The Oath of Love vol. 1 [Bahasa Indonesia] - Chapter 39
Di jurusan Geologi, para gadis selalu menjadi bos-nya, dan para lelaki menjadi bawahannya. Menurut Xiao Cao; meneliti 2 nyawa seperti seekor anjing, sedangkan meneliti 3 nyawa adalah lebih buruk daripada babi ataupun anjing. Proyek akhir, mempelajari teori, membuka pertanyaan, mengakhiri eksperimen, menandatangani kontrak, satu per satu. Aku menyaksikan dengan ngeri ketika berat badan Xiao Cao turun menjadi 90, 88, 87, 85, 82 … Ketika aku melihat berat badan Xiao Cao hampir turun di bawah 80, asumsiku akhirnya berakhir, Amitabha Buddha …
Aku dan Dokter Gu tampaknya telah menjaga kondisi ‘satu bekerja – yang lainnya tidak bekerja’. Ketika yang satu sibuk, yang lain relatif santai. Hal itu menyebabkan kemuraman di pihakku, maka Dokter Gu berubah menjadi pacar berbakti seperti yang ada dalam dongeng-dongeng dan mulai mengunjungi kampusku sebanyak 3 kali dalam seminggu.
Xiao Cao berkata dengan sedih, “Mulai dari sekarang, semua gadis yang tidak memiliki kekasih telah didiskriminasi …”
Aku menyentuh wajah Xiao Cao, “Jangan khawatir, masih ada teman yang dapat memahamimu.”
Xiao Cao melepaskan tanganku dari wajahnya, “Pergilah untuk menemui temanmu yang memahamimu itu.”
===
Aku mendorong pintu kedai agar terbuka dan menyaksikan dua orang gadis berjalan ke arah Dokter Gu yang berada di sudut koridor dan menunjuk ke ruang kosong yang ada di seberang Dokter Gu, barangkali Dokter Gu bertanya kepada dua gadis itu apakah mereka dapat berbagi meja (tempat ini adalah semacam restoran cepat saji masakan Tiongkok yang biasanya lebih ramai pada saat waktu makan siang seperti sekarang ini.)
Dokter Gu memunggungi kedua gadis itu dan aku tidak tahu apa yang dikatakan oleh Dokter Gu. Kedua gadis itu berjalan menuju sebuah meja kosong yang tidak jauh dari sana.
Dokter Gu mengeluarkan ponselnya dan hendak menelepon ketika aku berjalan di belakangnya dan merendahkan suaraku, “Hai, tuan, apakah anda sendirian? Apakah anda merasa keberatan jika kita berbagi meja?”
Dokter Gu tiba-tiba berbalik dan menatapku, “Maaf, istri saya akan segera datang kemari.”
Aku menarik cuping telinga Dokter Gu dan duduk di depannya, “Saudara, kau benar-benar laris-manis ~”
Dokter Gu, “Aku tersanjung.”
Dapatkah kau bersikap tidak terlalu tenang seperti itu?!
Ketika kami berdua berdiri setelah makan, mata dua orang gadis menatap kami berdua secara bergantian. Suasana hati Dokter Gu sepertinya sedang membaik, sehingga dia menarikku, “Ayo kita pergi mengambil anak itu.” (Anak yang dimaksud oleh Dokter Gu adalah keponakan Chen Cong, kami berdua akan mengurus anak itu selama 2 jam.)
Aku benar-benar tidak dapat berkata-kata sehingga hanya dapat menatap langit. Ai, seperti pasangan tua saja …
===
Pada sore hari, setelah Chen Cong menjemput keponakannya, aku pergi ke dapur untuk membersihkan mangkuk sisa buah si kecil dan mendengar telepon berdering.
“Gu Wei, siapa yang menelepon?”
Dokter Gu datang menghampiriku dengan wajah tanpa ekspresi dan menyerahkan ponselku, “Shao Jiang.”
Terakhir kali kami bertemu satu sama lain, aku memberikan nomor ponselku, tetapi aku benar-benar tidak dapat memikirkan alasan apapun bahwa Shao Jiang akan menghubungiku. Aku mengeringkan tanganku dan mengambil ponselku.
Setelah basa-basi pembuka percakapan yang tidak penting, Shao Jiang bertanya mengenai pernikahan L pada bulan depan. L adalah kakak kelasku selama dua tahun pada saat aku kuliah program sarjana dulu. Meskipun aku berada di kampus yang sama dengan L, tetapi pada dasarnya aku hanya sedikit melakukan komunikasi dengan L, sedikit lebih baik daripada hanya menganggukkan kepala saja. Berita mengenai pernikahan L itu juga disebutkan oleh seseorang yang berada dalam lingkaran teman-teman sekelasku belum lama ini. Pertanyaan Shao Jiang agak membuatku bingung, “L tidak mengirimkan undangan pernikahannya kepadaku.” Kataku.
“Aku adalah salah satu pengiring pengantin prianya.”
“Oh …” apakah aku harus mengucapkan selamat?
“Yah, sebenarnya, kami masih kekurangan satu pengiring pengantin lagi.”
“Oh …” Mengapa sekarang ini sepertinya sedang musimnya orang untuk menikah? Sekelompok pengiring pengantin pria dan sekelompok pengiring pengantin wanita membuatnya terlihat seperti sekelompok pengantin …
Shao Jiang tertawa di ujung sana, “Dapatkah kamu membantuku?”
Aku dengan cepat mempertimbangkannya dalam hatiku dan berkata, “Aku tidak memiliki hubungan dengan L sejauh itu. Seharusnya lebih tepat untuk mencari teman sekelas L saja. Sampaikan selamat dariku.”
Shao Jiang tidak memaksa, setelah mengucapkan beberapa kata, dia menutup teleponnya.
===
Seminggu kemudian, di kampus.
“Aku membantu L mengirimkan undangan.”
Aku mengambil amplop yang halus itu dan menatap Shao Jiang yang ada di hadapanku beserta dengan temannya yang berasal dari Perancis, An Fei. Aku hanya merasa bahwa situasinya sedikit aneh. Aku tanpa sadar memegang tangan Xiao Cao yang bersiap-siap untuk kembali ke asrama.
Pada akhirnya, aku tidak tahu apa yang terjadi dan mengubahnya menjadi kunjungan ke kampus.
===
Kembali ke asrama, Xiao Cao bertanya, “Bagaimana situasinya?”
Mengingat apa yang dikatakan oleh Dokter Gu sebelumnya, aku mengangkat bahuku, “Tidak ada apa-apa.”
Setelah itu, aku membantu Xiao Cao mencari jurnal lama yang ingin dipinjam seseorang, tetapi orang yang datang untuk mengambil jurnal itu ternyata adalah Shao Jiang. Aku benar-benar tidak tahu apa yang dilakukan oleh kedua orang ini.
Di pernikahan L, hanya ada beberapa orang yang kukenal di meja, sepanjang malam itu; selain memakan makanan yang disajikan, aku hanya memperhatikan panggung, dan merasa bosan. Setelah resepsi pernikahan, aku berpamitan kepada L, dan Shao Jiang berkata, “Bolehkah aku nanti mengantarmu pulang?”
Di satu sisi, kelopak mata An Fei terangkat.
“Terima kasih.” Aku dengan tegas menolak mengarungi perairan yang berlumpur ini, “Kekasihku akan segera datang kemari.”
Ketika Dokter Gu tiba, sekelompok kecil orang yang berada di dekatnya terdiam selama tiga detik. Aku melihat Shao Jiang dan An Fei tersenyum dengan sangat sopan kepada Gu Wei, dan mereka terlihat sedikit kesal tanpa alasan yang jelas. Aku mengamit lengan Gu Wei dan mengangguk sebagai isyarat berpamitan.
Dalam perjalanan pulang, Dokter Gu memperhatikanku menggenggam secangkir susu kedelai panas dan menyesapnya, sambil tersenyum dia bertanya, “Bagaimana pernikahannya?”
Aku menggelengkan kepalaku, “Aku tidak kenal dengan orang-orang yang hadir pada pernikahan itu dan makanannya tidak sesuai dengan seleraku.”
Aku menyadari ada sesuatu yang salah ketika pada akhir tahun Shao Jiang mengembalikan jurnal yang dipinjamnya, dan Gu Wei datang menjemputku untuk makan malam di rumah orangtuanya pada hari itu.
Setelah menerima jurnal dari Shao Jiang, aku merasa tidak nyaman untuk membawa buku yang tebal, maka aku meletakkan buku itu untuk disimpan di Departemen Manajemen Asrama, meninggalkan Gu Wei dan Shao Jiang sendiri.
Lima menit kemudian, aku muncul, “Yah, manajemen menemukan sebuah kantong khusus untuk membungkus buku itu, anti-air dan anti-pencuri.”
Dokter Gu tertawa kecil.
Aku menoleh pada Shao Jiang dan Shao Jiang-pun mengangguk, “Maaf mengganggumu. Aku akan pergi sekarang.” Shao Jiang bergegas untuk pergi, sebelum pergi Shao Jiang melirik Gu Wei, dan tidak mengatakan apa-apa.
===
Sepanjang perjalanan, ekspresi Gu Wei nampak tenang. Ketika kami berdua sampai di rumah, setelah memberi salam, Gu Wei pergi ke dapur untuk membantu. Aku bahkan merasa ada sesuatu yang lebih salah lagi. Gu Wei sering mengajakku ke ruang tamu atau ke dapur bersama-sama.
Aku memikirkan apa yang dikatakan oleh San San sebelumnya, ‘Kalian berdua harus membereskan segala sesuatunya dengan cepat dan pergi ke luar dan bertemu dengan orang-orang dengan mengenakan cincin di jari kalian berdua. Terlalu lama menunda dapat menyebabkan masalah.’ Maka akupun memberanikan diri untuk pergi ke dapur.
Ibu Dokter Gu sedang mengaduk sop di panci dan Gu Wei, sedang memusatkan pikirannya untuk mencuci tangannya, kemudian Gu Wei mengambil celemeknya.
Aku melangkah ke belakang Gu Wei, memeluknya dan membenamkan seluruh wajahku ke punggungnya.
“Semuanya sudah hampir siap, keluar dan tunggulah.”
Aku tidak bergerak.
Gu Wei ‘memikul tugas yang berat’ dan menambahkan garam pada casserole, “Koala, atur mangkuk dan sumpitnya.”
Aku tetap tidak berrgerak.
“Baiklah, apa yang salah denganmu?”
“Gu Wei, kita telah bersama selama lebih dari dua tahun.” Emosimu sedikit terganggu, bagaimana aku bisa tidak melihatnya?
Dokter Gu menaikkan alisnya dan berbalik untuk mengaduk sup. Sikapnya begitu tidak kooperatif.
“Bibi!” aku menaikkan volume suaraku.
Gu Wei berbalik dengan cepat dan menarikku ke dalam pelukannya.
“Ada apa?” Ibu Dokter Gu membuka pintu.
Gu Wei, “Um – kami ada sesuatu untuk dilakukan setelah makan nanti.”
“Lain kali jika kalian ada sesuatu, jangan terburu-buru untuk pulang, pergi bolak-balik akan membuat kalian menjadi lelah.” Ibu Dokter Gu benar-benar mengabaikan tangan dan lenganku yang terkait erat dengan Dokter Gu, “Supnya hampir siap, keluarlah untuk makan malam.” Aku keluar dari dapur dengan tenang.
Dokter Gu menyipitkan matanya ke arahku. Aku mengabaikannya dan mengeluarkan supnya.
Segera setelah aku berdiri untuk membantu mencuci piring yang baru saja digunakan untuk makan malam, Ibu Dokter Gu menyuruhku untuk pergi, “Kamu sedang sibuk dengan pekerjaanmu. Katakan padaku apa yang ingin kamu makan sebelumnya ketika kamu nanti berkunjung ke rumah ini lagi.”
Kami berdua berpamitan dan pergi. Dokter Gu terdiam dan siap untuk berbelok menuju apartemen setelah meninggalkan persimpangan.
Aku, “Pergi ke jalan XX.”
Dokter Gu, “Berbelanja?”
Aku, “Aku sudah berbelanja.”
===
Setengah jam kemudian, ketika Dokter Gu dengan sombong memakaikan cincin di jariku, aku merasa telah mencapai tujuanku dengan ekspresi yang bodoh. Gu Wei menatap jari tengahnya selama 5 detik dan dengan cepat kembali memperhatikan tanganku. Aku tiba-tiba saja merasa sedikit malu, “Baiklah, ingatlah untuk melepaskan cincin itu sebelum melakukan operasi.”
Dokter Gu menatapku dan tidak mengatakan sepatah katapun.
“Um, cincin ini harus dipesan dulu dan ditinggalkan di sini untuk diukir dengan huruf-huruf.”
Dokter Gu masih tidak berbicara.
Setiap kali Dokter Gu menatapku dengan tatapan mata yang tidak dapat dilukiskan seperti ini, otakku menjadi rusak dan tidak teratur, “Baiklah … Lemparkan bunga Persik kepadaku, aku akan mengembalikannya dengan giok merah; Lemparkan bunga Magnolia kepadaku, aku akan mengembalikannya dengan giok putih yang indah; Lemparkan bunga Muli kepadaku, aku akan mengembalikannya dengan giok hitam …”
(Kalimat itu berasal dari kumpulan sajak kuno Tiongkok. Secara keseluruhan, sajak itu artinya adalah Timbal balik, nilai imbalan yang diberikan jauh lebih besar dibandingkan hadiah yang diberikan.)
Dokter Gu, “Aku adalah seorang mahasiswa sains.”
Aku, “Baiklah, kamu harus memberikan imbalan yang baik kepadaku.” =_=
Dokter Gu, “Aku berjanji untuk memberikan imbalan kepadamu dengan memberikan seluruh diriku kepadamu.”
===
Dialog Spesial:
(… aku jarang-jarang menjadi orang yang romantis!)
Dokter Gu: Jadi, kamu juga menyadari bahwa dirimu itu langka.