Dudu’s Diary - Chapter 26
Dua jam kemudian, Yu Shanshan keluar dari organisasi penurunan berat dengan mengucurkan keringat deras. Sekujur tubuhnya tak mampu berdiri tegak.
Sakit. Terlalu menyakitkan. Itulah satu-satunya yang dia rasakan saat ini.
Dia bahkan tidak tahu bagaimana dia berhasil menghabiskan dua jam yang menyakitkan itu. Benar-benar menyakitkan baginya hingga dia ingin melompat turun dari ranjang dan lari. Akan tetapi, memikirkan tentang tekadnya untuk menurunkan berat badan, dia pun bertahan dengan rasa sakitnya.
Bukankah si konsultan penurunan berat badan bilang cuma akan sakit sedikit? Cuma sedikit? Tapi ini sungguh menyakitkan sampai ke dalam jiwa. Khususnya saat berjalan, membuat orang meragukan apakah kehidupan itu patut untuk dijalani.
Sekali lagi, dia mengeluarkan tisu untuk menyeka keringat di wajahnya. Yu Shanshan dengan hati-hati menyentuh perut dan punggungnya. Bagian-bagian itu penuh dengan lubang bekas jarum dan lebam, serta juga bilur dari bekam, yang masih terasa menyengat, khususnya ketika baju menggesek kulit. Untuk bernapas saja sakit.
Yu Shanshan benar-benar ingin mendongak menatap angkasa dan mengesah: Oh Tuhan, aku sudah banyak menderita.
Barulah kemudian dia punya waktu untuk mengeluarkan ponselnya untuk menemukan beberapa pesan telah dikirim untuknya dari Yuan Long. Saat dia membukanya, Yuan Long bertanya di mana dirinya dan ingin datang menjemputnya.
Yu Shanshan buru-buru mengetikkan balasan kepadanya: Aku cuma sedang berbelanja, dan sekarang sudah berada dalam bus untuk pulang, jadi kau tak perlu menjemputku.
Kemudian Yuan Long dengan cepat menjawab, “Oke.”
Tak berani terlambat, Yu Shanshan buru-buru naik taksi untuk pulang dari tepi jalan. Saat dia sampai di rumah, Yuan Long sedang sibuk di dapur dengan mengenakan celemek.
Yu Shanshan menegakkan punggungnya, berusaha mengabaikan rasa sakitnya dan berpura-pura pergi ke dapur seperti biasanya. Dilihatnya makanan yang sedang dimasak pria itu.
Ikan Rebus Sichuan, Samcan (daging babi bagian perut yang terdiri dari tiga lapis – kulit, daging, lemak) Tumis Kental, dan Irisan Terong dengan Buncis.
Kalau Yu Shanshan masih menikmati hidup seperti dahulu, setidaknya dia bisa memakan dua mangkuk nasi putih, tapi sekarang tidak bisa. Dia harus bekerjasama dengan dietnya selama berusaha menurunkan berat badan, dan dia tak bisa seenaknya menyantap ikan dan daging dalam porsi besar, kalau tidak takkan ada efeknya.
Saat makan siang, Yu Shanshan bahkan tak memakan makanan pokok, jadi dia memakan beberapa gigit ikan dan sayuran dengan sumpit. Lalu untuk babinya, meski dia ingin makan, dia tak berani menyentuhnya sama sekali.
Pada kenyataannya, perutnya tidak kenyang dan dia berteriak keras dalam kepalanya bahwa dia masih ingin makan, tapi memikirkan tentang rasa sakit yang harus ditanggungnya demi kurus, dia pun menurunkan sumpitnya dan memaksa dirinya untuk mengalihkan pandangan dari makanan.
Yuan Long melihatnya meletakkan sumpit dan bertanya penasaran, “Kenapa makanmu sedikit sekali?”
Yu Shanshan menggelengkan kepalanya, “Aku kenyang. Aku nggak mau makan lagi.”
Yuan Long mengulurkan tangannya dan menyentuh dahinya, sedikit cemas, “Apa ada masalah?”
Yu Shanshan menjauhkan tangan pria itu, “Oh, nggak ada masalah kok, hanya saja aku kenyang. Jangan selalu berpikir kalau aku makan sangat banyak. Makanku cuma sedikit.”
Yuan Long menatapnya selama sesaat, berpikir sejenak, dan bertanya ragu, “Apa kau sedang menurunkan berat badan?”
Yu Shanshan: … Aku ketahuan.
Melihat Shanshan terdiam, Yuan Long tak bisa mengerti. Dia meletakkan mangkuk dan sumpit di tangannya dan meremas tangan Shanshan, “Shanshan, menurutku sama sekali tidak penting apakah gendut atau kurus. Menurutku kau baik-baik saja. Pada kenyataannya, kau tak perlu menurunkan berat badan.”
Tak ada seorang pun yang pernah memberitahunya bahwa dia tak perlu menurunkan berat badan, dan hal yang paling sering dia dengar adalah bahwa dia harus menurunkan berat badannya. Bahkan Wu Jing juga mendesaknya untuk menurunkan berat badan. Yu Shanshan agak ingin menangis. Dia menundukkan kepalanya dan tak mau pria itu melihat penampilan payahnya. “Bukankah kau pikir aku jelek karena aku gendut sekali? Kau bohong!”
Yuan Long: “Aku takkan bohong padamu. Kau nggak jelek sama sekali.”
Yu Shanshan tersedu dan merengut: “Aku cantik pada waktu sebelumnya atau sekarang?”
Yuan Long tak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan ini. Dia merasa bahwa masing-masingnya memiliki keunggulannya sendiri. Yu Shanshan tetaplah dirinya, yang sebelumnya dan yang sekarang, dan tak ada perlunya untuk dibandingkan sama sekali.
Tapi Yu Shanshan salah mengartikan sikap diamnya dan merasa tidak senang. “Lihat, lihat, kau masih berpikir kalau aku tampak lebih baik saat aku kurus, kan? Di mulut kau bilang tidak masalah kalau aku gendut, tapi kau masih berpikir kalau aku jelek dalam hatimu. Kau bohong padaku. Kalau aku tak menurunkan berat badan, kau pasti akan meninggalkanku!”
Yuan Long buru-buru berkata, “Aku bukannya tidak menyukainya. Menurutku kau tampak bagus sekarang.”
Yu Shanshan jadi lebih marah lagi, “Kau bohong dengan mata terbuka. Apa kau kira aku bodoh?”
Yuan Long tak bisa berkata-kata. Dia kena sakit kepala. Sebelumnya dia bisa bicara dengan Yu Shanshan tapi sekarang tidak bisa. Ada banyak cara yang bisa dia lakukan bila ingin membuat Yu Shanshan diam atau mengalihkan perhatiannya. Tapi sekarang wanita itu enggan untuk membiarkan dirinya mendekat, dan dia tak bisa melakukan apa-apa.
Sekarang Yu Shanshan selalu menghalanginya dengan dinding yang tak terlihat. Dia tak tahu bagaimana cara untuk membuat Shanshan menjadi sama dengan sebelumnya, Yu Shanshan yang lengket yang mencintai dirinya dengan gaya genit.
Shanshan dulu menganggap dirinya sebagai seseorang yang tak suka bicara, jadi dia bicara lebih banyak sekarang ini. Shanshan dulu menganggap dirinya tak pernah tersenyum dengan wajah datar, jadi sekarang dia banyak tertawa. Shanshan dulu menganggap dirinya selalu dingin dan tidak cukup lembut jadi sekarang dia mengerahkan seluruh kelembutannya.
Namun yang telah dia lakukan tampaknya tidak cukup. Dia masih tak bisa membuka hati Shanshan.
Yuan Long, yang selalu tak terkalahkan dalam melakukan berbagai hal, merasa begitu tak berdaya untuk pertama kalinya.
Pada akhirnya, dia hanya bisa mundur. “Baiklah, kalau begitu kau harus makan secara masuk akal sementara menurunkan berat badan dan tetap mencukupi kebutuhan nutrisimu.”
Yu Shanshan buru-buru berjanji: “Saat aku makan, aku hanya akan makan lebih sedikit. Takkan mempengaruhi kesehatanku.”
Yu Shanshan tidak makan, jadi Yuan Long memakan sisa makanannya. Yu Shanshan tanpa daya menatap pria itu memakan dua mangkuk nasi dan menyantap tiga macam masakan di atas meja.
Dia tak bisa menahan diri untuk menatap perut pria itu, yang masih rata dan tak membuncit sama sekali.
Meski dia tahu kalau Yuan Long bisa makan banyak sebelumnya, Yu Shanshan masih sangat iri kepadanya. Pria itu makan begitu banyak, kenapa beratnya tak bertambah? Kenapa berat badannya sendiri langsung baik begitu dia makan?
Yuan Long bertanya, “Ada apa? Kenapa kau memandangiku seperti itu?”
Yu Shanshan terlalu malu untuk mengucapkan isi pikirannya, jadi dia mengajukan pertanyaan lain, “Apa kau sedang liburan sekarang? Bagaimana kau bisa tidak perlu kembali ke pasukan padahal sudah lewat berhari-hari?”
Dia tak pernah melihat pria itu mengambil liburan sepanjang ini.
Yuan Long, yang sedang mengambil makanan dengan sumpitnya, menghentikan gerakan tangannya, lalu berkata lembut, “Aku mengalami cidera saat bertugas, jadi aku ambil cuti selama beberapa waktu.”
“Apa?” Yu Shanshan tiba-tiba berdiri dari kursinya. “Di mana kau terluka? Kenapa aku tak melihatnya?”
Yu Shanshan langsung menghampiri untuk menaikkan baju Yuan Long. “Tunjukkan padaku di bagian mana kau terluka.”
Yuan Long sering cidera, dan setiap kalinya, itu bukan luka kecil. Dahulu saat mereka pertama kali bersama, tiga kali Shanshan telah mengalami melihat Yuan Long terluka dan dilarikan ke rumah sakit. Tiga kali itu nyaris membuatnya ketakutan setengah mati. Jadi setiap kali dia mendengar Yuan Long bicara tentang misi-misinya, Shanshan merasa gelisah, dan setiap kali pria itu bilang dirinya terluka, Shanshan merasa cemas.
Meski merasa senang Shanshan gelisah untuk dirinya, Yuan Long menghentikan tangan wanita itu menyingkap bajunya. “Tidak apa-apa, cuma luka kecil, sudah sembuh.”
“Kau bohong lagi padaku!” Yu Shanshan tak percaya pada luka-luka kecil. Akankah sebuah luka kecil membuat seseorang sampai berlibur? Akankah membutuhkan waktu cuti selama itu? “Jangan anggap aku orang bodoh. Kau takkan berlibur kalau kau cuma dapat luka kecil.”
Mengetahui kalau Shanshan tak bisa dibodohi, Yuan Long mengerutkan bibirnya dan harus mengaku jujur, “Aku tertembak di bagian dada, tapi sekarang sudah tak apa-apa.”
Dada? Dekat jantungnya?
Yu Shanshan begitu ketakutan hingga dia tak bisa percaya pada apa pun. Dia berkata, “Lepaskan bajumu dan aku akan melihatnya sendiri, kalau tidak aku takkan memercayaimu, oke?”
Yuan Long tak bisa menghentikannya kali ini, dan akhirnya harus melepaskan kancing bajunya untuk menunjukkan luka di dadanya.
Sekali lihat, Yu Shanshan mendapati bebatan kasa yang membungkus hampir seluruh dadanya, dan bagian yang diperban di dalamnya berada tepat pada posisi jantung.
Apanya yang tidak apa-apa bila tertembak di jantung? Ini mengerikan!
Mata Yu Shanshan langsung memerah dan tangannya gemetar saat dia menyentuh luka pria itu. Suaranya sedikit pecah. “Kau bohong padaku kalau tidak apa-apa. Kau tertembak di jantung. Kau nyaris mati, kan?”
Yuan Long meraih tangannya dan tak bisa menahan diri untuk memeluk wanita itu dan membelai rambutnya. “Aku ditakdirkan hingga tembakan itu luput dari jantungku. Kalau tidak, aku takkan berdiri dengan baik di depanmu hari ini. Juga berkat luka inilah aku bisa datang untuk bertemu denganmu dan Dudu. Ini semua sudah ditakdirkan, bukan begitu?”
Akan tetapi, Yu Shanshan masih menangis. Untuk pertama kalinya, dia tak berusaha melepaskan diri dari pelukan pria itu. “Tapi juga bukannya tidak menyakitkan. Kau bilang kau akan bertanggungjawab untuk aku dan Dudu. Bagaimana kau bisa bertanggungjawab kalau sesuatu sampai terjadi?”
Ada senyum di mata Yuan Long, bagai penghiburan dan janji. “Tenanglah, denganmu dan Dudu, aku akan hidup dengan baik demi menjaga kalian.” Yan Wangye (T/N: Raja Yama, penguasa alam baka) takkan mengambil nyawaku. Karena aku masih memiliki kamu dan Dudu dalam hidupku.
“Lantas kenapa kau tak pergi ke rumah sakit? Dengan cidera separah itu, kau tak bisa bersikap seperti orang yang baik-baik saja!” Yu Shanshan jadi sangat marah saat dia teringat jangka waktu pria itu bersikap normal seperti orang biasa. Pria ini tak punya kesadaran diri atas cideranya. Kalau Shanshan tahu Yuan Long sedang cidera, dia takkan pernah membiarkan pria itu melakukan ini atau itu.
Yuan Long: “Tidak apa-apa. Lukanya sudah sembuh. Aku hanya perlu pergi ke rumah sakit secara teratur untuk mengganti perbannya. Tak perlu dirawat inap.”
Mendengar yang pria itu katakan, Yu Shanshan merasa sedikit lebih tenang.
****
Sorenya, Yu Shanshan tak mau Yuan Long menjemput Dudu karena pria itu terluka. Dia ingin naik taksi untuk menjemput Dudu dari sekolah, tapi Yuan Long tak memercayainya pergi sendirian. Akhirnya, mereka berdua pun pergi bersama-sama untuk menjemput Dudu dari sekolah.
Tapi di gerbang TK, Yu Shanshan menyesali keputusannya.
Dia tak seharusnya datang bersama Yuan Long.
Nilai wajah Yuan Long terlalu bagus, menghasilkan tidak kurangnya perhatian dari orang lain di mana-mana, khususnya di gerbang TK yang sibuk. Para orangtua yang menunggu anak-anak mereka, mulanya tak ada kerjaan, tiba-tiba menemukan satu sosok tampan nan tegap di antara mereka. Semua orang baik disengaja maupun tidak disengaja mengarahkan tatapan mereka kepadanya.
Kalau melihat Yuan Long, mereka tentunya juga akan melihat Yu Shanshan di sampingnya. Alhasil, mata mereka pun berubah dari tercengang menjadi penasaran dan curiga.
Yu Shanshan tak perlu mendengar untuk tahu apa yang orang-orang ini curigai. Mereka pasti bertanya-tanya apa hubungan dirinya dengan Yuan Long. Mereka pasti tak percaya kalau dia dan Yuan Long adalah pasangan. Mungkin mereka bertanya-tanya apakah dirinya adalah seorang pengasuh anak. Bagaimanapun juga, mereka tak percaya bahwa seorang pria setampan itu akan bersama dengan wanita segendut itu.
Itulah sebabnya dia tak mau bicara dengan Yuan Long.
Yu Shanshan diam-diam beringsut ke samping, berusaha jauh-jauh dari pria itu. Kalau tidak, nilainya yang lima poin akan dihabisi oleh pria itu, dan dipekirakan akan jadi negatif.
Akan tetapi, Yuan Long berpaling ke arahnya, merangkul bahunya, dan menariknya kembali. Kemudian pria itu menurunkan tangannya dan meletakkannya ke sekeliling pinggang Shanshan. Shanshan ingin melepaskan tangan pria itu dari pinggangnya. Tapi tak peduli seberapa keras pun dia berusaha, Yuan Long tetap tak bergerak.
Yu Shanshan menatapnya dengan marah, namun Yuan Long tak bisa melihatnya. Pria itu tersenyum dan menatap dirinya lewat sudut mata dan bertanya, “Istri, kita mau makan apa di rumah malam ini?”
Yu Shanshan: … Jangan bilang padaku kalau itu tidak disengaja.
Yu Shanshan jelas-jelas merasakan mata dari orang-orang di sekeliling mereka berubah sekali lagi. Dari kecurigaan, berubah menjadi rasa syok dan ketidakpercayaan. Mereka mungkin tak menyangka kalau sekuntum bunga ditanam di atas kotoran sapi. Dan kotoran sapinya adalah dirinya.
Untungnya, tidak lama sebelum TK berakhir, dan guru pun membuka pintu lalu membawa anak-anak keluar. Pandangan-pandangan itu pun beralih dan Yu Shanshan terselamatkan dari api dan air.
Semenjak ayahnya pulang, Dudu berjalan di depan dengan sangat aktif setiap kali dia pulang sekolah. Begitu sang guru membuka pintu, dia adalah orang pertama yang menghambur keluar. Dia sudah akan berlari ke arah ayahnya, tapi tiba-tiba dia melihat ibunya berdiri di sebelah ayahnya. Arahnya langsung berbelok dan dia pun menghambur ke ibunya.
“Bu!” Dirinya seperti sebongkah bola meriam kecil. Sebelum Shanshan bisa bereaksi, anak itu sudah menabrak tubuhnya, nyaris menjatuhkan ibunya yang seberat 170 pon. Saat tubuh Yu Shanshan tidak stabil, dia bahkan mundur dua langkah, dan nyaris mematahkan kakinya yang tidak cidera.
Untung saja, Yuan Long berhasil memegangi punggungnya sebelum dia membuat kaki yang lain ikut pincang, jadi Yu Shanshan pun selamat. Namun, bagian tubuh di mana jarum dan bekam sebelumnya menusuk tubuh terasa begitu menyakitkan sehingga kulitnya seperti disengat, dan Shanshan pun tak bisa menahan diri untuk memekik.
Dudu terkejut saat dia melihat ibunya terluka karena dirinya. Dia langsung berdiri dengan patuh, mengangkat kedua tangannya seperti sedang menyerah, dan mengerjapkan matanya untuk mengindikasikan bahwa dia tahu dirinya bersalah.
Yuan Long memegangi Shanshan dan menunduk menatap kakinya. “Ada apa? Apa kakimu kena?”
Yu Shanshan buru-buru menyesuaikan ekspresinya dan menggelengkan kepala. “Nggak, nggak, hanya saja Dudu menginjak kakiku tadi. Sekarang sudah tidak sakit.”
Melihat kakinya dan mendapati kalau Shanshan memang baik-baik saja, Yuan Long pun berpaling untuk menatap Dudu, yang masih dalam sikap menyerah, dan melambai pada anak itu.
Dudu yang tahu kalau ibunya baik-baik saja, pulih dalam sekejap, dan tak berani lagi untuk menghambur ke arah ibunya. Kali ini, dia berlari ke arah ayahnya, menendangkan kakinya, dan memanjati kaki ayahnya.
Yuan Long menunggu anak itu memanjat naik, mengangkatnya naik dengan kedua tangan di bawah ketiak anak itu dan menepuk pantatnya. “Lain kali jangan pakai tenaga sebanyak itu pada ibumu, oke? Atau Ibu akan memitingmu.”
Dudu mengangguk tangkas, “Ngerti!”
Setelah mengatakan itu, dia mencondongkan tubuh dan memberikan ciuman bersuara keras ke wajah Shanshan, “Bu, aku salah. Kelak aku takkan menabrak Ibu keras-keras lagi. Maafkan aku.”
Yu Shanshan sangat khawatir. Si pria gendut kecil ini sekarang sangat berat dan tenaganya juga besar. Anak itu juga selalu suka memanjat naik turun di tubuhnya dan menabraknya. Lupakan saja bagaimana kondisinya sebelumnya, tapi sekarang badannya sakit di mana-mana, dan akan sakit setengah mati kalau dirinya disentuh oleh anak ini.
Jadi Yu Shanshan dengan sengaja memasang wajah datar dan berkata, “Kalau begitu ibumu ini akan menghukummu, mulai sekarang sampai besok pagi, kau tak diperbolehkan memeluk ibumu. Dengan begitu ibumu akan memaafkanmu.”
“Baiklah.” Dudu langsung menempelkan dua jari ke samping kepalanya sebagai gestur janji.
Dudu adalah anak yang menepati janjinya. Dia sudah berjanji untuk tidak memeluk ibunya. Bahkan bila dia karena kebiasaan ingin melompat ke dalam pelukan ibunya sebelum pergi tidur, malam itu, dia mengerem diri tepat sebelum dia pergi tidur, dan dia pun mengerutu lalu kembali tidur.
Yu Shanshan takut kalau si pria gendut kecil itu akan menempel pada dirinya saat dia tidur. Sekarang melihat anak itu menepati janjinya, dia pun jadi menghembuskan napas lega. Tampaknya dia takkan disiksa oleh si pria gendut kecil itu malam ini.
***
Saat Dudu bangun pada keesokan harinya, dia memiringkan kepalanya dan melihat ibunya masih tidur, dia langsung ingin memanjati tubuh ibunya dan memeluknya seperti biasa, tapi dia tiba-tiba teringat janjinya semalam dan mengerem diri tepat waktu. Tapi kalau dipikir-pikir lagi ini tidak benar. Ibu bilang dia tak boleh memeluk semalam, tapi sekarang sudah fajar, dan karenanya, dia bisa memeluk ibunya sekarang.
Jadi begitu mata Dudu berbinar, betisnya langsung mengarah tepat ke Shanshan, dan seperti biasa, seluruh tubuhnya pun membentang lebar-lebar di bagian depan tubuh ibunya, dan wajah gendut kecil itu diusapkannya dengan nyaman.
Rasanya sungguh pahit bagi Yu Shanshan, yang masih tertidur. Saat dia sedang tidur, tiba-tiba dia merasakan tekanan seberat Gunung Tai, dan kemudian dia merasakan sakit pada tubuhnya. Dengan linglung, dia memekik, “Ahhh– sakit.”
Dudu terkejut, buru-buru menggulirkan tubuh gendutnya dan merayap turun, gelisah ingin melihat di bagian mana ibunya terluka, hanya untuk mendapati blus ibunya telah tersingkap, menampakkan bahwa perut sang ibu berwarna hitam dan ungu, yang mana tampak mengerikan.
Dudu membeku. Dia menyingkap baju ibunya lagi, dan mendapati bahwa tubuh ibunya penuh dengan lebam-lebam hitam dan ungu.
Ibu dipukuli?
Air mata menggenang di mata Dudu, dan reaksi pertamanya adalah bahwa ibunya telah ditindas, dan dia akan mengadukannya pada ayahnya.
Menyeka air matanya, si pria kecil memanjat turun dari ranjang bahkan tanpa mengenakan sepatunya dan bergegas menuju dapur untuk menemukan ayahnya yang sedang sibuk memasak. Dia mengalungkan tangannya pada kaki sang ayah dan menangis sedih, “Yah, Ibu dipukuli – -“
Yuan Long nyaris menjatuhkan pisau dapur di tangannya.