Buku Panduan Neraka - Chapter 361
Oscar angkat bicara duluan, “Aku tak apa-apa. Asalkan kita tak berada di tempat yang sepanas itu, aku akan baik-baik saja untuk beberapa hari lagi. Memindah-mindahkan bayangan tak memakan banyak energi.”
Sementara itu, Su Jin, menggelengkan kepalanya dengan agak sedih ketika berkata, “Aku sudah memakai sedikit lebih dari separuh, di mana membuat zirah untuk Natasha dalam bentuk nagalah yang paling menguras, sementara cakar nagaku sendiri tak membutuhkan banyak. Tapi aku bisa menangani pertempuran lain seperti tadi itu sekali lagi.”
Dia sekarang mendapati fakta bahwa psikokinesisnya yang telah tersegel merupakan hal yang amat merepotkan. Kalau kekuatan itu tidak disegel, dia bisa menangani sepuluh lagi pertempuran seperti itu tanpa masalah apa pun. Yang lebih penting, dia baru bisa melakukan teknik-teknik tertentu kalau psikokinesis yang tersedia jumlahnya lebih banyak lagi.
“Kalau begitu kondisi semua orang ternyata lebih baik dari yang kuduga,” ujar Durand seraya tersenyum. Namun senyumnya tak memancarkan kesenangan sedikit pun.
Sembari bicara, mereka lanjut berjalan. Untuk amannya, Su Jin menyelimuti radius 500 meter di sekitar mereka dengan psikokinesisnya. Si raksasa lava sudah muncul tiba-tiba karena mereka telah masuk dalam jarak 300 meter darinya. Su Jin merasa kalau ini adalah jarak yang akan mengaktifkan monster-monster tersebut, jadi dia menambahkan 200 meter lagi dari jarak itu.
Metodenya ternyata terbukti menjadi metode yang bagus. Dia telah mendeteksi beberapa bentuk kehidupan yang menyerupai si raksasa lava, dan semakin dekat mereka dengan bentuk kehidupan itu, akan jadi semakin aktiflah bentuk kehidupan tersebut. Su Jin mengarahkan Shen Wu agar memutari area-area ini, sehingga mereka tidak berpapasan dengan raksasa lava lainnya, yan memberi semua orang waktu untuk bernapas.
Sementara itu, si wanita bercadar sudah memimpin timnya mencapai lantai tiga. Raut nostalgia muncul di matanya ketika dia melihat lantai ketiga yang penuh dengan lava ini.
“Kudengar kalau satu faksi dari dewa-dewa purba telah berubah menjadi raksasa-raksasa lava ini. Apa itu benar?” wanita bersayap phoenix bertanya pada wanita bercadar.
Si wanita bercadar mengangguk samar dan berkata, “Pada akhir siklus pertama, para dewa purba mencoba beberapa metode demi bertahan hidup. Menjadi raksasa lava hanya satu dari cara-cara itu. Sebenarnya, kalian semua memiliki gen para dewa purba hingga taraf tertentu. Bisa dibilang bahwa setiap makhluk hidup di semesta telah tercipta berdasarkan gen-gen dari para dewa purba.”
“Termasuk lalat dan nyamuk?” tanya Jing Hua bercanda.
Namun si wanita bercadar mengangguk dan berkata serius, “Tentu saja. Tidak semua makhluk hidup itu sama, karena mereka memiliki jumlah gen dewa purba yang berbeda-beda dalam tubuh mereka.”
Ekspresi Jing Hua merosot. Dia tak mau mengakui bahwa tubuhnya yang praktis sempurna memiliki gen asli yang sama dengan lalat dan nyamuk.
“Phoenix, aku akan serahkan tempat ini padamu,” si wanita bercadar berkata pada wanita bersayap phoenix.
Phoenix mengangguk dan mengambil langkah pertama ke dalam lava yang menyelimuti lantai tiga. Namun dia bukan hanya tidak terluka oleh lava itu, sayap-sayap di punggungnya malah berkilau lebih terang dan cemerlang sebelum tiba-tiba tumbuh sepanjang hampir 50 meter.
“Ayo naik!” ujar Phoenix kepada yang lain. Perlahan menurunkan sayapnya dan membiarkan dirinya sendiri dijadikan alat transportasi.
Keempat orang lainnya berpencar menjadi dua pasang, sepasang di masing-masing sayap. Sayap-sayap phoenix terangkat begitu mereka sudah aman berada di atas sayapnya, yang bagaikan dua awan membara.
Dia amat sangat mencintai lava, karena dirinya terlahir dari api. Semakin kuat apinya, maka semakin berharga. Kalau dia diberi api yang cukup kuat, dia bisa memakai api itu saja untuk menjadi dewa.
Namun setelah dia berjalan beberapa kilometer, lavanya mulai menggelegak dan sesosok raksasa lava tiba-tiba muncul. Jantung semua orang berdebar karena mereka bisa melihat sekuat apa raksasa lava itu.
Si wanita bercadar mengisyaratkan pada yang lain agar tetap tenang, kemudian mengulurkan satu tangan ke arah si raksasa lava. Raksasa lava yang terbangkitkan tiba-tiba berhenti bergerak, dan menatap wanita itu seakan sedang bertanya-tanya kenapa dia merasakan sayang yang amat sangat kepada makhluk mungil ini.
“Maafkan aku… pada akhirnya aku sudah gagal….” Wajah si wanita bercadar berlumur air mata. Bahkan empat orang yang bersama dengannya bisa merasakan kesedihannya dengan jelas.
Si raksasa lava tiba-tiba mulai panik dan merasa sama tidak enaknya ketika dia melihat si wanita menangis. Si raksasa mengulurkan tangan ke arah wajah si wanita untuk menyeka air matanya, namun seketika menariknya kembali. Entah kenapa, si raksasa merasakan bahwa melakukan hal itu akan melukai makhluk mungil nan berharga ini.
“Maafkan aku, aku… aku sungguh minta maaf!” gumam si wanita bercadar ketika tangan-tangan bayangan lagi-lagi menjulur keluar dari punggungnya dan mencengkeram si raksasa lava.
Si raksasa lava tak melawan dan membiarkan tangan-tangan bayangan itu menarik dirinya ke dalam lipatan-lipatan sayap tersesbut. Sorot matanya sarat dengan kelembutan kepada si wanita.
Setelah si raksasa lava menghilang ke dalam sayap-sayap bayangannya, si wanita jatuh berlutut di atas sayap phoenix dan membiarkan air matanya mengalir bebas. Yang lainnya tak tahu harus berkata apa, jadi mereka hanya bisa menonton wanita itu melepaskan kepiluannya dalam sunyi.
Si raksasa lava dan wanita bercadar sebenarnya berasal dari ras yang sama. Setiap raksasa lava dulunya adalah dewa purba yang telah berusaha untuk bertahan hidup dalam bentuk raksasa lava. Namun bahkan meski mereka berhasil bertahan hidup, mereka telah kehilangan ingatan mereka sebagai dewa purba.
“Apa kau berniat membunuh mereka semua?” pria berkepala anjing tiba-tiba bertanya.
Si wanita bercadar mengangguk pelan dan berkata, “Maaf, ini mungkin akan membuang sedikit waktu kalian, tapi… aku benar-benar tak mau lagi kaumku hidup seperti ini. Mereka sudah melewati begitu banyak siklus… sudah saatnya mereka beristirahat.”
“Ck, itu bukan masalah bagi kami. Hanya saja… apa kau yakin sanggup menangani membunuh kaummu sendiri satu persatu seperti itu?” Jing Hua memasang ekspresi muak di wajahnya, namun sebenarnya dia mencemaskan si wanita.
“Setelah melalui begitu banyak putaran reinkarnasi… hatiku sudah menjadi sekeras baja.” Si wanita bercadar mengembangkan senyum, kemudian berdiri seraya menuding ke suatu tempat di kejauhan. “Phoenix, selanjutnya kita harus pergi ke arah sana, terima kasih.”
“Baik.” Phoenix mengangguk, kemudian berjalan ke arah itu.
Di sisi lain, Su Jin dan timnya akhirnya telah tiba di kaki gunung berapi. Tak seperti bagian lain dari lantai tiga yang berselimut lava, ternyata ada tanda-tanda kehidupan di sini.
“Astaga! Itu adalah Rumput Api Naga! Dan itu… itu Rumput Api Phoenix! Ini semua adalah pusaka elemen api tingkat tinggi. Kalau seseorang melatih teknik-teknik yang berhubungan dengan api atau punya Kekuatan Jiwa berelemen api, ini akan cukup bagi mereka untuk menjadi dewa, kan?” Oscar menatap takjub pada tanaman-tanaman yang tumbuh di kaki gunung berapi itu.
“Jadi tanaman-tanaman ini sangat berharga?” tanya Natasha.
Shen Wu berkata tanpa ekspresi, “Tentu saja. Kalau saja kau bisa berubah menjadi naga api alih-alih kumala, maka semua Rumput Api Naga ini bisa membuatmu jadi dewa seketika. Salah seorang anggotaku pernah mencuri sehelai rumput ini, dan peringkatnya langsung naik dari seribu lebih menjadi lima ratus besar.”
Durand tersenyum dan ikut bicara, “Tanaman-tanaman ini memang sangat berharga. Aku sudah pernah melihat Rumput Api Phoenix di dalam katalog poinku sebelumnya. Ini adalah benda Tingkat Bumi dan harganya 20.000 poin.”
“Kalau begitu ayo petik beberapa! Toh tanaman-tanaman ini tumbuh liar.” Natasha jadi bersemangat mendengar deskripsi mereka. Tanaman-tanaman ini sama bagusnya dengan poin! Masing-masingnya seharga puluhan ribu poin.
Namun kilasan perak memenuhi mata Su Jin dan dia menggelengkan kepalanya. “Tak usah repot-repiot. Tanaman-tanaman ini kepunyaan orang lain, jadi kau tak bisa memetiknya.”
“Kepunyaan orang lain? Mana mungkin?” Natasha tak memercayainya dan mengulurkan tangan pada salah satu tanaman itu. Namun persis ketika tangannya mendekat, tanaman-tanaman teresbut berubah menjadi kabut hijau yang terbang langsung menuju gunung berapi.
“Yah!” Semua orang terperanjat, kecuali Su Jin, yang sudah memperkirakan kalau sesuatu seperti ini akan terjadi.
“Sebenarnya apa yang terjadi itu?” Durand menoleh untuk bertanya pada Su Jin.
Su Jin menunjuk ke bagian dasar tanaman dan berkata, “Kau tak bisa melihatnya dengan mata telanjang, tapi psikokinesisku bisa mendeteksinya. Ada sebuah lingkaran sihir yang terpasang di bawah masing-masing tanaman. Begitu seseorang berada terlalu dekat, tanaman-tanaman ini akan dipindahkan ke tempat lain.”
“Apa berarti… ada makhluk berakal budi di dalam gunung berapi ini?” tanya Natasha gelisah.
Su Jin berharap hal itu tidak benar, tapi dia tak punya pilihan selain mengangguk sambil menghela napas dan berkata, “Berdasarkan pada yang bisa kulihat sampai sejauh ini, mungkin memang begitu. Esmua orang tetap harus sangat berhati-hati. Tempat ini masih terlihat aman untuk sekarang, jadi aku akan sarankan kita istirahat sebentar di sini.”
Mereka mengangguk setuju. Persis pada saat itulah, gunung berapinya tiba-tiba memuntahkan lava, dan beberapa mayat hangus terbakar ikut mengalir keluar bersamanya.