banyak aturan. Karenanya, setelah menundukkan kepalaku sedemikian lama, pembuluh darahku jadi sedikit kaku. Saat aku baru duduk, kurasakan kakiku melemah dan tubuhku menjadi bungkuk, dan aku pun terjatuh ke pelukan Pu Chi Jun yang lengannya bergerak lebih cepat daripada matanya. Setelah aku bisa duduk dengan benar dan mengangkat kepalaku, aku tak melihat Kaisar Langit ataupun Permaisuri Langit, tetapi pandanganku langsung mengenai sepasang mata Phoenix yang panjang dan sipit.
Bagaimana seharusnya aku menggambarkan tatapannya? Aku dulu pernah mendengar bahwa di dunia fana ada suatu teknik beladiri yang disebut ‘Tinju Amukan Api’, tapi aku tak pernah mendengar yang namanya ‘Mata Amukan Api’; dan aku juga mendengar di dunia fana ada teknik beladiri yang disebut ‘Tinju Badai Es’, tapi tak pernah mendengar tentang ‘Mata Badai Es’. Namun sekarang, secara pribadi aku berpikir kalau mata panjang dan kurus serta ekspresi Phoenix itu benar-beanr separuh amukan api, separuh badai es, saling bergantian, amat patut dipelajari.
Burung ini benar-benar pelit, aku kan hanya mengambil tambahan tiga ratus tahun hasil pertapaan!
Dengan muak aku memalingkan kepalaku, dan mengubah fokusku pada kedua orang dewa agung. Dewi yang ada di sisi kanan Phoenix mengenakan jubah sutra bersulam phoenix emas, dengan mahkota phoenix, pada mahkota phoenix itu terdapar mutiara emas yang menggantung di sisinya, sungguh menonjolkan auranya yang elegan dan megah. Sepasang mata phoenix yang panjang dan sipit sedikit berkilauan. Ah, melihat ekspresi genit ini, Phoenix benar-benar mewarisinya.
“Hari ini adalah perjamuan ulang tahunku, betapa langka karena semua dewa telah memberikan kehormatan pada acara ini dengan kehadiran Anda sekalian, membuat Istana Awan Ungu menjadi begitu sarat dengan semangat dan kehidupan. Saya merasa sangat senang.” Meski itulah yang dia katakan, aura pongah sang dewa agung menampakkan ekspresi berpuas diri seakan semua ini adalah hal yang sewajarnya.
Para dewa di bawah berkata serempak, “Bukan apa-apa, bukan apa-apa. Ini adalah keharusan, keharusan. Yang Mulia Permaisuri langit terlalu bersopan santun.”
“Silakan perjamuannya dimulai,” dewa agung yang satunya lagi mengumumkan. Aku mengamatinya, sebuah mahkota emas ungu, sabuk sutra putih, jubah berpola awan yang megah, ekspresinya tak terlalu kentara bila dibandingkan dengan Permaisuri Langit. Sorot matanya yang cemerlang tanpa disadari melengkung ke atas, ada garis-garis tawa di sekeliling mulutnya. Dia seperti memiliki aura seorang pemikat, sangat berbeda dengan patung Kaisar Langit yang diletakkan di kuil-kuil kecil di dunia fana.
“BIla bicara tentang kemampuan dari semua dewa lelaki, siapa yang lebih menggoda ketimbang sang Kaisar Langit sendiri? Dia memiliki ‘bunga persik’ di mana-mana. Dirumorkan bahwa sang Dewi Bunga yang dingin dan tenang pun terpesona olehnya selama sepuluh ribu tahun.” Pu Chi Jun menepuk-nepuk bahuku, dan menatap Kaisar Langit dengan ekspresi yang sarat dengan kekaguman, “Kalau kami para xian laki-laki ini bisa mencapai tingkatan sang Kaisar Langit, maka kami akan mencapai puncaknya. Xiao Er Xian harus mengambil kesempatan ini untuk mengamati, kalau lain kali kau ingin mendapatkan hati seorang xian wanita, setidaknya kau akan punya seorang contoh dalam benakmu.”
Dia buru-buru meneruskan, “Tetapi, aku yakin kalau Phoenix yang sekarang memiliki potensi yang bahkan lebih besar ketimbang ayahnya. Tapi, kenapa Phoenix terus menatapku? Kecuali kalau apa yang dikatakan oleh para xian lain itu benar, Pangeran Kedua sebenarnya menyukai xian laki-laki!”
Pu Chi Jun menjentik sehelai rambut di depan dahinya, dan sambil mendesah dia terisak, “Aku selalu tahu kalau aku punya penampilan yang tidak biasanya, tetapi tak pernah kukira kalau selain para wanita, aku juga akan menarik kaum lelaki! Sayang, aku hanya menyukai gadis-gadis yang lemah lembut, dan akan harus mengecewakan cinta pertama Phoenix. Ah, ini sungguh berdosa. Xiao Er Xian, tidakkah kau setuju?”
Aku terdiam dengan linglung selama sesaat lalu menjawab kikuk, “Sungguh, memang berdosa….”
“Run Yu mendoakan kemakmuran dan umur panjang untuk Permaisuri Langit , “sebuah suara yang familier terdengar di seluruh aula. Kuangkat kepalaku dan melihat Xiao Yu Xian Guan mengangkat secawan arak ke arah Permaisuri Langit. Ternyata acara bersulangnya baru dimulai, dan karna Xiao Yu Xian Guan adalah pangeran pertama, tidak mengherankan kalau dimulai dari dia.
Permaisuri Langit menyesap sedikit dari cawan arak, matanya melebar dan dia pun berkata pelan, “Pangeran Pertama menjadi lebih sederhana, ini adalah perjamuan yang dihadiri oleh semua orang dewa, namun kau hanya mengenakan sebatang sulur anggur sebagai tusuk rambut. Aku bisa mengerti kalau Pangeran Pertama adalah orang yang hemat, tetapi orang lain mungkin tak mengerti sifat Pangeran Pertama seperti aku, dan takutnya mereka akan salah mengira bahwa Pangeran Pertama tidak memberi muka padaku. Lalu, mereka akan membuat beberapa rumor tentang kerenggangan di antara kita. Bagaimana menurutmu?”
Xiao Yu Xian Guan menghabiskan isi cawan araknya dan melontarkan seulas senyum menawan, “Permaisuri Langit telah salah paham. Tusuk rambut naga dari kumala putih, tusuk rambut bunga emas dari perak murni, tusuk rambut kumala hijau, semuanya mungkin merupakan benda berharga, namun itu hanyalah benda-benada materi. Bagi Run Yu, semua itu tak bisa mengalahkan nilai sebatang sulur anggur, sulur ini diberikan oleh seorang teman dekat dan memiliki arti khusus. Hari ini adalah hari ulang tahun Permaisuri langit, Run Yu pikir tidak ada lagi yang lebih sesuai pada kesempatan ini.”
Haha, kata-kata Xiao Yu Xian Guan semuanya adalah kebenaran, aku menyukainya.
Pu Chi Jun mencengkeram bahuku dan berkata, “Apakah teman baik Pangeran Pertama adalah Xiao Er Xian? Aku melihat sulur di kepalamu mirip dengan miliknya.”
Ah, mata Pu Chi Jun ini tidak bisa membedakan ya. Sama seperti bagaimana tidak ada dua orang di dunia ini yang serupa, tidak ada dua sulur anggur yang sama persis.
“Orang yang menemanimu pada hari itu di kedai teh adalah Pangeran Pertama? Kau dan Pngeran Pertama….” Pu Chi Jun terus-terusan menggelengkan kepalanya, “Aku selalu bilang kalau Kaisar Langit itu sangat genit, jadi perlu ada kekuatan penyeimbang. Dan kini sesuai dengan kata-kataku, siapa yang menyangka kalau kedua putranya sama-sama menyukai lelaki?”
Aku mendengarkan omongan Pu Chi Jun dengan rendah hati saat mendadak kulihat Phoenix menatap Xiao Yu Xian Guan dan ekspresinya menggelap dengan begitu cepat, dalam matanya ada sorot setajam pedang. Aku menatap sang Permaisuri Langit, ekspresinya tampak mendalam. Hanya sang Kaisar Langit yang tertawa dan berkata, “Sulur ini menarik, apakah teman dekatmu itu ada di perjamuan ini hari ini?”
Ekspresi Xiao Yu Xian Guan tak berubah saat dia berkata ringan, “Teman Run Yu bukanlah dewa maupun xian, hanya seorang peri, jadi dia takkan diundang hari ini.”
“Sayang sekali. Orang ini pasti adalah seorang pria bijaksana dengan filosofi mendalam, mengapa tak kau undang dia pada perjamuan selanjutnya?” ujar Kaisar Langit.
“Baik.” Xiao Yu Xian Guan membungkuk dengan tangan dirangkapkan lalu kembali ke bangkunya.
Seorang pria bijak dengan filosofi mendalam? Kugosok daguku, Kaisar Langit ini punya pandangan yang bagus, hanya dengan sebatang sulur anggur dia bisa melihat karakterku dan memberikan pengggambaran yang begitu akurat.
Phoenix sedikit menaikkan alisnya dan berpaling untuk bicara pada Xiao Yu Xian Guan. Pu Chi Jun tertawa dan menepuk bahuku, “Ah, Xiao Er Xian ternyata adalah peri. Jadi kau itu tingkatannya sama denganku!”
Phoenix yang melihat ini langsung berhenti bicara, dan tatapannya behenti di bahuku. Phoenix merapatkan bibirnya, dan dengan satu jentikan jarinya, sebuah kilau merah mungil yang seperti kunang-kunang terbang ke arahku dalam kecepatan tinggi. Sebelum aku sempat mengelak, kilauan merah itu telah melewati bahuku, tanpa meninggalkan jejak apapun.
Untung saja Phoenix luput, siapa yang tahu apa yang akan terjadi kalau sihir Phoenix yang hebat itu mengenaiku. Kutepuk dadaku, dan sebelum aku bisa merayakannya, aku merasakan sesuatu yang dingin menekan di belakangku.
Aku menggapai untuk meraihnya. Rasanya basah dan licin. Aku menekannya, terasa empuk. Panjang, dingin, empuk… kecuali… rambut di belakang leherku pun berdiri saat aku perlahan-lahan berbalik.
“Ular!”
Seekor ular bambu yang panjang telah menempel di punggungku. Aku buru-buru melompat. Kakek Buddha tolong aku, ini adalah musuh utama anggur. Sekujur tubuhku gemetaran.
“Ah?” Seorang berkata tidak senang dengan suaranya yang dalam, “Ada masalah apa dengan teman xian ini?”
Aku berbalik, dan melihat bahwa semua dewa di aula sedang duduk dengan nyaman dan menatapku yang tengah berdiri dengan sorot curiga. Permaisuri Langit menaikkan alisnya padaku, pasti dia lah yang tadi bicara.
Permaisuri Langit pasti punya temperamen buruk seperti Phoenix, jadi lebih baik bila mengurangi satu masalah, maka aku berkata, “Bukan apa-apa, haha, tidak ada yang penting.”
Aku berbalik dan mencari Pu Chi Jun untuk bertukar tempat duduk denganku, namun Permaisuri Langit memicingkan matanya padaku dan berkata tidak senang, “Boleh aku bertanya teman xian ini datang dari mana? Haruskah kau tetap mengenakan penampilan palsu saat menghadiri perjamuanku? Bisa kau tunjukkan dirimu yang sebenarnya?”
Seseorang terbatuk pelan.
Kusentuh wajahku, “Ah, sayang terburu-buru keluar dan lupa untuk berubah kembali.” Begitu Phoenix marah, dia bisa memunculkan seekor ular, temperamen Permaisuri Langit ini sama buruknya dengan Phoenix, jadi akan lebih baik bila aku tak menyinggungnya. Dengan murah hati aku pun melambaikan tangan ke wajahku.
“Tunggu!” sebuah suara yang terdengar seperti Phoenix berseru.
Dengan mulus aku berubah kembali ke penampilan asliku dan dengan kebingungan menatap Phoenix. Memangnya dia mau menunggu apa?
Pada dewa dalam aula, beberapa mengangkat cawan mereka di tengah udara, beberapa saling berdiskusi di telinga yang lain, beberapa diantaranya berhenti bergerak, seakan mereka telah terkena mantra pembekuan.
“Ss….” Seseorang menghirup udara dingin.
“Ss….” Si ular menghirup udara dingin.
Sesaat kemudian, sebuah suara tumbukan terdengar, cawan anggur seseorang telah jatuh dan pecah berkeping-keping.
“Aku terlambat, terlambat!” Pada saat itu, sesosok berwajah merona bergegas masuk lewat pintu istana. Melihat para dewa yang tak bergerak, dan mengikuti tatapan mereka padaku, dengan bingung dia mengamatiku selama sesaat, lalu terlihat seperti tiba-tiba tercerahkan dan memekik, “Ah! Bukankah ini Zi Fen dari Istana Seratus Bunga? Sungguh kecantikan yang sejati, menjadi semakin rupawan saja setiap kalinya.”
Begitu dia selesai bicara, semua dewa pun terkejut. Apapun yang ada di tangan mereka – cawan, kipas, sumpit, semuanya jatuh ke atas meja.
Bahkan bila tekadku kuat, aku juga merasa lemas, dan mengasihani para dewa di aula – kalau aku baru saja melihat seseorang yang seharusnya tidur dengan tenang di dalam kubur tiba-tiba melimpat penuh semangat di hadapan mereka, aku juga akan kaget. Penglihatan dan ingatan xian rubah semakin lama semakin parah saja.
Aku berjalan keluar dari balik bayang-bayang dan berdiri di hadapan xian rubah. Dengan baik hati aku meralatnya, “Yue Xia Xian Ren pasti sudah salah melihat, Dewi Bunga sudah lama meninggal.”
Xian Rubah mengamatiku lebih dekat dan tiba-tiba tersenyum, “Ah, jadi ini ternyata Jin Mi! Saat kau berdiri dalam kegelapan, aku hanya bisa melihat siluet yang tidak jelas. Ingatanku ini buruk, aku hanya bisa ingat bahwa Zi Fen itu luar biasa cantik, dan lupa kalau ada seorang Jin Mi juga. Aku patut menerima hukuman.” Dia bicara begitu akrab denganku saat dia meraih tanganku dan mengarahkanku ke depan singgasana.
Di bawah kilau bintang-bintang dalam kotak kaca, aku bisa melihat ekspresi aneh sekaligus gundah di wajah Kaisar Langit perlahan-lahan berubah saat dia melihat wajahku dari arah depan – ekspresinya menjadi kaget dan curiga.
Lalu saat melihat Permaisuri Langit, yang mulanya adalah ekspresi waspada dan tak berdaya, dengan cepat berubah menjadi kecurigaan mendalam ketika dia melihat wajahku dalam cahaya.
Phoenix mengesah dan mencengkeram rambut di pelipisnya. Wajah Xiao Yu Xian Guan tak terbaca.
Dewa Air menatapku dengan terpana, cawan kumala putih di depannya telah jatuh dan pecah berkeping-keping, berserak sedih di depannya dalam genangan arak. Di sisinya, Dewi Angin yang anggun menelitiku dengan penasaran.
Melihat sekelompok dewa ini, aku langsung merasa sedih. Ternyata wajahku ini begitu mengagetkan, tak heran kalau para Pemimpin Bunga selalu ingin agar aku mengenakan Tusuk Rambut Penyegel Jiwa untuk menutupi penampilanku.
“Dewi ini adalah….”
“Dewi ini adalah….”
Kaisar Langit dan Dewa Air bicara pada saat bersamaan. Tak heran kalau mereka kelak akan menjadi besan, mereka punya kesamaan yang bagus.
Dengan mulus kugoyangkan lengan bajuku dan merangkapkan tanganku, “Saya adalah Jin Mi. Salam kepada Kaisar Langit dan Dewa Air.” Setelah bicara, aku baru menyadari kalau aku tak lagi terlihat sebagai laki-laki, jadi dengan kikuk aku menumpukan tanganku dan membuat gestur feminin.
Setelah aku bicara, para xian dari Klan Burung mulai berdiskusi dengan cepat, “Jin Mi? Apakah itu adalah peri yang menyebabkan klan kita jadi harus menanggung rasa malu yang tidak adil?”
“Di mana Jin Mi berlatih untuk menjadi dewa sekarang?” Kaisar Langit bertanya, separuh was-was separuh takut. Dia tampak sudah berjaga-jaga tapi sekaligus takut pada kekecewaan.
Ekspresi ini mirip dengan ekspresi Dewa Air.
Saat aku hendak menjawab, xian rubah dengan penuh semangat membantuku, “Kakanda, kau itu sedikit abai, Jin Mi tinggal di istana milik Xu Feng. Omong-omong, bisa dibilang kalau Xu Feng lah yang telah membesarkannya, dan dia dulu pernah menjadi shutong Phoenix selama beberapa waktu.”
Aku menatap angkasa, dan Phoenix terus menekan dahinya. Kaisar Langit kebingungan, Dewa Air terpana, semua ini sepertinya sama sekali tak disangka-sangka.
Para dewa diam-diam bergosip, “Shutong? Apakah itu adalah shutong yang telah menggoda Pangeran Kedua dan juga memiliki hubungan tidak jelas dengan Jiu Yao Xin Gong?”
Permaisuri Langit menatapku dingin dan bertanya pada Phoenix, “Di mana kau menemukan dewi secantik itu?”
Phoenix menatapku dalam-dalam, menampakkan keraguan dan kekhawatiran, seakan dia punya ribuan hal yang ingin dikatakan tapi tak bisa diungkapkan.
Xian rubah menjawab riang, “Jin Mi ini sepertinya dipungut oleh Phoenix.”
“Kata-kata Yue Xia Xian Ren terbalik, Pangeran Kedua lah yang dipungut olehku,” aku membalas, dan memutuskan untuk mendapatkan jasa di depan orangtua Phoenix, “Omong-omong, saya dengan malu saya berkata bahwa saya yang tak berguna ini telah menyelamatkan nyawa Phoenix dua kali.”
“Ah?” Ekspresi Kaisar Langit yang tak diduga-duga itu membuatku tidak senang, “Jin Mi Xian Zi pernah menyelamatkan Pangeran Kedua sebelumnya?”
Selalu akan ada orang yang lebih hebat, selalu akan ada langit yang lebih tinggi, selalu akan ada sesuatu yang lebih tak diduga dari yang tak terduga.
“Ya.” Langka sekali Phoenix jadi begitu jujur.
“Kalau demikian, Kaisar Langit dan aku harus berterima kasih kepada Jin Mi Xian Zi karena telah menyelamatkan Pangeran Kedua,” Permaisuri Langit mengucapkan terima aksih tapi matanya tetap tampak dingin.
“Butuh upaya yang melelahkan,” kataku sopan. Phoenix memicingkan matanya padaju, seolah dia merasa tidak senang.
“Bagaimana Jin Mi Xian Zi memungut… erm, bertemu Pangeran Kedua?” Sang Dewa Air bertanya sambil menatapku dengan penuh tekad, seakan dia ingin mencari sesuatu.
“Ah, di Shui Jing.” Begitu aku mengatakannya, aku langsung menyesalinya, berpikir tentang bagaimana para Pemimpin Bunga berusaha menangkapku kembali. Setelah mengungkapkan tempat ini, ruteku pun jadi terbongkar sepenuhnya.
“Shui Jing!” Suara Dewa Air terdengar semakin dalam dia pun mencengkeram ujung lengan bajunya erat-erat, seakan seluruh tubuhnya telah terguncang. Sungguh langka bagi seorang dewa yang begitu acuh tak acuh yang tak punya keinginan maupun hasrat untuk menjadi begitu terganggu secara emosinal. Tidak jelas seberapa bagus hubungan antara ayah mertua Xiao Yu Xian Guan itu dengan para Pemimpin Bunga, semoga dia takkan mengkhianatiku.
“Apakah Jin Mi Xian Zi adalah Dewi bunga?” Kaisar Langit bergerak maju, ekspresinya begitu tegang.
Kaisar Langit ini begitu jahat, dengan satu pertanyaan dia telah mengenai titik sensitifku – satu, aku ini bukan bunga, dua, aku belum berlatih untuk menjadi dewa.
“Bukan,” kataku setelah menenangkan diri dan berkata enggan, “Aku adalah peri buah.”
“Buah?” Dewa Air bertanya kaget.
Aku mengangguk, “Anggur.”
“Kalau aku boleh bertanya terus terang, berapa usia Jin Mi Xian Zi?” Kaisar Langit bertanya lagi dan ekspresi Permaisuri Langit pun menggelap.
Diam-diam aku berpikir kalau saja ada meja yang dipakai saat mengajukan pertanyaan di persidangan, aku pasti telah menjalani persidangan penuh. Karena Kaisar Langit memiliki tingkat paling tinggi di Dunia Kahyangan, tentu saja aku harus mempertimbangkan dengan hati-hati sebelum aku menjawabnya. Aku selalu mendengar bahwa makhluk hidup memperoleh pencerahan dalam waktu kira-kira seribu tahun. Dengan perkiraan ini, bagiku untuk menjadi peri anggur seharusnya telah menghabiskan waktu lebih dari seribu tahun. Dengan perhitungan ini, aku pun menjawab serius, “Setidaknya lima ribu tahun.”
Mendengar hal ini, Kaisar Langit, Permaisuri Langit, Dewa Air; ekspresi ketiganya pun langsung berubah.
Rasanya melalahkan sekali bila harus bicara sambil berdiri.” Xian rubah bergerak maju dan berbisik pada Kaisar Langit dan Permaisuri Langit, “Keinginan kakak ipar untuk menemukan istri bagi Feng Wa, aku juga bisa mengerti, tetapi nona ini punya kulit yang tipis, jadi kita harus bicara dengan hati-hati, mengerti?”
Tak memedulikan tampang aneh di wajah Kaisar Langit dan Permaisuri Langit, xian rubah dengan riang menarikku untuk duduk di antara Phoenix dan Xiao Yu Xian Guan.
Karena akhirnya aku bisa dudu lagi, aku jadi senang dan tersenyum saat duduk dengan nyaman, aku tersenyum pada Phoenix, lalu tersenyum pada Xiao Yu Xian Guan.
Setelah tersenyum-senyum seputaran ini, aku merasa kalau sekelilingku tidak benar. Bila dikurangi dengan lirikan-lirikan curiga dari Kaisar Langit, Permaisuri Langit, dan Dewa Air, semua dewa menatapku seperti sedang mabuk, sementara para dewi menatapku dengan marah sampai-sampai aku merasa kalau aku punya duri di sekujur tubuhku. Phoenix mendengus dingin dan mengibaskan lengan bajunya, sementara Xiao Yu Xian Guan meletakkan cangkir tehnya ke atas meja.
“Harap para dewa sekalian jangan terlalu sungkan. Hari ini aku telah menyiapkan arak dan makanan, silakan semua orang menikmati sepuasnya,” Permaisuri Langit berkata ramah dan memecahkan atmosfer aneh di dalam istana.
Seseorang dengan anggun mengangkat sebuah cawan arak kepada Permaisuri Langit, “Klan Burung mendoakan semoga Permaisuri Langit mendapatkan umur panjang dan keberkahan!” Seluruh xian burung mengangkat cawan mereka ke arah Permaisuri Langit. Sang dewi merak melambaikan tangannya dan dua ekor burung lima warna yang cemerlang terbang dari luar istana dan melayang saru putaran mengelilingi puncak istana – semua burung kayu yang berasal dari ukiran tiba-tiba menjadi hidup, dan menari bersama dengan burung-burung lima warna itu. Dalam sekejap, aula istana pun menjadi sarat dengan semangat dan kehidupan. Burung-burung lima warna itu lalu merentangkan sayap mereka dan terbang ke arah Kaisar Langit dan Permaisuri Langit, sesuatu jatuh dari paruh mereka. Ternyata itu adalah kuplet.
Sang dewi merak dengan elegan membacakan kupletnya.
“Bagus, bagus, bagus. Sungguh seorang gadis yang berbakti!” Permaisuri Langit menganggukkan kepalanya dan merasa sangat puas. Dia lalu berpaling pada Kaisar Langit dan berkata, “Tak mengharankan bila di dunia fana, mereka semua bilang kalau anak perempuan itu dekat dengan hati, kupikir itu benar sekali. Kalau Xu Feng memiliki setengah saja perhatian Sui He, aku akan merasa puas.”
Kaisar Langit menganggukkan kepalanya untuk menyetujui, namun hatinya seperti tak ada di sana.
Permaisuri Langit berpaling lagi pada dewi merak dan berkata, “Sui He, kau harus datang lebih sering ke Dunia Kahyangan, bagaimanapun juga kita berasal dari klan yang sama.”
Sang dewi merak menyatukan tangannya dengan patuh dalam gestur yang menunjukkan ‘iya’.
“Kau pasti sudah lama tak bertemu Xu Feng,” Permaisuri Langit menatap ke arah tempat dewi merak duduk, “Kita adalah satu keluarga tapi kau duduk begitu jauh, rasanya terlalu berjarak, kenapa kau tak duduk di sebelah Xu Feng? Aku juga akan lebih nyaman bila ingin bcara denganmu.”
“Baik.” Dewi merak meminum arak yang tadi dia pakai untuk mendoakan Permaisuri Langit dan setelahnya duduk di sebelah Phoenix dengan elegan. Dari belakang kepala Phoenix aku mengaguminya dan berpikir, lumayan, lumayan.
Setelah semua kejadian ini, perutku jadi lapar, maka aku pun mengalihkan semua perhatianku pada makanan di hadapanku.
Sang dewi merak benar-benar mematuhi keinginan Permaisuri Langit dan berpaling untuk bicara pada Phoenix dengan suara rendah, Phoenix juga membalasnya setiap beberapa kalimat.
“Yang Mulia, lihatlah Xu Feng dan Sui He yang duduk di sama, tidakkah mereka terlihat seperti pasangan dalam lukisan di kamarku? Hujan musim panas berderai, pasangan yang saling mencintai di bawah payung. Aku masih ingat nama lukisan itu, namanya ‘Zhu Lian He Bi (Mutiara dijalin bersama dengan kumala – Kombinasi yang Luar Biasa)’.”
Aku sedang makan dengan gembira tetapi begitu mendengar hal ini dari Permaisuri Langit, perlahan aku berhenti.
Wajah dewi merak memerah dan dia pun berkata genit, “Bibi menggoda Sui He.”
Phoenix mengernyitkan alisnya, hidungnya yang tajam sedikit menunjukkan kerutan.
Zhu Lian He Bi? Ini kedengaran familier, aku ingat kalau dalam buku yang ditunjukkan oleh xian rubah padaku terdapat lukisan yang bernama ‘Zhu Lian He Bi’.
Melihat wajah dewi merak yang begitu merah dan penuh dengan kecantikan yang merona, kecuali…. Aku pun berbalik dan bertanya, “Ah, jadi dewi merak dan Pangeran Kedua sudah melakukan pertapaan bersama?”
Phoenix tersedak, Xiao Yu Xian Guan terdiam, Dewa Air terkejut, Kaisar Langit syok, Permaisuri Langit marah, Dewi Merak tersinggung, xian rubah tersenyum.
Seluruh aula pun menjadi sunyi.
Dari indra keenamku, … ini adalah pertanda buruk.