Dudu’s Diary - Chapter 25
Yuan Long tahu kalau Ji Xian pasti akan bertanya. Karena dia telah membawa Yu Shanshan dan putranya untuk menemui mereka hari ini, dia tak punya niat untuk menyembunyikan apa-apa.
“Dudu memang putraku. Shanshan yang melahirkannya.”
Ji Xian dibuat tertegun oleh hal ini selama beberapa detik sebelum mendapatkan kembali akal sehatnya, dan kemudian dirinya jadi penuh dengan keraguan, “Kalau begitu kenapa aku belum pernah dengar apa pun tentang itu selama bertahun-tahun? Ditambah lagi, kau sudah pergi jauh selama bertahun-tahun, dan mendadak kau punya anak. Apa yang terjadi?”
Yuan Long mengesah pelan, dengan nada sarat dengan kerumitan. “Dudu mulai dikandung oleh Shanshan empat tahun yang lalu. Pada saat itu Shanshan adalah pacarku. Belakangan, sesuatu terjadi pada kami dan kami putus, lalu aku dikirim untuk menjalankan misi rahasia. Shanshan dan aku kehilangan kontak, dan aku tak tahu kalau ibu dan anak itu telah datang untuk tinggal di sini. Aku tak tahu kalau Dudu ada sampai aku melihat dia lagi di rumah sakit pada kali terakhir.”
Ji Xian tertegun lagi, dan butuh waktu lama baginya untuk berkata, “Empat tahun yang lalu? Aku samar-samar memang pernah dengar kau punya pacar waktu itu. Jadi itu Shanshan?”
Yuan Long mengangguk.
“Tapi kemudian kudengar kau putus. Apa itu karena kehamilannya?”
Memikirkan tentang waktu itu, Yuan Long tak bisa untuk tidak meminta rokok pada Ji Xian untuk diletakkan di bibirnya. Tapi dia tak menyulutnya. Rokok itu hanya bertengger di bibirnya. Butuh waktu lama sebelum dia berkata, “Pada saat itu, kami berpisah karena beberapa kesalahpahaman yang lain. Meski Dudu dibuahi sebelum kami putus, aku tak tahu kalau dia hamil.”
“Jadi Dudu dibuahi sebelum kalian berpisah. Kau tak tahu kalau Shanshan sedang mengandung Dudu, dan tak bertemu lagi dengannya hingga dia datang kemari, lalu mendapati kalau Dudu adalah putramu?”
Yuan Long mengangguk.
Ji Xian menepuk dahinya dan mengesah emosi, “Bagaimana kau bisa punya kondisi naik dan turun seperti plot dalam sinetron TV? Kalau bukan kamu, aku takkan percaya kalau ada hal sesinting itu dalam kehidupan nyata. Tapi aku benar-benar berpikir kalau hal itu adalah takdir. Aku bertemu dengan Dudu dua kali berturut-turut. Aku jatuh suka padanya pada pandangan pertama. Aku juga memberitahukan padamu tentang Dudu. Aku tak menyangka kalau pria kecil itu adalah anakmu. Pada saat itu, aku berpikir orangtua mana yang melahirkan peri seimut itu. Aku tak mengira kalau itu kamu, Yuan Long. Benar-benar berkah.”
Saat ada hubungannya dengan Dudu, ekspresi Yuan Long pun melunak. Ketika dia memikirkan tentang ibu dan anak itu, terasa suatu gelenyar lembut dalam hatinya. Dia memang sangat terberkahi.
“Sudah jelas, punya istri dan anak memang berbeda. Sebelumnya, aku tak pernah lihat kau tersenyum, sekali setahun pun tidak. Setiap kali wajahmu merengut seperti ada orang yang berhutang jutaan padamu. Sekarang, wah wah, aku sudah melihatmu tersenyum beberapa kali selama acara makan ini saja. Kau tak mau tertawa kalau kau tak melihat seseorang yang tak kau sukai, kan?”
Mulut Yuan Long membentuk seulas senyum lemah, mengakui candaan itu.
Ji Xian mengulurkan tangan dan memukulnya pelan. Teringat pada penampilan Yu Shanshan, Ji Xian tak bisa menahan diri untuk tertawa lagi, dan memicingkan matanya pada Yuan Long. “Sepupu, sebelumnya aku masih bertanya-tanya gadis macam apa yang kau sukai. Aku menemukan kalau baik gadis yang pendiam, cerdas, murah hati, ataupun introvert, tidak ada yang masuk ke dalam pandanganmu. Aku juga penasaran dengan istrimu, wanita macam apa yang bisa menangkap perhatianmu. Barulah pada saat ini kau tiba-tiba menyadari kalau kau menyukai gadis montok seperti Shanshan. Aku benar-benar tak menyangkanya…. Hahaha….”
“Enyah kau!” Yuan Long memberinya tatapan mematikan.
Ji Xian begitu ketakutan hingga dia buru-buru berhenti tertawa.
Yuan Long berkata lemah, “Dulu dia lebih kurus daripada istrimu. Belakangan, berat badannya naik karena sesuatu telah terjadi.”
Yuan Long secara garis besar menceritakan tentang kecelakaan mobil Yu Shanshan. Setelah mendengarkan, Ji Xian tak lagi berniat untuk bercanda. setelah lama terdiam, dia berkata serius, “Yuan Long, gadis itu telah banyak menderita karenamu dan kau belum melakukan tugasmu dalam beberapa tahun terakhir ini. Bersikap baiklah pada keluargamu di masa mendatang.”
Yuan Long mengangguk. Tak perlu bagi siapa pun untuk mengatakannya. Dia akan menghabiskan seluruh hidupnya untuk memperlakukan Shanshan dengan baik.
Kedua pria itu terdiam dalam waktu lama. Ji Xian sekarang tiba-tiba terpikirkan sesuatu. Ditatapnya Yuan Long dan berseru, “Aku tiba-tiba jadi meragukan tentang motifmu datang kemari. Katakan yang sebenarnya kepadaku, Yuan Long, kenapa kau memilih untuk memulihkan diri di sini alih-alih di Ibu Kota? Itu karena Shanshan, kan?”
Yuan Long tak bicara dan hanya menjentikkan rokoknya.
Ji Xian menudingnya dengan jari, “Aku tahu kalau ada sesuatu yang ganjil. Kau sudah berada dalam misi selama beberapa tahun, tapi kau akhirnya kembali kali ini. Cideranya begitu serius tapi kau tidak tinggal di Ibu Kota dan tiba-tiba datang mencariku. Jangan bilang kalau kau merindukanku dan datang untuk menemuiku. Aku nggak percaya. Jadi kau cuma sengaja datang kemari untuk bertemu Shanshan? Apa kau pernah memikirkan tentang orang lain dalam hatimu?”
Yuan Long mengerutkan bibirnya dan akhirnya mengakui pemikiran kecilnya secara jujur kali ini, “Mm-hmm.” Dia kemari untuk mencari Shanshan.
Pada mulanya, tanpa sengaja dia mendengar dari seorang mantan teman sekelas Yu Shanshan berkata kalau Yu Shanshan sepertinya berada di Kota C. Pada saat itu, dia sudah lama tak berhubungan dengan Shanshan, tapi dia masih datang kemari dengan alasan beristirahat dan memulihkan diri dari cidera. Dia mengatakan pada dirinya sediri kalau Kota C adalah tempat yang bagus untuk memulihkan diri, yang menjadi sebab kenapa dia datang kemari. Tapi jauh di dalam hati, hanya dia yang tahu kalau alasan pemulihan dirinya itu palsu. Dia hanya ingin datang dan mencari keberuntungan sekecil apa pun. Dia tak tahu apakah dirinya bisa bertemu dengan Shanshan atau akan jadi pemandangan macam apa pertemuan itu. Mungkin Shanshan sudah menikah, mungkin Shanshan sudah melepaskannya. Tapi toh dia tetap datang kemari.
Sekarang dia senang karena telah datang dengan secercah harapan itu, atau dia akan menyesalinya untuk seumur hidupnya.
Shanshan telah ditakdirkan untuk menjadi miliknya.
Ji Xian mengeluarkan pekikan “Yu-huu”, berkata seraya tersenyum, “Aku tahu kalau kau adalah bocah genit, berpura-pura seperti pertapa di permukaan, tapi pada kenyataannya, hatimu itu ~ Pip-pip.”
Yuan Long mengabaikan candaannya.
“Apa yang akan kau lakukan berikutnya? Tidakkah kau akan membawa anak itu kembali ke Ibu Kota untuk bertemu para tetua? Ini adalah satu-satunya generasi keempat dari Keluarga Yuan tuamu. Kutebak Kakek Yuan akan sangat gembira bila melihat Dudu sehingga Beliau akan mengambil senapannya dan keluar untuk menembakkannya dua kali.”
Yuan Long terdiam selama sesaat sebelum berkata, “Aku akan kembali ke pasukan setelah cideraku sembuh. Aku ingin membawa ibu dan anak itu ke pasukan, kalau tidak, aku takkan merasa tenang bila mereka tak ada di depanku. Sebelum kembali ke pasukan, pertama-tama aku akan membawa mereka pulang untuk bertemu dengan Kakek.”
Sang kakek telah mendesaknya untuk menikah sebelumnya. Dia sudah tak tahu ada berapa banyak gadis yang dikenalkan kepadanya. Tapi Yuan Long tak menyukai satu pun dari mereka. Tak ada getaran dalam hatinya. Penundaan ini telah menyeretnya hingga usia tiga puluh tahun. Pria tua itu sekarang dengan keras kepala berpikir kalau dirinya takkan melihat generasi keempat dari Keluarga Yuan tua sebelum Beliau menutup mata. Namun sekarang, bukan hanya Beliau akan melihat generasi keempat, tapi anak itu juga sudah berusia tiga tahun.
Yuan Long memperkirakan kalau sang kakek akan menggila dengan kegembiraan.
****
Setelah makan, Dudu merasa sangat gembira. Dia terus mendendangkan lagu pendek dan menggoyangkan angpao besar di tangannya.
Angpao itu adalah hadiah selamat datang yang diberikan kepada Dudu oleh Ji Xian dan istrinya.
Dudu dengan kegirangan menjulurkan angpaonya di depan ibunya dan memamerkannya ke mana-mana, “Bu, lihat angpao besarku!”
Dudu hanya menerima angpao pada saat Festival Musim Semi (T/N: Maksudnya adalah Tahun Baru Imlek). Tak disangka-sangka, sekarang dia juga menerima angpao besar. Dia tahu kalau ada uang di dalam angpao itu. Saat dia berpikir kalau akan ada lebih banyak uang dalam babi kecilnya, dia pun memicingkan matanya dengan gembira.
Oh, sekarang dia bisa membeli cincin dengan batu yang lebih besar untuk istrinya!
Yu Shanshan merasa malu melihat si pria kecil yang begitu terobsesi dengan uang. Siapa balita umur tiga tahun yang begitu terobsesi dengan uang? Bukankah hal umum bagi orang dewasa untuk menipu uang anak-anak dengan permen? Kenapa kita tak bisa menipukan hal ini dari anak kita sendiri?
Dudu bersenandung dan berlutut di lantai, setengah dari tubuhnya menumpu di atas meja kopi, tangan gendut kecil membuka angpao dan mengeluarkan semua uang yang ada di dalam.
“Wow~~ Bu, lihat, ada banyak Kakek Mao (T/N: Mao Zedong, mantan presiden RRT, ketua Partai Komunis Tiongkok).” Dengan setumpuk uang kertas seratus yuan di tangannya, mata Dudu melebar Ini adalah kali pertama dia melihat uang sedemikian banyaknya.
Yu Shanshan juga terkejut. Dia mulanya mengira kalau Ji Xian dan istrinya akan memberikan beberapa ratus yuan. Pada umumnya, angpao-angpao yang diberikan kepada anak-anak juga berisi sekitar beberapa ratus yuan. Tak disangka, yang dikeluarkan oleh Dudu adalah setumpukan besar. Melihat ketebalannya, setidaknya ada empat atau lima ribu.
Yu Shanshan menatap Yuan Long. “Kenapa mereka memberikan banyak sekali?”
“Itu tidak banyak,” ujar Yuan Long. “Ini adalah kali pertama mereka bertemu Dudu. Mereka memberikannya dengan sepenuh hati.” Kalau pemberitahuan makan malamnya tidak semendadak ini, diperkirakan kalau Ji Xian akan telah mempersiapkan hadiah selamat datang yang lebih berharga lagi.
Setelah itu, Yuan Long berkata pada Dudu, “Hitung ada berapa banyak yang yang paman dan bibimu berikan padamu.”
Dudu pulih dari rasa syok melihat jumlah uang sebanyak itu, dan langsung mengangguk riang lalu menghitung uang merahnya dengan sukacita, “Satu, dua, tiga, … sepuluh….”
Si sobat kecil terbengong-bengong dan tak tahu apa yang harus dilakukannya setelah menghitung hingga sepuluh.
Karena Dudu masuk ke TK Kecil, dan guru di TK Kecil hanya mengajarinya satu sampai sepuluh, maka begitu banyak anak yang tak bisa menghitung lebih dari itu. Dudu pandai dalam menghitung dari satu sampai sepuluh, jadi Yu Shanshan tak mendorong untuk mengajari lebih banyak sehingga anak itu mempelajarinya sendiri. Karenanya hingga sejauh ini, Dudu hanya bisa menghitung dari satu hingga sepuluh.
Sekarang angkanya terlalu besar, jauh melampaui jangkauan sepuluh, yang membuatnya sangat sulit bagi si pria kecil.
Setelah menghitung dalam waktu lama, si teman kecil tak bisa menghitung dengan jelas. Alih-alih, dia jadi semakin dan semakin bingung serta harus berpaling pada ibunya untuk minta bantuan.
Yu Shanshan menonton si pria gendut kecil yang bodoh itu menghitung uangnya dalam waktu lama. Anak itu begitu gembira. Sekarang karena dia telah cukup menonton kegembiraan itu, dia pun menghitungkan uangnya untuk anak itu dengan baik.
Ji Xian benar-benar memberi banyak. Yu Shanshan, seorang dewasa, menghitungnya dalam waktu lama, dan akhirnya menghitung dua kali sebelum dia akhirnya bisa menghitung dengan jelas. Jumlah totalnya adalah 6.666 yuan.
“Wow~~” Mendengar ibunya berkata kalau jumlahnya 6.666 yuan, Dudu tercengang. Meski dia tak tahu berapa banyak artinya, dia tahu kalau ini berarti banyak uang. Sekarang semua uang ini adalah miliknya. Apakah babinya akan jadi penuh?
Dudu langsung melompat ke atas meja kopi, dan wajah mungilnya menggosok setumpukan uang angpao lalu bertanya riang, “Ayah, Ibu, apa aku sekarang adalah anak yang sangat kaya?”
Yuan Long begitu geli melihat si pecandu uang kecilnya sehingga dia tak bisa menahan diri untuk melengkungkan sudut mulutnya ke atas.
Akan tetapi, Yu Shanshan memutar matanya, bergeser mendekati si pria gendut kecil, dengan lembut memeluk anak itu dalam dekapannya, dan menatap ramah padanya, “Pangpang, apa kau tahu apa artinya berbagi suka dan duka?”
Kalimat ini agak keluar jalur. Dudu menggelengkan kepalanya dengan ragu, “Bu, apa maksud Ibu?”
Yu Shanshan tersenyum dan serta merta seorang guru Tiongkok merasuki dirinya lalu mulai bicara melantur, “Itu berarti saat ada hubungan baik di antara dua orang, dan kemudian, saat satu dari mereka menjadi kaya, dia akan membaginya dengan yang lain, sehingga orang yang lain juga punya uang.”
Yuan Long: … Haruskah aku hentikan dia menipu anaknya atau pura-pura tak melihat saja?
Seakan tahu apa yang sedang Yuan Long pikirkan, Yu Shanshan pun memberinya tatapan mengancam: Berani bicara, lihat saja!
Yuan Long langsung mengalihkan perhatiannya ke TV untuk menonton berita CCTV yang sedang disiarkan.
Yah, dia lebih baik nonton berita saja.
Dudu, yang baru saja diberi penjelasan oleh ibunya, menggerakkan uang itu ke sisinya, menatap ibu tuanya dengan sorot sangat waspada.
Dia merasa kalau ibunya ganas terhadap uangnya.
Yu Shanshan menggosokkan kedua tangannya dan tersenyum lalu lanjut berkomunikasi dengan putranya, “Pangpang, apa kau punya hubungan baik dengan ibumu? Apa kau sangat mencintai ibumu?”
Dudu menutup mulutnya dan memilih untuk tidak menjawab.
Namun si ibu tua tak perlu menunggu jawaban. Dia juga bisa melengkapi keseluruhan pertunjukan itu sendiri. “Benar, aku memiliki hubungan terbaik denganmu di dunia ini. Kamu paling sayang pada ibumu, dan ibumu paling sayang padamu, jadi kita harus berbagi suka dan duka. Jadi, sekarang karena kamu punya uang, kau harus membaginya dengan ibumu dan berbagi separuhnya. Betul?”
Dudu sudah mengambil uangnya, dan kaki kecilnya telah mundur diam-diam, siap untuk berlari kabur kapan saja. “Bu, Ibu sekarang kelihatan seperti Nenek Serigala.” (T/N: Itu lho, yang di cerita si Tudung Merah)
Yu Shanshan: … Bagaimana kalau aku ingin membunuh si gendut ini?
Yuan Long: … Aku akan lanjut menonton berita dan tak mendengar apa-apa.
Yu Shanshan sudah muak dengan semua ini dan berusaha mengubah senyumnya dari Nenek Serigala menjadi model ketidakegoisan dan kesetiaan, berkata, “Pangpang, apa kau lupa? Aku bekerja keras untuk mencari uang, kemudian aku memakai uang itu untuk membeli susu untukmu, membeli cemilan, membeli pakaian dan menyekolahkanmu. Ibu telah melakukannya dan membaginya denganmu. Apa kau tak mau berbagi dengan ibumu kalau kamu punya uang? Pangpang, ibu sangat kecewa, hati ibu sakit.”
Saat dia mengatakan hal itu, Yu Shanshan menebah dadanya dan tampak begitu sedih seakan tak bisa bernapas.
Sudah jelas, si pria gendut kecil jadi terhenti dan meragu selama sesaat. Ibunya memang telah membelikannya pakaian, cemilan, susu, dan menyekolahkannya. Ibunya telah berbagi uang dengan dirinya, tapi dia tak bersedia membaginya dengan ibunya. Dia bukan anak yang baik.
Dudu merasa bersalah. Dia ingin berbaikan dengan ibunya, jadi dia pun melangkah maju dan dengan murah hati menaruh uang di tangannya kembali ke meja kopi. Dia berkata pada Yu Shanshan, “Bu, aku akan berbagi dengan Ibu. Aku akan dapat separuh dan ibu dapat separuh lainnya.”
Yu Shanshan menarik tangannya dan sebaliknya memeluk putra gendutnya ke dalam dekapan dengan air mata di matanya. “Pangpang, Ibu sangat mencintaimu, kau adalah anak yang sangat baik.”
Dengan itu, Yu Shanshan berpura-pura menyeka air matanya dan kemudian membagi uangnya dengan si pria kecil satu demi satu.
Lewat sudut matanya, Yuan Long menatap ibu dan anak itu yang dengan seksama membagi uangnya. Meski tampak lucu, hatinya meleleh jadi kubangan. Seperti inilah yang namanya rumah, dan inilah rasa dari kebahagiaan.
Setelah membagikan uang itu, Dudu mengambil separuh bagiannya dan berlari ke kamar tidur untuk memasukkannya ke dalam babi kecilnya.
Yu Shanshan menatap setumpuk kakek Mao di tangannya dan tertawa begitu lebar sehingga giginya tak lagi terlihat.
Astaga, putranya masih begitu kecil tapi masih bisa menunjukkan rasa bakti kepada ibu tuanya. Sebagai seorang ibu, Shanshan sangat lega.
Yuan Long duduk di sisinya, mengulurkan tangan dan memencet hidung Shanshan, merasa geli, “Kenapa kau menipu Dudu untuk uang kecil itu?”
Yu Shanshan dengan kukuh menolak mengakui bahwa ini adalah penipuan. “Aku menyimpankannya untuk dia. Saat anak-anak orang lain mendapatkan uang, semuanya diambil oleh ibu mereka ketika mereka sampai di rumah. Kau tak tahu bagaimana yang satu ini. Sejak saat dia bisa bicara, dia sudah luar biasa cerdas. Kau harus mengumpulkan angpaonya sendiri. Kau bahkan tak bisa menipunya dengan gula. Aku bahkan tak punya kesempatan lagi untuk membantu anakku mengatur keuangannya.”
Yuan Long membelai kepala Shanshan, mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya, dan menyerahkan kartu itu pada Shanshan, “Nih, kau tak perlu membantu mengurus keuangan di masa mendatang. Aku akan memberimu uangnya.”
Yu Shanshan membeku, “Apa yang kau… untuk apa kau memberiku kartu ini?”
Yuan Long: “Ini adalah kartu gajiku. Semua uangku ada di situ. Aku jarang memindahkannya, aku akan menyimpankannya untukmu nanti. Kalau kau butuh uang, pakai uang di dalamnya.”
Yu Shanshan: Inikah kartu gaji yang legendaris itu?
Akan tetapi, Yu Shanshan selalu memiliki perasaan bahwa dia tak bisa menerimanya. Dia belum mampu membawa dirinya sendiri ke dalam peranan barunya sebagai istri dengan mudah. Dia selalu merasa bahwa ada sesuatu yang hilang, jadi dia tak bisa dengan tenang menerima kartu pria itu.
Menggelengkan kepalanya, Yu Shanshan menolak, “Aku punya uangku sendiri. Kau bisa ambil kartu gajimu. Aku tak menginginkannya.”
Mata Yuan Long menggelap. Dia meraih tangan Shanshan dan menjejalkan kartu gajinya ke dalam tangan itu, namun dia tak melepaskannya. Dia terus menggenggam tangan Shanshan seperti ini, dan tubuhnya bergerak lebih dekat pada wanita itu, hampir seakan hendak memeluknya. “Hanya bisa dibenarkan kalau menyerahkan kartu gaji kepada istrimu. Kau adalah istriku. Kepada siapa lagi aku harus memberikannya? Para istri dari keluarga-keluarga lain semuanya memegang kartu gaji suami mereka.”
Yu Shanshan menatap tangan gendutnya digenggam oleh tangan ramping Yuan Long. Tak peduli seberapa canggung pun, dia merasa kalau dirinya hampir ingin memeluk pria itu sepenuhnya. Tapi dia merasa tidak nyaman, menerima uang yang tidak dia dapat dari pekerjaannya.
“Yuan Long!” Shanshan merona.
Yuan Long menepuk-nepuk kepalanya dan berkata, “Menurutlah, ambil kartunya.”
Yu Shanshan merasa bahwa bila dia tak mengambilnya hari ini, Yuan Long takkan melepaskan, jadi dia harus melemparkan handuk (T/N: menyerah. Seperti kalau melemparkan handuk ke dalam ring tinju) dan berkata, “Oke, oke, aku akan menerimanya. Kau lepaskan.”
Yuan Long memberinya kecupan ringan di puncak rambutnya sebelum melepaskan tangannya.
Saat dirinya dilepaskan, Yu Shanshan buru-buru berdiri dan berlari ke kamar tidur. “Aku akan menyimpan saja kartunya. Aku takkan pernah menghilangkannya.”
Melihat gaya Shanshan berlari, Yuan Long mengerutkan bibirnya, matanya berkilat dengan jejak ketidakberdayaan.
***
Keesokan harinya, Yu Shanshan tak lupa dengan rencana menurunkan berat badannya. Saat dia sedang berada di rumah dan Yuan Long keluar untuk mengantarkan Dudu ke sekolah, dia mengirimi pria itu pesan bahwa dia akan keluar untuk berbelanja, dan kemudian naik taksi menuju institut penurunan berat seperti yang dilakukannya kemarin.
Ini adalah pengalaman hari pertamanya. Melihat jarum-jarum akupuntur itu, jantungnya mau tak mau berdebar, dan dia merasakan sakit bahkan sebelum dirinya ditusuk.
Namun memikirkan tentang tekad untuk menurunkan berat badan, dia masih berbaring di atas ranjang kecantikan dengan gigi digertakkan, menunggu jarumnya tiba.