The Oath of Love vol. 1 [Bahasa Indonesia] - Chapter 21
Gu Wei hanya memiliki satu tempat tidur di apartemennya. Jadi, akupun merasa sangat gugup sampai aku tidak dapat mengatakannya.
Aku berbaring di atas tempat tidur dengan kaku, semua potongan baju yang ada di tubuhku, kecuali pakaian dalam, adalah milik Gu Wei. Semua ini membuatku merasa bingung.
Aku memejamkan mataku sambil berpikir, “Bagaimana aku akhirnya bisa sampai ke tahap ini?” Gu Wei sudah selesai mandi dan keluar dari kamar mandi.
Aku memutuskan untuk tetap memejamkan mataku.
Aku mendengar suara Gu Wei menggosok rambutnya, meminum segelas air, mematikan komputer, mengisi daya batre ponselnya, dan kemudian mematikan lampu.
Rambutku yang lembut, yang terurai di atas tempat tidur, tiba-tiba terangkat pada saat selimutku terangkat.
“Lin Zhixiao, mari kita bicara.”
Aku menarik nafas dan membuka mataku, “Tentang apa?”
“Apa pendapatmu tentang profesi Dokter?”
“Membantu orang yang meninggal dan menyembuhkan orang yang terluka.”
“… di dalam aspek pernikahan.”
“Pada umumnya, para dokter terlambat untuk menikah.”
“ … di dalam aspek kencan.”
“Para dokter tidak memiliki waktu untuk berkencan.”
Gu Wei benar-benar menyerah untuk berkomunikasi denganku, diapun berbaring dan merengkuhku ke dalam pelukannya, dan menghela nafas dengan lembut, “Ayo tidur.”
Samar-samar aku dapat mencium aroma sabun di tubuh Gu Wei, mendengarkan detak jantungnya yang teratur, hal itu seperti memicu rasa kantukku untuk muncul. Hanya dalam waktu lima menit, akupun tertidur. Menggunakan kata-kata yang diucapkan oleh dokter Gu, “Akan ada beberapa kesulitan dalam proses penyesuaian diri kita.”
Meskipun beberapa hal yang tidak menyenangkan terjadi selama Tahun Baru Imlek, hal itu bukan berarti tidak membawa manfaat. Kami berdua menjadi saling menghormati sebagai pasangan, dan kami juga menunjukkan apa yang kami rasakan sedikit demi sedikit, tanpa ada yang perlu untuk ditutupi. Khususnya Gu Wei, meskipun Gu Wei masih suka memasang wajah tersenyumnya sejak ribuan tahun lalu itu, sudut mata Gu Wei akan menunjukkan sedikit emosi, dan emosinya itu akan menjadi semakin jelas terlihat.
Selama dua hari berikutnya ketika Gu Wei libur dari pekerjaannya, aku masih berada di apartemen Gu Wei – untuk bersih-bersih. Fakta menunjukkan bahwa ketika seseorang menggunakan kekuatan cinta, bahkan membersihkan apartemen 40 lantai sekalipun dapat diselesaikan dalam waktu dua hari.
Gu Wei menjelaskan teori itu dengan sangat baik, “Seorang pria tampan yang mengenakan sarung tangan karet masih merupakan seorang pria yang tampan.”
Aku sangat curiga bahwa Gu Wei sedang mencoba merayuku dengan gambaran keluarga yang sempurna dimana wanita bisa melakukan apa saja, dan pria bisa mencuci pakaian dan memasak.
Pada malam ketiga, aku bisa tertidur dengan lebih cepat, bahkan ketika mendengar ceramah Gu Wei yang bertele-tele sekalipun.
(Sansan: Wow! Gu Wei bisa membuatmu tenang hanya dalam waktu dua hari dan tiga malam!)
Di bulan Maret.
Guru Lin kembali ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan penuh. Aku menemani beliau di malam hari.
Satu tahun setelah operasi, aku berbaring di atas tempat tidur pendamping pasien yang sempit ini. Aku mendengar suara anggota keluarga pasien di bangsal yang sama dengan kami, jatuh ke atas lantai di tengah malam. Aku merasa bahwa diriku bisa membalikkan badan tanpa halangan di atas tempat tidur selebar 40 cm ini. Kenyataannya, mungkin aku adalah reinkarnasi dari gadis naga kecil.
(Gadis Naga Kecil adalah karakter utama di novel silat karangan alm. Jin Yong yang berjudul ‘The Return of the Condor Heroes’. Gadis Naga Kecil adalah julukan bagi Siaw Liong Lie (Mandarin: Xiao Long Nu) yang memiliki kemampuan tidur di atas tali tambang yang digantung.)
Dalam keadaan bingung, aku merasa ada gerakan, dan akupun dengan cepat membuka mataku. Langit terlihat mulai fajar, tetapi aku dapat melihat dengan jelas bahwa dokter Gu tengah membungkuk. Wajah dokter Gu berjarak tidak lebih dari 30 cm denganku, dan salah satu tangan dokter Gu berada di kancing bagian atas piyamaku.
Tindakan normal yang akan dilakukan oleh pemeran utama wanita dalam cerita adalah –
“Ah, kamu menodaiku!” mengatakan hal itu sambil malu-malu.
“Ah, aku membencimu~” kemudian memberikan serangan balasan.
“Ah, dasar tolol!” kemudian memberikan tamparan.
Tetapi, reaksi pertamaku adalah memutar kepalaku dan memperhatikan Guru Lin. Jika Guru Lin melihat reaksiku ini, aku perkirakan bahwa dokter Gu akan mati muda.
Mata Guru Lin terpejam dengan tenang, dan posisi tidurnya sangat alami.
Aku berbalik dan menatap buaya darat yang tiba-tiba muncul di samping tempat tidurku ini. Meskipun semua orang yang baru saja bangun belum sepenuhnya terjaga, jangan memberitahuku bahwa dokter Gu akan pergi melakukan pemeriksaan rutinnya pada jam 5 pagi!
Dokter Gu perlahan-lahan mengancingkan piyamaku, menarik piyamaku ke bawah untuk menutupi perutku, dan keluar dari bangsal.
Setelah berbaring selama sesaat, otakku telah benar-benar menjadi jelas. Aku meraih ponselku yang bergetar di samping bantal, “Kami di sini memiliki perawat laki-laki.”
Siapa yang akan mengurus pria ini, pria yang mengunjungi kamar wanita pada tengah malam, ah!
Pada hari berikutnya, orang yang memberikan sinar X dan CT kepada Guru Lin adalah seorang dokter yang belum pernah kami lihat sebelumnya. Dokter itu agak culun sehingga Guru Lin memiliki keinginan untuk menggodanya. Tetapi sebelum Guru Lin melakukannya, dokter itu berkata, “Lumpur, lumpur itu baik, formulir untuk diisi …” Setelah itu, dokter itupun keluar bangsal dengan wajah memerah.
(Sebenarnya dokter ini mencoba mengatakan ‘Halo, apa kabarmu?’ tetapi mungkin dokter itu terlalu gugup, maka dokter itupun mengatakan, ‘Lumpur, lumpur itu baik’ Kedua kalimat ini dalam bahasa Mandarin memiliki pengucapan yang sama dengan, ‘Kamu, apa kabarmu?’)
“Dokter itu datang kemari sejak bulan April. Dia merupakan salah seorang dokter yang magang dalam kelompok kami, marganya Gao dan agak culun, jangan menggodanya.” Dokter Gu membalas SMSku.
Aku menanggapinya dengan ekspresi jijik.
Ada banyak pasien di departemen radiologi, dan nomor antrean kami masih panjang. Guru Lin menarikku dan berkata, “Mari kita pergi jalan-jalan.”
Guru Lin memiliki sebuah kegemaran – menyaksikan mobil-mobil. Aku yakin bahwa banyak pria yang memiliki kegemaran semacam ini. Gejala khususnya adalah ketika mereka melihat sebuah mobil di jalan; para pria itu akan mulai membongkar merek, jenis, model mesin, dan konsumsi bahan bakar mobil itu. Mereka juga tidak pernah melewatkan pameran mobil untuk mengevaluasi mobil-mobil itu secara eksklusif.
Guru Lin adalah orang yang paling serius memperhatikan mobil-mobil diantara semua pasien yang ada di rumah sakit ini. Begitu parahnya sehingga ketika aku dan ibuku melihat ke belakang, kami sering menemukan bahwa Guru Lin menghilang dari tempat tidurnya. Setelah mencari Guru Lin kemana-mana, kami menyadari bahwa Guru Lin pasti berada di balkon, melakukan penelitiannya terhadap mobil-mobil.
Aku: “Apa yang Ayah lihat? Ayah tidak akan membeli mobil apapun.”
Guru Lin: “Jika kamu tidak menikahi seorang wanita cantik, apakah hal itu berarti bahwa kamu tidak diijinkan untuk memperhatikan seorang wanita cantik?”
Ibuku terlalu berbelas kasih kepada Guru Lin!
Penyakit dan operasi ini tidak membuat Guru Lin menjadi orang yang lebih baik. Sebaliknya, Guru Lin menjadi semakin berbahaya.
Hanya ada beberapa tempat untuk melihat mobil di Rumah Sakit. Guru Lin beralih dari memikirkan mobil di atas tempat tidur ke melihat mobil di balkon, dan kemudian, “Mari kita pergi jalan-jalan di tempat parkir.”
Akhir-akhir ini, Guru Lin memiliki minat yang besar terhadap mobil SUV, ketika beliau menemukan satu mobil SUV beliau akan dengan senang hati melakukan penelitiannya.
Maka di pagi yang cerah ini, ketika Guru Lin berjalan di sebelah timur tempat parkir, beliau dengan bersemangat berkata, “Hei, ada Renault!”
Aku terpana segera setelah aku melihat mobil itu. Itu adalah mobil dokter Gu. Liontin mahoni yang aku beli ketika aku menemani Sansan ke kuil untuk membakar dupa selama Tahun Baru Imlek tergantung di kaca spion.
“Jadi dokter Gu menggantungkannya di sana.” Tetapi sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk memikirkan mengenai hal itu. Aku bergerak dengan cepat dan mencengkram lengan Guru Lin, “Ayo kita pergi.”
Pada saat itu, ujung hidung Guru Lin berjarak tidak lebih dari 10 cm jauhnya dari pintu mobil.
Apakah kalian berpikir bahwa aku takut Guru Lin tahu mengenai hubunganku dengan dokter Gu? Tidak, aku merasa khawatir bahwa Guru Lin akan meminta untuk melakukan uji coba mobil ketika beliau mengetahui mengenai hubungan kami; hal itu akan menjadi sangat memalukan.
Tetapi Guru Lin sangat keras kepala, “Aku akan melakukan penelitianku dulu.”
Penelitian? Apakah Ayah menyadari bahwa liontin yang ada di mobil ini sama seperti liontin milik Ayah?!
Aku mencoba lebih keras, “Ayah hampir selalu menempel pada mobil orang lain! Tolong perhatikan citra Ayah!”
“Apa yang kalian lakukan?” Ibuku perlahan-lahan datang sambil membawa sup yang sudah dimasak.
Aku merasa takut. Aku takut Ibuku akan mengetahuinya. Aku takut Ibuku akan merusak cintaku yang baru saja tumbuh.
Aku memutuskan untuk melarikan diri dari penjahat ini, “Bu! Lihatlah suamimu, dia bersandar di mobil orang lain dan tidak mau pergi!”
Ibuku melangkah maju dan mencengkram lengan Guru Lin, “Ayo kita pergi! Sekarang waktunya untuk makan!”
Guru Lin diseret menjauh dari mobil itu, selangkah demi selangkah. Aku hampir menghela nafas lega ketika tiba-tiba Ibuku melirik mobil Renault itu. Kemudian mata Ibuku menyapuku dan beliau pun berbalik.
Pada saat itu, aku merasa kelima indra perasaku menjadi mati rasa.
===
Dialog Spesial:
Dokter Gu: Tidak heran, jadi Ibumu mengetahui segalanya sejak saat itu.
(Apa maksudmu dengan ‘tidak heran’?)
Dokter Gu: (tertawa tetapi tidak berkata apa-apa)