Fish Playing While Trapped in a Secret Room [Bahasa Indonesia] - V1 Chapter 10
Ketika Solo datang, Ai Qing dan Dt tidak banyak bicara.
Dt masih sama seperti sebelumnya, dia selalu menjadi raja pendiam.
Ai Qing ingat bahwa mereka terakhir kali bertemu di turnamen resmi pada babak penyisihan nasional Warcraft tahun 2010. Pada tahun itu, Solo dengan mudah memenangkan kejuaraan di Beijing, sementara Dt memenangkan kejuaraan di Guangzhou. Tahun itu, mereka bertemu di Final Regional Tiongkok, dan kemudian, Solo mengalahkan Dt.
Sekarang, Solo sudah pensiun.
Ai Qing berjalan di belakang kedua pria itu, dan entah mengapa dia merasa emosional. Dia mengangkat kepalanya dan mengembuskan napas ke langit malam.
Sungguh… Waktu berlalu begitu cepat.
Mereka bertiga pergi ke restoran BBQ di Myeongdong.
Seluruh restoran itu kosong, hanya ada pemiliknya saja yang sedang menonton TV dengan santai. Ketika dia melihat mereka, dia segera berdiri dan menyambut mereka dengan antusias, dia menunjuk ke arah meja kayu panjang untuk mereka.
Mereka melepaskan sepatu mereka dan duduk bersila di sekitar meja kayu yang rendah itu.
Ai Qing membolak-balikkan menu sambil berbicara dengan Solo tentang pengaturan besok. Mereka berdua datang dengan penerbangan yang berbeda, dan masing-masing dari mereka memimpin tim pria dan tim wanita. Mereka tidak mempunyai banyak kesempatan untuk berinteraksi dalam dua hari terakhir ini, sehingga ketika mereka mempunyai waktu luang, mereka akan mempunyai lebih banyak topik untuk dibicarakan..
Pada saat dia mengingat Dt yang selalu diam, dia sudah selesai memesan makanan.
“Aku sudah memesan dua iga sapi, tiga perut babi, dan sup tofu. Apa itu cukup?” Ai Qing mendorong menu yang sudah terbuka itu ke depan Dt dan memberi isyarat padanya bahwa dia bisa menambahkan lebih banyak hidangan, jika dia merasa tidak cukup.
“Sudah cukup.” Dt dengan santai menutup menu.
Solo segera memanggil pemilik restoran dan berinteraksi dengan pihak lain dalam bahasa Korea. Dia juga memesan minuman keras.
“Bagaimana kalian bisa berhubungan?” Ai Qing meletakkan tangannya di pipi dan memiringkan kepalanya untuk melihat Dt yang duduk secara diagonal di seberangnya.
“Kami selalu berkontak.”
“Selalu berkontak? Melalui telepon? Email? Apakah kau juga menonton pertandingannya?”
“Hm.”
…
Percakapan mereka tidak berjalan dengan mulus.
Untungnya, pemilik restoran mulai menyajikan hidangan mereka di atas meja. Ada berbagai macam sayuran dan piring panggangan yang terisi penuh dengan apa yang mereka pesan di atas tungku arang.
Perhatian Ai Qing tertuju pada kimchi yang ada di atas piring panggangan. Dia bertanya kepada Solo yang sering datang ke Korea untuk berpatisipasi dalam suatu turnamen, “Apa ini juga dipanggang?”
Solo mengangguk dan berkata kepadanya, “Rasanya enak. Kau bisa mencobanya.”
Dia tersenyum. Dia memusatkan seluruh perhatiannya pada kimchi panggangnya.
Setelah semua daging matang, Dt membuang permet karet yang ada di mulutnya, membungkusnya dengan serbet, dan melemparkannya ke dalam piring yang digunakan untuk memisahkan tulang. Kemudian, dia mengaduk kimchi panggang itu dengan sumpit dan memindahkannya tepat di depannya.
Meskipun Solo dan Dt sudah berteman selama bertahun-tahun, tapi itu tidak mengubah fakta bahwa Dt tidak pandai berbicara. Sepanjang makan malam, awalnya, Ai Qing masih berbicara dengan Solo, kemudian mereka bertiga memfokuskan diri mereka untuk menyantap makanan mereka sendiri.
Situasinya agak sunyi, tapi untungnya, itu tidak terasa canggung.
Ketika tiba waktunya untuk membayar tagihan, Dt, yang diam sepanjang waktu, berinisiatif untuk mengeluarkan uang dari saku celananya.
Dia tidak mempunyai dompet, sehingga dia hanya membawa setumpuk uang yang diurutkan berdasarkan denominasinya.
Ai Qing merasa tidak enak padanya dan menarik lengannya, “Kau yang paling muda di sini. Mengapa kau harus membayar tagihannya? Biarkan Solo yang membayarnya. Sekarang, dia adalah salah satu bos SP. Kita harus memanfaatkannya.”
Dt tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatap Ai Qing. Tatapannya itu membuat Ai Qing merasa bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang salah.
Solo tidak keberatan. Dia mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan 100.000 won.