Dudu’s Diary - Chapter 28
“Kembali ke Ibu Kota?” Yu Shanshan membeku.
Yuan Long menyentuh rambutnya dan menyebutkan rencananya: “Aku akan kembali ke pasukan setelah cideraku sembuh. Aku ingin membawamu dan Dudu ke pasukan. Aku tidak tenang bila meninggalkanmu dan putra kita sendirian di sini.”
Pasukan….
Perkataan ini tidak mengejutkan Yu Shanshan. Pada kenyataannya, dia diam-diam memikirkan tentang pasukan. Dia tahu kalau Yuan Long tak bisa tinggal di sini selamanya. Yuan Long adalah milik negara, dan rumahnya berada dalam pasukan. Suatu hari dia akan kembali ke pasukan dan tak bisa bersama dengan dirinya dan Dudu selamanya seperti orang biasa.
Dahulu saat Yuan Long tak ada di sini, Shanshan dan Dudu sama saja seperti sebelumnya. Tapi sekarang karena dia sudah kembali, Dudu akhirnya punya ayah. Dan karena dia sekarang sudah terbiasa dengan keberadaan ayahnya, mustahil bagi anak itu untuk meninggalkan ayahnya atau melanjutkan hidup dalam waktu lama tanpa bertemu dengannya. Tapi jaraknya 108.000 mil dari pasukan, dan kalau ibu dan anak memutuskan untuk tinggal di sini, mereka mungkin tidak bertemu dengannya selama berbulan-bulan. Dudu takkan tahan dengan hal itu, dan sebagai orang dewasa Shanshan juga takkan tahan.
Jadi, pada kenyataannya, Shanshan sudah siap untuk pergi bersama dengan Yuan Long, tapi dia malu untuk minta diajak pria itu dan menuggu Yuan Long mengajukan urusan yang menyangkut pasukan pada suatu saat. Dia tak menyangka kalau hari ini akan datang sedemikian cepatnya.
Dia tak keberatan untuk pergi dengan Yuan Long ke pasukan, tetapi dia mengira mereka akan pergi langsung ke sana dari tempat ini. Shanshan tak mengira akan pergi ke Ibu Kota. Tempat itu adalah titik awal dari kehidupannya, membawa naik dan turun dua puluh tahun kehidupannya, namun juga merupakan tempat yang tak berani dia sentuh dalam ingatannya. Dia mengira mereka takkan pernah kembali.
“Kenapa kau ingin pergi ke Ibu Kota? Pasukanmu tak ada di sana, kan?” Yu Shanshan bertanya.
Yuan Long menjelaskan kepadanya, “Laporan pernikahanku sudah disetujui. Kakek sudah menerima kabar kalau kita akan menikah beberapa waktu yang lalu, dan Beliau belum bertemu denganmu. Kau tak bisa menikah tanpa membiarkan keluargaku tahu tentang dirimu dan Dudu, kan? Aku harus membiarkan Kakek bertemu denganmu. Di samping itu, kita harus kembali ke pusat untuk mendapatkan izin. Kalau kita tak mendapatkan surat izin, bagaimana kalau kau tak membiarkanku menyetir?”
Mendengar kalimat terakhir, wajah Yu Shanshan memerah dan jemarinya tak tahan untuk mencubit pinggang Yuan Long kuat-kuat. Dia berkata, “Itu tidak serius!”
Pinggang Yuan Long penuh dengan otot dan tak terlalu merasakan sakitnya. Shanshan mencubitnya dan pria itu melanjutkan seraya tersenyum, “Selain membawamu dan Dudu pulang untuk ditunjukkan pada Kakek, juga ada hal yang sangat penting.”
“Karena kau ingin menurunkan berat badan, jangan coba cara-cara yang tidak jelas itu. Aku akan membawamu untuk mendapatkan metode penurunan berat badan profesional untuk memastikanmu menurunkan berat dengan cara yang sehat.”
“Apa?” Yu Shanshan bahkan tak mempertimbangkan untuk mencubit Yuan Long. Dengan semangat dia bertanya: “Metode penurunan berat badan profesional macam apa? Bagaimana? Di mana aku bisa menurunkannya?”
Yu Shanshan tak bisa disalahkan karena begitu bersemangat, karena sudah jelas bahwa tak ada yang salah bila akhirnya Yuan Long yang mengatakannya. Kalau Yuan Long bilang dia bisa membuat Shanshan menurunkan berat badan, pria itu pasti akan membuar berat badannya turun dan takkan pernah menipunya.
Yuan Long tersenyum tapi tak mengatakan apa-apa. Pria itu meremas tangannya dan dengan sengaja menyembunyikan informasi. “Aku akan merahasiakannya untuk sementara ini, kau akan tahu begitu kau kembali ke Ibu Kota.”
Yu Shanshan memukulinya dengan marah, “Apa-apaan dengan membuat orang tegang begini? Kau ingin membuatku cemas sampai mati!”
Yuan Long menatapnya seraya tersenyum, “Bagaimana menurutmu? Apa kau ingin kembali ke Ibu Kota bersamaku?”
Bisakah Yu Shanshan bilang tidak atau nggak? Mendapatkan lisensi dan menurunkan berat badan adalah urusan besar baginya. Kalau dia bisa menurunkan berat badan, dia harus memanjatinya secepatnya.
Akhirnya, Yu Shanshan dan Yuan Long mendiskusikan masalah itu di sini selama dua hari, dan kemudian berkemas untuk berangkat ke Ibu Kota.
Yu Shanshan langsung menghubungi pemilik rumah dan bilang kalau dia akan keluar dan pindah dalam waktu dua hari.
Setelah kembali ke rumah, keesokan harinya Yu Shanshan turun bersama Yuan Long untuk mengundurkan diri dari pekerjaan dan melewati prosedur pengunduran diri. Dirinya berada di perusahaan ini baru selama setahun lebih. Pada mulanya, banyak kolega yang memandang rendah dirinya karena tubuhnya dan suka membicarakan dirinya di belakang punggungnya. Hubungan Shanshan dengan mereka tidak terlalu baik. Belakangan, bahkan bila tak ada seorang pun yang menertawainya, hubungan mereka hanya sekedarnya, jadi dia tak merasa enggan meninggalkan perusahaan ini dan kolega-kolega lainnya.
Satu-satunya hal yang tak ingin dia tinggalkan adalah Wu Jing. Shanshan merasa sangat tidak nyaman saat dia berpikir bahwa dirinya kelak akan berada sangat jauh dari Wu Jing dan bahwa dia takkan bisa makan bersama-sama Wu Jing setelah pulang kerja setiap harinya.
Selama beberapa tahun terakhir ini, Wu Jing telah membantu menjaga dirinya. Pada masa-masa paling sulitnya, Wu Jing telah menemaninya. Tanpa Wu Jing, Shanshan pasti akan jauh lebih menyedihkan daripada dirinya yang sekarang. Rasa terima kasihnya kepada Wu Jing takkan pernah terlupakan.
Wu Jing tahu kalau Shanshan akan pergi dan tidak bersedia untuk menyerah, tapi Yu Shanshan telah menemukan kebahagiaannya sendiri dan dia merasa senang untuk temannya itu, jadi setelah menangis selama sesaat, dia menepuk bahu Shanshan dan menghiburnya, “Jangan nangis. Meski kita tak bisa sering-sering bersama di masa mendatang, kita bisa sering ngobrol lewat panggilan video. Aku tak tahan bila tidak melihat putra baptisku, aku harus sering-sering melihat dia. Kalau tidak, apa yang bisa kulakukan kalau dia lupa bahwa aku adalah ibu baptisnya?”
Yu Shanshan memutar matanya pada apa yang Wu Jing katakan, dan kesedihan atas perpisahan jadi terasa lebih mendingan.
Prosedurnya lebih sederhana di TK Dudu. Bagaimanapun juga, ini hanya Taman Kanak-kanak. Tidak menjadi masalah apakah si anak masuk atau tidak. Tidak masalah bila keluar dari sekolah kapan saja.
Saat semuanya sudah beres, Yu Shanshan terkejut saat mendapati bahwa ternyata sangat sederhana untuk mengurus semuanya. Di sini, kehidupannya sederhana, hubungan antarpersonalnya juga sederhana. Kalau dia ingin pergi tanpa peduli, dia bisa pergi dengan mudah, tak seorang pun yang perlu dikagetkan. Bahkan barang bawaannya hanya dua koper.
Saat memikirkannya, miliknya yang paling berharga selama bertahun-tahun ini adalah si pria gendut kecil. Tak ada yang lain. Shanshan seperti mengambang di kota ini tanpa rumah. Orang-orang tanpa rumah sungguh kasihan.
Setelah mengetahui perasaannya, Yuan Long memeluknya dengan perasaan bersalah, mencium dahinya dan menghiburnya: “Tidak masalah. Kau akan punya rumah kelak. Dudu dan aku adalah keluargamu.”
Yu Shanshan terdiam dan perlahan melingkarkan lengannya pada punggang Yuan Long, menggesekkan wajahnya pada dada pria itu.
Semenjak mereka berdua bicara, Yu Shanshan tak lagi menolak kedekatan pria itu seperti sebelumnya. Yuan Long tak pernah membenci dirinya karena gendut. Pria itu telah menyemangatinya, mendukungnya, dan bilang akan membantu menjadikan dirinya sebagai apa yang dia inginkan.
Yuan Long begitu baik kepadanya. Shanshan tak bisa menahan diri untuk menekuri dirinya sendiri, dan akhirnya menemukan jawabannya. Dia tak mau terus menjauhkan Yuan Long dari hatinya karena rasa rendah dirinya. Dia perlu mengubah mentalitasnya, membiarkan dirinya membuka hati di hadapan pria itu, dan berhenti merasa rendah diri. Dia ingin belajar menjadi percaya diri dan bahagia di depan Yuan Long seperti sebelumnya.
Tak lagi menolak kedekatannya, adalah langkah pertama Shanshan untuk berubah.
Tentu saja, Yuan Long juga merasakan perubahannya. Dia tak bisa untuk tidak gembira dalam hati, memeluk Shanshan lebih erat dalam dekapannya, menundukkan kepala dan mencium Shanshan pada sudut bibirnya, lalu membelainya dengan hati-hati dan mendekat ke bibirnya.
Pemandangan intim dari kedua orang itu membuat mata Dudu terasa panas. Ayahnya memeluk dan mencium ibunya, bagaimana bisa dirinya dilupakan? Jadi di bocah kecil ini langsung meletakkan mainan di tangannya dan berlari menghampiri. Tubuh gendut kecil itu berusaha dijejalkan di antara orangtuanya. “Aku juga, aku juga, aku mau peluk dan cium juga!”
Setelah dijejali oleh Dudu, suasana ambigu dan manis di antara keduanya tiba-tiba menghilang, dan Yu Shanshan tak bisa menahannya lagi. Dia buru-buru mundur dari pelukan Yuan Long dengan wajah merah, supaya tidak disesaki sampai mati oleh si pria gendut kecil.
Yuan Long mengesah dan membungkuk tanpa daya untuk memeluk si pria gendut kecil, yang telah merusak suasana, dalam lengannya.
Si pria gendut kecil sangat gembira sehingga dia mengalungkan lengannya ke leher ayahnya dan mencium pria itu. Kaki-kaki gendut kecilnya berayun santai maju mundur dan bertanya, “Ayah, apa kita akan pindah?”
“Ya,” Yuan Long menjawab, “tapi pertama-tama kita harus pergi ke Ibu Kota untuk bertemu dengan Kakek Buyut. Kakek Buyut benar-benar ingin bertemu denganmu.”
“Kakek Buyut?” Dudu memikirkan tentang hal itu, tapi masih tak bisa mengerti apa itu Kakek Buyut.
Yuan Long menjelaskan kepadanya, “Kakek Buyut adalah kakeknya ayah. Kau harus memanggil Beliau Kakek Buyut.”
“Oh~” si pria kecil mengerti, karena kuda-kudaan goyang di depan supermarket, yang dia sangat suka mendudukinya, telah mengajarinya: Ayahnya ayah adalah Kakek.
“Yah, apakah benar kalau Kakek adalah ayahnya ayah? Dia adalah ayahnya ayahnya ayahku.”
Yuan Long terkejut dengan pemikiran cepat si bocah kecil ini. Anak tiga tahun ini benar-benar cerdas karena bisa tahu soal hubungan itu dengan sedemikian cepatnya. Dia pun tak tahan untuk memuji, “Dudu benar. Dudu sangat pintar.”
Si pria kecil tertawa pada pujian itu, dan kemudian bertanya penasaran, “Apa Kakek Buyut sangat ingin melihatku? Apa dia suka aku?”
“Tentu saja, kakek Buyut suka kamu dan sangat ingin melihatmu.” Yang tidak Yuan Long katakan adalah bahwa karena dia telah membuat laporan pernikahan, dia langsung menerima pemberitahuan dan ditelepon untuk ditanyai apa yang sedang terjadi. Setelah menjelaskan situasinya pada si pria tua, si pria tua menggeram di telepon dengan sama sekali tak seperti seorang pria tua berusia delapan puluh tahunan. Seorang pria berusia tiga puluh tahun sekarang sedang dimandikan oleh seorang pria tua dengan darah anjing*.
(T/N: 狗血淋头 gǒu xuè lín tóu – dimaki atau dimarahi atau diomeli)
Setelah menerima omelan, Beliau menyuruh Yuan Long untuk membawa Dudu dan Yu Shanshan segera kembali ke Ibu Kota. Beliau ingin melihat cicitnya, tapi Yuan Long menolak karena hubungannya dengan Yu Shanshan pada saat itu belum beres. Dia hanya bilang kalau cuma akan butuh waktu beberapa saat. Alhasil, dirinya dimaki-maki oleh si pria tua dan tak mengatakan apa-apa. Selanjutnya dia akan menerima panggilan telepon mendesak dari si pria tua setiap beberapa hari sekali.
Kemarin dia menelepon si pria tua dan berkata dia ingin kembali ke Ibu Kota, dan si pria tua akhirnya merasa puas. Yuan Long mengira kalau dirinya akhirnya takkan dibombardir oleh si pria tua lewat telepon lagi. Yuan Long mengesah tanpa daya dan harus menjawab teleponnya.
Begitu teleponnya tersambung, suara keras si pria tua yang seperti lonceng terdengar, “Yuan Long, kapan kau akan sampai? Bukankah kau bilang kau akan pulang? Kenapa kau belum pulang juga? Bagaimana bisa kau jadi orang yang suka bertele-tele begitu?”
Yuan Long: … Kakek, aku kan bilang pada Kakek kalau aku akan pulang kemarin.
Suara si pria tua begitu keras sampai-sampai ponsel Yuan Long tak bisa menahannya. Yu Shanshan, yang sedang mengemasi tas-tasnya, gemetar ketakutan. Si kakek berusia delapan puluhan ini masih saja keterlaluan.
Dudu, yang berada di lengan ayahnya, tentu saja mendengar raungan dari telepon itu. Dia memiringkan kepalanya dengan penasaran dan merasa kalau si penelepon benar-benar lantang dan agak galak. Dia tak tahan untuk bertanya lirih pada ayahnya, “Yah, orang ini galak sekali. Apa Ayah telah menyinggung dia?”
Si pria tua, yang masih meraung di seberang sana, mendengar suara imut nan lembut ini dari telepon, dipasangkan dengan panggilan ‘ayah’ ini, dan langsung tahu kalau ini adalah suara cicit kecilnya. Seketika beliau jadi kegirangan dan berhenti menggeram, suaranya serta merta melunak, “Apakah yang sedang bicara ini adalah cicit kecilku?” Beliau bertanya dengan penuh semangat. “Berikan teleponnya pada dia, Yuan Long, aku akan bicara dengan cicit kecilku.”
Yuan Long harus bertanya pada Dudu, “Ini Kakek Buyut, Kakek Buyut ingin bicara denganmu. Apa kau mau menjawab teleponnya?”
Dudu sangat menyukai kakek buyutnya dan langsung mengangguk, “Ya, aku mau bicara dengan Kakek Buyut.”
Yuan Long meletakkan ponselnya ke telinga Dudu. Dudu buru-buru mengambil ponsel itu dengan tangan gendut kecilnya dan ‘menjawab’nya dengan serius.
Saat kau menelepon, kau harus bilang “halo” terlebih dahulu. Dia tahu itu.
Suara manis kecil nan imut ini, hati si pria tua langsung berubah dengan satu kata ini. Suara itu begitu lembut hingga seakan tak pernah Beliau dengar sebelumnya dalam hidupnya. “Apa ini adalah Cicit Kecilku? Ini aku kakek buyutmu.”
“Kakek Buyut~” Dudu memanggil dengan sopan, dan kemudian memperkenalkan dirinya sendiri, “Kakek Buyut, aku Dudu.”
“Ah ah ah! Dudu, ya, kamu Dudu.” Beliau begitu gembira hingga tak bisa menemukan arah utara. Beliau berharap bisa memeluk anak kecil itu dalam gendongannya secara langsung lewat telepon.
Meski Dudu masih kecil, dia menilai kalau yang telah ayahnya katakan adalah benar setelah dia mengucapkan beberapa patah kata kepada Kakek Buyut. Kakek Buyut benar-benar menyukai dirinya.
Dudu, yang selalu hanya disukai oleh ibunya dan ibu baptisnya, sekarang mengenal tetua lain yang juga menyukai dirinya. Dia tak tahan untuk bertanya malu-malu dan canggung, “Kakek Buyut, apa Kakek Buyut sangat suka aku?”
Meski Dudu tak bisa melihatnya, Kakek mengangguk berulang-ulang di seberang sana dan matanya menyipit oleh tawa. “Ya, ya, kakek buyut sangat suka dengan Dudu. Kakek buyut paling suka dengan Dudu.”
Dudu mendengarkan dan kaki-kaki gendut kecilnya bergoyang lebih kencang dan lebih kencang lagi, lalu dia berkata riang, “Kakek Buyut, kalau begitu aku juga suka Kakek Buyut. Ayah bilang dia akan ajak aku bertemu Kakek Buyut. Kakek Buyut tunggu aku datang bertemu ya.”
“Bagus, bagus, kakek juga menunggumu datang.” Si pria begitu gelisah ingin bertemu Dudu sekarang juga, jadi dia menyuruh Dudu segera memberikan teleponnya kembali pada Yuan Long.
Saat Yuan Long menjawab teleponnya sekali lagi, suara si pria tua kembali jadi lantang dan menggeram kepadanya, “Kapan kau akan membawa cucu menantuku dan Dudu pulang? Apa kau sedang berusaha membunuhku?”
Yuan Long sedikit menjauhkan ponselnya dan menunggu raungan si pria tua berakhir sebelum berkata, “Kakek, kami akan berangkat malam ini dan besok Kakek akan bertemu Dudu. Jangan cemas, Kek, tidurlah dengan nyenyak malam ini.” Dia takut kalau si pria tua akan jadi terlalu bersemangat dan akan begadang sepanjang malam.
Mendengar bahwa Beliau akan bisa melihat cicitnya besok, si pria tua akhirnya berhenti menggeram dan berkata dengan puas, “Beri tahu aku begitu kau sampai di sini. Jangan pergi ke tempat lain dulu, langsung saja ke rumah lama.”
Yuan Long menutup teleponnya dan bergurau pada Shanshan, “Kalau kita tidak pergi, si pria tua mungkin akan mendatangi kita pakai helikopter.”
Yu Shanshan juga sudah mendengar si pria tua menggeram di telepon. Mau tak mau dia merasa malu dan tak berani menunda-nunda lagi. Dia buru-buru berkata, “Ayo pergi. Cepatlah atau suara pria tua itu akan pecah.”
Jadi malam itu, Yuan Long menyetir dengan ibu dan anak tersebut di jalan. Seluruh perjalanan tersebut dilakukan dalam kecepatan tinggi. Di tengah malam, mereka beristirahat sebentar di tempat peristirahatan dan kemudian melanjutkan perjalanan. Akhirnya, mereka tiba di Ibu Kota pada pukul delapan pagi.
Si pria tua telah menginstruksikan mereka untuk pergi langsung ke rumah lama. Yuan Long tak berani menunda-nunda lagi dan mengemudikan mobilnya langsung ke rumah lama Keluarga Yuan.
Dudu tidur sepanjang malam sehingga dia berada dalam semangat tinggi. Dia sangat kegirangan melihat pemandangan baru. Dia mengoceh dan bertanya, “Yah, apa kita akan pergi ke rumah Kakek Buyut?”
“Ya, kita akan segera sampai di sana. Rumah itu juga akan jadi rumah Dudu nantinya. Jangan takut begitu kita sampai.” Yuan Long takut kalau Dudu takkan bisa beradaptasi di tempat asing, jadi dia secara khusus memberitahu pada si pria tua agar jangan mengundang orang lain, sehingga pasangan ibu dan anak itu takkan merasa tidak nyaman melihat begitu banyak orang sekaligus.
Dudu membusungkan dada kecilnya dan berkata bangga, “Yah, aku nggak takut. Kakek Buyut suka aku!”
Yuan Long menatap si pria kecil, tapi dia tak terlalu mencemaskan anak itu. Lagipula, Dudu adalah anak yang ceria dan murah hati, yang tak takut dilahirkan. Secara umum anak itu tidak takut bila pergi ke tempat-tempat asing. Pada kenyataannya, Yuan Long lebih cemas tentang Yu Shanshan.
Saat dia melihat Yu Shanshan lewat kaca spion, didapatinya bibir wanita itu terkatup dan Shanshan tidak sedang memainkan ponselnya. Wanita itu sedang mengepalkan tangannya dan menatap ke luar jendela.
Yuan Long tahu kalau Shanshan merasa gelisah.
Rumah lama Keluarga Yuan berada di tengah jalan mendaki gunung. Butuh waktu beberapa menit untuk menyetir menaiki jalan pegunungan. Alih-alih menyetir langsung ke atas, Yuan Long berhenti di kaki gunung, memberi Dudu sebotol susu untuk diminum, dan kemudian menarik Yu Shanshan keluar dari mobil. Menggandeng Shanshan dan dengan lembut membelai rambutnya, Yuan Long bertanya, “Apa kau gugup? Jangan khawatir, aku ada di sini.”
Yu Shanshan ingin bilang dia tidak gugup, tapi dia sebenarnya sangat gugup. Semakin dekat dirinya dengan rumah lama Keluarga Yuan, semakin gugup dia jadinya. Punggungnya berkeringat. Mulanya, bertemu dengan orangtua untuk pertama kalinya adalah hal penuh tekanan untuk dialami. Bahkan saat dirinya masih seorang bidadari, dia juga masih merasa gugup. Terlebih lagi, sekarang dia bukan bidadari, dia adalah orang besar gendut.
Dia benar-benar takut kalau pak tua itu takkan menyukai penampilannya, merasa kalau dirinya tidak pantas untuk Yuan Long, dan kemudian mungkin tidak menyetujui Shanshan mendapatkan lisensi dengan Yuan Long. Dia benar-benar tak mau dihajar seperti pasangan legendaris* lagi.
(T/N: 棒打鸳鸯 Bàng dǎ yuānyāng – ikut campur dalam urusan percintaan)
“A-aku takut kalau pak tua itu mungkin tidak menyukaiku.” Yu Shanshan masih mengatakan yang sebenarnya dan dengan perlahan menyentuhkan dahinya pada dada Yuan Long.
Yuan Long membelai kepala Shanshan dan menghibur, “Sayang, kau harus memecayaiku. Kalau Kakek tak menyukaimu atau bahkan tak menerimamu, kenapa aku akan membawamu dan Dudu untuk menemuinya?”
“Lalu…. Apa pak tua itu akan berpikir kalau aku gendut dan menganggapku tak cukup baik bagimu?”
Yuan Long mencubit wajah tembamnya dan berkata seraya tersenyum, “Ngaco. Kau itu sangat beruntung. Orang-orang bilang kehidupan yang makmur tergantung pada apakah si istri gendut atau tidak. Begitu Kakek melihatmu, aku yakin Beliau akan sangat menyukaimu, karena itu berarti bahwa cucunya akan sangat makmur di masa mendatang.”
Yu Shanshan tertawa pada kata-katanya dan meski tahu kalau Yuan Long hanya sedang menghiburnya, dia merasa lega dan tidak terlalu gugup lagi.
Lupakan saja, jangan gugup. Lagipula, istri jelek juga toh tetap saja harus bertemu dengan mertuanya. Bahkan bila dia gagal, putra gendutnya masih bisa berada pada posisi jauh lebih tinggi dari batas lulus. Bukannya menyombong, tapi sangat sedikit orang tua yang bisa menangkal pesona pria gendut kecilnya. Demi si pria gendut kecil, pria tua ini tak boleh terlalu tidak menyukai dirinya. Lagipula, ada juga perkataan bawa ‘ibu tergantung pada anak’ sejak masa kuno.
Setelah melakukan penyusunan psikologis yang baik dalam hatinya, Yu Shanshan berbalik untuk masuk ke dalam mobil, dan dengan kuat memeluk si pria gendut kecil yang sedang minum susu dengan kaki kecilnya dinaikkan lalu mengusap dada anak itu dengan sikap menjilat, “Pangpang, untuk berikutnya ibu mengandalkanmu! Jangan lupa, Gou Fu Gui!”
(T/N: 勿相忘 gǒu fù guì, secara harafiah adalah jangan lupakan temanmu saat kau jadi kaya)
Dudu mengerjap polos dan tak mengerti apa yang sedang ibunya bicarakan.
—–
Pengarang punya sesuatu untuk dikatakan:
Yu Shanshan: Pangpang, jangan lupa, Gou Fu Gui!
Dudu: Kalau begitu Ibu harus bersikap baik, lemah lembut padaku, membelikanku makanan enak, dan jangan memukulku.
Yu Shanshan melepaskan sebelah sepatunya: Kau, sini pantatmu!