Beauty of Lies - Chapter 3
“Kenapa kau basah kuyup begitu?” Ye Xu bertanya dengan cemas.
Tak pernah dia melihat Yu Yurou tampak begitu mengenaskan. Hujan telah membuat rambut panjang wanita itu basah kuyup dan tetes-tetes air menggelincir turun dari rambut yang berantakan, setitik demi setitik, dan perlahan meresap dari leher ke gaun yang tipis. Tubuh wanita itu menguarkan uap air lembab dan sentuhan dingin serta bersihnya mengalir ke tubuhnya lewat pelukan yang terlalu intim ini.
Yu Yurou menempel padanya seperti sulur yang lemas. Ketika Ye Xu melihat wajah pucat dan cantik wanita itu, perasaan cinta membuncah dalam hatinya dan dia hanya ingin menjaga wanita ini baik-baik dalam pelukannya, tidak membiarkan si wanita menderita lagi akibat angin dan hujan.
“Kebetulan tadi aku kehujanan di jalan.” Tong Ling mendongakkan kepalanya, matanya tampak agak merah dan ada air berlinangan di matanya. Air mata sudah hampir menitik di mata wanita itu dan membuatnya tampak sangat mengibakan.
Sepertinya kecelakaan mobil itu benar-benar telah membuat wanita itu ketakutan. Ye Xu berpikir demikian dan pelukannya pun sedikit mengencang.
Pelukan itu tak berlangsung lama dan Tong Ling merasa kalau urusannya sudah hampir selesai, jadi dia mengambil inisiatif untuk melepaskan diri dari pelukan Ye Xu. Tak mungkin, dengan rancangan karakter Yu Yurou, meski dia bisa memeluk Ye Xu ketika dirinya sedang emosional, bagaimanapun juga dia masih merupakan kekasih Ye Huan, jadi dia masih perlu menahan diri.
Jadi Tong Ling menampakkan ekspresi malu dan tersipu pada saat yang tepat, “Aku, aku telah membuat bajumu basah… maafkan aku!”
Pelukannya tiba-tiba kosong dan hati Ye Xu pun sepertinya juga menjadi kosong. Ini adalah waktu ketika dirinya berada paling dekat dengan Yu Yurou dan perasaan sepenuhnya dibutuhkan karena pelukan dari tubuh mungil itu membuatnya entah kenapa jadi merasa agak kecanduan.
“Jangan minta maaf, kau dan aku tak usah merasa seasing itu.” Ye Xu melepaskan jasnya dan menyampirkannya ke samping.
“Iya.” Tong Ling menyeka air matanya dan menjawab dengan tenang: “Kita kan teman!”
Seketika itu juga rasa manis karena pelukan tersebut berubah menjadi pahit. Ekspresi Ye Xu tetap tak berubah tapi nada bicaranya menjadi dingin: “Teman….”
“Sahabat terbaik!” Tong Ling membenamkan separuh wajahnya ke dalam jas Ye Xu, meraih tangan Ye Xu dan menggoyangkannya, “Selamanya kau adalah adik kecilku!”
Suara Tong Ling lembut dan manis, mata berkabutnya terpancang pada Ye Xu, sorot matanya sarat dengan kepercayaan dan kemelekatan kepada Ye Xu.
“Adik kecil….” Benak Ye Xu melayang ke masa kanak-kanaknya. Dalam ingatan yang tak terlupakan itu, gadis kecil yang berbagi permen dengannya memanggil dirinya dengan begitu manis. Sejak dia dan Yu Yurou bertemu kembali, ini adalah kali pertama dia mendengar sebutan ini. Suatu emosi hangat menyelimutinya, ketidakacuhan di matanya menghilang dan kesan jauh yang bercokol di sekitarnya menghilang sepenuhnya.
“Ah.” Tong Ling menutupi mulutnya dengan agak kesal: “Kenapa aku mengatakan apa yang kukatakan dalam hati? Pasti aneh rasanya kalau aku memanggilmu dengan sebutan itu!”
Ye Xu menatap lembut pada Tong Ling, lalu tersenyum: “Tidak mengejutkan, kau…. Kau bisa selalu memanggilku itu.”
Tong Ling mengulurkan tangannya dan menyentuh sudut bibir Ye Xu dengan jemarinya yang lentik. Ketika pria itu terpana karena tindakan tiba-tibanya, Tong Ling menaikkan alisnya dan berkata, “Adik tampak sangat tampan saat dia tersenyum!”
“Saat kau tertawa, tak ada seorang pun yang akan membencimu!” Gadis kecil nan imut berkuncir dua itu memegangi wajah dan terkikik padanya, “Seperti ketika aku melihat adikku sendiri, rasanya senang sekali!”
“Jadi, kau tak membenciku?” Dengan gugup Ye Xu kecil mencengkeram sudut baju Yu Yurou, “Semua orang bilang kalau mukaku angker dan mereka tak suka kalau aku tampak muram.”
“Tentu saja tidak!” Si gadis kecil mengeluarkan sebuah bungkusan dari kantongnya. Permen dengan kertas pembungkus warna-warni diserahkan kepada Ye Xu kecil: “Nih, aku akan memberimu permen kesukaanku dan setelahnya kita akan jadi sahabat terbaik!”
Wanita cantik nan murni di hadapannya itu saling tumpang tindih dengan gambaran gadis kecil dalam ingatan. Bersama-sama, sosok dalam ingatan itu sepertinya tak pernah berubah.
Setelah lewat bertahun-tahun, sekali lagi Ye Xu merasakan debaran yang dulu.
Dia tak bisa menahan diri untuk menggenggam pergelangan tangan wanita itu, berusaha mengekspresikan perasaannya namun si wanita yang baru saja bersikap mesra kepadanya itu kini tengah menatap cemas ke arah ruang operasi.
“Ye Huan….” Tong Ling membisikkan nama ‘kekasih’nya dan mengkonfirmasikan pada Ye Xu dengan paras sedih: “Dia akan baik-baik saja, kan?”
Ye Xu merasa seakan seseorang telah menuangkan seember air dingin ke atas kepalanya dan sejenak hatinya terasa pilu.
Benar, wanita yang dia cintai masih mencintai pria lain dan pria itu tak lain adalah saudaranya sendiri, Ye Huan!
Ye Xu merasa hatinya sedang digerogoti oleh kecemburuan.
Tak seperti dirinya yang tak punya ayah dan ibu sejak kanak-kanak, Ye Huan terlahir dalam lingkungan terbaik. Ye Huan memiliki seorang ibu yang mencintai dirinya serta seorang ayah yang menyertainya.
Bahkan meski Ye Huan tak mau mewarisi perusahaan, Shen Man, wanita itu, masih dengan kokoh mengendalikan ekuitasnya dan ingin menyerahkan semua yang dia miliki kepada putranya. Akan tetapi, Ye Xu harus berusaha mati0matian untuk memperoleh status dan haknya yang sekarang, dan dia bahkan tak bisa mengekspresikan perasaannya kepada wanita yang dia sukai secara terang-terangan.
Kenapa ada Ye Huan? Jelas-jelas kemampuan Ye Huan berada di bawahnya!
Melihat mata Ye Xu semakin lama semakin dingin, tiba-tiba Tong Ling bersin, menarik kembali pikiran-pikiran Ye Xu.
“Apa kau kena flu?” Buru-buru Ye Xu mengulurkan tangan dan menyentuh dahi Tong Ling lalu mendapati bahwa dahi Tong Ling panas, bahkan wajah mungil yang terkubur dalam jasnya merah merona.
“Aku tak apa-apa.” Tong Ling pura-pura kuat dan tersenyum, tapi dengan jujur tubuhnya gemetar dua kali.
Dia sudah kehujanan begitu lama, dan sekarang akhirnya berhasil.
Ye Xu langsung membungkuk, menempatkan lengannya di bawah lutut Tong Ling, menopang punggung Tong Ling dan memeluknya, “Kau demam, kau harus minum obat dan istirahat.”
Tong Ling berseru dengan suara lirih, mencengkeram baju Ye Xu erat-erat dengan kedua tangannya, “Ak… aku masih harus menunggu hasil operasinya, aku ingin menunggu hingga Ye Huan keluar….”
“Aku berjaga di sini dan akan memberitahumu begitu ada kabar.” Ye Xu tak tahan lagi. Dia berkata datar lalu mencari dokter dan mengantar Tong Ling ke sebuah bangsal VIP terpisah.
Si pengemudi malang, yang ditinggal sendirian di pintu ruang operasi, memandangi punggung kedua orang yang sedang pergi itu dan hatinya terasa begitu nelangsa.
“Obati penyakitmu. Kalau kau tak merawat dirimu sendiri, Ye Huan akan merasa cemas ketika dia sadar.” Ye Xu tahu bahwa memakai Ye Huan sebagai alasan untuk membuat Yu Yurou menurut adalah cara paling efektif, tapi ketika dia mengucapkan hal ini, mau tak mau dia merasakan hatinya agak seperti ditusuk-tusuk.
“… Aku mengerti.” Tong Ling mengangguk patuh, sangat puas dengan usulan Ye Xu.
Dia tak mau berdiri kebodoh-bodohan di laur ruang operasi dan menunggu selama beberapa jam. Simpul plot berikutnya dari peran pendukung wanita umpan meriam takkan berlangsung hingga si tokoh utama pria sadar. Sepanjang periode sebelum si tokoh utama pria sadar, dirinya bebas.
Tong Ling memutuskan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Setelah Ye Xu meletakkan dirinya di ranjang, dia bertanya, “Apa aku bisa mandi si sini? Aku ingin membuat diriku sendiri tampak lebih bersih.”
“Tentu saja bisa.” Dengan sangat perhatian Ye Xu mengatur semuanya untuk Tong Ling. “Kau bisa menganti bajumu begitu gantinya sudah diantarkan dan kau bisa minta apa pun yang kau butuhkan.”
“Kalau begitu apa kau bisa mengeluarkan kembali kartu telepon untukku?” Dia tak menyia-nyiakan ide itu dan ketika dia mengajukan permintaan kepada Ye Xu, dia sama sekali tidak sungkan-sungkan, “Sebenarnya… supaya bisa tetap tinggal di Tiongkok, waktu itu aku telah memberikan semua kartu identitas dan nomor teleponku kepada adikku dan dia pergi ke luar negeri untuk menggantikanku. Sekarang aku tak punya apa-apa. Rasanya sangat tidak nyaman….”
“Adik?” Ye Xu tahu kalau Yu Yurou punya seorang adik namun karena Yu Yurou jarang menyebutkan soal adiknya, dia jadi tak peduli tentang saudari wanita itu. Dia sama sekali tak bisa memahaminya, “Dia takkan ketahuan ketika pergi ke luar negeri untuk menggantikanmu?”
“Adikku itu sangat mirip denganku!” Tong Ling tampak sangat lega, “Sejak kecil dia akan meniru aku dan tak ada seorang pun yang bisa mengetahuinya. Ayolah! Nyonya Shen percaya begitu saja kalau adikku adalah aku, jadi dia tak menyadari kalau diam-diam aku tetap tinggal di dalam negeri.”
Kini Ye Xu mengerti alasan kenapa Yu Yurou bisa tetap tinggal, tapi dia tak menyangka bahwa pihak lain punya adik yang tampak mirip dengannya.
“Kau benar-benar pintar.” Ye Xu menepuk-nepuk kepala Tong Ling: “Semua yang kau inginkan akan diantarkan.”
Tong Ling menatap Ye Xu dengan wajah terharu dan berkata manis, “Kau benar, adik. Kau baik sekali.”
Hati Ye Xu menghangat. Bahkan meski hanya disebut adik, dia bersedia melakukan apa saja untuk Ye Yurou.
Ye Xu bercakap-cakap beberapa saat lagi dengan Tong Ling di bangsal. Melihat kalau Tong Ling mau bercanda dengannya, hatinya semakin melembut. Ketika bawahannya membawakan pakaian dan barang kebutuhan sehari-hari, dia memberitahu Tong Ling agar meneleponnya kapan saja kalau ada apa-apa dan kemudian berjalan keluar dengan enggan.
Begitu Ye Xu pergi, Tong Ling langsung mengambil pakaian yang diberikan Ye Xu kepadanya dan memandangi pakaian itu.
Seperti yang telah diperkirakan dari orang kaya, pakaian yang dibelikan untuknya tampak lebih mahal dan mewah dibandingkan gaun yang dia kenakan. Selera berpakaian pria itu cukup bagus!
Pada saat ini, M577, seperti terong yang terserang embun beku, bertanya lemah: [Bagaimana kau melakukannya….]
Tong Ling: “Eh?”
[Bagaimana kau bisa membuat Ye Xu jadi begitu penurut?] M577 sama sekali tak bisa memahami plotnya, [Dia tak pernah mengurus Yu Yurou sendiri dengan begitu telaten! Kenapa dia memercayai apa pun yang kau katakan, bahkan tanpa penilaian mendasar!]
“Apa yang sulit soal ini,” Tong Ling melengkungkan bibirnya, “Asalkan kau menemukan kelemahannya, tentu saja kau bisa meminta apa pun dari dia.”
M577: [Kelemahan?]
“Bukankah dia selalu menganggap kenangan-kenangan masa kecil itu sebagai harta karun?” Tong Ling berkata perlahan: “Ingatan itu telah dipercantik olehnya dan dia tak sadar ada berapa banyak lapisan penyaring yang telah ditambahkan. Di dalam hatinya, tak ada apa pun yang lebih baik dari ingatan itu. Gadis-gadis tampak lebih cantik tapi yang sebenarnya adalah… si gadis kecil telah tumbuh dewasa dan gadis kecil yang sudah tumbuh mungkin saja tidak sesempurna yang dia ingat.”
“Apa kau pikir perasaannya terhadap si tokoh utama wanita adalah cinta? Dia hanya ingin mencari kenyamanan masa lalu dari si tokoh utama wanita. Pada akhirnya, dia adalah seorang pria yang kekurangan cinta dan pria macam ini adalah yang paling baik untuk dibunuh.”
M577 tidak terlalu senang dengan sikap santai Tong Ling dan menggumam: “Bagaimanapun juga kau itu bukan tokoh utama wanita yang asli, gadis kecil itu bukan kamu. Sikap Ye Xu kepada orang lain sangat dingin, kalau sampai ketahuan….”
“Oh, aku tak bilang kalau aku takkan ketahuan. Bahkan kalau aku ketahuan, terus kenapa??” Tong Ling berjalan menuju kamar mandi pribadi dalam bangsal VIP dengan pakaian tersampir di lengannya, “Tak ada seorang pun yang lebih sesuai dengan harapannya atas mimpi itu daripada aku. Kalau seseorang merusak mimpi ini, menurutmu dia akan membenciku atau orang yang sudah merusaknya? Bagaimana dengan si pemimpi?”
M577 bergidik ketika mendengar hal ini: [Inang, kau sangat menakutkan!]
“Kau itu bicara apa!” Tong Ling terkikik: “Tapi aku benar-benar harus berterima kasih kepada sang nona. Aku ingat sebuah istilah lama, apa katanya – para pendahulu menanam pohon dan generasi berikutnyalah yang menikmati keteduhannya, kalimat ini benar-benar bagus!”
M577: [….]
M577 tak pernah melihat ada orang yang lebih tak tahu malu daripada Tong Ling!