Buku Panduan Neraka - Chapter 369
Su Jin bicara dengan amat lantang. Dia tak bicara pada dirinya sendiri, melainkan sedang memperingatkan orang-orang yang telah berkumpul di sini untuk membunuhnya. Para pemilik yang telah berkumpul juga tak yakin mampu membunuhnya, karena Su Jin sudah berkeliling Kuburan para Dewa dalam waktu lama sebagai si pelayat misterius itu. Beberapa sudah mencoba menyerangnya sebelum ini, hanya untuk mendapati diri mereka sendiri sepenuhnya tak mampu melakukannya.
Su Jin tahu bahwa semua orang ini sedang menunggu seseorang membuat langkah pertama, tapi tak seorang pun pada tingkatan ini yang merupakan idiot. Setiap orang di sini mewakili yang terbaik dan terkuat dari sistem Buku Panduan mereka. Merekalah yang terus-terusan bermuslihat terhadap yang lain. Akan sulit untuk bermuslihat terhadap mereka.
“Seseorang pernah mengatakan padaku bahwa aku harus menginjak mayat puluhan ribu orang demi bisa menjadi dewa. Aku sudah menyerah untuk menjadi dewa, tapi… aku tak keberatan menumpuk puluhan ribu mayat!” Psikokinesis Su Jin berubah menjadi ribuan pedang yang terbang ke arah kerumunan.
Tak seorang pun yang menyangka kalau Su Jin akan menyerang mereka dengan begitu telengas. Menurut bayangan mereka semula, Su Jin akan berjuang mati-matian untuk bertahan hidup ketika mereka mengoyaknya menjadi serpihan kecil. Mereka terkejut karena Su Jin telah mengambil langkah pertama meski dirinya dikelilingi oleh begitu banyak tokoh kuat.
Pedang-pedang psikokinesis itu seketika menghujam tubuh banyak pemilik. Beberapa berhasil memakai Kekuatan Jiwa ataupun teknik khusus mereka untuk menyelamatkan diri, namun beberapa tewas seketika.
Tak banyak dari mereka yang berhasil Su Jin bunuh, bahkan tidak sampai 10%-nya. Namun hal itu sudah cukup untuk membuat para pemilik yang selamat gemetar ketakutan. Su Jin telah membunuh para pemilik ini dalam sekejap. Sungguh sulit untuk membunuh orang setingkat mereka dalam sekejap.
Beberapa di antara pemilik itu menyadari kalau ada sesuatu yang salah. Su Jin seperti sesosok bos dalam game yang berada jauh di atas tingkatan mereka. Kalau mereka benar-benar berupaya keras, mereka mungkin akan mampu mengalahkan dirinya, namun mereka akan kehilangan banyak orang dalam prosesnya. Sebagian besar pemilik akan menjadi tak lebih dari sekedar umpan meriam, dan tak satu pun dari mereka yang bisa memastikan apakah mereka akan jadi bagian dari itu.
Banyak dari mereka yang ingin mundur sekarang juga, tapi Su Jin tidak akan membiarkan mereka pergi begitu saja. Dia tidak akan menjadi suatu bos game pasif dan cuma membiarkan orang-orang ini menyerang dan mundur seenaknya. Bagi orang-orang ini, semuanya sudah terlambat.
Kilasan perak bersinar terang di dalam mata Su Jin, dan sejumlah besar tiruan dirinya pun muncul. Dulu, dia bisa membuat selusin lebih sedikit tiruan. Tapi kini, Su Jin bisa membuat sebanyak yang dia suka dan memerintahkan mereka untuk menyerang para pemilik itu.
Kerumunan yang telah berkumpul untuk menyerang Su Jin bersama-sama kini diserang oleh pasukan tiruan Su Jin. Su Jin bagaikan seorang jenderal yang bisa memerintah para prajuritnya hanya dengan satu pemikiran dan tak perlu melakukan kerja kotor dengan tangannya sendiri.
Tiruan-tiruan Su Jin juga sangat kuat. Asalkan dia memasukkan cukup banyak psikokinesis, tiruan-tiruan ini mampu melakukan hampir semua yang bisa Su Jin lakukan.
Dalam sekejap, bunga-bunga bermekaran di sekeliling Su Jin, hanya saja bunga-bunga ini sebenarnya adalah tubuh-tubuh meledak dari para pemilik yang kuat. Tubuh mereka bagaikan ranting, darah mereka laksana kelopak. Setiap kali satu bunga merekah, seorang pemilik gugur.
Jumlah para pemilik itu hampir ada seratus orang, dan masing-masingnya akan setara dengan pemilik mana pun dalam sepuluh besar dari planet mereka. Namun kini mereka dikoyak-koyak oleh Su Jin, mati hanya dengan membawa kebencian dan penyesalan dalam hati.
Sementara Su Jin membunuhi para pemilik ini, dia lanjut berjalan. Dia sudah tinggal cukup lama di Kuburan para Dewa, begitu lama sampai-sampai Buku Panduan telah menyadari perubahan dalam dirinya. Bagaimanapun juga, dirinya ada di dalam Tantangan Buku Panduan, jadi ini bukanlah tempat aman untuk ditinggali. Dia harus menemukan jalan keluar dan menemui Dewa Dosa demi bisa meninggalkan Tantangan ini.
Pertunjukan kekuatan Su Jin dengan cepat berakhir. Hampir seratus orang pemilik tingkat atas telah dibantai sepenuhnya dalam waktu amat singkat. Sebagian besar pemilik yang tersisa tak berani mendekatinya. Berada jauh-jauh darinya adalah refleksi sejati dari ketangguhan mereka.
“Seorang pemilik yang mampu membantai hampir seratus orang pemilik yang cukup hebat untuk mencapai Kuburan para Dewa? Sungguh menarik.” Di depan sebuah makam berdirilah seorang pria yang tertutup zirah hitam bersisik. Dia memiliki dua tanduk yang tumbuh dari kepalanya seperti iblis dan membawa sebilah pedang panjang melengkung. Dia mencengkeram pedang itu dengan kedua tangan dan mengendus udara, lalu berkata dengan suara puas, “Aroma darah yang menakjubkan… sepertinya sang sumber sedang bergerak! Luar biasa!” Kemudian dia melayang pergi dan lenyap tanpa jejak.
Sementara itu, pria lain berbaju putih yang tampak seperti kaum abadi yang telah mencapai pencerahan, merasakan pedang kumala putih di tangannya berdengung. Dia menekan pedang itu dan berkata geram, “Tenanglah, tenanglah. Aku tahu kau bisa menjadi dewa kalau kau membunuh pemilik seperti dia. Aku akan membawamu padanya.”
Di sepanjang perbatasan Kuburan para Dewa, ada alasan kenapa permukaan tanahnya dalam kondisi lebih buruk dari bagian makam yang lain. Kalau mengikuti reruntuhan itu dan bergerak lebih jauh menuju perbatasan, mereka akan melihat sesosok wanita bermata hijau.
“Humph! Terus kenapa kalau mereka adalah dewa? Setelah sekian lamanya, dewa yang bisa meninggalkan tubuh yang tidak rusak amat sangat sedikit. Hadiah untuk datang kemari tidak sehebat yang kubayangkan. Tapi untung saja, sesosok monster sudah muncul di sini. Kalau aku bisa mendapatkan raganya, ini takkan dianggap sebagai perjalanan yang sia-sia!” Wanita itu menusukkan tangannya dan sebuah makam tiba-tiba meledak. Sesosok pria yang telanjang bulat berjalan keluar dari makam dan si wanita pun bersandar malas dalam pelukannya.
“Yang satu ini… bisa dianggap cukup tidak rusak, lumayan! Bawa aku ke tempat orang itu!” Si wanita menyentuh ringan dagu si pria dan si pria pun langsung terbang pergi.
“Yang itu adalah pemilik tingkat tertinggi dari Planet Iblis, Morgan, kan? Kudengar dia sudah membantai para dewa dengan tangan kosongnya, dan dia pasti akan menjadi dewa tingkat tertinggi di masa depan. Sepertinya dia pergi ke tempat monster itu berada.”
“Barusan tadi aku melihat Kaum Abadi Bai dari Planet Abadi. Dia terlahir dengan pedang abadi di dalam perutnya dan telah berkultivasi dengan pedang itu semenjak dia menjadi pemilik. Dia juga adalah karakter kuat yang mampu membunuh dewa, dan kudengar bahwa jika menjadi dewa, dia akan memiliki kekuatan dua kali lipat!”
“Ha! Dengar-dengar putri dari Wilayah Undead berniat mengejar monster itu dengan memakai mayat dewa yang telah dia gali dari salah satu makam di sini. Dengan mayat-mayat itu untuk melindungi dirinya, dia akan jadi lebih kuat lagi dibanding dua lainnya.” Kuburan para Dewa sudah jadi amat riuh ketika para pemilik yang sebelumnya tidak berinteraksi satu sama lain mulai berkerumun. Hanya ada satu hal yang menjadi perhatian mereka, dan itu adalah Su Jin.
Pada saat bersamaan, Kano Mai menampakkan sorot gelisah di matanya. Bahkan meski dirinya mungkin adalah orang dengan keyakinan paling kuat atas kemampuan Su Jin, mau tak mau dia mencemaskannya. Su Jin kini adalah musuh dari setiap pemilik kuat di seluruh semesta.
“Kau mencemaskan dia?” tanya Phoenix.
Kano Mai mengangguk. Tak ada perlunya menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Kalau Su Jin benar-benar berada dalam masalah, dia pasti akan membantu pria itu. Rekan-rekannya takkan bisa menghentikannya.
“Kau tak perlu secemas itu. Dia itu adalah orang yang mampu menahan gerakan kami berempat barusan tadi. Iblis dan tuan putri yang adalah pemilik tingkat tinggi itu memang kuat, tapi mereka tidak akan jauh lebih kuat dari kami. Dia takkan kalah pada mereka.” Jing Hua tak suka pada fakta bahwa Su Jin amat kuat, tapi dia tak bisa memungkirinya.
Kano Mai menggelengkan kepala dan berkata, “Aku tak mencemaskan soal para pemilik itu. Semenjak dia memilih untuk mengambil jalan itu, para pemilik ini bukan lagi tandingannya. Aku cemas kalau Buku Panduan memakai mereka untuk mengulur waktu, kemudian mengumpulkan dewa-dewa kuat untuk menyerang dia.”
“Sungguhan? Dia bahkan belum jadi dewa, tapi dia sepadan untuk mengeluarkan upaya sebesar itu?” Jing Hua tak percaya.
Kano Mai berusaha menjelaskan, “Ini bukan soal apakah dia dewa atau bukan. Masalahnya adalah bahwa jalan yang telah Su Jin pilih menjadi ancaman yang terlalu besar bagi mereka. Kemungkinan dia berhasil hampir nihil, tapi kalau dia benar-benar berhasil, maka mereka akan hancur.”
“Dan terus kenapa kalau kau ke sana? Selama tak dewa yang datang untuk menyerang dia, dia akan baik-baik saja. Tapi kalau dewa-dewa itu memang datang, maka kehadiranmu takkan membuat perbedaan,” Phoenix berusaha membujuknya untuk membatalkan niatnya. Mereka kemari untuk mencari batu nisan paling sesuai, segera menjadi dewa dan memastikan diri mereka mendapat tempat di antara para dewa pada era ini. Mereka tak mau melibatkan diri mereka dalam masalah yang tidak perlu.
“Akulah satu-satunya yang bisa menyelamatkan dia, dan aku tahu itu dengan baik!” Kano Mai mengabaikan perkataan rekan-rekannya. Seberkas cahaya terang berkilat di matanya dan dia pun memelesat pergi dalam kecepatan tinggi. Yang lainnya tak punya pilihan selain mengejarnya, karena sesosok dewa purba yang masih hidup memang sepenting itu bagi mereka.
Su Jin memindai setiap kelokan dan ceruk dari Kuburan para Dewa dengan psikokinesisnya karena dia mencari celah dalam ruang yang bisa dia pakai untuk meloloskan diri. Tetapi ketika dia masih mencari, tiga orang berdiri menghadangnya.
“Kau adalah si pelayat?” Morgan berdiri dengan tubuh setinggi tiga meter dan membuat Su Jin tampak seperti kurcaci. Dia menunduk menatap Su Jin dengan gaya arogan dan bicara dengan amat mendominasi.
“Minggir, kau menghalangiku.” Su Jin tak peduli dengan Morgan dan hanya mengibaskan telapak tangannya. Tubuh Morgan pun meledak di tempat dan menghujankan darah ke mana-mana.