Beauty of Lies - Chapter 11
Song Xingyi bangun pagi-pagi sekali.
Ketika dia bangun, dia merasakan celananya lengket dan tidak nyaman. Ketika dia tahu apa yang telah terjadi, dia pun berlari ke kamar mandi seakan pantatnya sedang kebakaran. Dia mandi air dingin dan mengganti pakaian dalamnya pada dini hari.
Ketika dia keluar dengan wajah merona, ekspresi Song Xingyi jadi agak tidak biasa. Dia merasa kalau dirinya terlalu payah dan tak tahu apa yang sedang dia pikirkan dalam mimpinya. Bukannya dia tak pernah bersama dengan Yu Yurou sebelumya, jadi kenapa kali ini benaknya penuh dengan pikiran aneh.
Setelah akhirnya berhasil menjernihkan pikirannya, Song Xingyi brdiri di depan cermin dan mulai memikirkan tentang pakaian untuk kencan hari ini.
Pemuda di dalam cermin memiliki rambut keriting berwarna chestnut muda, fitur yang menonjol dan sedikit berdarah campuran. Di dalam lubang mata yang gelap, sepasang mata amber tampak luar biasa jernih dan ada sebuah lesung pipit kecil di sudut bibirnya. Bahkan dengan wajah datar, dirinya tampak sangat tak berdosa.
Song Xingyi selalu merasa tidak puas dengan imejnya. Dia berharap alisnya akan lebih tajam dan penampilannya akan lebih dewasa dan stabil namun tak peduli bagaimanapun dia membuat ekspresinya, pemuda di dalam cermin itu masih tak memiliki jenis kedewasaan yang membuat orang merona dan berdebar dalam sekali lihat.
Dia berusaha mengacak rambutnya dan mendapati bahwa rambut keriting kecil-kecilnya yang alami tak bisa meningkatkan momentumnya, jadi dia pun mengeluarkan sekaleng cat rambut sekali pakai dan memakainya pada dirinya sendiri. Barulah setelah mengecat rambutnya dengan warna perak, dia menerimanya dengan puas.
Kemudian dia mengenakan T-shirt punk hitam dan sneakers hitam keren kekinian, merasa lebih tampan daripada biasanya, jadi dia pun menaikkan alisnya pada orang di dalam cermin.
“Hari ini, aku harus menunjukkan sisi kejantananku pada Kakak Yurou!”
Song Xingyi tak lupa kalau Yu Yurou masih sakit. Dia memeriksa panduan di internet dan tahu bahwa hal yang paling dibutuhkan oleh orang sakit adalah perawatan dari orang lain. Untuk alasan ini, Song Xingyi pergi ke apotek untuk membeli setumpuk obat flu dan demam serta meminta koki di rumah agar membuatkan sekuali bubur sehat untuk dibawa pergi. Setelah siap sepenuhnya, Song Xingyi pun mengendarai supercar kesayangannya dan bergegas pergi ke tujuan.
Ketika Song Xingyi ada di bawah tangga rumah Yu Yurou, dia menyadari kalau dirinya datang terlalu cepat dan masih waktu lebih dari satu jam sebelum waktu yang ditentukan. Dia terlalu bersemangat hingga melupakan hal ini.
Menunggu itu sungguh membosankan dan menggelisahkan. Sesekali Song Xingyi memeriksa waktunya. Ketika pukul sepuluh tiba, dia buru-buru menekan nomor telepon Yu Yurou untuk memberitahukan kedatangannya.
Suara Yu Yurou terdengar lembut dan parau, seakan baru saja bangun tidur dan masih agak bingung ketika dia bicara.
“Xingyi, kau datang cepat sekali.” Wanita itu menguap malas, “Huh, aku tak sempat berdandan, mungkin karena flunya, aku jadi merasa sedikit mengantuk….”
Song Xingyi buru-buru berkata, “Tak apa-apa, aku bisa menunggu, Kak Yurou, tentukan saja kapan waktu yang sesuai untukku naik.”
Si wanita langsung terkekeh: “Kamu ini kok begitu penurut sih, Xingyi, kau akan membuatku merasa seperti sedang menindasmu.”
“Ayo langsung naik saja dan aku akan bukakan pintu untukmu.” Wanita itu berkata, “Tapi kau pasti tak suka kalau aku tidak enak dilihat seperti biasanya.”
Song Xingyi takkan peduli tentang hal ini, tetapi karena Yu Yurou telah berkata demikian, Song Xingyi tetap harus mempersiapkan mental dan harus ada di sana. Pokoknya, di matanya Yu Yurou adalah orang paling cantik.
Mendengar kata-kata Tong Ling di telepon, M577 hanya ingin bilang kalau inangnya ini punya rutinitas yang mendalam. Bilang dia tidak berdandan saat baru bangun tidur, tapi sebenarnya orang ini sudah bangun pada pukul delapan dan merapikan diri, sudah mandi dan berdandan!
Walaupun rambutnya agak berantakan, tetap kelihatan lembut dan halus dari semua sudut, bulu matanya melengkung indah, riasannya bersih, wajahnya dipulas dengan bubuk perona dan tak ada jejak jerawat. Dan dia berani bilang kalau dirinya baru bangun?
Tak peduli seberapa pun M577 ingin memprotes, Song Xingyi, yang sedang berdiri di depan pintu kamar, menatap lurus pada Tong Ling.
Ternyata Kakak Yurou yang baru bangun tampilannya seperti ini…. Sama persis dengan Kakak Yurou dalam mimpinya! Tidak, bahkan lebih cantik daripada di dalam mimpinya!
Wanita itu mengenakan rok terusan merah muda dan putih, menampakkan betisnya yang putih dan ramping. Mungkin karena takut tampak tidak cukup sopan, dia mengenakan baju luar hitam kecil di atas rok terusannya, yang cukup menutupi garis leher dan bahunya yang telanjang. Tulang selangka nan halus tampak membayang dan tubuh ini memiliki kelembutan seorang nona muda namun juga mendatangkan sedikit gaya nakal dan seksi dari seorang wanita dewasa.
Melihat Song Xingyi terus memandanginya, mata wanita itu terangkat, menampakkan seulas senyum samar.
“Ayo masuk, dasar bodoh.” Tong Ling sedikit memutar tubuhnya, tidak pergi dari lorong sempit di depan pintu melainkan membungkuk dan mengeluarkan sandal laki-laki dari rak sepatu.
Aku sudah beli sandal baru untukmu. Apa ini cocok denganmu?”
Song Xingyi mengenakan sandal yang dibeli khusus untuknya itu dan mengikuti Tong Ling dengan langkah ringan, seakan sedang melangkah di atas kapas.
Di perjalanan dari pintu masuk rumah, karena dirinya agak dekat dengan Tong Ling, samar-samar Song Xingyi bisa mengendus aroma harum dari wanita itu.
Keharuman ini begitu samar dan tak bertahan lama di hidungnya, jadi Song Xingyi mengendus sepenuh hati dan merasa sedikit lebih gatal dan selalu merasa kalau ada suatu pemikiran-pemikiran tak diharapkan yang terus berdatangan – kalau dia bisa mendekat dan menghidunya, maka hidu saja.
Tong Ling bisa merasakan tatapan membara dari pemuda di belakangnya. Sejak saat dia memasuki pintu, tatapan itu tak pernah beralih dari tubuhnya dan persis inilah efek yang dia butuhkan.
Hanya memikirkan gaya Song Xingyi saja, rasanya Tong Ling ingin tertawa.
Song Xingyi apa benar akan pergi berkencan, dan bukannya pergi ke suatu festival musik rock underground? Kalau bukan karena wajah itu tampak cukup rupawan, Tong Ling takkan bisa tahan dari semua ini.
“Inikah hadiah pertemuan yang kau bawakan untukku?” Tong Ling menatap kantong berisi obat dan ember tahan panas besar di tangan Song Xingyi. Hadiah pertemuan macam ini sungguh tidak romantis sama sekali.
Setelah meletakkan barang-barang itu di samping, Tong Ling menatap Song Xingyi dengan raut memprotes, “Kukira kau akan membawakanku seikat bunga….”
Telinga Song Xingyi terasa lemas ketika dia mendengar keluhan manja itu. Tak mau membuang waktu, dia pun berbalik dan sudah akan pergi ke luar, “Aku akan beli bunga sekarang juga!”
Tong Ling meraih pemuda yang bereaksi berlebihan itu dan sambil lalu mengusapkan jarinya pada pergelangan tangan pemuda tersebut, “Aku tak mau bunga, aku hanya ingin Xingyi. Cuma itu yang kau punya.”
Mata Tong Ling tertuju pada wajah tampan pemuda tersebut, ‘Apa Xingyi mau memberikannya kepadaku?”
Si wanita, yang Song Xingyi sukai, sedang menatap dirinya dengan sorot mata begitu mendamba. Jantung Song Xingyi rasanya seperti terbakar api. Dengan hal itu, wajahnya pun merona merah, “Apa, apa yang Kakak inginkan?”
Lagi-lagi pikiran Song Xingyi mulai berkeliaran tak terkendali dan dia melihat tatapan si wanita turun dari matanya menuju hidungnya dan akhirnya ke bibirnya.
Hal ini membuatnya tanpa sadar mengalihkan matanya ke bibir merona wanita itu….
Mungkinkah ini seperti yang dia pikirkan? Seperti yang terjadi dalam mimpi, memintanya untuk….
“Aku ingin memiliki senyum Xingyi.” Tong Ling tersenyum manis dan berkata, “Senyuman itu adalah milikku seorang.”
Song Xingyi benar-benar kebingungan. Cuma senyum? Bukankah permintaan ini agak… suci! Kenapa dia terus memikirkan soal itu sejak awal hingga akhir? Hal ini membuat Song Xingyi merasa tidak enak dan juga merasakan depresi yang tak bisa dia ungkapkan.
Tentu saja dia takkan mengekspresikan ketidakpuasan dengan Yu Yurou karena pemikiran-pemikiran tidak sehatnya. Dengan patuh dia menuruti permintaan wanita itu dan menampakkan senyuman tercerahnya.
Mata Tong Ling berbinar.
Senyum Song Xingyi persis tepat pada titik imut Tong Ling.
Dia menyukai anak anjing penurut macam ini yang akan menggoyangkan ekor kepadanya!
Tanpa sadar Tong Ling mengangkat tangannya, menaruh telapak tangannya ke rambut lembut Song Xingyi dan menepuk-nepuknya dengan lembut dua kali.
Mata Song Xingyi melebar dan setelah tertegun sejenak, dia pun tersipu.
Dia ingin mengomeli pihak lain keras-keras, memangnya Yu Yurou anggap dia itu apa? Tapi sebelum dia bisa bicara, Tong Ling sudah membuka pintu kamar tidur.
“Ayo masuk.” Tong Ling menginstruksikan: “Kunci pintunya.”
“Kunci, kunci pintu?” Napas Song Xingyi tertahan, “Bukankah ini terlalu….”
Tong Ling memiringkan kepalanya dengan kaget, “Apa yang kau pikirkan? Aku takut kalau orangtuaku akan tiba-tiba pulang. Tidak mudah menjelaskannya kalau mereka melihatmu.”
M577 seperti sedang melihat seorang penculik yang sedang bicara omong kosong dengan mata terbuka lebar dan hatinya sarat dengan simpati untuk si peran pembantu pria: [… Jangan sampai tertipu olehnya, memangnya siapa yang takut ketahuan dan malah membawanya ke kamar tidur?]
Tapi Song Xingyi memercayainya.
Bahkan jika kau tidak memercayainya, sebagai seorang pria normal yang sedang tergoda, siapa yang tak mau mengunci pintu?
Begitu pintunya terkunci dengan suara ‘klik’, sekujur tubuh Song Xingyi pun menegang.
Dia melihat ada ranjang besar di bagian tengah kamar tidur. Dia sudah menonton video pendek yang kemarin berkali-kali dan memiliki rasa akrab yang luar biasa dengan ranjang ini.
Teringat apa yang terjadi di atas ranjang ini di dalam mimpinya, Song Xingyi buru-buru memalingkan matanya dan memandangi perabot lain di dalam kamar ini.
Ini adalah kamar seorang wanita.
Dia jelas-jelas mengakui hal ini. Di dalam kamar ini, tak ada jejak keberadaan laki-laki dan semua hiasannya didekorasi dengan gaya yang disukai para gadis. Di sini, rasanya bahkan udaranya juga manis.
Apakah dia adalah pria pertama yang memasuki kamar ini? Apa Ye Huan pernah berada di sini sebelumnya?
Song Xingyi tak bisa menahan diri untuk memikirkan tentang pertanyaan ini, namun dia segera mendapatkan jawabannya.
“Ah, aku lupa kalau tak ada orang lain yang pernah berada di dalam kamarku, satu kursi pun bahkan tak ada….” Tong Ling kelihatan seperti baru saja menemukan masalahnya, dan kemudian mengibaskan tangannya dengan acuh tak acuh: “Sudahlah, Xingyi, kau tinggal cari saja tempat untuk kau duduki.”
Mencari tempat di mana? Memangnya ada tempat lain untuk diduduki di sini?
Song Xingyi melihat sekeliling. Hanya ada dua pilihan, yang satu adalah duduk di lantai, yang lainnya duduk di atas ranjang.
Di lantai…. Siapa yang mau duduk di lantai, itu kan aneh! Duduk di ranjang? Kelihatannya tidak normal….
Persis ketika Song Xingyi sedang gundah, Tong Ling sudah duduk di tepi ranjang dan memberi isyarat pada Song Xingyi.
“Xingyi, apa kau mau menonton film atau mendengarkan musik?”
Yu Yurou adalah orang yang sangat menikmati hidupnya. Isi kamarnya sangat lengkap, termasuk TV layar datar dan pemutar CD.
“Atau… kita main game?”
Pilihan-pilihan ini dengan cepat membuat orang menurunkan kewaspadaannya.
“Main game!” Kali ini Song Xingyi melangkah cepat ke sisi Tong Ling, dan menatap Tong Ling dengan mata amber cerahnya: “Kak Yurou, apa kau bisa main ayam? Ketepatan tembakanku sangat akurat dan bisa melindungimu!”
“Main Ayam?” Tong Ling tak tahu apa-apa soal game di dunia kecil ini dan ekspresi kebingungan di wajahnya tampak sangat nyata, “Aku tak pernah main itu… Apa sulit?”
“Tak masalah, ada aku di sini.” Song Xingyi menepuk dadanya, kepercayaan dirinya ditemukan dalam sekejap.
Secara alami dia duduk di samping Tong Ling dan mengambil ponsel Tong Ling untuk membantunya memainkan game itu.
Sebagai pemula dalam game, Tong Ling selalu minta saran pada Song Xingyi ketika mempelajari game itu dan tak lama kemudian, mereka berdua pun duduk berdampingan, saling bersandar dengan akrab.
“Yah… kalau aku menyusahkanmu, Xingyi, apa kau akan meninggalkanku?” Tong Ling mengerjapkan matanya.
“Nggak, kalau Kakak kalah dalam game, aku akan segera mengakhiri game-nya dan mengulang ronde berikutnya dengan Kakak.” Song Xingyi menenangkan.
Tong Ling tersenyum. Setelah mengetahui aturan dalam game itu, ternyata game di dunia kecil ini sama sekali tidak sulit baginya. Dia bisa memainkan game dengan lebih baik daripada orang lain tapi tujuannya bukanlah tentang game. Sejak awal hingga akhir tujuannya adalah Song Xingyi.
Jadi begitu dia memasuki game-nya, Tong Ling pura-pura kesulitan. Seperti yang telah Song Xingyi katakan, dia mengikuti pemuda itu dekat-dekat tapi dirinya selalu menjadi sasaran dengan cepat karena berbagai kejadian.
“Xingyi, kenapa selalu ada orang yang menyergapku!” Dengan marah Tong Ling menekan-nekan tombol di layar dan berkata kesal, “Semua ini salahku, lagi-lagi menyusahkanmu!”
Karena pikirannya teralihkan, tanpa sadar wanita itu menjadi begitu dekat dengan Song Xingyi sehingga begitu pemuda tersebut menolehkan kepalanya, pipi keduanya bisa bersentuhan. Keharuman wanita itu memenuhi hidungnya, menyebabkan tubuhnya mengalami perubahan yang tak tergambarkan.
Baju luar hitam kecil Tong Ling entah sejak kapan telah merosot dari bahunya. Pada saat ini, dia hanya mengenakan rok terusan merah muda yang tipis, menampakkan kulit seputih saljunya. Song Xingyi hanya menatapnya dan napasnya menjadi cepat….
“Xingyi,” Tong Ling berpura-pura tak menyadari keanehan pemuda itu dan menyandarkan separuh tubuhnya ke lengan pemuda tersebut, “Lanjut ke game berikutnya?”
Game berikutnya? Sekarang ini siapa yang peduli soal game berikutnya? Song Xingyi rasanya akan jadi gila!
“Xingyi?”
Sebelum Tong Ling bisa lanjut mendekat, Song Xingyi berbalik dan menindih wanita yang terus menggoda dirinya itu di bawahnya.
“Maafkan aku, Kak Yurou.” Mata Song Xingyi memerah dan seraya minta maaf, dia membenamkan kepalanya ke bahu Tong Ling, “Bantu aku, aku sudah tak tahan lagi.”
“Eh? Bantu untuk apa?” Tong Ling menyusurkan tangannya ke punggung Song Xingyi, “Kau tidak bilang dengan jelas, jadi bagaimana aku bisa membantumu?”
“Apa saja boleh, asalkan itu Kakak, asalkan kamu….’ Song Xingyi menggumam dan menempelkan bibirnya ke sisi leher Tong Ling.
“Ganti sebutanku.” Perlahan Tong Ling menurunkan tangannya dan berkata lembut ke telinga Song Xingyi, “Panggil aku kakak.”
Song Xingyi melupakan semuanya, seakan kembang api yang cemerlang meledak dalam benaknya. Dengan pikiran melayang, dia berseru keras-keras: “Kakak, Kakak….”