Eternally Yearning For You / Lost You Forever / 長相思 - Epilog
- Home
- Eternally Yearning For You / Lost You Forever / 長相思
- Epilog - Mendoakanmu Kedamaian dan Kebahagiaan Selamanya
Pegunungan terjal, hutan belantara.
Di sebuah tempat dekat sungai di dalam lembah terbentang baris demi baris tenda. Malam telah turun, api unggun seharusnya berkobar, dengan ribuan cahaya menyinari perkemahan. Namun demi menutupi jejak di dalam lembah gelap itu, tak ada satu cahaya kecil ataupun suara, hanya ada sekelompok prajurit yang tampak lelah dengan pakaian kotor berpatroli mondar-mandir.
Xiang Liu berjalan tanpa suara melewati tenda-tenda, pakaian seputih saljunya bagaikan sehembus angin sepoi, perlahan melayang menyusuri perkemahan. Dialah satu-satunya cahaya yang mencekik kegelapan, setiap prajurit yang melihat dirinya merasakan jiwa mereka sedikit santai dan ekspresi mereka sedikit ceria.
Bertahun-tahun yang lalu, ada ketidakpuasan dari antara para veteran rekrutan yang mengeluhkan: “Kenapa si Iblis Berkepala Sembilan pamer begitu? Kita akan pergi berperang, bukan berkencan, haruskah dia berpakaian selantang itu?”
Mereka yang telah mengalami hidup dan mati, menguburkan sendiri jenazah rekan-rekan mereka, para veteran yang telah mengalami banyak perubahan dalam hidup, tersenyum acuh tak acuh, “Setelah beberapa pertempuran berat, kalian akan mengerti!”
Setelah para rekrutan baru mengalami perubahan dalam hidup, mereka mengerti kata-kata para veteran. Semua prajurit takut kepada sosok putih bernoda merah itu. Namun di medan perang, selama sosok putih itu muncul, sosok itu akan langsung menarik perhatian musuh dan para penyerang yang paling kuat akan diarahkan untuk menjauh. Akan selalu ada lebih banyak prajurit yang bisa hidup untuk perang selanjutnya. Di malam hari di dalam perkemahan, selama ada sosok putih itu, tak peduli betapa pun dekatnya musuh, para prajurit bisa tidur dengan nyenyak.
Setelah membakar jenazah dan bertempur bersisian, para prajurit mendapati diri mereka sendiri mengerti kenapa Xiang Liu selalu mengenakan pakaian putih – mungkin dia hanya terlalu arogan untuk membiarkan musuh bisa melihat dirinya sepintas saja; mungkin dia hanya seorang jenderal yang baik untuk membiarkan semua prajurit yang berlumuran darah dan lelah. Tak peduli betapa pun gelapnya, dirinya langsung bisa dilihat hanya dalam sekali lirik. Apa pun alasan tepatnya, tak seorang pun yang berani bertanya kepada Xiang Liu. Alasan kenapa Xiang Liu berpakaian serba putih takkan pernah memiliki jawaban, namun selalu menjadi topik yang diperdebatkan.
Xiang Liu telah mengunjungi perkemahan, pergi ke puncak bukit, menunduk dari ketinggian dan memandangi seluruh perkemahan.
Dari pegunungan yang jauh terlihat seberkas cahaya samar. Itu adalah Ru So yang membakar gunung, memaksa mereka untuk berperang. Saat-saat terakhir telah tiba, semua prajurit mengetahui takdir mereka, namun mereka masih dengan penuh tekad memilih jalan ini. Dunia yang damai, rakyat yang hidup, mereka dengan tanpa ampun telah diabaikan oleh sang waktu dan menjadi tak berguna. Kematian adalah pelepasan terbaik – tujuan terbaik.
Xiang Liu duduk di atas granit dan mengeluarkan sebuah balok kayu mulberi; dengan hati-hati memotong dan memolesnya menjadi sebuah boneka bayi tertawa yang naif dengan perut besar, fitur wajahnya mungil.
Setelah diukir dengan seksama, Xiang Liu memeriksanya dari ujung kepala hingga ujung kaki, merasa cukup puas. Dia menjungkirkan boneka tertawanya, membalikkannya di bagian lutut, membuka dasarnya, bagian perut yang berceruk terungkap dan terlihatlah sebuah bola kristal es emas.
Kristal es yang indah dan jernih itu, di bagian dalamnya adalah lautan biru yang dalam, dan di dalam air terdapat ikan-ikan kecil penuh warna sedang berenang serta sebuah koral merah yang indah. Terdapat sebuah cangkang kerang raksasa putih yang bagaikan bunga merekah dan di dalamnya duduklah seorang wanita duyung jelita. Rambutnya melayang seperti rumput laut dan ekor indahnya separuh berada di dalam cangkang kerang dan separuhnya lagi di dalam air. Terdapat seorang pria berdiri di sampingnya, menggenggam tangan terjulur si wanita duyung, tersenyum kepadanya. Di satu sudut, seorang pria duyung mengambang di antara gelombang, terlihat tidak berada jauh dari cangkang, namun sikap menjauhnya terasa seakan dia sebenarnya berada di dunia lain dan bukan di dalam dunia yang berisi lautan terpencil nan damai bersama dengan sang wanita duyung.
Xiang Liu menatapnya dalam diam selama sesaat, memakai jarinya sebagai pisau, dengan cepat menuliskan dua baris kata-kata di atas bola kristal es itu. Pada saat ini, secercah cahaya bulan yang benderang bersinar menembus ranting-ranting pepohonan dan mengenai bola kristal es itu, memantulkan dua baris kalimat di sisi sang pria duyung: Sekarang kamu sudah bisa melindungi dirimu sendiri, kamu memiliki seseorang untuk diandalkan, dan kamu memiliki tempat untuk pergi; mendoakanmu kebahagiaan seumur hidup dan tanpa penderitaan!
Seekor rajawali putih keemasan meluncur turun dari angkasa dan mendarat di atas tebing, di dalam mulutnya terdapat sebuah guci kumala, penuh dengan sari mulberi hijau gelap penuh dengan kekuatan spiritual yang menyebabkan kabut kehijauan melingkupinya. Bola Bulu tahu kalau kayu mulberinya tampak buram dengan tak menyenangkan, bila dia tidak berhati-hati, benda itu akan membakar bulu-bulunya. Dengan hati-hati dia meletakkan guci kumalanya ke sisi Xiang Liu dan langsung melompat beberapa langkah, tak berani bersuara dan menatap penasaran pada setiap pergerakan Xiang Liu.
Xiang Liu meletakkan bola kristal es itu ke dalam perut berlubang boneka tertawa tersebut, cukup kecil untuk menyimpan bola kristal es serta penutup dasarnya, serta mengunci bola kristal es itu di dalam perut si boneka bayi tertawa. Es sebagai unsur air, mulberi sebagai unsur api, air dan api saling berlawanan, bola kristal es tak lagi dingin menggigit, kayu mulberi tak lagi panas menyengat; siapa pun bisa mengambil boneka bayi tertawa itu.
Xiang Liu mencelupkan bayi tertawa itu ke dalam sari mulberi.
Tubuh boneka tertawa serta bagian dasarnya terbuat dari kayu mulberi yang sama. Dengan sebuah mantra sederhana, setelah lewat beberapa bulan, bagian dasar dan bayi yang tertawa akan menyatu. Namun waktunya tidak banyak, hanya bisa memakai kekuatan spiritual untuk melengkapi prosesnya.
Xiang Liu memakai darahnya sebagai pembentuk mantra, dengan sedikit ektrak dari esensi batu matahari ribuan tahun untuk melakukannya. Mempercepat kerja dengan memakai kekuatan spiritualnya, sari mulberi di dalam guci kumala mulai mendidih. Sedikit demi sedikit, sari itu perlahan diserap oleh boneka bayi tersenyum tersebut hingga sarinya mengering sepenuhnya, tubuh dari boneka tertawa itu telah menyatu sepenuhnya dan bagian dasarnya telah tumbuh bersama, tanpa adanya jejak retakan, terlihat seakan seluruh kayu itu merupakan sebuah kayu yang utuh.
Xiang Liu memakai empat hingga lima bagian kekuatannya untuk mencongkel terbuka si boneka tertawa; tetap tak membuka; dia mencabut senjata untuk memotongnya jadi dua, tak muncul retakan pada boneka tertawa itu. Xiang Liu akhirnya merasa puas dan menganggukkan kepalanya.
Bola Bulu berdiri dengan satu kaku, dengan kepalanya ditelengkan ke samping, menatap Xiang Liu yang bersikap seperti orang gila.
Xiang Liu menatap boneka tertawa di telapak tangannya. Mata dan alis si boneka melengkung membentuk senyuman. Mulut menyeringai, tersenyum kepadanya. Bibir Xiang Liu sedikit menekuk, tertawa pelan.
Diletakkannya boneka tertawa itu ke dalam sebuah tas, mengikatnya pada punggung Bola Bulu dan menyuruh Bola Bulu, “Antarkan ke Gunung Kumala. Beritahu kepada Ah Bi, ini adalah hadiah pernikahan darinya untuk Xiaoyao.”
Bola Bulu menatap dan menjeritkan ratapan, dia tak mengerti kenapa sesuatu yang jelas-jelas dibuat oleh Iblis Berkepala Sembilan, namun bilang kalau benda itu dibuat oleh rubah. Xiang Liu mengetuk kepalanya, menyatakan dengan dingin: “Jangan beromong kosong, lakukan saja!”
Tenggorokan Bola Bulu mengeluarkan gerutuan; mengepakkan sayapnya dan terbang ke arah Gunung Kumala. Xiang Liu mendongak, memandangi Bola Bulu terbang semakin jauh dan lebih jauh lagi, sebelum perlahan-lahan menghilang di kegelapan malam.
Aku masih teringat pertemuan pertama di Kota Qing Shui, kamu menyeringai nakal, dengan semulut penuh kebohongan, dan satu-satunya kebenaran adalah: Aku tak mampu melindungi diriku sendiri, tanpa ada orang untuk diandalkan, dan tak ada tempat untuk pergi.
Setelah puluhan tahun belajar panahan, kamu memiliki kemampuan untuk melindungi dirimu sendiri; dalam situasi putus asa kamu tak lagi perlu memakai tubuhmu untuk melindungi orang yang ingin kamu lindungi. Seorang kekasih penuh cinta, kamu sudah memiliki seseorang untuk kamu andalkan, kamu tak lagi perlu sendirian. Langit dan laut begitu luas, kamu punya tempat untuk tinggal dan takkan lagi dikejar orang-orang tanpa punya tempat untuk tinggal.
Xiaoyao, sejak saat ini, aku tak lagi bisa melindungimu. Kamu harus menjaga dirimu sendiri baik-baik, aku mendoakanmu kedamaian dan kebahagiaan selamanya.