The Oath of Love vol. 1 [Bahasa Indonesia] - Chapter 23
Aku dan Gu Wei secara bertahap menemukan ritme dan gaya hidup yang cocok antara satu sama lain. Dari Senin hingga Jumat, Gu Wei akan pergi ke kampusku. Ketika Gu Wei mendapat giliran tugas malam, aku akan mengantar makanan untuknya ke rumah sakit. Pada saat akhir pekan, kami akan bersama-sama pergi ke supermarket, memasak, mengobrol, dan kadang-kadang pergi ke luar untuk berjalan-jalan.
Kehidupan kami berdua tidak seperti orang kebanyakan. Kami berdua dapat menghabiskan sepanjang sore, dengan berdiam diri di tempat yang sama, dan sibuk dengan kegiatan kami masing-masing tetapi masih merasakan kebersamaan.
Orang-orang mengatakan; seorang teman adalah orang yang tidak akan membuatmu merasa canggung bahkan ketika kalian tidak saling berbicara satu sama lain. Pasangan adalah orang yang dapat menghabiskan hidup mereka bersama-sama bahkan tanpa saling berbicara satu sama lain.
Jika jatuh cinta diibaratkan sebuah benih, maka kondisi antara aku dan Gu Wei tidaklah menyerupai cinta yang mempesona layaknya anggur; hanyalah semacam gambaran dimana kami berdua sedang jatuh cinta dan tidak dapat terpisahkan. Melainkan, kami berdua hanyalah menyerupai pohon kapur barus yang menumbuhkan tunasnya dan tunas itu menjadi lebih tinggi setiap harinya.
Pada minggu ketiga bulan Mei; cuaca masih belum terasa benar-benar panas, aku dan Sansan pergi berbelanja. Ketika aku berjalan melewati area pakaian pria, aku melihat sebuah kemeja, warna kemeja itu hijau keunguan, dan kemeja itu sangat bagus. Maka, akupun masuk ke dalam area pakaian pria itu.
Setelah aku selesai menggambarkan tinggi badan Gu Wei kepada pelayan toko, aku berbalik dan melihat Sansan menyilangkan tangannya di dadanya. Sansan menatapku dengan wajah yang penuh dengan misteri.
“Em – Gu Wei tidak memiliki kemeja warna ini.”
Ketika aku selesai membayar tagihan dan membawa kantong kertas keluar dari toko, Sansan mengamit lenganku, “Apakah kalian berdua serius?”
“Ah.” Sansan menggunakan semua cara terbaik yang dia miliki untuk menanyakan hal itu.
“Seberapa serius?”
Aku berpikir sebentar, “Aku rasa kami berdua akan terus melanjutkan hubungan ini.”
Sansan mengerutkan keningnya, “Ibumu tidak menyukai Dokter, benar kan?”
Aku mengangkat bahu, “Oleh karena itu Ibuku tidak menikah dengan seorang Dokter.”
“Tolong bicaralah dengan serius.” Sansan mengibaskan rambutnya yang halus, “Para wanita pada umumnya menyukai Dokter, para Dokter memberikan kesan yang baik. Kamu harus belajar dari sepupu iparmu, tragedi yang terjadi pada sepupu iparmu itu masih hangat kejadiannya.”
Sepupuku dan sepupu iparku adalah teman sekampus di Universitas yang sama. Satu memilih untuk belajar psikologi, dan yang lainnya memilih untuk belajar di Fakultas Kedokteran. Mereka berdua dikejar oleh banyak orang, tetapi hubungan keduanya layaknya sebuah batu karang yang besar. Mereka berdua melewati masa belajar mereka di kampus dan melewati masa magang mereka sampai mereka berdua mendapatkan pekerjaan mereka masing-masing. Segala sesuatunya berjalan dengan lancar. Ketika pekerjaan mereka berdua sudah stabil, mereka berdua mulai membicarakan mengenai pernikahan. Tetapi pada suatu hari, sepupu ipar tiba-tiba dihadang oleh seseorang di aula gedung kantornya.
Orang yang menghadang sepupu ipar itu adalah perawat yang bekerja di rumah sakit yang sama dengan sepupuku. Perawat itu mengatakan bahwa hubungan persahabatan antara dirinya dan sepupuku sudah memasuki tahap yang serius dan mereka berdua berencana untuk menghabiskan sisa hidup mereka bersama. Sepupu ipar; yang sudah dilatih dengan sangat baik oleh orangtuanya, tidak merasa terganggu oleh perawat itu. Tetapi perawat itu tiba-tiba menampar sepupu ipar dan melemparkan beberapa pakaian dalam pria kepada sepupu ipar.
Ketika aku mengetahui mengenai masalah ini, sepupuku sedang menyiapkan dokumentasi dan mengajukan surat pengunduran diri. Bibiku ikut pergi bersama dengan sepupuku dari Kota X karena beliau tidak dapat menahan emosi sepupuku; bibiku berusaha keras untuk membujuk sepupuku itu.
Pada saat itu, aku tidak membayangkan bahwa hal yang berlebihan seperti ini akan terjadi pada keluargaku. Bahkan jika sepupuku itu adalah orang yang hanya peduli dengan dirinya sendiri, tetapi aku percaya bahwa sepupuku itu tidak akan melakukan sesuatu yang mengkhianati sepupu ipar.
Aku langsung pergi ke rumah sakit untuk bertanya kepada sepupuku dimana sepupu ipar berada.
Sepupuku terlihat tertekan dan mengatakan bahwa sepupu ipar sedang melakukan perjalanan bisnis ke Kota T.
Aku berkata kepada sepupuku itu, “Maka pergilah kamu ke Kota T, jangan kembali sampai kamu menemukannya.”
Setelah itu, sepupuku pergi ke tempat sepupu ipar dan menyelesaikan masalah yang kritis ini. Tidak lama setelah mereka berdua kembali dari Kota T; mereka berduapun mendaftarkan pernikahan mereka.
Adapun perawat itu, dikatakan bahwa perawat itu memiliki latar belakang belakang keluarga yang cukup berpengaruh. Pihak rumah sakit memindahkan perawat itu ke cabang rumah sakit yang lain, dan perawat itupun tidak lagi ada kabarnya.
Aku memperhatikan kerumunan orang-orang di luar yang ramai, “Masalah semacam ini, kemungkinannya tidak cukup tinggi untuk terjadi dua kali di dalam keluarga kami.”
“Apa yang akan kamu lakukan jika kamu terus bersama dengan Gu Wei hingga akhir nanti, tetapi orangtuamu tidak setuju dengan hal itu?”
“Gu Wei adalah Gu Wei. Disamping profesinya sebagai seorang dokter, Gu Wei memiliki begitu banyak kemampuan yang lain. Lagipula, Ibuku memiliki keluarga yang juga merupakan seorang dokter, dan Ibuku tidak membenci profesi ini. Ini adalah jalan yang harus kami lalui. Gu Wei tidak akan membiarkanku mengalami hal-hal semacam itu.” Gu Wei adalah orang yang mengerti bagaimana seharusnya bertindak.
Sansan tiba-tiba tersenyum, “Ai, gadis kecilku akhirnya tumbuh dewasa. Apa yang kamu suka dari Gu Wei? Kamu sangat setia kepada Gu Wei.”
“Ah, Gu Wei terlihat tampan ketika dia sedang memasak.”
Gu Wei ini layaknya sebuah produk yang sangat luar biasa. Perlahan tetapi pasti, kamu akan menyadari banyak sekali manfaat yang kamu dapatkan dari Gu Wei.
Sebagai contoh, kesabaran Gu Wei tidak ada tandingannya. Gu Wei menghormati semua hobiku. Tangan Gu Wei akan terasa hangat bahkan di saat musim dingin sekalipun. Meskipun Gu Wei tidak memperhatikanku, tetapi aku dapat merasakan kelembutannya …
Juga, kami tidak perlu berpura-pura sebagai borjuis kecil, yang dengan keras kepala menghabiskan waktu minum teh kami di sore hari di tempat seperti Starbucks dan tempat-tempat lain semacam itu.
Gu Wei berkata, “Starbucks? Aku lebih memilih untuk pergi ke Yonghe untuk meminum susu kedelai.”
Hal itu benar-benar sesuai dengan apa yang aku inginkan.
Dulu Sansan membenciku untuk waktu yang lama karena aku minum air mineral di Starbucks. Sansan tidak dapat menyalahkanku karena hal ini. Pada tahun ketiga aku berada di SMA, aku meminum kopi layaknya meminum air untuk mencegahku dari rasa mengantuk. Mulai saat itu, aku menjauhkan diri dari semua jenis kopi.
Sedangkan bagi Gu Wei, dia mulai meminum teh dengan ayahnya sejak SD …
Aku bukanlah orang yang memiliki nafsu makan yang besar. Aku tidak pernah berpikir mengenai apa yang akan aku makan pada saat makan malam nanti setelah aku menghabiskan makan siangku. Ketika aku makan bersama dengan teman sekampusku, aku biasanya tidak memesan makanan. Hal itu dikarenakan aku tidak tahu harus memesan apa dan aku takut makanan yang kupesan tidak disukai oleh yang lainnya.
Sansan bahkan mengeluh, “Miejue, aku selalu merasa bahwa makan denganmu itu layaknya sedang berpuasa.”
(Miejue adalah karakter dalam drama silat yang berjudul ‘The Heaven Sword and Dragon Sabre’.)
Aku menjejali mulut Sansan dengan makanan, “Ibuku sudah memberimu makan sup ayam tulang hitam begitu banyak, tetapi sup itu sepertinya tidak sesuai dengan seleramu. Gunakan tenagamu untuk menghabiskan sayap ayam ini!”
Mata Xiao Cao mulai menjadi kehijau-hijauan karena dia hanya memakan sayuran dalam dua hari terakhir ini. Aku tidak mengerti bagaimana aku masih dapat hidup setelah hanya memakan ‘tanaman hijau murni’ selama seminggu. Aku tercengang, hanya untuk memakan sesuatu, mengapa aku begitu bersemangat seolah-olah aku sedang melakukan suatu misi?
Maka ketika aku dan Gu Wei menjalin hubungan yang romantis, Gu Wei membawaku ke sebuah restoran ala barat dan melihatku memakan semua brokoli yang ada pada steak. Hanya 1/3 bagian steak yang tersentuh olehku. Ketika Gu Wei menatap pisau untuk hidangan pencuci mulut, Gu Wei menambahkan sepiring salad buah untukku. Sejak saat itu, kami berdua tidak pernah lagi pergi ke restoran ala barat.
Benar-benar seorang pria yang cerdas dan perhatian.
Gu Wei mengetahui banyak restoran yang menyajikan makanan yang lezat. Aku pernah berpikir bahwa Gu Wei adalah seorang pecinta kuliner. Jika tidak, bagaimana Gu Wei dapat menemukan semua tempat luar biasa itu? Gu Wei hanya menjawabku ‘orang yang berkualitas baik perlu untuk mengiklankan dirinya.’
Ketika kami berdua pergi ke bioskop, setiap orang akan dikelilingi dengan berondong jagung, cola, dan teh susu. Ketika Gu Wei membawa jus jagung dan kue, aku ingin menciumnya setiap saat.
Gu Wei memiliki ketrampilan yang lebih baik daripada diriku. Maka diantara kami berdua, Gu Wei adalah kokinya, sedangkan aku adalah pembantunya. Gu Wei berbicara dengan serius kepadaku, “Kamu tidak dapat memakan lemak setiap hari.”
Aku begitu tidak berdaya, “Aku bukanlah seorang vegetarian, dan kamu memasak dengan sangat enak, mengapa aku tidak boleh memakannya?”
Aku tidak tahu berapa banyak ikan hitam dan kuku babi yang telah dia berikan kepadaku untuk kumakan sepanjang waktu …
Sansan selalu mengatakan hal ini kepadaku ketika dia bertemu denganku akhir-akhir ini, “Sepertinya seiring berjalannya waktu, kulit gadis kecilku ini terlihat semakin bagus.”
Aku tertawa, “Aku sudah tertular oleh Gu Wei.”
===
Dialog Spesial:
Dokter Gu: Ternyata masih ada yang seperti itu.
(Kalian semua tertarik kepada lawan jenis.)