Buku Panduan Neraka - Chapter 371
Senyum Kano Mai sangat cantik, cukup cantik untuk memesona sebagian besar orang. Namun tak satu pun dari orang-orang yang ada di sini merupakan sebagian besar orang yang disebut tadi. Yang ada di sini semuanya merupakan tokoh-tokoh dengan mental yang amat tangguh yang ditakdirkan untuk menjadi dewa.
“Maafkan aku, tapi pertarungannya sudah dimulai, jadi cuma akan berakhir ketika satu pihak gugur!” ujar Kaum Abadi Bai tanpa ragu. Baginya, begitu suatu pertarungan dimulai, tidaklah benar untuk menghentikannya ketika kedua belah pihak masih berada dalam kondisi baik.
“Heh heh! Kalau begitu… pihak yang akan gugur adalah pihakmu!” Jing Hua melangkah maju untuk melindungi Kano Mai dan berkata kepadanya, “Bawa dia pergi, kami yang akan atasi situasi di sini.”
Kano Mai tertegun. “Kalian tak perlu….”
“Tak usah pedulikan apakah kami perlu melakukannya atau tidak, aku cuma sangat tertarik pada ketiga orang ini. Lawan-lawan yang begitu tangguh… pantas untuk dilawan!” ujar Jing Hua tanpa menahan diri.
Dewa Anjing menimpali, “Aku sepenuhnya setuju. Kami telah diperintahkan untuk melindungimu, jadi kalau kami melakukan ini, berarti kami memenuhi misi kami sekaligus mendapat kesempatan untuk melawan orang-orang yang setingkat dengan kami. Ini bisa dibilang sambil menyelam minum air!”
Kano Mai masih ragu, jadi Phoenix tersenyum dan berkata, “Tak usah cemaskan kami. Kami sekarang ini empat lawan tiga, ditambah lagi kami sudah mengetahui lokasi nisan yang cocok untuk kami dan bisa pergi kapan saja.”
Kano Mai hanya mengangguk setelah mendengar perkataan Phoenix. Dia berjalan menghampiri Su Jin, yang sedang berlutut dengan satu kaki. Morgan menyeru, “Siapa yang mengizinkanmu untuk….”
“Berani-beraninya kau berteriak sekeras itu pada wanita! Sama sekali bukan pria sejati!” Sebelum Morgan bisa menyelesaikan kata-katanya, Jing Hua muncul di belakangnya dengan pedang di tangan.
Dewa Anjing dan Phoenix masing-masing menghadapi Putri Hantu dan Kaum Abadi Bai. Hanya Kecil yang menonton dari kejauhan. Dia tampak ketakutan, tapi tidak kabur.
Kano Mai berdiri di depan Su Jin dan membantunya berdiri. Su Jin menatap nanar pada Kano Mai dengan sorot tak percaya perlahan memenuhi matanya.
“Kau… kau….” Su Jin tak tahu harus berkata apa. Orang yang ada di hadapannya jelas adalah Kano Mai, kan? Tapi… tapi… bagaimana mungkin?
“Kita akan membicarakannya nanti. Kita harus keluar sekarang juga.” Seberkas cahaya putih menyorot di kedua tangan Kano Mai. Su Jin merasakan kehangatan menyelimuti dirinya, kemudian mendapati dirinya sendiri berada di tempat yang benar-benar berbeda.
“Kita ada di mana?” Su Jin yakin mereka tak lagi ada di Kuburan para Dewa. Ini mungkin adalah dunia lain yang dipakai untuk Tantangan.
“Ini adalah tempat persembunyianku. Aku bisa selamat dari perubahan dalam siklus karena aku bisa bersembunyi dengan aman di sini,” ujar Kano Mai seraya tersenyum.
Su Jin menatap bingung pada Kano Mai dan bertanya ragu, “Apa… ini benar kamu?”
“Benar!” Kano Mai tak punya alasan untuk menyembunyikan identitasnya dari Su Jin. Mereka telah sampai pada titik di mana melakukan hal itu tak ada artinya.
Su Jin tak benar-benar tahu bagaimana harus bereaksi. Ketika dia memutuskan untuk menyerah menjadi dewa, satu hal yang paling dia cemaskan adalah bahwa dia mungkin takkan bisa menghidupkan Kano Mai dan para anggota tim lainnya yang sudah mati. Bahkan meski dia memberitahu dirinya sendiri bahwa Situ Jin dan Chu Yi juga bisa menjadi dewa dan mereka juga bisa membantunya membangkitkan orang-orang ini, dirinya masih dipenuhi oleh rasa bersalah karena merasa bahwa dialah yang harus disalahkan atas kematian mereka, jadi dialah yang semestinya bertanggungjawab untuk menghidupkan mereka kembali.
Kano Mai tersenyum dan berkata kepadanya, “Maaf, Jin…. aku tak tahu bagaimana harus mengatakan ini, tapi… aku bukan lagi Kano Mai.”
“Kau bukan lagi Kano Mai?” Su Jin tertegun sejenak sebelum menerka, “Apa itu karena kau adalah dewa purba?”
Kano Mai mengangguk dan berkata, “Akulah satu-satunya dewa purba yang selamat. Setiap kali sebuah siklus baru dimulai, pada saat bersamaan aku akan memulai kehidupan baru. Dan ketika kehidupan yang itu berakhir, aku tidak akan benar-benar mati, melainkan kembali ke identitasku sebagai dewa purba.“
“Sebenarnya apa itu dewa purba?” tanya Su Jin. Ketika mereka masih merupakan rekan satu tim, dia sudah tahu bahwa Kano Mai adalah makhluk itu, namun dia tak pernah menanyakan detil lebih banyak. Namun kini karena dia akan menempuh jalan yang berbeda, dia harus mengumpulkan lebih banyak informasi demi bisa menghadapi bahaya-bahaya yang mungkin terjadi di masa mendatang.
“Kau bisa coba menerkanya,” Kano Mai berkata terkekeh.
Su Jin mencobanya, “Kurasa bagian terpentingnya bukan soal dewanya, melainkan bagian purbanya, benar?”
Kano Mai mengangguk dan berkata, “Sebenarnya, kalau kita berniat membicarakan soal dewa purba, maka kita harus mulai dengan semesta ini. Atau lebih tepatnya, kita harus bicara tentang makna dari sebuah siklus. Jin, apa kau yakin kau ingin tahu soal ini?”
“Tentu. Aku tak benar-benar punya pilihan, kan?” Su Jin tertawa. Sejak saat dia menyerah untuk menjadi dewa, dia tak punya pilihan selain menjadi musuh dari Buku Panduan Neraka. Satu-satunya cara dia bisa selamat adalah dengan tetap berada di jalan radikal ini.
Ketika Kano Mai melihatnya mengangguk, dia menarik napas dalam-dalam, lalu memulai, “Pada awal mula dari segalanya, semesta ini cuma sebuah titik. Titik ini meledak dan terus meluas, lalu pada akhirnya bentuk-bentuk kehidupan pun muncul.”
“Teori Big Bang. Itu bukan hal baru,” ujar Su Jin seraya mengangguk.
Kano Mai ikut mengangguk dan meneruskan, “Benar. Ketika semesta meledak untuk yang pertama kalinya, dia melahirkan sebuah semesta, dan semesta itu menjadi akar dari semua semesta.”
“Akar?”
“Ya, akar. Kau bisa bayangkan semesta ini adalah sebuah pohon besar. Semesta pertama adalah akar pohonnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, semesta pun juga berevolusi. Dari akar tumbuhlah cabang dan daun, jadi semesta-semesta di mana Tantangan berlangsung, semesta tempat Chu Yi hidup, semesta tempat asal Wu Chen, dan bahkan semesta tempatmu tinggal, hanyalah cabang-cabang dari pohon besar ini.”
“Kelompok makhluk hidup cerdas pertama pada semesta akar, atau semesta pertama, satu-satunya kelompok bentuk kehidupan cerdas adalah kami, para dewa purba.” Kano Mai terdiam sebelum meneruskan. “Itu adalah siklus yang sangat panjang. Sebagai bentuk kehidupan cerdas pertama dan satu-satunya, kami mampu berkembang dan menjadi luar biasa kuat. Sedemikian kuat sampai-sampai kami bisa membunuh dewa mana pun yang kau kenal dengan mudah.”
“Pada kenyataannya, alasan kenapa mereka bahkan menyebut diri mereka sendiri sebagai dewa adalah karena mereka telah mengambil inspirasi dari orang-orangku. Mereka tak berani benar-benar menganggap diri mereka sendiri sebagai sama persis dengan kami, jadi mereka cuma menjadikannya sebagai istilah generik dan ikut memakai kata ‘dewa’.”
Su Jin tak menyela dan dengan tenang mendengarkan Kano Mai yang menceritakan kisah para dewa purba serta semesta pertama kepadanya.
“Setelah lama waktu berlalu, selain semesta pertama, semesta-semesta lain pun mulai berkembang. Sama seperti yang pertama, bentuk-bentuk kehidupan cerdas mulai bermunculan juga di semesta-semesta lainnya. Tetapi sumber daya dari semesta-semesta cabang ini sama sekali tidak sebaik yang ada di semesta akar, dan bentuk-bentuk kehidupan cerdas pada semesta-semesta ini pada akhirnya memulai peperangan.”
“Semesta-semesta yang berbeda memiliki bentuk kehidupan dan peradaban yang berbeda. Kami telah menjadi jauh lebih superior dibanding mereka, sehingga kami pun menjadi pengamat dari semesta-semesta ini, hingga semesta akar mengembangkan kehendaknya sendiri – kehendak semesta.”
“Kehendak semesta?” Su Jin mengernyit samar.
“Kehendak semesta. Kau bisa menganggapnya sebagai perwujudan fisik dari semesta pertama. Dengan kata lain, semesta akar kini memiliki kehendaknya sendiri yang berada jauh di atas kehendak siapa pun. Kehendak ini abadi, agung, dan hanya pantas untuk dipuja.”
“Kehendak semesta menghubungi kami, bentuk-bentuk kehidupan yang merupakan bagian dari semesta akar. Dia memberitahu kami bahwa kemunculan dan pertumbuhan dari semesta-semesta cabang ini merupakan beban yang luar biasa berat baginya. Semesta-semesta cabang menyerap energi dari semesta akar, dan jika hal ini terus berlangsung terlalu lama, semesta akar akan melemah dan bahkan mati.
“Sama seperti bagaimana kita perlu memangkas ranting-ranting pohon, semesta akar juga harus melakukannya demi memastikan semesta-semesta cabang tidak memberatinya dan pada akhirnya menghancurkannya.
“Namun kehendak semesta bersimpati kepada bentuk-bentuk kehidupan yang telah tumbuh pada semesta-semesta cabang ini dan tak sanggup menghancurkan semua peradaban, jadi dia pun memutuskan untuk menciptakan sebuah proses seleksi pada setiap semesta cabang. Dan sebagai dewa purba, kami bertanggungjawab untuk menciptakan alat yang mampu melakukannya.”
“Buku Panduan Neraka?” ujar Su Jin seketika.
Kano Mai mengangguk seraya tersenyum sedih dan berkata, “Benar. Kami menciptakan Buku Panduan Neraka. Kami memakai teknologi serta kekuatan sihir kami yang berkembang dengan luar biasa baik sebagai dasarnya, kemudian menambahkan kekuatan-kekuatan dari kehendak semesta untuk pada akhirnya menciptakan apa yang kini kau kenal sebagai Buku Panduan Neraka.”
Su Jin benar-benar tercengang dibuatnya. Buku Panduan Neraka ternyata merupakan produk dari tangan Kano Mai sendiri. Dia bertanya keheranan, “Kenapa kau tak memberitahukan semua ini padaku lebih cepat?”
Kano Mai menggelengkan kepalanya dan berkata, “Aku tak bisa melakukannya. Ketika sebuah siklus baru dimulai, aku menerima pinjaman kehidupan yang baru, tapi sebagai gantinya, sebagian besar ingatanku akan disegel. Aku baru akan mendapatkan kembali ingatan-ingatan ini setelah aku kembali ke wujud dewa purbaku. Jadi, sebelum aku kembali ke wujud asliku, aku juga tak tahu apa yang sedang terjadi.”
“Aku hanya ingat kalau aku telah melalui siklus yang tak terhitung banyaknya seorang diri, mati lagi dan lagi, kemudian hidup lagi dan lagi.”