Fate - Chapter 4
Liang Lin tidak punya keberanian untuk mendengarkan pernyataan cintanya yang di muka publik ini.
Dia melarikan diri dari auditorium dan berjalan tanpa tujuan di sekitar kampus untuk waktu yang lama.
Akhirnya, karena tidak ada tempat yang dituju, Liang Lin kembali ke asrama.
Malam itu, Xiao Ting pulang sangat malam.
Matanya sangat merah dan dia bilang Gu Ruichen tidak mengatakan apa-apa di tempat, tapi setelah acara berakhir, Gu Ruichen berkata padanya kalau dia tidak bisa menerima perasaannya.
Xiao Ting mengepalkan tinjunya di hadapan Liang Lin, berkata kalau dia tidak akan putus asa dan akan terus mengejar Gu Ruichen.
Liang LIn sungguh tidak tahu bagaimana Xiao Ting akan melakukannya.
Setelah itu, Liang Lin tidak dekat dengan Xiao Ting seperti dulu lagi.
Keduanya menjadi sibuk.
Xiao Ting sibuk mengejar Gu Ruichen dan menghadiri berbagai macam acara.
Liang Lin, di sisi lain, sibuk dengan kelasnya, tugas-tugasnya, dan berusaha menghindari Gu Ruichen.
Empat tahun di universitas berlalu dengan damai.
Liang Lin juga menolak pernyataan cinta dua orang pemuda’ dia mengembalikan surat mereka tanpa repot untuk membacanya.
Dia hanya berkata pada mereka kalau dia tidak ingin menjalin hubungan asmara saat kuliah dan ingin fokus dengan kuliahnya.
Dia mendapatkan reputasi sebagai orang yang berpikiran jernih, tertutup, dan rajin.
Seperti itulah dia dikenal di kalangan teman-temannya.
Pada hari kelulusan universitas, Liang Lin akhirnya memberikan hadiah kepada Gu Ruichen.
Meski itu bukan tanda cinta, tapi Liang Lin ingin menebus penyesalannya di hari kelulusan SMA, dan akhirnya dia dapat memenuhi keinginannya.
Hal yang mengejutkan adalah ternyata Gu Ruichen juga memberinya hadiah, sebuah buku catatan yang sangat imut.
Liang Lin suka mengoleksi berbagai macam buku catatan yang cantik, tapi dia tidak menyangka kalau Gu Ruichen bisa mengetahui hobi sepelenya ini.
Pada saat itu, Gu Ruichen masih mamsang senyum hangat saat jari rampingnya menyodorkan buku catatan itu pada Liang Lin.
Liang Lin tanpa sadar merona lagi; dia menundukkan kepalanya dan berterima kasih pada Gu Ruichen.
Liang Lin tidak tahu kalau dia telah melewatkan ekspresi tidak berdaya di wajah Gu Ruichen.
Gu Ruichen sebenarnya ingin bicara lebih banyak dengannya; dia sedang mencari pekerjaan di Kota D, jauh dari Kota A, dan harus segera pergi setelah hari kelulusan.
Pada hari Liang Lin menerima hadiah, Liang Lin tiba-tiba merasa sangat sedih saat memeluk buku itu.
Dia secara impulsif mengunjungi satu demi satu toko sampai akhirnya dia menemukan kacamata yang sama dengan milik Gu Ruichen, dia juga menyamakan lensa datarnya dan memakai kacamata itu di wajahnya.
Liang Lin berkata pada dirinya sendiri bahwa dia hanya akan menyimpannya sebagai kenang-kenangan akan cinta monyetnya yang sudah mati.
Setelah itu, Liang Lin menemukan pekerjaan di sebuah perusahaan di Kota A. Dia menyewa apartemen kecil dan tidak pernah berkontak dengan Gu Ruichen lagi. Tapi dia masih sesekali mengobrol melalui media online dengan Xiao Ting.
Liang Lin menyembunyikan buku catatan itu di laci terdalam lemari pakaiannya dan tidak rela untuk menggunakannya.
Jadi pada akhirnya, dia tidak pernah membukanya.
Tidak tahun kemudian, ini bagaikan sambaran petir.
Dia menemukan kalau dia telah melewatkan pernyataan cinta Gu Ruichen.
Selama tidak tahun, dia telah melewatkan kesempatan untuk bersama dengan pria itu.
Gu Ruichen menuliskan di surat itu, kalau Liang Lin bersedia untuk pergi dengannya, maka telepon saja dia.
Kalau Gu Ruichen dapat menunggunya, dia tidak akan pergi ke kota lain.
Liang Lin melihat tulisan tangan Gu Ruichen lagi and tidak dapat menahan air matanya.
Dia ingat, setelah Gu Ruichen memberikan hadiah itu padanya, Gu Ruichen meneleponnya dan bertanya apa dia menyukai buku catatan itu.
Liang Lin kebingungan dan hanya memberikan jawaban yang telah terprediksi. Jelas-jelas sebuah jawaban yang terkesan menghindar.
Jadi, Gu Ruichen tidak menunggunya dan Liang Lin telah kehilangan.
Sekarang, sudah tiga tahun berlalu. Liang Lin berkata pada dirinya sekarang, Gu Ruichen mungkin sudah punya pacar atau bahkan tunangan.
Liang Lin sudah mengganti nomor ponselnya, jadi tentu saja Gu Ruichen juga sudah mengganti nomornya.
Liang Lin menyalakan komputernya.
Dia merasa selama tahun-tahunnya ini, dia tidak pernah seaktif dirinya yang sekarang.
Dia mencari akun Xiao Ting, Xiao Ting sedang online. Liang Lin lansgung menanyakan kalau dia masih berkontak dengan Gu Ruichen atau tidak. Sayang sekali, jawaban yang didapat adalah tidak.
Jawaban ini membuat Liang Lin tidak bisa tidur semalaman. Jadi pada akhirnya, apa dia benar-benar harus menunggu sampai mereka bertemu secara kebetulan lagi?