Ashes of Love - Epilogue 2
Kami para buah memiliki nyali. Karena Phoenix mengabaikan keinginanku dan mengubahku menjadi genderang selama delapan hari, kuputuskan untuk tidak berurusan lagi dengannya. Pada hari-hari dimana aku tak lagi menggosok batu tinta untuk Phoenix, langit tampak lebih cerah, air tampak lebih biru, bahkan bunga dandelion yang beterbangan tertiup angin tampak lebih imut dan cerah daripada sebelumnya. Saat aku bosan, aku akan menonton opera dengan xian rubah, mendengar dia mengkritik ‘buku-buku musim semi’, waktu pun berlalu dengan cepat.
Hanya ada satu hal yang tidak bagus. Meski hari-hari di mana aku tak harus melihat raut wajah Phoenix itu bagaikan musim semi yang sempurna, tapi aku tak lagi diajari mantra-mantra sakti. Lingli-ku yang memang sudah rendah merosot lebih jauh daripada sebelumnya, dan karenanya kuputuskan untuk mengabaikan kegelapan dan mengikuti cahaya lalu ikut di bawah pengajaran Yue Xia Xian Ren. Aku meminta xian rubah untuk mengajariku beberapa rahasia untuk meningkatkan lingli-ku dan dia pun menyetujuinya dengan gembira.
Xian rubah dengan sangat resmi meletakkan beberapa jarum jahit dengan ukuran dan keebalan berbeda-beda di hadapanku, dan berkata, “Memasukkan benang ke dalam jarum adalah salah satu dasar meditasi dewa. Pikirkan tentang itu – kalau kau bahkan tak bisa memasukkan benang jahit ke jarum, bagaimana kau akan bisa memakai peralatan dewa yang berat dengan benar? Karenanya, sebuah jarum jahit yang baik merupakan peralatan penting bagi seorang dewa yang sukses.” Mengikutinya, xian rubah dengan riang menggambarkan semua jarum jahit yang dia agungkan dan simpan, dan dengan sangat mumrah hati menawarkan untuk membiarkanku mengambil sebuha jarum dan akan mengajarkan padaku bagaimana cara memasukkan benang merah ke lubangnya malam ini juga.
Aku sangat tak mengerti – penglihatan xian rubah aslinya memang tidak bagus, tetapi dia malah memilih memasukkan benang merah ke lubang jarum dalam kegelapan pekat malam di bawah kilau sebuah lentera kecil.
Saat aku bertanya padanya, mata xian rubah melengkung oleh senyumnya saat dia menjelaskan, “Aku merasa lebih terinspirasi di malam hari. Gelapnya malam memberiku sepasang mata hitam, dan aku ditakdirkan untuk memakainya demi menangkap perselingkuhan!”
Bagaimanapun, lingli ditakdirkan untuk tak memiliki hubungan dengan memasukkan benang ke lubang jarum serta perselingkuhan. Aku belajar memasukkan benang ke lubang jarum dengan xian rubah selama total sepuluh hari – lingli-ku tak meningkat sedikit pun tetapi penglihatanku sungguh mulai jadi sinting. Setiap kali aku melihat suatu tempat yang punya lubang, rasanya aku seperti kerasukan dan jadi coba-coba berpikir bagaimana aku bisa memasukkan benang merah ke dalamnya.
Tepat saat aku merenungkan apakah aku seharusnya meneruskan belajar di bawah bimbingan xian rubah, aku mendengar bahwa dalam dua hari kemudian istana Phoenix akan menggelar perayaan untuk ‘Festival Perahu Naga’ dari Dunia Fana. Festival itu dilakukan untuk merayakan keberanian seorang manusia untuk melompat ke dalam sungai dan naik menjadi dewa. Phoenix telah emmuji kemampuan sastranya dan mengundang dia ke istananya lalu menyuruh pawa pelayannya untuk merayakan sesuai dengan kebiasaan manusia pada Festival Perahu Naga.
Hal ini bukanlah sesuatu yang luar biasa, tetapi aku mendengar kalau akan ada zongzi (T.N: di Indonesia lebih populer dengan sebutan bakcang) pada Festival Perahu Naga – zongzi manusia dibuat dengan menggunakan daun pisang untuk membungkus nasi ketan dan daging atau pasta kacang yang haru dalam bentuk segitiga, namun zongzi di Dunia Kahyangan tentu saja tak sama dengan zongzi manusia, karenanya Phoenix dengan satu kibasan lengan bajunya telah mengumumkan, “Kita akan membungkus lingli.”
Lingli! Lingli yang bersinar menyilaukan.
Ada banyak macam isian berbeda untuk zongzi di Dunia Fana, ada daging cincang, telur asin, kenari, biji apricot… tentunya, zongzi di Dunia Kahyangan juga harus dibeda-bedakan. Zongzi yang paling rendah akan membungkus lingli sebanyak satu tahun, namun jumlahnya akan sangat banyak. Semakin banyak jumlah lingli di dalamnya, jumlah zongzi-nya pun akan semakin sedikit. Dan pada akhirnya, adalah Zongzi Kaisar.
Zongzi itu berisi lingli lima ratus tahun.
Lingli lima ratus tahun!
Itu adalah jumlah jangka waktu total Dewa Kera Yang Agung ditindih di bawah telapak Kakek Buddha. Kalau aku berhasil mendapatkan Zongzi Kaisar ini, aku bisa terbebaskan dari pelatihan yang begitu menyulitkan. Karenanya, aku langsung memutuskan kembali ke istana Phoenix untuk ikut serta dalam Festival Perahu Naga dan mendapatkan Zongzi Kaisar.
Pintu istana dibuka lebih awal pada hari kelima bulan kelima kalender lunar. Aku bergabung ke dalam kerumunan dan masuk. Ada beberapa zongzi hijau di atas meja seperti yang sudah dirumorkan – tetapi mereka semua kelihatan mirip, bagaimana orang bisa memastikan isi lingli yang terkandung di dalamnya?
Meski aku tak punya mata Dewa Kera Agung yang bisa langsung menentukan sifat alami dari segala hal hanya dengan sekali lirik, namun apa yang tak kumiliki dalam bakat, kutebus dengan ketekunan. Kupikir, aku akan terus makan saja, siapa yang tahu apakah aku akan makan sampai memakan zongzi lima ratus tahun itu!
Bagaimanapun juga, ada terlalu banyak dewa, xian pelayan, serta para dewi. Aku hanya berhasil meraih dua puluh zongzi. Tetap saja, jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang telah diambil sebagian besar orang. Dengan sangat puas, aku membawa zongzi-zongzi itu ke kebun belakang istana untuk memakannya dengan damai.
Aku memakan lingli satu tahun pada zongzi pertama. Meski hanya satu tahun, kupikir rasanya tidak terlalu buruk, empuk dan lengket dengan aroma wangi, patut untuk dimakan bahkan meski tak ada lingli di dalamnya.
Aku juga memakan lingli satu tahun pada zongzi kedua. Hal ini membuat hatiku jadi sedikit tidak nyaman, tetapi masih ada delapan belas kesempatan, kan?
Ketiga, keempat, kelima, keenam… dengan perut begah dan gigi digertakkan aku memakan yang terakhir….
Langit tidak adil! Dari yang pertama hingga yang kedua puluh, semuanya sama – jadi meski aku sudah makan sampai hampir muntah, aku hanya mendapatkan lingli sebanyak dua puluh tahun.
Hatiku merasa tidak rela dan aku membawa seperut penuh ketidakpuasan kembali ke istana utama, semua xian telah pergi. Aku berusaha mencari tahu dewa kecil beruntung mana yang mendapatkan Zongzi Kaisar tapi hanya menerima kabar kalau tak ada xian yang mendapatkannya. Hanya Hong Hai’er, putra dari Raja Kerbau itu yang telah mendapatkan zongzi berisi lingli seratus tahun.
Pada saat itu, aku tak bisa repot-repot merasa iri kepada Hong Hai’er, hatiku langsung membuat hitungan – berdasarkan pada analisis ini, Zongzi Kaisarnya masih belum dimakan, karenanya aku masih punya kesempatan! Aku berusaha mencari tahu di mana sisa zongzi-nya.
Aku menjumpai hasil yang mengecewakan, semua zongzi itu sudah lama habis. Barang-barang bagus secara alami akan dimakan, siapa yang akan mengambilnya tetapi tidak memakannya?
Pada saat itulah aku mendapati bahwa Pangeran Kedua belum memakannya. Dia hanya menyuruh pelayannya untuk menaruh zongzi itu di ruang belajarnya.
Tak ada jalan buntu bagi orang yang punya kemauan!
Aku melihat bahwa ruang belajar Phoenix memancarkan kilau cahaya dan dengan ragu mengetuk pintu.
“Masuk.” Suara dingin Phoenix terdengar bersamaan dengan terciumnya aroma wangi zongzi.
Kudorong pintunya hingga terbuka dengan penuh harap dan langsung melihat sebuah zongzi utuh di atas meja. Hatiku melambung tinggi dalam kesukacitaan dan berpikir bahwa Phoenix tak kelihatan semengganggu sebelumnya. Tentu saja, kalau dia mau memberiku zongzi ini, dia akan benar-benar menjadi pria paling sempurna di enam dunia.
“Jin Mi memberi salam kepada Pangeran Kedua,” dengan taat aku membungkuk.
Dalam kilauan berkabut, Phoenix mengangkat santai ujung mata panjang sipitnya. Melihat bahwa itu adalah aku, dia menurunkan tatapannya dan meneruskan membaca bukunya. Sesaat kemudian, perlahan dia membuka mulut emasnya, “Kudengar kau sudah memasuki perguruan Pamanku.”
“Mana mungkin? Yang Mulia Dewa Api pasti telah salah dengar. Bisa memiliki Yang Mulia Dewa Api untuk mengajari sendiri Jin Mi merupakan berkah dalam hidupku, mana bisa aku memasuki perguruan orang lain?” Dengan sangat serius aku menyangkal urusan ini.
“Ah.” Phoenix menaikkan kepalanya untuk menatapku, dengan lembut mengucapkan satu kata dan kemudian terdiam.
Dengan sangat alamiah dan akrab aku pun mulai menggosok batu tinta. Bila aku tak menunjukkan kesetiaanku sekarang, kapan lagi?
“Malam ini, aku hanya membaca dan tak membutuhkan tinta.” Dia menggenggam gulungan dengan satu tangan dan menyandar santai pada punggung kursi. Aku tak tahu apakah ini adalah persepsiku yang salah, tetapi kupikir aku melihat bibir tipisnya melengkung samar.
Dengan lembut kuletakkan batu tintanya dan mendengarkan dia bicara, “Malam hari begitu gelap dan perutku agak lapar. Kenapa kau tak memakai mantra yang telah kuajarkan padamu sebelumnya untuk menghangatkan zongzi ini sehingga aku bisa memakannya.”
Aku panik dan langsung berkata kepadanya, “Zongzi manusia itu rasanya sangat mengerikan. Ada bau aneh dari daun pisang pembungkusnya, nasi ketannya terlalu empuk dan jauh kurang enak untuk dimakan bila dibandingkan dengan nasi biasa. Nasi harus memiliki tulang punggung, nasi empuk itu nasi macam apa? Ditambah lagi, zongzi ini terlalu besar, kau akan tersedak kalau memakannya pada larut malam.”
Phoenix memicingkan matanya, lesung pipitnya terlihat lalu menghilang, “Berdasarkan pada kata-katamu, aku sungguh ingin tahu seperti apa rasa zongzi ini. Seberapa parahnya sehingga kau jadi tampak begitu menderita.”
Melihat tangannya meraih zongzi ini, bahkan tanpa berpikir, buru-buru kuulurkan tanganku dan meletakkannya di atas tangannya untuk menghentikan dia, “Bila Yang Mulia Dewa Api lapar, aku akan segera pergi ke dapur dan membuat sepiring kue bunga sepatu dengan tanganku sendiri untukmu. Kujamin kalau kue itu akan seratus kali lebih lezat ketimbang zongzi ini, dan kau takkan tersedak saat memakannya, bagaimana?”
Aku menatapnya lurus-lurus dengan penuh harap, namun siapa yang mengira kalau bukan hanya burung ini tak menjawab, wajahnya juga memiliki ekspresi terpana dan aku tak bisa menerka apa yang sedang dia pikirkan. Aku mengikuti tatapannya dan menyadari bahwa dia sedang menatap punggung tanganku. Dalam kecemasanku bahwa dia takkan setuju, kubalikkan tanganku dan kedua tanganku pun membungkus tangannya dalam telapak tanganku. Kuberi dia tatapan berbinar penuh kesetiaan dan bertanya lagi, “Bagaimana menurut Yang Mulia Dewa Api?”
Aku tak tahu apakah itu karena lidah api yang menjilat-jilat, atau karena pandanganku yang kacau gara-gara memasukkan benang ke dalam lubang terlalu banyak jarum, aku sungguh mengira kalau pipi Phoenix memiliki rona samar. Namun dia menatap tangannya yang tegenggam dalam telapak tanganku, menghindari tatapanku dan suaranya terdengar tidak normal saat dia dengan ringan mengiyakan, “Baiklah.”
Sungguh suatu suara yang indah dari Langit!
Aku mendorong tangannya dan segera membawa Zongzi Kaisar itu keluar pintu, “Aku akan menyingkirkan zongzi ini. Yang Mulia Dewa Api tunggulah sebentar dan kue bunga sepatunya akan segera diantarkan.”
Aku begitu cemas kalau-kalau dia akan menyesalinya sehingga begitu aku berjalan sampai di luar pintu, aku pun mulai berlari dengan Zongzi Kaisar itu.
Langit tak mengabaikan orang yang punya kemauan! Kutelan paksa zongzi itu ke dalam tenggorokanku. Memang, zongzi ini memiliki lingli lima ratus tahun! Aku begitu gembira, mimpiku malam itu memiliki aroma manis nasi ketan.
Tentu saja, ungkapan bahwa ‘Kebahagiaan Melahirkan Kesedihan’ itu bukan ungkapan kosong, karena aku begitu gembira pada malam itu sampai-sampai aku sama sekali lupa tentang kue bunga sepatu Phoenix….
Padahal itu hanya sepiring kecil kue bunga sepatu tetapi burung berhati sempit itu menyimpan dendam dan menghukumku untuk membuat kue bunga sepatu sepanjang tahun! Ditambah lagi, dia takkan memakannya di pagi hari atau di siang hari, jadi aku tak bisa tidur dengan benar selama setahun penuh! Seringkali aku harus membuat kue bunga sepatu di tengah malam.
Dan, kapanpun Phoenix memakan kue bunga sepatu, dia akan memakannya dengan ekspresi yang teramat berat dan serius, sungguh picik yang menyebalkan! Sorotan dari mata phoenixnya ketika dia menatap ke dalam mataku telah membuatku menggertakkan gigiku dengan kebencian!
Phoenix menyebut ini ‘memakai jasa untuk membayar kesalahanku’.
Tetapi, karena Zongzi Kaisar itu, kuputuskan untuk tidak berhati sesempit burung itu.