Fields of Gold - Chapter 251
Zhu Junyang jelas tidak menyangka jika gadis kecil itu akan mencoba untuk mengusirnya. Siapa yang memberi gadis itu keberanian untuk melakukannya? Akan tetapi, sepertinya Zhu Junyang tidak perlu untuk berlama-lama duduk di tempat itu. Ibu Zhu Junyang masih menunggu Zhu Junyang untuk mengundang seseorang pergi ke rumah mereka.
Zhu Junyang pun meletakkan cangkir tehnya itu dan berkata, “Sebenarnya, kunjunganku kali ini adalah atas perintah dari Ibuku! Sepertinya ada masalah dengan bunga kamelia yang kau berikan pada Ibuku, maka Ibuku ingin agar kau pergi untuk melihat bunga itu!”
Bunga kamelia yang diberikan oleh Yu Xiaocao kepada Permaisuri Jing? Bunga kamelia itu seluruhnya sudah diberi air batu ilahi, maka kemampuan mereka untuk bertahan hidup seharusnya lebih kuat daripada rumput liar sekalipun. Bagaimana mungkin ada yang salah dengan semua bunga kamelia itu?
“Jika demikian, mari kita pergi!” Yu Xiaocao meletakkan cangkir tehnya di atas meja, berdiri, dan kemudian berjalan keluar.
Zhu Junyang sedikit terkejut melihat Yu Xiaocao berpakaian begitu sederhana seperti itu. Zhu Junyang pun terbatuk beberapa kali dan berkata, “Kau … kau tidak perlu mengganti pakaianmu?”
Biasanya, ketika Yu Xiaocao pergi ke kediaman Permaisuri Jing, Yu Xiaocao akan membantu memasak makanan obat atau merawat bunga dan tanaman lain yang ‘dirusak’ oleh Permaisuri Jing. Maka, Yu Xiaocao pun berpakaian sangat sederhana ketika pergi ke sana. Permaisuri Jing memperlakukan Yu Xiaocao layaknya anak laki-laki atau keponakannya sendiri, maka Yu Xiaocao pun tidak pernah merasa ada yang salah ketika mengunjungi Permaisuri Jing dengan mengenakan pakaian sederhana seperti itu.
Mendengar kata-kata Zhu Junyang tersebut, Yu Xiaocao pun memperhatikan pakaiannya, yang sebenarnya cukup pantas itu. Yu Xiaocao tidak merasa bahwa dia perlu mengganti pakaiannya itu, maka Yu Xiaocao pun segera menjawab, “Bukankah saya akan membantu merawat bunga dan tanaman yang lain? Pada saat itu saya pasti akan terkena lumpur dan tanah nantinya, jadi meskipun saya mengganti pakaian saya, pakaian itu tetap akan kotor. Lagi pula pakaian ini sudah cukup bagus!”
Zhu Junyang melihat lebih dekat pada pakaian sederhana yang dikenakan oleh Yu Xiaocao itu. Yu Xiaocao mengenakan rok berwarna merah delima, atasan berwarna kuning muda bersulam kupu-kupu dan bunga, juga beberapa helai pita berwarna merah jambu di pinggangnya. Rambut Yu Xiaocao yang hitam mengkilap itu disisir membentuk sanggul kembar yang lucu dan dihiasi dengan hiasan rambut mutiara yang berwarna merah muda. Tampak senyum tipis di wajah Yu Xiaocao yang lembut itu, dan mata Yu Xiaocao sejernih aliran sungai di bawah es, sama sekali tidak ternoda oleh debu duniawi …
Meskipun pakaian yang dikenakan oleh Yu Xiaocao itu adalah pakaian sederhana yang sangat biasa, akan tetapi pakaian itu tampak lebih menawan ketika dikenakan oleh gadis muda yang belum dewasa itu. Gadis kecil itu lahir dari keluarga petani, tetapi dia lebih anggun dan cantik dibandingkan dengan mereka yang disebut sebagai gadis-gadis terkenal yang ada di ibu kota. Terlihat sepertinya gadis itu tidak mengenakan pakaian sederhana, tetapi seolah-olah dia berpakaian dengan sangat hati-hati, ekspresinya juga tampak tenang dan terbuka.
Zhu Junyang lahir di keluarga kekaisaran, jadi bagaimana dia bisa menghindari untuk menghadiri acara perjamuan makan? Para nona bangsawan di ibu kota memandang semua acara perjamuan makan sebagai panggung untuk menunjukkan diri mereka sendiri. Mereka berharap bisa mengenakan pakaian paling indah dan aksesori yang paling mahal. Aroma parfum mereka hampir bisa membuat seseorang pingsan. Mereka tidak peduli apakah semua itu cocok untuk mereka, dan selama barang-barang itu populer, mereka akan membubuhkannya ke wajah mereka. Wajah mereka yang awalnya halus dan cantik pun menjadi sama menakjubkannya dengan wajah hantu. Bukankah mereka benar-benar tidak takut untuk menakut-nakuti orang lain?!
Sebaliknya, gadis muda di depannya ini tidak memakai riasan apapun, dia tampil polos dan segar. Penampilan yang apa adanya dan tidak dibuat-buat seperti itu lebih nyaman untuk dilihat!
“Pangeran, apakah kita jadi pergi? Saya harus buru-buru kembali di malam hari untuk membuatkan makanan paska Ibu Angkat saya melahirkan!” Melihat Zhu Junyang masih berdiri di sana dan tidak bergerak, Yu Xiaocao pun mendesaknya.
Apalagi, gadis kecil itu tidak takut dengan penampilan Zhu Junyang yang dingin dan acuh tak acuh itu. Dia cukup berani. Ketika Zhu Junyang mengunjungi orang-orang, tidak ada yang berani menyuruhnya pergi setelah menyajikan teh untuknya. Juga tidak ada yang berani mendesaknya dengan ekspresi tidak sabar seperti itu. Um … Zhu Junyang diperlakukan seperti ini oleh Yu Xiaocao, namun Zhu Junyang sama sekali tidak merasa kesal. Apakah dia benar-benar ‘masokis’ seperti yang disebutkan oleh Kaisar?
Melihat Yu Xiaocao berbalik dan memelototinya dengan tidak sabar, Zhu Junyang pun menyentuh hidungnya sendiri dan dengan patuh mengikuti Yu Xiaocao. Untuk menjemput Yu Xiaocao, Zhu Junyang pergi dengan kereta keluarga kerajaan. Ibu Zhu Junyang sekarang ini bersikap rendah hati, jadi kereta milik keluarga mereka itu hanya sedikit lebih mewah dibandingkan milik keluarga lain. Tetapi, di mata Yu Xiaocao, kereta itu tetap saja cukup mencolok!
Menginjak bangku kecil yang ditempatkan oleh para pelayan kediaman Pangeran Jing, Yu Xiaocao pun dengan cepat naik ke atas kereta. Begitu dia duduk, kereta itupun perlahan bergerak maju. Seperti yang sudah diduga, kereta kuda milik kediaman Pangeran Jing itu benar-benar bergerak dengan sangat halus dan mulus. Selain itu, kursi empuk di dalam kereta itu juga dilapisi dengan selimut brokat tebal dan bantal empuk di bagian sandarannya. Yu Xiaocao tidak dapat menahan diri untuk tidak menghela napas — menjadi orang kaya memang menyenangkan!
Tempat dimana Permaisuri Jing tinggal tidak jauh dari kediaman keluarga Fang. Setelah beberapa saat, kereta itupun berhenti di depan kediaman Pangeran Jing. Yu Xiaocao tidak menunggu pelayan untuk meletakkan bangku dan dia pun langsung melompat turun, sehingga membuat takut para pelayan di sekitarnya. Nona Yu adalah tamu terhormat Permaisuri Jing, jadi jika dia terluka, mereka tidak akan sanggup jika disalahkan oleh Permaisuri Jing!
Yu Xiaocao melompat dari kereta seperti monyet kecil yang gesit. Seandainya hal tersebut dilakukan oleh salah satu nona bangsawan di ibu kota, Zhu Junyang pasti akan berpikir bahwa dia kasar dan kurang disiplin. Namun, ketika yang melakukannnya adalah gadis kecil berusia sepuluh tahun ini, Zhu Junyang pun merasa jika gadis itu sangat lincah dan imut!
Yu Xiaocao sudah tahu jalan menuju taman belakang, di sana dia melihat Permaisuri Jing berjongkok di tanah dan menyodok bunga kamelia dengan sekop, seolah-olah dia mencoba menggemburkan tanah di sekitarnya. Namun, sekop di tangannya itu terlalu dekat dengan bunga kamelia. Sekop itu pasti telah melukai banyak akar bunga kamelia tersebut. Yu Xiaocao menghela napas dalam-dalam di hatinya. Bunga kamelia ini dapat bertahan hidup sampai sekarang sebelum masalah itu muncul, karena vitalitas mereka sangat kuat.
Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Yu Xiaocao berjalan menghampiri Permaisuri Jing dan berjongkok di sampingnya. Dia mengambil sekop di tangan Permaisuri Jing dan berkata sambil memberi contoh, “Yang Mulia, saat menggemburkan tanah, berhati-hatilah untuk tidak menyentuh akar bunga dan tanaman. Pada umumnya, bunga dan tanaman relatif halus. Begitu akarnya terluka, kemungkinan besar mereka akan layu dan mati.”
Permaisuri Jing mengangkat wajahnya yang tampak khawatir dan tertekan, mengerutkan kening, dan bertanya dengan lemah, “Xiaocao, bisakah kamelia ini diselamatkan?”
Ketika Yu Xiaocao menggemburkan tanah untuk kamelia itu, dia melihat noda teh yang jelas terlihat di akar setiap bunga kamelia itu. Yu Xiaocao pun dengan lembut menyingkirkan tanah itu. Benar saja, dia pun menemukan kerusakan yang jelas terjadi pada akar kamelia itu.
Di hadapan Permaisuri Jing, yang begitu menyukai bunga tetapi tidak tahu cara merawatnya dan malah dengan keras kepala ingin merawatnya sendiri, Yu Xiaocao benar-benar enggan untuk berkomentar kasar. Bagaimanapun juga, Permaisuri Jing benar-benar seorang pecinta bunga. Yu Xiaocao pun menghela napas dan dengan sopan berkata, “Yang Mulia, yang terbaik adalah Anda tidak menggunakan teh untuk menyiram bunga di masa depan. Bahkan jika Anda benar-benar perlu menyirami bunga dengan teh, tolong jangan menggunakan teh yang masih panas, bagaimana?”
Setelah trik kecilnya itu ketahuan, wajah cantik Permaisuri Jing, yang terlihat jauh lebih muda dari usianya yang sebenarnya itupun, memerah. Dia memandang putra bungsunya, yang menatapnya dengan heran, dan menjelaskan sambil tergagap-gagap, “Aku lupa menyirami bunga hari itu, jadi aku mengambil teko di atas meja dan menyiramkannya pada bunga ini. Aku … Aku benar-benar tidak menyadari jika tehnya masih panas …”
Permaisuri Jing adalah seorang wanita bangsawan, yang telah dimanjakan oleh suami dan ketiga putranya. Dia hampir berusia empat puluh, namun masih terlihat seperti gadis muda dari waktu ke waktu. Yu Xiaocao kembali menghela napas, ‘Permaisuri Jing pasti telah mengumpulkan kebajikan besar di kehidupan sebelumnya, sehingga dia begitu beruntung dan bahagia dalam kehidupan ini.’
Melihat wajah merona dan ekspresi tak berdaya Ibunya itu, Zhu Junyang pun secara naluriah menghiburnya, “Ibu, kami tahu bahwa kau tidak melakukannya dengan sengaja. Berhati-hatilah di masa depan! Nona Yu, menurutmu apakah kamelia ini bisa diselamatkan?”
Saat berbicara, Zhu Junyang memberi isyarat pada Yu Xiaocao dengan matanya, menyuruh Yu Xiaocao untuk berbohong kepada Ibunya bahwa kamelia tersebut bisa diselamatkan. Jika mereka tidak dapat diselamatkan, bukankah kamelia itu ditemukan di pegunungan oleh Yu Xiaocao? Zhu Junyang bisa meluangkan waktu besok dan pergi ke pegunungan bersama Yu Xiaocao untuk melihat apakah dia bisa menemukan bunga kamelia itu. Karena Yu Xiaocao bisa menemukannya, tidak ada alasan bagi dirinya untuk tidak bisa menemukan bunga kamelia itu.
Melihat pangeran yang biasanya tanpa ekspresi itu mengangkat alisnya dan mengedipkan mata padanya dengan wajah yang sangat tampan, jika Yu Xiaocao tidak menyadarinya, maka dia akan berpikir bahwa Zhu Junyang sedang mencoba untuk merayunya. Ay! Ketika orang tampan terlihat jelek, pasti akan tetap ada juga orang yang mengaguminya.
Yu Xiaocao pun berkata kepada Permaisuri Jing dengan ekspresi serius, “Yang Mulia, percayalah! Untungnya, Anda tidak menyiraminya dengan teh panas. Jika tidak, bahkan Dewa Bunga sekalipun tidak akan bisa menyelamatkan mereka. Sebagian dari akar kamelia ini telah rusak, tetapi dengan perawatan yang cermat, seharusnya tidak ada masalah besar.”
Ketika Permaisuri Jing mendengar ini, hatinya pun akhirnya merasa lega. Meskipun kata-kata Yu Xiaocao tidak enak didengar, bagaimanapun, memang dia yang sengaja menyebabkan kerusakan ini. Permaisuri Jing merasa bersalah, malu, dan menyesal di dalam hatinya, jadi tentu saja dia tidak memperhatikan ketidakhormatan dalam perkataan Yu Xiaocao tersebut.
Zhu Junyang, di sisi lain, dalam hati mengangkat alisnya. Sepertinya gadis kecil itu terlahir sebagai seorang pemberani. Dia bahkan berani untuk diam-diam mengejek Permaisuri Jing. Apakah dia benar-benar gadis petani yang kurang pengetahuan yang lahir dari keluarga miskin dan rendah hati? Siapa yang memberinya keberanian itu?
Yu Xiaocao tidak memperhatikan tatapan ingin tahu di belakangnya. Setelah menggemburkan tanah, dia pun mengambil ember air dari pelayan yang menunggu di samping mereka. Saat tidak ada yang melihat, Yu Xiaocao meneteskan dua tetes air dari batu mistik ke dalamnya, mengaduknya sampai merata, kemudian menuangkannya secukupnya pada akar kamelia yang rusak tersebut.
Zhu Junyang tidak tahu apakah itu hanya ilusinya saja, atau dia telah salah melihat, tetapi dia tiba-tiba merasa bahwa kamelia itu menjadi lebih segar. Daun yang mengeriting yang merupakan salah satu kerusakan yang paling parah itu tampaknya telah meregang sedikit. Zhu Junyang menyentuh dagunya dengan ekspresi penasaran, ‘Ini tidak logis. Kenapa bunga dan tanaman ini begitu jelas berbeda begitu Yu Xiaocao menanganinya? Apakah gadis kecil ini adalah Dewa Bunga?’
Pffft — Zhu Junyang terhibur oleh ide anehnya itu! Bukankah seharusnya Dewa Bunga itu cantik dan begitu wangi? Bagaimana bisa Dewa Bunga itu adalah dia yang merupakan gadis kecil yang kurus dan pendek ini?
Yu Xiaocao juga menyirami bunga-bunga lain di dekatnya dengan baik. Setelah itu, dia mengambil saputangan yang diberikan Mei Xiang dan dengan lembut menyeka air di tangannya. Yu Xiaocao ragu-ragu untuk angkat bicara ketika dia melihat Permaisuri Jing.
Zhu Junyang melihat bahwa Ibunya itu terlalu memusatkan perhatiannya pada kamelia dan tidak memperhatikan gerak-gerik, juga ekspresi Yu Xiaocao, maka Zhu Junyang pun dengan cepat angkat bicara untuk mewakili Ibunya, “Nona Yu, silakan bicara.”
Permaisuri Jing pun juga memandang Yu Xiaocao dan bertanya, “Untuk kamelia ini, adakah yang perlu aku perhatikan di masa depan?”
“Yang Mulia, maafkan saya yang rendahan ini karena bicara terus terang. Anda sebaiknya menyerahkan pekerjaan merawat bunga dan tanaman ini kepada tukang kebun!” Yu Xiaocao memutuskan untuk berbicara jujur tentang bunga-bunga yang malang itu. Semua orang yang tinggal di kediaman Pangeran Jing ini terlalu lunak pada Permaisuri Jing, maka Yu Xiaocao harus menjadi orang yang memberikan nasihat yang baik kepada Permaisuri Jing, yang mungkin tidak enak terdengar telinga dan menyinggung hati Permaisuri Jing.
Mata Permaisuri Jing, yang seperti mata Lin Daiyu itupun, dipenuhi kabut asap, yang membuat orang merasa kasihan saat melihatnya. Dalam hati Yu Xiaocao merasa lega bahwa permaisuri benar-benar orang yang lembut dan bukan salah satu dari bunga teratai putih yang mengganggu itu.
(Catatan: Lin Daiyu merupakan karakter dalam novel ‘Dream of the Red Chamber’ yang dikenal lemah lembut. Sedangkan idiom ‘bunga teratai putih’ biasanya digunakan untuk menggambarkan orang (biasanya wanita) yang tampak baik dan polos, tetapi sebenarnya keji dan licik.
“Xiaocao, kau juga berpikir bahwa aku tidak cocok untuk merawat bunga?” Permaisuri Jing sedikit mengernyit, dan wajahnya diselimuti oleh sedikit kesedihan, yang membuat orang enggan untuk mengatakan yang sebenarnya.
Yu Xiaocao menghela napas dalam-dalam, dan berkata, “Cinta tidak hanya memberi, tetapi juga memberikan apa yang paling cocok. Yang Mulia, yang perlu Anda lakukan adalah berdiri dengan senang hati di antara bunga-bunga yang indah ini setiap harinya, dan menghargai juga mengagumi bunga-bunga ini, itu akan menjadi penghargaan yang paling tulus bagi bunga-bunga ini.”
Permaisuri Putri Jing tidak menyangka seorang gadis kecil biasa dari pedesaan dapat mengucapkan kata-kata yang lebih indah dan lebih sentimental daripada semua gadis yang berpengetahuan luas dimana pun juga. Tanpa disadari, Permaisuri Jing justru tertarik dengan keindahan yang digambarkan oleh Yu Xiaocao tersebut.