Beauty of Lies - Chapter 13
“Kenapa kau tak menjawab teleponnya!”
Yu Yurou meremas ponselnya dengan geram, wajahnya penuh dengan amarah, “Song Xingyi, apa sebenarnya yang kau lakukan!”
Yu Yurou tak memerhatikan waktu ketika dia menelepon untuk pertama kalinya. Pada saat itu, dia hanya ingin mencari seseorang untuk membantunya dan dia lupa tentang perbedaan waktu di rumah dan di luar negeri, jadi telepon yang dilakukannya pada saat itu semuanya adalah pada pukul dua atau tiga tengah malam di Tiongkok.
Pada kali kedua dia menelepon, dengan sengaja Yu Yurou memilih periode waktu yang mendekati siang hari di Tiongkok, yang seharusnya memadai. Yang tak disangkanya adalah bahwa orangtuanya tidak menjawab teleponnya dan bahkan Song Xingyi, yang biasanya aktif dan mengiriminya pesan tiap hari, tidak menjawab teleponnya. Mungkinkah orang-orang akhir-akhir ini bahkan tidak berani menjawab nomor tak dikenal?!
Ketika dia menelepon lagi, nomornya diblokir lagi….
Sekarang Yu Yurou sebenarnya sudah terbiasa dengan hal itu….
Dengan hati-hati Yu Yurou mempertimbangkan siapa yang harus dihubungi demi memecahkan kendalanya saat ini.
Orang-orang biasa yang dikenalnya itu tak bisa banyak membantu dirinya dan hanya ada sedikit orang yang punya kemampuan serta kekayaan untuk tidak merasa takut menyinggung Shen Man.
Sekarang karena Ye Xu dan Song Xingyi tak bisa dia hubungi, apakah dia harus mencari Lu Yue?
Yu Yurou tak pernah meminta bantuan dari orang yang tak bisa dia kendalikan. Kalau pihak lain tak setuju, maka hanya akan membuatnya tampak memalukan. Lu Yue seharusnya ditaruh di urutan belakangan.
Setelah memikirkannya, Yu Yurou menahan amarahnya. Pada akhirnya, dia sudah tak tahan lagi, jadi dia pun menarik keluar kartu nama Shen Man dan langsung meneleponnya.
Nomor Shen Man tersambungkan.
Yu Yurou bahkan merasa agak gembira karena teleponnya tidak ditolak, tapi ketika dia berpikir bahwa wanita inilah yang telah mencelakai dirinya, kegembiraan itu langsung berubah menjadi amarah yang berkobar-kobar.
“Shen Man! Tak kusangka kau melakukan ini!” Saat ini Yu Yurou sudah tak bisa tetap tenang, “Aku sudah janji padamu untuk tidak menghubungi Ye Huan saat aku ada di luar negeri, kenapa kau memutus semua kontak antara aku dan yang lainnya?”
Shen Man mengira dirinya sedang mengangkat telepon untuk urusan pekerjaan, tapi siapa yang mau mendengar suara Yu Yurou. Shen Man, yang sibuk dengan pekerjaannya, mengernyit dan berkata tidak senang, “Aku tak tahu apa yang kau bicarakan.”
Yu Yurou mencibir: “Aku tahu kau takkan mengakuinya, tapi Nyonya Shen, sebagai presiden dari Grup Ye, kau bahkan menahan dana yang kau berikan padaku, bukankah itu keterlaluan?
“Kau ingin aku tinggal di luar negeri, aku tak bisa bertahan lama selain dari uang tunai yang telah kutukarkan. Pada saat itu, aku benar-benar tak punya pilihan selain kembali ke Tiongkok!”
Ketika Shen Man tiba-tiba mendengar permintaan Yu Yurou dan terlebih lagi wanita itu adalah pacar Ye Huan, Shen Man pun menjadi luar biasa jijik, “Kau itu tak ada puasnya ya, berapa banyak yang kau minta?”
Yu Yurou ingin memaki, tapi akunnya telah diblokir oleh Shen Man, dan yang bersangkutan bilang dia serakah? Dia serakah untuk apa?
“Akunku sudah lenyap dan aku tak bisa mendapatkan sepeser uang pun di dalamnya!”
Shen Man terlalu malas untuk bicara panjang lebar dengan Yu Yurou, “Kau mau berapa?”
Yu Yurou: “….”
Dengan kesal Yu Yurou berkata, “Setidaknya kembalikan padaku uang yang awalnya kau berikan padaku.”
“Oh.” Shen Man mencibir: “Maumu banyak juga.”
Shen Man berkata tegas, “Baiklah, ini adalah uang terakhir yang kuberikan padamu. Aku akan mengirimkan kartunya padamu, jangan buat-buat alasan lagi padaku dan kalau sampai aku tahu kau punya pemikiran lain, akan kubuat kau tak dapat apa-apa!”
Yu Yurou, yang teleponnya ditutup, begitu marah sampai-sampai wajahnya berkerut. Lama kemudian, dia berkata pahit: “Shen Man! Putramu adalah milikku, kau harus menerimanya walaupun kau tak menginginkannya. Nanti aku pasti akan membuatmu menyesali apa yang telah kau lakukan hari ini!”
Tong Ling sudah hampir selesai bermain dengan Song Xingyi, jadi dia pun mengantar anak anjing lengket itu keluar dari rumah. Song Xingyi ingin membuat janji lagi untuk besok, tapi Tong Ling menolaknya dengan tegas.
“Tak bisa ya?” Ketika Song Xingyi berpikir akan meninggalkan kakaknya itu, dia bahkan tak sanggup menggerakkan kakinya. “Kalau begitu bagaimana dengan besok lusa?”
“Kau harus sekolah.” Tong Ling mengusap kepala Song Xingyi. Sebelum Song Xingyi bisa membantah, dia menggelengkan kepala, “Tidak, kalau kau membolos kelas, sebagai ‘gurumu’, aku akan marah.”
Dengan enggan Song Xingyi menggenggam tangan Tong Ling: “Aku nggak akan membolos, tak bisakah aku datang sepulang sekolah?”
Tentu saja Tong Ling takkan menyetujuinya. Begitu Song Xingyi mendapat kesempatan untuk mendatanginya, tindakan-tindakannya di masa mendatang akan jadi sangat tidak nyaman.
“Tidak.” Nada suara Tong Ling agak tegas, tapi dia tahu bahwa demi membuat patuh seekor anjing, dia harus menegurnya dan juga memberikan sikap manis.
“Xingyi, kalau kau jadi anak baik, kakak akan memberimu hadiah.” Tong Ling menekan bibir bawahnya dengan jari dan matanya beralih dari wajah Song Xingyi ke sekujur tubuh pemuda itu, “Jadi apa Xingyi akan jadi anak baik?”
Hadiah? Apa yang akan jadi hadiahnya? Kalau masih seperti hari ini…. Begitu Song Xingyi melihat tatapan Tong Ling, wajahnya, lehernya, dan bahkan tubuhnya terasa sedikit panas. Jantungnya seperti tersengat aliran listrik dan keinginan yang terpatri pada tubuhnya membuatnya menganggukkan kepala: “Aku anak yang sangat baik.”
Dia takut kalau Tong Ling tidak memercayainya, jadi dia kembali berseru seperti anjing keras-keras di depan Tong Ling.
Bukankah kakak paling suka pada anjing? Kalau dia jadi sangat baik dan penurut, kakak akan lebih menyukainya lagi!
Tong Ling tersenyum puas. Dia menekankan ujung jarinya yang telah menyentuh bibirnya tadi dan dengan lembut menekankannya ke bibir pemuda itu, “Anak anjing yang baik.”
Apa ini bisa dianggap sebagai ciuman tidak langsung dengan kakak? Benak Song Xingyi masih dipenuhi oleh pertanyaan ini hingga dirinya sudah berkendara jauh….
Karena dia sudah menghabiskan waktu satu hari bersama Song Xingyi, Tong Ling baru mengemasi makanan di petang hari dan pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi ‘pacar asli’nya, Ye Huan.
“Kau datang.” Ye Huan, yang sedang duduk di ranjang rumah sakit, kondisinya sudah lumayan berubah dibandingkan dengan kemarin. Ketika dia menatap Tong Ling, matanya tampak cerah dan sudut mulutnya tersenyum. Meski sekujur tubuhnya penuh dengan perban dan luka-luka, dia berusaha sebaik mungkin untuk menunjukkan kesan pembawaan elegan dari seorang putra orang kaya dan terhormat, “Aku sangat merindukanmu.”
Harus dibilang bahwa tokoh utama pria masih punya sedikit moda. Sebagai tokoh utama pria di dunia kecil ini, tak diragukan lagi Ye Huan adalah yang terbaik, dari segi latar belakang keluarga hingga ke penampilannya. Dia tampan, dengan fitur tajam dan ketika dia menatap orang dengan sorot mata penuh kasih dan terpusat, dirinya benar-benar memesona.
Sayangnya, di mata Tong Ling, semua ini hanyalah obyek kerja dengan atribut bajingan. Kalau bukan karena fakta bahwa sang tokoh utama masih dibutuhkan untuk berpartisipasi penuh pada plot di masa mendatang, Tong Ling pasti akan sudah memperpanjang plot rumah sakitnya hingga waktu yang tak terbatas.
“Aku juga merindukanmu.” Walaupun kedipan tokoh utama pria itu dilontarkan pada orang buta, Tong Ling masih sangat profesional pada pekerjaannya. Seraya menata makanan, dia sedikit meminta maaf: “Seharian tadi aku merasa kurang sehat, jadi aku tidak datang kemari. Kau takkan menyalahkan aku, kan?”
Tentu saja tidak, tapi Ye Huan berharap Tong Ling bisa menemaninya lebih lama, namun kekasihnya ini telah membayar terlalu banyak untuknya. Dia tak lagi membuat permintaan tidak penting pada pacarnya itu, “Akan sangat bagus kalau kau bisa menyempatkan datang menjengukku, tapi aku tak bisa menjagamu, jadi pacarmu inilah yang telah abai.”
Ye Huan di masa lalu takkan pernah bisa mengucapkan kata-kata semacam itu. Sebagai tuan muda pertama yang lahir dengan sendok emas, Ye Huan selalu menganggap kebaikan orang lain kepadanya sebagai suatu hal yang wajar.
Kali ini ketika tinggal sendirian di bangsal, tiba-tiba Ye Huan menyadari kalau kehidupannya sebelum ini adalah kegagalan setelah melepaskan diri dari lingkaran masa lalu yang berisik dan tak serampangan. Selain dari statusnya sebagai tuan muda pertama dari Keluarga Ye, dia sendiri tak punya apa-apa yang patut untuk dipuji, apalagi dia tak punya pencapaian dalam karirnya dan secara emosional dirinya selalu adalah orang yang menerima.
Ye Huan berpikir kalau dirinya harus menjadi dewasa dan dia tak bisa lagi melakukan apa pun yang dia suka dan menjadi terlalu egois seperti dulu.
Perubahan pada diri Ye Huan membuat Tong Ling lebih tertarik. Dia mengambil inisiatif untuk duduk di samping Ye Huan, menyibakkan rambut panjangnya dan menampakkan sisi lehernya.
“Bisa bersamamu, aku merasa sangat puas.” Tong Ling masih tampak seperti seorang kekasih teladan, tersenyum manis pada Ye Huan.
Tentu saja Ye Huan tidak mengabaikan setiap gerakan pacarnya. Dia bisa melihat dengan jelas bercak-bercak merah di leher pacarnya itu. Kali ini, dia tak mencurigai apa pun, tapi mengambil inisiatif untuk bertanyav “Yurou, lehermu… apa ini karena penyakitnya?”
“Apa sangat serius? Atau kau ingin periksa ke dokter?” Ye Huan bertanya penuh perhatian.
Ye Huan begitu pengertian sehingga Tong Ling tak tahan untuk mendesah pada sistem: “Si tokoh utama pria masih mencarikan alasan untukku….”
M577 hanya merasa kalau si tokoh utama pria itu payah: [Matanya benar-benar sudah rusak, perlu periksa ke dokter mata.]
Tong Ling: “Bagaimana bisa kau bilang begitu. Tak pernah kukira penglihatannya sebagus itu!”
M577: [Haha….]
Sambil mengobrol dengan sistem, Tong Ling masih bicara pada Ye Huan dengan dua hal dalam benaknya.
“Bagaimana kau bisa menebaknya?” Tong Ling tak menyangkal kalau Ye Huan sudah mencarikan alasan bagus untuknya. Dia menarik turun kerah bajunya dan menggerakkan jemarinya dari leher ke tulang selangka, “Merah-merahnya banyak sekali, saat aku pertama kali melihatnya, aku… aku kaget sekali, lagipula, ini kelihatan seperti cupang….”
Tong Ling menatap Ye Huan seraya tersenyum: “Ye Huan, kenapa kau tidak marah?”
Garis leher wanita itu tampak luar baisa indah dan kulit putihnya dinodai oleh bercak-bercak merah, dibelai oleh jemari lentik yang indah tersebut, sungguh suatu gambaran yang amat menggoda.
Tindakan-tindakannya sungguh berani, kata-katanya penuh dengan godaan, namun matanya masih begitu jernih, yang benar-benar mengesankan apa arti dari wanita ‘murni dan menggiurkan’. Ye Huan tak pernah melihat Yu Yurou tampak seperti ini. Matanya berkilat takjub dan dalam hati dia jadi lebih geli lagi pada ujian dari kekasihnya itu. “Seperti kataku, aku takkan lagi meragukanmu, kau tak percaya?”
Ye Huan mengulurkan tangannya untuk merapikan kerah baju Tong Ling, dan berkata menggoda, “Apa kau sedang sengaja menggodaku?”
Sebagai karakter teratai putih, ketika dia mendengar kalimat ini, wanita itu pun langsung merona dan mundur, “Kau itu bicara omong kosong apa!”
Hati Ye Huan kembali dipenuhi oleh kelembutan dan rasa manis, “Saat aku sudah sehat, aku akan memberimu pelukan yang erat.”
Tong Ling tak berminat pada Ye Huan. Melihat armosfernya hampir memanas, dia pun berkata, “Aku bisa datang menjengukmu besok tapi besok lusa… aku tak punya waktu untuk datang.”
“Kenapa?” Tiap hari, Ye Huan-lah yang paling banyak bicara. Yang dia nanti-nantikan adalah menunggu kekasihnya datang dan menemuinya. Tak peduli kapan pun Tong Ling datang dan berapa lama pun wanita itu ada di sini, merupakan hal bagus untuk bisa melihatnya satu kali lebih banyak.
“Apa kau sudah lupa siapa aku sekarang ini?” Tong Ling memicing pada Ye Huan dengan sikap memikat, “Aku adalah Yu Ling dan aku harus pergi ke kampus. Saat ini aku harus tinggal di kampus, jadi aku hanya bisa keluar untuk menemuimu saat istirahat.”
“Kau akan pergi ke kampus menggantikan adikmu?” Ye Huan mengernyit, “Bahkan meski kau menjadi ‘pengganti’, kau tidak benar-benar harus menjalani kehidupan adikmu. Apalagi kau harus meniru orang lain untuk berhubungan dengan lingkungan yang sama sekali baru. Berhubungan dengan orang-orang baru… bagaimana bisa aku membuatmu melakukan pengorbanan seperti itu!”
“Ini memang pekerjaan yang berat, tapi adikku sudah pergi belajar di luar negeri untuk menggantikanku dan aku tak bisa membuatnya bahkan tak mendapatkan diplomanya setelah dia kembali ke Tiongkok.” Tong Ling mengulang alasan yang telah Lu Yue pakai sebelumnya.
Ye Huan menimbang-nimbang sejenak, “Walaupun aku tak bisa membuatmu bisa mendapat diploma secara langsung, aku punya cara supaya kau tak perlu pergi ke kampus.”
“Aku akan mencarikan orang untuk pergi ke kampus adikmu demi membereskan formalitas supaya adikmu bisa cuti kuliah karena magang. Ketika magangnya selesai, kau bisa kembali ke kampus dan mendapatkan diplomamu. Lalu mengenai ke mana kau pergi untuk magang….”
Dengan cepat Ye Huan membuat keputusan: “Pergi saja ke perusahaan Lu Yue. Dia sudah tahu situasimu dengan baik dan aku bisa merasa tenang kalau ada dia yang menjagamu untuk menggantikan aku.”
Tong Ling ingin tertawa ketika dia mendengarnya. Ye Huan memang adalah saudara sepermainan yang baik dengan Lu Yue sejak kecil hingga dewasa, bahkan sirkuit otak mereka ini sama persis!
M577 bahkan lebih kaget lagi. Tak pernah dia melihat seorang tokoh utama pria yang begitu bersemangat untuk diselingkuhi atas keinginannya sendiri. Melihat ekspresi riang Tong Ling, dia pun menceplos: [Apa semua ini sudah kau perhitungkan, Inang?!]
Tong Ling sangat tak bersalah: “Omong kosong apa, bagaimana mungkin aku tahu kalau Ye Huan akan dapat ide ini.”
“Tapi… karena dia sudah membiarkanku pergi, akan buruk kalau aku tidak pergi.”