Fate - Chapter 7
Setelah itu, keduanya jatuh cinta.
Mereka berkencan, berpegangan tangan, berpelukan, dan berciuman dengan penuh gairah.
Meskipun mereka sudah lama tidak bersama, Liang Lin merasa seperti sudah lama sekali mencintai Gu Ruichen dan tidak peduli apa yang pria itu katakan atau lakukan dengannya, tidak pernah sedikit pun ada rasa tidak wajar.
Liang Lin bertanya pada Gu Ruichen, kapan pria itu mulai menyukainya.
Gu Ruichen menjawab saat SMA.
Dulu, saat dia akan bermain basket, dia akan menyadari Liang Lin yang selalu menonton. Liang Lin akan menonton untuk waktu yang lama dan hati Gu Ruichen serasa berdebar disko.
Gu Ruichen awalnya berpikir kalau masa SMA itu untuk belajar, jadi dia menunggu sampai kelulusan untuk menyatakan perasaan pada Liang Lin. Tapi dia jatuh sakit dan akhirnya melewatkan kesempatan ini.
Saat itu dia masih muda, dia tidak terlalu memusingkannya.
Dia tidak menyangka akan bertemu kembali dengan Liang Lin di kampus, tapi Liang Lin tampak seperti tidak kenal padnaya, jadi dia berpikir untuk menjadi kenalan dulu.
Namun, sebelum dia melakukan rencananya, Xiao Ting terlebih dulu menyatakan cinta pada dirinya dan di depan banyak orang pula, membuat badai di seluruh kota.
Liang Lin tentu saja mulai menghindarinya, menjadi semakin dingin terhadapnya. Jadi dia kita, mari tunggu sedikit lebih lama.
Tanpa diduga, apa yang dia tungggu dan tunggu adalah “penolakan” Liang Lin.
“Ini semua salahmu.”
Liang Lin memikirkannya lebih dari sekali. Untung saja, dia membeli dan tetap menggunakna kacamata itu. Untung saja, saat itu dia mengambil jalur itu.
Kisah cinta mereka berkembang cepat dan mereka seketika lengket seperti prangko.
Dua minggu kemudian, pekerjaan Liang Lin mengalami kemajuan dan dia menerima telepon yang mengabarkan kalau dia lulus wawancara. Dia telah melakukan yang kedua dan melewatinya dengan baik.
Pada hari itu, Liang Lin pergi melapor ke perusahaan barunya dengan hati senang. Secara mengejutkan, dia bertemu dengan Gu Ruichen di lift.
“Kamu bekerja di gedung ini?”
“Iya, aku di lantai 16.”
“Aku juga kerja di lantai 16.”
Ketika tiba di lantai 16, mereka menemukan kalau perusahaan tempat mereka bekerja itu ternyata hadap-hadapan, tepat sebelahan.
Keduanya saling menatap dan sekali lagi Liang Lin tersenyum dan berkata dengan senang, “Lihat, benang merah takdir kita sudah terikat terlalu kuat. Kita benar-benar tidak akan melewatkan satu sama lainnya.”
Takdir itu terkadang sangat menakjubkan.
The End.
Ini hasil kegabutanku hari ini karena lagi gabisa jalan-jalan sembarangan.
Kemarin akuarium rumahku pecah dan nimpa kakiku, jadi lututku harus dijahit. 🙁 huhu.
Jadi hari ini kelarlah terjemahan berdurasi pendek begini.
Kalian suka dengan yang seperti ini?
Kalau iya, nanti kapan-kapan aku akan publish lagi. Comment di bawah ya…
Happy reading~