Buku Panduan Neraka - Chapter 367
Su Jin terus berjalan melintasi Kuburan para Dewa dan melayat di tiap-tiap makam yang didatanginya. Di sepanjang jalan, dia juga berpapasan dengan beberapa pemilik tangguh dari ras-ras berbeda. Beberapa kabur, beberapa menyerang, sementara beberapa ingin berkomunikasi damai dengannya.
Mereka yang kabur ditarik kembali oleh Su Jin, mereka yang menyerang ditakhlukkan olehnya, dan mereka yang ingin komunikasi damai mendapatkannya. Tak peduli siapa pun mereka, idealisme apa pun yang mereka punya, atau apakah mereka bahkan bersedia atau tidak, Su Jin tak peduli. Dia ingin bicara pada masing-masing dari mereka terlebih dahulu.
Setelah segelnya hancur, kekuatannya telah melampaui kekuatan pemilik biasa. Dan setelah dia memahami lebih banyak tentang semesta tempatnya berada, kekuatannya meningkat lebih tinggi lagi. Kalau sekarang dia harus bertarung melawan dewa, asalkan lawannya bukan dewa tingkat tertinggi, maka bahkan jika dia tak bisa memenangkan pertarungan, dia akan bisa meninggalkan pertarungan tanpa terluka.
Para pemilik yang melintasi Kuburan para Dewa sama sekali bukan tandingan baginya. Mereka berasal dari ras-ras berbeda, dari planet-planet berbeda, dan dunia-dunia berbeda, namun tak satu pun dari hal itu yang penting. Mereka tak berdaya melawan Su Jin.
Dalam waktu singkat, sebuah desas-desus mulai beredar di kalangan para pemilik yang sedang melewati ujian yang sama di Kuburan para Dewa. Ada sesosok pelayat setingkat dewa yang berkeliaran di antara makam. Tak ada gunanya kabur dari dirinya karena kau takkan mungkin bisa lolos darinya, namun juga tak perlu merasa takut, karena semua yang dia inginkan adalah bicara denganmu.
Banyak yang menebak kalau Su Jin merupakan kombinasi dari sisa-sisa jiwa para dewa, dan karena itulah dirinya jadi begitu kuat. Mereka kira dirinya ada di sini murni untuk melayat para dewa yang sudah tiada.
“Jadi… kau adalah si pelayat?” Natasha menatap tak percaya pada Su Jin. Sudah lewat sebulan sejak kelompok mereka memasuki Kuburan para Dewa secara terpisah. Setelah dia mendapat pesan dari Su Jin, Natasha telah melewatkan waktunya untuk dengan hati-hati mencari nisan yang sesuai.
Dia ingin menemukan dewa yang memiliki Kekuatan Jiwa yang cocok dengannya, dan juga yang cukup kuat untuk standarnya, lalu mengambil nisan dewa itu. Namun sebagian besar pemilik memiliki ide yang sama dalam benak mereka, membuat mereka saling bertarung demi nisan yang mereka inginkan. Para pemilik manusia tak pernah benar-benar menjadi tipe yang mampu menghadapi pertarungan sampai mati, jadi hingga saat ini, Natasha masih belum bisa menemukan nisan untuk dirinya sendiri.
Tetapi Natasha sudah mendengar soal pelayat legendaris ini dan sudah melihat si orang aneh yang bergerak dari satu makam ke makam lain untuk melayat kematian dewa yang bersangkutan. Ketika dia mendekat, dia menyadari kalau orang aneh ini ternyata adalah Su Jin.
“Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan? Kurasa tak ada seorang pun yang mencari nisan dengan cara seperti ini, kan?” tanya Natasha dengan suara bingung.
Su Jin tersenyum dan berkata, “Apa kau sudah bertemu Durand dan yang lainnya?”
“Nggak. Tidak semudah itu untuk berpapasan dengan mereka. Tempat ini sungguh terlalu besar. Tapi aku sudah berpapasan dengan banyak pemilik dari sistem lain dan sekarang aku punya pemahaman kasar soal kebenaran di balik Buku Panduan Neraka. Dewa-dewa dari tak terhitung banyaknya siklus sebelum kita semuanya sudah meninggalkan nisan di sini. Ukuran dari tempat ini hampir melampaui bayanganku,” ujar Natasha seraya menghela napas.
“Kebenaran? Kau pikir itulah kebenarannya?” Su Jin menggelengkan kepalanya dan mengesah.
Natasha mengernyit dan berkata, “Kau tahu sesuatu yang tidak kutahu?”
“Yap. Aku tahu jawaban utamanya, tapi… sayang sekali, aku tak bisa memberitahumu. Kau harus mencari jawabannya sendiri,” Su Jin tersenyum sedih seraya menggelengkan kepala. Dia tak bisa memberitahu orang lain jawaban yang dia ketahui, karena jika orang tidak mendapatkan sendiri jawabannya, jawaban itu akan jadi tak bermakna.
Natasha tahu kalau Su Jin adalah orang yang mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Ketika dia melihat ekspresi sedih di wajah pria itu, dia pun bertanya penasaran, “Kau sama sekali tak bisa memberitahukan apa-apa padaku?”
“Menjadi dewa itu… adalah hal yang harus kita lakukan ketika datang kemari. Tapi benarkah itu merupakan pilihan terbaik?” Su Jin meragu sejenak, tapi pada akhirnya memutuskan untuk memberitahu Natasha, “Aku sudah memutuskan untuk menyerah menjadi dewa.”
“Apa?!” Natasha terperangah. Dia tak bisa mengerti kenapa Su Jin berniat melakukan ini, jadi dia pun bertanya, “Tapi bagaimana bisa kau melakukannya? Aku tidak berusaha mempertanyakan pilihanmu, tapi… kenapa kau ingin menyerah? Kau akan menyesalinya!”
“Aku tahu kalau ini kedengarannya bodoh, tapi… karena aku sudah memutuskan untuk mengambil jalan ini, aku takkan menyesalinya,” ujar Su Jin tegas. Kemudian dia meneruskan, “Aku tahu sebuah nisan yang akan sangat cocok untukmu. Ikuti aku.”
Su Jin mengangkat satu jari dan Natasha merasakan dirinya ikut melayang begitu saja dengan Su Jin. Mereka menjangkau jarak sangat jauh dan melewati beberapa nisan sebelum kembali berhenti.
“Astaganaga, bagaimana… bagaimana bisa kekuatanmu jadi begitu besar?” tanya Natasha kaget. Su Jin itu kuat, ya, tapi ketika mereka pertama kali tiba di sini, pria itu jelas tidak cukup kuat untuk bisa sepenuhnya mengendalikan pergerakan Natasha. Tetapi ketika barusan tadi Su Jin menariknya serta, Natasha bahkan tak mampu mengangkat satu jari pun. Bahkan dewa juga semestinya tidak cukup kuat untuk melakukan itu kepadanya. Terlebih lagi, dirinya sudah jadi lebih kuat setelah memasuki Tantangan ini.
“Semua ada harganya. Begitu aku menyerah menjadi dewa, aku harus menempuh jalanku sendiri.” Su Jin tersenyum sebelum menunjuk pada batu nisan di sebelahnya. “Yang satu ini sangat cocok denganmu. Pemilik dari makam ini adalah naga dan merupakan sesosok dewa dengan tingkat sangat tinggi. Tinggal sangat sedikit lagi untuk menjadi dewa tingkat tertinggi.”
Natasha menatap ragu pada batu nisan tersebut. Nisan itu tak terlalu mentereng, dan sebenarnya kelihatan sedikit menyedihkan karena cuma menempati area yang kecil. Tetapi karena Su Jin merekomendasikannya, dia pun memutuskan untuk melihat lebih dekat.
Dia berdiri di depan batu nisan tersebut dan memejamkan mata, lalu membukanya kembali dengan perasaan cukup syok, diikuti oleh kegirangan. Persis seperti yang telah Su Jin katakan, nisan ini memang sangat cocok dengannya. Pemilik dari nisan ini memiliki garis keturunan dari naga pertama, membuat mereka menjadi salah satu leluhur semua naga. Takkan ada batu nisan lain yang lebih baik untuknya.
Natasha mencabut nisan itu dari tanah, kemudian berpaling pada Su Jin dan berkata, “Bagaimana denganmu? Kau masih harus mendapatkan nisan, kan? Kalau tidak kau takkan lulus ujian, dan Dewa Dosa akan, kau tahu kan….”
“Membunuhku?” Su Jin terkekeh. Dia menggelengkan kepala dan menjawab, “Sudah tak penting lagi. Kalau dia membunuhku, ya silakan saja.” Dia pun berbalik dan mulai berjalan pergi.
“Hei! Apa kita akan bertemu lagi?” tanya Natasha lantang.
Su Jin berhenti berjalan, lalu berkata, “Yah! Kalau aku beruntung, pada akhirnya kita pasti akan bertemu lagi. Tapi ketika saat itu tiba… sulit untuk mengatakan akan jadi seperti apa posisi kita.”
“Huh?” Natasha menatap nanar pada Su Jin, tetapi sebelum dia bisa menanggapi, batu nisan di tangannya mulai mengeluarkan pendar samar. Dia sudah menyelesaikan ujiannya, jadi dia akan dipindahkan keluar.
Su Jin meneruskan perjalan melayatnya, berpapasan dengan Durand dan Oscar di perjalanan. Karena mereka semua adalah sesama manusia, Su Jin tak keberatan membantu mereka. Dia membawa masing-masing dari mereka ke sebuah nisan yang cocok dengan mereka. Sekarang karena satu-satunya pemilik manusia yang tersisa adalah Shen Wu, Su Jin pun memutuskan untuk mencarinya.
Dia sudah berniat menanyakan tentang Shen Wu pada setiap pemilik yang bertemu dengannya, tak peduli apa ras mereka. Tak butuh waktu lama baginya untuk menemukan Shen Wu yang sedang berkeliaran seperti ayam tanpa kepala.
“Masih belum menemukan nisan yang cocok untukmu sendiri?” Su Jin bertanya pada Shen Wu.
Shen Wu memicingkan matanya dan tak menjawab pertanyaan Su Jin. Alih-alih, dia berkata, “Kau kemari untuk membunuhku?”
“Cepat juga kau memahaminya,” Su Jin mengangguk. “Untuk beberapa alasan yang tak bisa kuberitahukan padamu, aku tak tahu apakah aku bisa kembali ke Bumi, jadi setelah kupikir-pikir, aku memutuskan untuk membunuhmu lebih dulu dan memikirkan sisanya belakangan. Aku tak mau melewatkan kesempatan untuk balas dendam.”
“Tak yakin apakah kau akan bisa kembalI? Jadi… kau juga sudah menyadari hal yang sama?” ujar Shen Wu tiba-tiba.
Su Jin terperanjat. “Kau juga sudah menyadarinya?”
“Sudah! Menjadi dewa adalah sesuatu yang menjadi obsesi dari setiap pemilik, tapi banyak orang yang tak menyadari bahwa ketika kita menerima posisi itu, kita juga melepaskan kesempatan untuk menjadi seseorang yang tanpa batas. Ini seperti menerima sebuah posisi dari raja… bahkan jika kau menjadi pejabat tertinggi di negara, kau tetap akan satu tingkat di bawah si raja,” ujar Shen Wu tenang.
“Yup, begitulah pemikiranku. Kau adalah jenis orang yang ingin berada di puncak setiap saat,” komentar Su Jin.
“Dan padahal kukira kau adalah jenis orang yang cuma menginginkan kehidupan sederhana, aman, dan stabil,” komentar Shen Wu.
“Yah, sepertinya kita sedikit tersesat, tapi tak satu pun dari hal-hal itu yang penting lagi. Ayo bertarung!” Su Jin membentangkan lengan dan kakinya, sorot membunuh memenuhi matanya.
Shen Wu menghela napas dan berkata, “Padahal aku sudah berusaha menghindarimu, terutama setelah aku mendengar tentang pelayat manusia misterius yang berjalan melintasi Kuburan para Dewa ini. Sayangnya, akhirnya aku gagal menghindarimu. Kalau begitu, biarkanlah aku menunaikan tugas kedewaanku terlebih dulu!”
“Bersiap untuk mati!” Su Jin berseru seraya menjentikkan jarinya dan menyelimuti tubuh Shen Wu dengan pendar perak cemerlang dari segala arah.
“Argh!” Shen Wu berteriak sambil menerjang ke arah Su Jin. Udara dingin dan panas menderu di sekitarnya sambil dia terus menghancurkan dinding psikokinesis yang telah Su Jin buat di sekitarnya, namun persis sebelum dia mencapai sasaran, dia tak mampu lagi mempertahankannya. Dia sudah memakai habis semua Kekuatan Jiwanya.
“Haha! Kampret!” Shen Wu tertawa lantang seraya memaki sebelum dicincang-cincang habis oleh pendar perak itu.