The Oath of Love vol. 1 [Bahasa Indonesia] - Chapter 15
22 Juli 2009
Meskipun kemoterapi Guru Lin kali ini tidak mengalami muntah yang parah, tetapi keadaan beliau layaknya seorang wanita hamil. Wajah Guru Lin pucat, dan nafsu makan beliau berubah dengan cepat. Satu jam yang lalu Guru Lin ingin makan bubur daging, satu jam kemudian beliau ingin minum beberapa jus.
Ketika aku kembali dari membeli jus, dari kejauhan aku melihat dokter Gu berdiri di ruangan suster perawat. Tiga orang suster perawat mengelilingi dokter Gu.
“Jarang beberapa divisi bisa berkumpul bersama. Mari kita pergi bersama malam ini.”
“Hotpot? BBQ? Bar? Karaoke TV? Kalian yang memilih tempatnya, aku yang traktir.”
“Dua lowongan yang ada di Departemen Radiologi harus diberikan kepadamu!”
Anak-anak muda sekarang ini, kehidupan malam mereka begitu penuh warna. ɿ(ʴ ᶫ)ɾ
Setelah semalam, aku telah mempertimbangkan untuk menjadikan dokter Gu sebagai rekanku dalam perang revolusioner yang akan menyelamatkanku dari nasib burukku. Aku selalu berpikir bahwa perasaan dokter Gu yang sesungguhnya hanya dapat diungkapkan jika kami menjadi dekat.
Maka ketika aku akan melewati ruangan suster perawat tanpa meliriknya sedikitpun, aku berharap mendengar ada yang berkata, “Ah, Lin Zhixiao, Direktur C menyuruhku untuk memberitahumu –“ aku berencana untuk minggir dan berpura-pura mencari-cari ‘seseorang’ yang mengikuti di belakangku, tetapi tidak ada orang lain di sekitarku. Akupun memperolok diriku sendiri – hal paling keji yang tidak mampu aku lakukan adalah melarikan diri dengan bantuan dari orang yang tidak bersalah, dan aku berharap ‘seseorang’ akan menyodok punggungku.
Dengan sedih, aku meneruskan melangkah maju tanpa melihat ke belakang dan kembali ke bangsal.
Setelah berbicara dengan ibuku mengenai pria idaman, ibuku menghela nafas, “Jadi kamu tidak dapat menemukan seorang dokter untuk dijadikan suami, memang ada begitu banyak godaan.”
Aku mengangguk setuju, dan tiba-tiba aku merasa sedikit depresi, seolah aku adalah selembar kertas yang kusut dan dilemparkan ke sudut.
===
11 Agustus 2009
Xiao Du kembali ke rumah sakit, kembali untuk mengirimkan permen kebahagiaan.
(Permen Kebahagiaan adalah manisan yang diberikan pada kesempatan yang menyenangkan.)
Aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh anak ini. Di rumah sakit, memegang sekotak permen, memberi masing-masing orang sebuah permen ketika dia melihat seorang kenalan. Bagian mana dari ‘mendapatkan sebuah pengakuan dari orang lain dengan memberitahukan kepada semua orang bahwa dia telah lulus’ yang harus dilakukan dengan membagi-bagikan permen?
(Editor: Wow bagian ini aneh … aku rasa maksud Lin Zhixiao adalah yang dilakukan oleh Xiao Du itu berlebihan.)
Namun, aku tidak cukup beruntung untuk melihatnya, aku juga menerima sekantong permen dari dokter Gu. Kantong itu terbuat dari kain broklat berwarna merah yang sangat meriah, dan entah kenapa pada kantong itu tertulis, “Untuk Kakak Besar Lin, yang jatuh dari langit.”
“Ini adalah apa yang diminta oleh Du Wenjun kepadaku untuk diserahkan kepadamu.”
Dokter Gu tersenyum hingga alisnya melengkung, “Memang lebih baik kamu tidak berada di tempat kejadian. Dia akan terlalu gembira dan memeluk juga menciummu di tempat.”
“?!!”
“Du Wenjun memperlakukan suster kepala seperti itu.”
“…” Tidak buruk, dokter Gu bahkan sekarang bisa menceritakan sebuah lelucon.
Kami telah saling mengenal satu sama lain selama setengah tahun. Meskipun dokter Gu selalu memberikan senyum yang cerah, senyum yang riang, atau senyuman kecil. Tetapi pada sebagian besar waktu, dokter Gu selalu berbicara secara formal. Hal itu hanya membuat orang merasa bahwa dokter Gu itu lembut dan ramah. Itulah mengapa aku selalu berpikir bahwa pria ini hanya dapat dilihat dari jauh dan tidak dapat untuk didekati.
Berbeda dengan di masa lalu, setiap kali kami berdua bertemu, kami harus melalui proses ‘tidak saling melihat satu sama lain selama sesaat, dari orang asing menjadi orang yang sudah dikenal dengan baik’. Pada saat ini, kedekatan kami sudah melampaui ‘keluarga pasien’ biasa, maka akupun bertanya dengan santai, “Cheng Yu ada dimana?”
“Cheng Yu dipindahkan ke departemen lain untuk melakukan magang. Apakah kamu membawakannya makanan lagi?”
“Ya.”
“Mengapa kamu tidak membawakan beberapa makanan untukku?” dokter Gu berbicara dengan suara yang terdengar tidak dibuat-buat.
Aku tertawa dan tidak menganggapnya serius, dan setelah dokter Gu berjanji untuk membantuku menghubungi ruangan suster perawat besok, aku berterima kasih pada dokter Gu dan pergi. Kemudian aku mengetahui bahwa kantong kain broklat untuk dokter Gu tertulis: “Jaga dirimu, Kakak Ipar.”
(Du Wenjun, tulisan tanganmu ini benar-benar …)
===
12 Agustus 2009
Setelah jam sembilan, aku kembali ke bangsal dengan memakai sarung tangan dan membawa sup ikan bakar yang baru saja matang. Aku bertemu dengan dokter Gu di koridor dan kami berjalan berdampingan kembali ke bangsal, “Oh, aku baru saja menelepon Departemen Psikiater. Cheng Yu mengatakan bahwa dia akan kemari setelah dia tidak ada pekerjaan.”
“Terima kasih –“
“Kakak –“
Aku menolehkan kepalaku dan melihat Xiao Yu yang tergesa-gesa menghampiriku, terlihat seperti burung layang-layang yang terbang di hutan. Tanpa sadar akupun minggir.
Pintu bangsal ada di sebelah kananku; seorang suster perawat sedang berdiri di dekat troli dengan kepala tertunduk karena sedang menulis beberapa catatan. Di atas troli itu ada botol-botol, cairan, dan jarum. Di seberangku adalah kantong sampah yang berisi jarum, pipa saluran infus, dan jarum suntik yang harus diganti.
Segera setelah aku minggir, aku menabrak suster perawat itu. Aku terkejut, maka akupun mundur. Sayangnya, aku terpeleset dan jatuh ke dalam kantong sampah itu.
“Ah!” suster perawat itu berteriak.
Dokter Gu dengan cepat mencengkram lenganku, menarikku ke dalam pelukannya, dan terhuyung-huyung mundur ke samping. Mangkok sup keramik yang kupegang jatuh ke lantai dan pecah menjadi empat bagian dengan mengeluarkan suara ‘bang’, “Apakah tanganmu terkena luka bakar?”
Aku menggelengkan kepalaku dan melihat sup ikan bakar yang jatuh di atas lantai, aku kehilangan kata-kata.
“Apa yang terjadi? Ada sesuatu yang terjadi?” suster kepala bergegas menghampiri kami.
“Tidak ada, tangan Lin Zhixiao tergelincir.”
“Apakah dia baik-baik saja?”
“Dia baik-baik saja.”
Sampai suster kepala berbalik dan melangkah pergi, dokter Gu akhirnya melepaskan tanganku.
Xiao Yu, yang berada di belakang kami, terengah-engah tanpa ekspresi dan bertanya, “Ai? Apa, apa yang terjadi?”
Aku kembali tersadar dan berbisik, “Tanganku tergelincir …”
Selama sepuluh menit berikutnya, di bangsal lorong pertama untuk operasi, dua orang gadis terlihat malu sambil membersihkan kekacauan tadi.
===
13 Agustus 2009
Sebelum meninggalkan rumah sakit, dokter Gu datang ke bangsal untuk meminta Guru Lin menandatangani prosedur terakhir untuk melakukan kemoterapi.
Sepanjang proses itu, aku melihat langit, melihat bumi, melihat udara, seluruh tubuhku merasa tidak nyaman. Seolah aku baru saja mandi dengan air mendidih, yang panasnya terjebak di dalam kulitku.
(Aku melihat langit, melihat bumi, melihat udara = Lin Zhixiao melihat ke semua arah dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.)
Ketika membersihkan kekacauan kemarin, Xiao Yu meratap, “Sebelumnya, Guru Gu bereaksi sangat cepat.”
“Ah …”
“Kakak, apakah kamu memiliki seorang kekasih?”
“Oh?” Apakah mungkin untuk mengubah topik pembicaraan ini?
===
Dialog Spesial:
Dokter Gu: Kamu bisa melakukannya perlahan-lahan.
(Kamu juga menunjukkannya dengan samar …)
Dokter Gu: Kamu tidak menunjukkan ekspresi apapun sepanjang hari. Apa lagi yang bisa aku lakukan? Aku tidak bisa terburu-buru begitu saja.