Buku Panduan Neraka - Chapter 366
Segel di sekeliling psikokinesis Su Jin sudah hancur sepenuhnya, dan sedikit psikokinesis saja sudah cukup untuk menggetarkan dewa sekalipun. Hingga taraf tertentu, situasi Su Jin tak bisa dibilang normal. Dia belum menjadi dewa, tapi dia punya kekuatan setara dewa. Itu saja adalah sebuah paradox.
Pendar keperakan melingkupi Su Jin, dan dia terbang baik ke suatu area raksasa yang melayang di udara. Selain petak raksasa tanah tandus di sekitarnya, tak ada hal lain kecuali sebuah makam yang tampak sepi. Batu nisan pada makam itu sangat mencolok karena berpendar redup.
“Begitu mudah?” Su Jin cukup terkejut. Dia telah secara acak melompat ke suatu area yang melayang di udara dan dirinya sudah menemukan batu nisan?
Dia berjalan ke arah makam itu, dan begitu dia berdiri diam, beberapa adegan berkelebatan di depan matanya. Suatu sosok berotot yang mengenakan zirah emas berada di semua adegan itu, dan sosok ini bukanlah manusia, atau makhluk apa pun yang pernah dia lihat sebelumnya.
Dewa berzirah emas itu sedang mengamuk dan membunuh tak terhitung banyaknya makhluk hidup. Tapi… makhluk-makhluk hidup yang dibunuhnya bukanlah prajurit ataupun petarung, melainkan makhluk-makhluk tua dan lemah biasa. Mereka sama sekali tak bisa melawan dan cuma bisa melolong serta memohon belas kasihan.
Setelah gambaran-gambaran itu menghilang, Su Jin mengernyitkan alisnya. Dia bisa merasakan amarah dan kesakitan dari adegan-adegan itu, namun amarah dan kesakitan tersebut tidak datang dari makhluk-makhluk tua dan lemah yang dibantai. Perasaan itu datang dari dewa berzirah emas tersebut.
“Aneh juga,” Su Jin menggaruk kepalanya. Tetapi ketika dia menatap batu nisan tersebut, dia menyadari adanya hal lain yang terlewat. Dirinya berada di Kuburan para Dewa. Menemukan batu nisan takkan terlalu sulit di tempat seperti ini.
“Aku tahu! Si Dewa Dosa itu sedang berusaha menipu kita!” Su Jin menggelengkan kepalanya. Misinya mungkin bukan untuk menemukan sembarang batu nisan, melainkan menemukan nisan milik dewa yang memiliki Kekuatan Jiwa serupa atau karakteristik serupa dengan diri mereka sendiri.
Kalau batu nisan yang mereka ambil tak memenuhi persyaratannya, sang Dewa Dosa mungin akan menghabisi mereka tanpa ragu. Dan karena dia sudah menyadari hal ini, dia takkan membiarkan anggota timnya yang lain membuat kesalahan ini.
“Semuanya, jangan cuma mengambil sembarang batu nisan yang kalian lihat. Kalian harus menemukan nisan yang sesuai dengan karakteristik dan Kekuatan Jiwa kalian.” Su Jin telah meninggalkan secercah psikokinesisnya pada masing-masing dari mereka, jadi meski terlalu sulit untuk melacak keberadaan mereka di pemakaman yang luas ini, mengirimkan pesan itu mudah.
Tetapi segera setelah dia mengirimkan pesan tersebut, tiba-tiba dia merasakan kalau jejak yang dia tinggalkan pada yang lain menghilang sepenuhnya. Makam ini mungkin punya caranya sendiri untuk mengurus mereka yang punya psikokinesis.
“Pesannya seharusnya sudah terkirimkan,” Su Jin menghela napas. Bisa mengirimkan pesan sudah lumayan bagus, karena mengumpulkan tim di tempat ini jelas nyaris mustahil.
Persis pada saat itulah, tiba-tiba Su Jin merasakan aura membunuh menerjang ke arahnya. Aura ini sangat kuat, datang hampir bersamaan dengan serangan itu sendiri.
Pancaran cahaya hitam membelah udara, dan Su Jin langsung memakai psikokinesisnya untuk membuat dinding pelindung di depan dirinya. Tetapi ketika sinar hitam itu mengenai dinding pelindung, sinar tersebut langsung menghancurkan dindingnya!
“Kekuatan ini… sangat mirip dengan kekuatan Raja Iblis!” batin Su Jin seraya bergerak cepat ke samping dan menghindari serangan itu. Dia merasakan kalau penyerangnya memiliki Kekuatan Jiwa yang serupa dengan kekuatan yang dimiliki oleh Raja Iblis, dan mungkin bahkan berasal dari sumber yang sama.
“Sebelah sana?” Su Jin melihat ke arah batu besar dan menunjuknya, membuatnya melayang ke satu sisi. Seorang pria dengan satu tanduk di kepala sedang berdiri di situ.
“#$%^@!” Si pria bertanduk tidak lari dan menyerukan sesuatu entah apa pada Su Jin, namun Su Jin tak memahami satu hal pun.
“Seorang pemilik dari sistem yang berbeda?” Su Jin menggaruk kepalanya, kemudian menembakkan sinar perak dari jarinya. Si pria bertanduk tidak yakin apakah sinar perak itu berbahaya, tetapi dia menyeru lalu bersiap untuk membalas.
“Diam dulu!” seru Su Jin dan si pria bertanduk itu tak lagi bergerak, membuat sinar perak tersebut memasuki kesadarannya.
“Jangan khawatir, aku cuma sedang berusaha bicara padamu. Kita sama sekali tidak mengerti bahasa satu sama lain dan aku tak punya apa pun yang bisa menerjemahkan perkataanmu, jadi… aku harus memakai psikokinesisku untuk berkomunikasi denganmu,” suara Su Jin bergema di dalam kepala si pria bertanduk.
Si pria bertanduk agak tertegun, kemudian bertanya was-was, “Kau tidak akan membunuhku?”
“Membunuhmu? Kenapa aku perlu melakukannya?” Sejenak Su Jin tampak benar-benar bingung, sebelum dia menyadari apa maksud pria itu. “Oh! Itu, ya, menyerangku dari belakang adalah hal yang sangat licik, jadi kurasa aku punya hak untuk membunuhmu.”
“Jadi, maksudmu adalah bahwa jika tadi aku tak berusaha membokongmu, kau takkan membunuhku?” tanya si pria bertanduk lagi dengan was-was.
Su Jin mendapati kalau perkataan orang ini sangat aneh dan jadi agak tidak sabar, maka dia memakai psikokinesisnya untuk memeriksa kesadaran orang itu dan menyadari dari mana orang ini berasal. “Begitu ya. Kau datang dari suatu budaya kejam di mana jika dua orang tidak bersepakat, salah satu dari mereka harus mati… tapi karena itu jugalah kau jadi semakin dan semakin kuat.”
Benak si pria memberi banyak informasi kepada Su Jin, dan karena sekarang tingkat psikokinesisnya luar biasa tinggi, dia bisa menganalisa dan memperoleh informasi dalam jumlah amat sangat besar dalam waktu sangat sedikit. Jumlah informasi ini pasti akan sudah membuat orang biasa gila.
Pria bertanduk ini bernama Carlo, dan datang dari suatu tempat yang dikenal sebagai Planet Kegelapan. Pria-pria dari planet itu masing-masing menumbuhkan satu tanduk, sementara kaum wanitanya luar biasa cantik. Setiap orang di planet ini adalah pemilik Buku Panduan, karena mereka akan mendapatkan Buku Panduan mereka sendiri setelah mereka mencapai usia tertentu. Namun populasi di planet itu sangatlah sedikit. Seluruh planet hanya terdiri dari sekitar sepuluh ribu orang.
Juga, mereka dibagi menjadi ras-ras berbeda sejak lahir. Tiap-tiap ras adalah musuh dari ras lainnya, dan mereka tak memercayai pembentukan kualisi ataupun persekutuan. Kalau mereka bertemu satu sama lain, pertarungan sampai mati akan terjadi, yang menjadi sebab kenapa mereka semua adalah petarung-petarung hebat.
“Hmm… hal itu membuat mereka kelihatan seperti keturunan Raja Iblis!” Berdasarkan pada jenis kekuatan dan karakteristik dari ras-ras di planet ini, Su Jin merasa kalau entah bagaimana mereka mungkin ada hubungannya dengan Raja Iblis.
“Apa kau mau nisan ini?” Su Jin bertanya pada Carlo.
Carlo langsung mengangguk da brkat, “Ya, itulah batu nisan yang kubutuhkan. Aku membutuhkannya… untuk mendapat kesempatan menjadi dewa.”
Su Jin mengangguk pelan. Pemilik dari nisan ini memang memiliki kekuatan yang mirip dengan Carlo, dan hal itu mengkonfirmasi tebakan Su Jin tentang sifat sebenarnya dari misi ini.
Su Jin mencabut nisan itu dari tanah dan sorot tidak berdaya serta putus asa memenuhi mata Carlo. Dia memejamkan matanya rapat-rapat seakan sedang menunggu Su Jin membunuh dirinya, namun hal berikutnya yang dia dengar adalah suara berdebum keras di depannya.
Carlo membuka mata untuk mendapati batu nisan di hadapannya. Pada saat bersamaan, kekuatan yang sedari tadi mengekangnya kini telah menghilang. Hal itu membuatnya semakin bingung, jadi dia bertanya pada Su Jin, “Kenapa?”
“Kenapa?” Su Jin terdiam untuk berpikir, lalu tertawa. “Karena hal itu tidak penting laggi. Setelah melihat makam-Kuburan para Dewa ini… aku menyadari sesuatu, jadi yang ini untukmu.”
Su Jin tak menunggu tanggapan dan melayang pergi dengan pendar keperakan di sekitar tubuhnya. Dirinya menghilang bahkan sebelum Carlo sempat melihat ke mana arah kepergiannya.
“Orang yang aneh. Apa dia adalah pemilik dari… sistem lain? Aku sudah pernah dengar tentang itu sebelumnya, tapi kukira itu cuma mitos. Aku tak menyangka bisa benar-benar bertemu dengan seseorang dari sistem lain, dan orang yang begitu bodohnya sampai malah mengampuni nyawa saingan,” gumam Carlo pada dirinya sendiri. Tetapi ketika dia menatap batu nisan tersebut, sorot pilu memenuhi matanya.
“Kalau orang yang tidak berasal dari rasku bersedia mengampuni nyawaku… lantas kenapa? Kenapa orang dari ras yang sama denganku malah saling bunuh tanpa keraguan?”
Sementara Carlo masih menanyakan pertanyaan ini, Su Jin sudah tiba di makam lain. Dia berdiri di depan makam untuk merasakan adegan-adegan yang ditinggalkan oleh si pemilik. Makam ini, nisan ini, dan adegan-adegan ini merupakan bukti bahwa mereka dulu pernah ada. Namun Su Jin hanya melihat adegan-adegannya lalu pergi menuju makam lainnya.
Dia terus bergerak dari makam ke makam, seperti pelayat. Dia sedang melayat kematian dari karakter-karakter yang dulunya merupakan sosok terkuat di antara sesama mereka ini, dan melayat kejadian-kejadian dari era tempat mereka hidup. Dia berjalan seperti itu dari satu makam ke makam lain, dan kelihatannya tidak berniat untuk berhenti.