Ashes of Love - Epilogue 3
“Kau mau ke mana?”
Dengan lengan Yue Xia Xian Ren dikaitkan dengan hangat pada lenganku sendiri saat kami pergi ke luar, mendadak aku merasakan keringat dingin mengucur dari punggungku akibat sebuah suara sedingin es.
Saat aku menolehkan kepalaku, kulihat Phoenix berdiri di belakangku dengan bibir dikatupkan, si Phoenix yang seharusnya berada di ruang belajarnya. Pada saat itu, mendadak aku merasakan suatu perasaan ringan yang canggung di hatiku. Setelah berdehem dan bergumam selama sesaat, tiba-tiba aku teringat bahwa aku belum melakukan kesalahan apapun – hanya saja aku sering merasa lebih pendek sekitar tiga inci dari sosoknya, jadi kutengadahkan kepalaku dan menepuk-nepuk dadaku lalu berkata, “Menakutkan sekali! Kukira aku sudah ‘tertangkap basah di ranjang’, menakutkanku setengah mati….
Separuh wajah Phoenix langsung menggelap.
Xian rubah begitu ketakutan sampai-sampai dia kehilangan pegangan pada lenganku dan berkata, “Kami tak bersalah. Lebih putih daripada putih telur! Keponakan, kau harus memercayaiku!”
Separuh wajah Phoenix yang satunya lagi juga berubah gelap.
Xian rubah dan aku dengan gugup mengamati Phoenix saat dia menarik napas dalam-dalam, seakan berusaha mengendalikan sesuatu . Kemudian perlahan dia membuka mulutnya, “Jin Mi, aku pernah berkata kalau kau boleh menghindari memakai frase yang membutuhkan empat kata*.” (T/N: semacam pepatah Tiongkok yang seringkali terdiri dari empat kata, contohnya 打草惊蛇 / da cao jing she / memukul rumput mengagetkan ular (artinya tanpa sengaja membuat musuh waspada); dan sebagainya)
“Tapi….” Aku menatap pada ujung jari kakiku dan menggumam, “Tapi, aku merasa, aku merasa bahwa bila aku memakai lebih banyak frase-frase empat kata itu aku akan… aku akan kelihatan lebih terpelajar, elegan, dan orang-orang akan menghormatiku….”
Phoenix mengulurkan tangannya ke atas dan memijit dahinya. Ujarnya dengan sangat serius, “Aku tak berpikir kalau ‘tertangkap basah di ranjang’ bisa mengekspresikan keeleganan.”
“Kalau begitu bagaimana dengan ‘Plum Merah Keluar Tembok’ (T/N: berarti istri yang tidak setia)? Atau ‘Menanam Bunga Dan Rumput’ (T/N: berarti bermain-main dengan cinta)?” Aku merasa bahwa karena kami sudah menjadi suami istri, tentu saja semuanya bisa dirundingkan. Hal ini akan menunjukkan hubungan harmonis kami, karenanya aku berkata dengan nada merendah dan mendamaikan.
Siapa yang tahu bahwa begitu dia mendengar kata-kataku, urat-urat hijau di dahinya mulai berkedut dan dia pun berkata dingin, “Sejak saat ini, kau tidak diizinkan untuk memakai frase empat kata lagi! Kau akan diperbolehkan bicara hanya setelah kau menyadari artinya!”
Haih, hati seorang laki-laki itu seperti jarum di dasar lautan. Aku sungguh tak bisa mengerti dan memberinya tatapan balasan. Pada lirikanku, wajahnya langsung melunak dan dia pun terbatuk sebelum menyatakan, “Kalau kau mau, bukannya mustahil… tetapi saat ada orang luar, kau harus menahan diri sedikit, ya?” Setelah dia selesai, dia tampak sangat menyesali perubahan pendiriannya sendiri dan sedikit mengerutkan alisnya.
“Orang luar?” Wajah xian rubah berubah muram, “Xu Feng, apa kau berkata bahwa aku ini adalah orang luar? Ah, lelaki berubah menajdi tidak setia saat mereka bertambah usia. Berpikir bahwa kau dulu adalah seekor burung kecil yang lapisan bulu pertamanya belum terlepas dan betapa kau suka bermain di wismaku. Sekarang, kau membuat batasan dengan begitu jelas, aku sangat sedih… amat sangat sedih!”
Aku langsung merasa bahwa kata-kata ini sangat familier.
Phoenix hanya bersikap seakan dia tak mendenagr apa-apa dan menyela di tengah jalan, “Ke mana Paman berencana membawa Jin Mi?”
Nada dingin kesepian dari keluhan Yue Xia Xian Ren serta merta berhenti. Kemampuannya untuk berekspresi dan mendadak berhenti sungguh menakjubkan. Phoenix menyipitkan matanya dan perlahan memanjangkan pertanyaannya, “Ya?”
Xian rubah langsung menjawab dengan mulus dan jujur, “Tai Shang Lao Jun telah menyiapkan sebuah pil baru. Hari ini baru saja selesai! Aku membawa Jin Mi Kecil untuk melihatnya.”
“Itu benar,” aku menambahkan, “Tai Shang Lao Jun dan Yue Xia Xian Ren telah mengundangku untuk menguji pil itu hari ini.”
“Menguji pil?” ujung mata Phoenix terangkat, “Menguji pil apa?”
Mendadak aku menyadari sesuatu dan karenanya terdiam.
Tetapi, siapa sangka xian rubah malah menjawab riang, “Pil Tanpa Perasaan.” Menyabaikan ekspresi Phoenix yang langsung berubah gelap sepenuhnya, xian rubah terus saja menambahkan kayu bakar ke dalam api, “Kau tahu bahwa Lao Jun amat ketagihan dan terpukau oleh proses pembuatan pil – dia percaya bahwa tak ada pil di dunia ini yang tak bisa dia buat dan tak ada pil di dunia ini yang tak bisa dia pecahkan. Bagaimanapun juga dia tak pernah tahu kalau ada pil yang bisa membuat orang menghacurkan seluruh emosi – dia langsung merasa bahwa hal ini adalah noda besar dalam reputasinya, jadi dia mengerahkan segenap upayanya untuk menciptakan pil seperti Pil Tanpa Perasaan. Siapa sangka dia akhirnya telah berhasil membuat satu! Dia belum tahu apakah pil itu akan bekerja jadi dia mengundang Jin Mi untuk mencobanya.”
“Kau setuju?” Phoenix menatapku, seluruh wajahnya kelabu.
“Ya,” aku menjawab dengan suara sekecil lalat. Melihat wajah Phoenix, aku buru-buru menambahkan, “Kau tahu bagaimana aku lebih berpengalaman karena aku sudah pernah memakan satu sebelumnya….” Siapa yang tahu kalau wajah Phoenix akan berubah menjadi lebih menakutkan lagi sampai-sampai aku tak berani meneruskan.
Pada saat ini, aku sungguh berharap bahwa diriku ini adalah seekor lalat sehingga aku bisa terbang pergi.
“Kembali ke kamar.” Setelah mengucapkan perkataan tersebut, dia berbalik kembali ke dalam rumah. Dia lalu berputar kembali, dan saat melihat aku masih berdiri di tempatku semula, matanya menyipit dan dengan dingin dia menambahkan, “Apa? Kecuali kau ingin aku menggotongmu masuk?”
Menakutkanku setengah mati! Aku langsung mengangkat kakiku dan mengikuti di belakangnya.
“Jangan pergi! Jangan pergi!” Yue Xia Xian Ren memekik, “Phoenix, kau tak perlu begitu cemas, Lao Jun telah membuat banyak pil. Kenapa kau tak ikut juga? Kujamin semua orang bisa dapat satu pil!”
“Tak usah,” ujar Phoenix ringan dan menutup pintu.
Lalu, dengan cepat dia memutar tubuhnya dan aku jadi begitu ketakutan hingga segera bersembunyi di bawah penutup tempat tidur, “Ini… Phoenix… cuaca hari ini sangat bagus… sangat bagus… kenapa kita tak melakukan pertapaan berpasangan….” Aku hanya tahu kalau setelah melakukan pertapaan berpasangan, suasana hatinya akan menjadi sangat bagus dan sabar, dia akan menyetujui semua permintaanku, tak peduli seberapa banyak pun lingli yang kuminta, dia akan memberikannya… aku ingin tahu apakah hal itu akan berhasil untuk hari ini….
“Jin Mi! Kadang-kadang aku sungguh ingin mencekikmu sampai mati!” MElihat bagaimana dia perlahan mendesakku ke ujung ranjang, aku sungguh berpikir kalau dalam amukannya, dia akan mengambil kembali semua lingli yang telah kuakali darinya. Tetapi siapa sangka kalau dia hanya mengeluarkan desahan pelan dan akhirnya memelukku dalam dekapannya, “Kau itu sungguh… ah, kayu busuk yang tak bisa diukir.”
Mau tak mau aku jadi marah, jadi memangnya kenapa kalau aku ini adalah kayu busuk? Tetap saja ada ngengat tak pemilih seperti dia yang tak bisa melepaskanku dan selalu ingin menggigitku.
Tentu saja, pada akhirnya, kami masih menjalani disiplin mendalam pertapaan berpasangan… tetapi kenapa sepertinya hanya aku yang dilatih?
Malangnya aku yang harus menerima pembalasannya – setelah beberapa putaran, akhirnya dia melepaskanku saat aku yang tak bertenaga berbaring dalam dekapannya.
“Sebenarnya, Tai Shang Lao Jun telah menyiapkan Pil Tanpa Perasaan sekaligus dengan penawarnya. Tak usah khawatir kalau-kalau efek pilnya tak terpecahkan.”
Dia membuka separuh matanya dan dengan kejamnya menggencetku dalam pelukannya, “Bahkan bila dia telah menyiapkan sekuali penawar, kau tak diizinkan menyentuhnya separuh pun!”
Aku sungguh merasa kalau pada saat ini ada empat kata yang akan dengan sempurna menggambarkan dirinya, tetapi aku ingat bagaimana dia telah memperingatkanku supaya jangan memakai frase empat kata, jadi kuputuskan untuk membiarkannya saja.
Aku hanya bisa menggumam diam-diam di dalam hati: ‘Memperlakukan Pohon Seperti Prajurit*’.
(T/N: Frase yang berarti kau begitu penuh kecurigaan hingga salah menyangka pohon sebagai prajurit lawan.)