Buku Panduan Neraka - Chapter 370
Ketika tubuh Morgan berubah menjadi tak lebih dari hujan darah dalam sekejap, Kaum Abadi Bai maupun Putri dari Wilayah Undead tertegun. Mereka bertiga adalah yang terkuat di antara para pemilik dan mereka mampu membunuh dewa, jadi biasanya mereka bisa merasakan sekuat apa lawan mereka. Yang mengejutkan mereka bukanlah fakta bahwa Morgan telah diledakkan menjadi serpihan, namun mereka sama sekali tak bisa merasakan kekuatan Su Jin. Su Jin cuma berdiri diam di tempat seperti manusia biasa bagi mereka.
Tetes-tetes hujan di udara tiba-tiba berkumpul untuk kembali membentuk tubuh Morgan. Namun kini, sorot mendominasi di mata Morgan sudah sepenuhnya menghilang.
”Raga abadi?” Su Jin memicingkan matanya, kemudian menggelengkan kepala. Tubuh ini tidak benar-benar abadi, sama halnya juga dengan Durand yang tidak abadi. Morgan hanya sekedar memakai suatu teknik rahasia untuk membagi-bagi tubuhnya menjadi kelompok-kelompok kecil sel untuk menyebarkan daya serang yang diterimanya, lalu dengan cepat bergabung kembali. Namun bagi seorang pemilik biasa, melakukan sesuatu seperti itu akan membuatnya kelihatan seakan dia memiliki raga yang tak bisa mati.
”Kau itu memang sangat kuat! Aku tak yakin bisa membunuhmu, tapi… aku ingin menjajalnya!” Pedang di tangan Kaum Abadi Bai berdengung seiring, seakan menggemakan kata-kata Kaum Abadi Bai.
Su Jin menatap mereka, lalu berkata lirih, ”Kau harus tetap hidup jika kau ingin menjadi dewa. Kalau pada akhirnya kau mati… maka tak penting lagi semenggoda apa pun hadiah dari Buku Panduan Neraka. Tak ada artinya.”
Kau Abadi Bai tersenyum samar dan berkata, ”Tidak, aku tak tertarik pada hadiah dari Buku Panduan. Aku pasti akan menjadi dewa. Aku akan menjadi dewa tingkat tertinggi dengan kekuatanku sendiri, itu pasti! Tapi yang kucari adalah bertarung dengan lawan yang kuat, dan kau… sesuai dengan persyaratanku!”
Su Jin mengangguk pelan, kemudian menatap pada Morgan dan sang putri lalu bertanya, ”Bagaimana dengan kalian berdua? Kalian berpendapat sama?”
”Morgan dari Planet Iblis! Aku berharap bisa banyak belajar darimu!” Morgan tak lagi arogan. Pedangnya berpendar semerah darah dan bilahnya bergetar seakan benda itu sungguh-sungguh mendambakan pertempuran semacam itu.
”Putri Hantu dari Wilayah Undead Aku juga berharap bisa melajar!” Sang putri dari Wilayah Undead membentangkan lengannya dan beberapa sosok tinggi nan kuat pun muncul di depannya. Totalnya ada lima mayat dan mereka semua ditinggalkan oleh para pemilik setara dewa.
”Kaum Abadi Bai dari Planet Kaum Abadi! Juga menantikan ini” Kaum Abadi Bai menempatkan telapak tangannya di atas kepalan tangannya yang lain dengan sikap sopan bahkan ketika pedang di tangannya mengeluarkan gas hijau setinggi beberapa meter ke udara.
Su Jin mengamati mereka bertiga dan mengangguk seraya berkata, “Kita bisa saja melakukan pertarungan ini, tapi… kalau kalian mati, jangan salahkan aku.”
”Tentu saja,” jawab ketiganya tanpa ragu.
Su Jin bisa merasakan kalau mereka bertiga setulus hati berada di sini untuk melakukan pertarungan yang memuaskan, dan tak peduli pada hadiah yang ditawarkan, persis seperti yang telah mereka katakan sebelumnya. Ketiganya sangat kuat, menjadi dewa adalah kepastian bagi mereka.
“Ayo maju!” Morgan yang menyerang pertama kali. Serangan Su JIn sebelumnya tidak membuatnya merasa takut, tapi justru menyulut hasrat mendalamnya untuk bertarung. Pedang iblis di tangannya melolong bagaikan hantu ketika dia menghunusnya.
Su Jin tak bergerak dan menunggu pedang itu terayun ke arahnya. Morgan tak berpikir kalau Su Jin meremehkan dirinya, karena tak ada orang kuat sungguhan yang meremehan lawan mereka. Alawan kenapa Su Jin tak bergerak adalah karena pria itu benar-benar tak perlu bergerak.
Begitu pedangnya berada cukup dekat, Su Jin mengulurkan tangan dan menangkap pedang yang membara dengan api iblis itu hanya dengan sekali coba. Udara hitam yang memancar keluar dari bilahnya sama sekali tak mampu membuat Su Jin terdorong mundur.
“Ini adalah pedang yang bagus, sungguh disayangkan,” ujar Su Jin sebelum seluruh pedang itu pecah berkeping-keping. Baik lidah api maupun pedangnya sama-sama hancur dalam sekejap, dan diikuti oleh lolongan lantang.
Morgan memiliki tubuh abadi, namun pedangnya tidak. Tetapi bakan ketika pedangnya pecah, ekspresi Morgan tak berubah dan dia tak kelihatan sedih atas kehilangannya. Alih-alih, dia menggigit lidahnya sendiri dan menyemburkan suatu cairan hitam. Begitu cairan itu mengenai pecahan pedangnya, pecahan tersebut kembali hidup dan memelesat ke arah Su Jin bagaikan titik-titik hujan hitam.
Putri Hantu juga bergerak. Dia mengangkat satu jari dan kelima mayat itu pun mulai menerjang ke arah Su Jin. Yang mengejutkan Su Jin, mayat-mayat ini ternyata masih memiliki kekuatan dewa yang mereka punya ketika masih hidup. Mereka mampu memakai Kekuatan Jiwa yang berbeda-beda untuk menyerang Su Jin.
Su Jin tak bergerak. Mau itu pecahan pedang yang terbang ke arahnya ataupun mayat-mayat yang menerjang ke arahnya, dia tak bergerak. Dia terus mengawasi sosok yang ada di depannya, yaitu Kaum Abadi Bai.
Kaum Abadi Bai mengangguk samar pada Su Jin, kemudian mulai menyerang. Dia tak punya jurus-jurus aneh, dan hanya memakai pedangnya, atau lebih tepatnya, tinjunya.
Su Jin bisa merasakan kalau Kaum Abadi Bai dan pedang itu merupakan satu tubuh. Itu adalah pedang, namun juga tinju orang tersebut. Jadi, jurus pedang Kaum Abadi Bai juga merupakan teknik tinjunya. Menusukkan pedangnya sama dengan melontarkan tinjuan.
Mereka bertiga memulai serangan-serangan mereka pada saat berbeda, namun luar biasanya, serangan-serangan mereka mencapai puncak pada saat bersamaan. Ketiga orang ini adalah para jenius yang sesungguhnya, dan salah satu dari sedikit sosok di seluruh siklus tak terhitung Buku Panduan yang pantas mendapat deskripsi ini. Mereka tahu dengan jelas bahwa mereka pasti akan mati jika mereka melawannya satu lawan satu, namun jika ketiganya melawan Su Jin pada saat bersamaan… mungkin mereka akan bisa membuat orang yang kelihatan seperti manusia biasa ini mundur. Tapi itu hanyalah kemungkinan.
Pecahan pedang, mayat, tinjuan pedang!
Ketiga metode itu berbeda, namun semuanya memiliki tujuan sama, yaitu untuk membunuh Su Jin. Namun Su Jin tidak akan membiarkan mereka membunuh dirinya. Dia punya banyak rencana untuk ke depannya.
Su Jin mengangkat satu jari dan jari itu menghasilkan denting kristal. Pecahan pedang berubah menjadi bubuk, mayat-mayatnya meledak, dan bahkan pedang Kaum Abadi Bai bengkok sedemikian rupa, sehingga kelihatan seperti akan patah.
“Kenapa bisa?! Dia… dia bahkan bukan dewa!!” raung Morgan marah. Dia tak bisa mengerti bagaimana Su Jin bisa jadi sekuat ini. Pemuda ini bukanlah dewa dan cuma seorang pemilik, namun kekuatannya cukup untuk menandingi dewa tingkat tinggi.
Su Jin berkata lembut, “Kau masih tak mengerti? Ini justru karena… aku bukan dewa.”
“Aku tak peduli apa sebenarnya dirimu! Mau kau adalah manusia atau dewa, aku akan membunuhmu!” lolong Morgan murka seraya mengibaskan lengannya, menyebabkan bubuk dari pecahan pedangnya berbalik dan terbang langsung menuju hidung dan mulut Su Jin. “Aku akan keluar dari ini hidup-hidup!”
“Kau benar! Aku ingin memenangkan pertarungan ini!” Mata Putri Hantu berkilat dengan pendar aneh ketika dia menepukkan telapak tangan ke dadanya. Kepulan cahaya putih tiba-tiba terisap dari kesadaran mayat-mayat yang meledak dan masuk ke dalam tubuhnya. “Menjadi satu dengan mayat, menelan yin dan yang!”
“Sekarang kedua makhluk kegelapan ini ternyata sudah menjadi… lebih menyenangkan,” Kaum Abadi Bai tersenyum samar sementara pedang terpuntirnya berguncang hebat. Pedang itu sendiri tak berubah, dan hanya menjadi sedikit lebih tajam. Amat sangat tajam, seakan Kaum Abadi Bai sendiri yang telah berubah menjadi pedang. Kalau pedangnya patah, dia akan mati.
Mereka bertiga telah mengerahkan segenap kekuatan demi menyerang Su Jin untuk yang kedua kalinya, tapi bagi Su Jin nampaknya ini tak terlalu berbeda dari kali pertama. Yang kali ini cuma sedikit lebih kuat. Meman begitu adanya. Tak peduli teknik mana pun yang dipakai, pada intinya cuma serangan yang lebih kuat.
“Masih belum cukup… sebenarnya, sama sekali tidak mendekati cukup!” Su Jin menggelengkan kepalanya. Dia merasa agak frustrasi. Serangan-serangan yang bisa membunuh dewa ini kelihatan seperti permainan anak-anak baginya, tapi dia sama sekali belum mendekati tingkatan Buku Panduan Neraka. Sebenarnya sekuat apa pemilik dari Buku Panduan Neraka? Apakah dia benar-benar akan bisa terus berada di jalan ini?
Persis pada saat itulah, tiba-tiba Su Jin merasakan tekanan pada psikokinesisnya. Psikokinesisnya ditekan dan dikerutkan!
Kondisi ini tidak berasal dari ketiga lawannya, karena mereka tak memiliki kemampuan semacam itu. Ini datang dari Buku Panduan Neraka itu sendiri. Buku Panduan Neraka sudah memutuskan untuk turun tangan sendiri dan sudah mulai memasang pembatas pada kekuatan Su Jin.
“Sial… bahkan meski Buku Panduan tak mampu membatasi jenis kekuatan yang kumiliki, tapi kalau dia sampai menemukan saat yang tepat untuk mengganggu, aku akan jadi sangat rentan.” Su Jin terhuyung mundur dan serangan gabungan kepadanya mencapai puncak di saat bersamaan, menyebabkannya terlontar seketika.
“Huh?!” Kaum Abadi Bai dan dua lainnya agak keheranan. Mereka tak mengerti bagaimana mereka bisa melukai Su Jin separah itu. Mungkinkah Su Jin sebenarnya tidak sekuat bayangan mereka?
“Fiuh….” Su Jin menghembuskan napas dalam-dalam dan berkata, “Sepertinya aku harus menyelesaikan pertarungan ini dengan cepat!”
Mereka bertiga langsung menegang ketika mendengar kata-kata ini dari Su Jin, tetapi sebelum Su Jin bisa mengeluarkan serangan apa pun, suatu pendar perak berkedip di sekeliling tubuhnya, seakan menyerang dirinya.
“Sial!” Su Jin menggertakkan giginya. Buku Panduan Neraka turun tangan dengan sangat keras dan amat cepat, serta serangan gabungan dari ketiga penyerangnya juga telah mengalihkan perhatiannya, membuat gangguan tambahan ini jadi lebih sulit lagi untuk ditangani.
Su Jin mengernyit. Buku Panduan Neraka memang adalah Buku Panduan Neraka – orang-orang seperti dirinya pastilah sudah pernah ada pada siklus-siklus sebelumnya, jadi Buku Panduan Neraka punya cara lebih dari cukup untuk menangani tokoh-tokoh seperti itu. Akan sulit baginya untuk menerobos keluar dari krisis ini!
Persis pada saat itulah, suatu aura yang dikenal datang mendekat. Dia mengangkat pandangannya dengan bingung dan menyadari kalau dewa purba yang sebelumnya telah diajaknya bicara telah datang.
Ketiga penyerangnya merasa tidak tenang soal kelompok yang terdiri dari lima orang yang tiba-tiba muncul. Mereka bisa merasakan sekuat apa tim yang ini. Jing Hua dan rekan-rekannya sama kuat dengan mereka.
“Kuharap kalian bertiga tak keberatan meninggalkan temanku sendiri!” ujar Kano Mai pada ketiga penyerang itu seraya tersenyum tipis.