Fortunate To Meet You - Chapter 24
Ketika Liang Zheng menerima pesan tersebut, dia sedikit heran dan membalas: [Nanti malam ada kelas.]
Setelah berpikir sejenak, dia membalas: [Kelas berakhir jam 9 malam. Kamu beli tiket jam 9:20 saja.]
Setelah beberapa saat, Zhou Xu juga membalas: {Oke, kutunggu kamu jam sembilan di depan kampus.]
Liang Zheng: [Baiklah]
Liang Zheng memang seharian ini penuh dengan kuliah, kecuali periode satu dan dua di pagi hari yang kosong, sore dan malam pun penuh dengan jadwal.
Setelah kelas terakhir di malam hari, para siswa berjalan keluar dari kelas satu demi satu secara berkelompok.
Liang Zheng menyimpan buku-bukunya dan menyerahkan buku serta pulpen-nya pada Feng Qian. Minta tolong pada temannya untuk membawanya pulang.
Feng Qian bertanya, “Kamu dan Zhou Xu sekarang sudah pacaran?”
Liang Zheng berpikir sejenak dan menggelengkan kepalanya, “Tidak bisa dibilang begitu.”
“Lalu? Dia sedang mengejarmu?”
Liang Zheng juga tidak paham lagi. Sebenarnya dia juga tidak terlalu memikirkannya. Dalam perjalan ke depan kampus, dia memang memikirkan sedikit hal. Tapi belum sempat dia memikirkan sampai jelas, dia sudah sampai di gerbang kampus.
Dia melihat Zhou Xu dari jauh yang sedang berdiri di bawah pohon ginkgo di sisi kanan gerbang kampus.
Lampu jalan yang tidak jauh dari sana menyinarinya samar-samar. Hari ini dia mengenakan sweater hoodie berwarna hitam, celananya juga hitam. Tubuh yang tinggi dan kurus berdiri di sana dan menarik banyak mahasiswa yang melirik padanya.
Zhou Xu melihat Liang Zheng keluar dari dalam kampus dan menatap ke arahnya.
Liang Zheng menghampirinya dengan senang dan tersenyum padanya, “Sudah menunggu lama?”
Zhou Xu menatapnya dan berkata, “Tidak.”
Liang Zheng bertanya, “Kamu beli tiket nonton jam 9:20?”
Zhou Xu mengiyakan.
“Ayo kira ke sana dulu, perjalanan ke sana juga butuh waktu.”
Zhou Xu mengangguk. Keduanya pergi ke bioskop berdampingan.
Ketika tiba di bioskop, film terakhir baru saja selesai. Banyak orang yang keluar dari dalam.
Zhou Xu pergi untuk mengambil tiket dan bertanya pada Liang Zheng, “Kamu mau makan sesuatu?”
Liang Zheng menjawab, “Ingin minum.”
“Biar aku beli.” Dia menyerahkan tiket nonton kepada Liang Zheng dan pergi ke area makanan ringan di sisi lain untuk membeli minuman untuk Liang Zheng, serta seember popcorn.
Setelah sudah membelinya dan kembali pada Liang Zheng, dia melihat gadis itu sedang berdiri di depan mesin tangkap boneka dan berusaha menangkap boneka.
Dia mendekat dan melihat ke sana, Liang Zheng kebetulan sudah menangkap sebuah boneka berwarna merah muda.
Mata Zhou Xu tanpa sadar mengikuti arah pergerakan boneka itu.
Namun, boneka itu jatuh kembali saat sudah hampir masuk ke dalam lubang.
Liang Zheng berteriak kecewa.
Zhou Xu menatap Liang Zheng dan melihat gadis itu meratap, “Sayang sekali.”
Zhou Xu kembali bertanya, “Masih mau main?”
Liang Zheng menggelengkan kepala, “Sudahlah, filmnya akan segera mulai.”
Zhou Xu mengangguk dan menyerahkan popcorn padanya.
“Terima kasih.” Liang Zheng memeluk ember popcorn dan keduanya masuk ke dalam ruang pemeriksaan tiket.
Film ini bertepatan dengan jam kelas berakhir, ada banyak orang di sana.
Zhou Xu membeli tiket di barisan belakang dan filmnya mulai tepat setelah mereka duduk.
Film ini baru saja keluar, reputasinya lumayan bagus.
Liang Zheng berbisik pada Zhou Xu, “Kamu pernah melihat review film sebelumnya?”
“Tidak.”
“Aku pernah lihat, katanya film ini lumayan bagus.” Bisik Liang Zheng.
Zhou Xu menatapnya dan mengiyakan pelan.
Filmnya memang sangat bagus, sangat seru dari awal hingga akhir dan hampir semua orang menonton dengan serius.
Ketika film berakhir, ada beberapa orang yang bilang besok akan kembali lagi untuk menonton kedua kalinya.
Saat Liang Zheng dan Zhou Xu keluar dari bioskop, waktu sudah jam sebelas lewat.
Zhou Xu mengantar Liang Zheng kembali ke kampus, sampai ke bawah gedung asrama. Liang Zheng berbalik dan bertanya padanya, “Kamu akan pergi besok?”
Zhou Xu mengangguk dan menatapnya, “Besok pagi.”
Liang Zheng berkata, “Kalau begitu, cepatlah pulang. Istirahat lebih awal.”
Dia mendesak Zhou Xu, namun Zhou Xu tidak pergi. Pemuda itu masih berdiri di sana dan menatap Liang Zheng beberapa saat, “Kalau ada waktu, kamu boleh ke rumahku.”
Liang Zheng tercengang sesaat, bingung kenapa Zhou Xu tiba-tiba mengatakan hal ini.
Tapi dia masih merasa tidak senang, “Aku tidak mau ke sana, untuk apa aku ke sana?”
Zhou Xu menatapnya dalam-dalam dan bertanya, “Kamu masih marah?”
“Tidak.”
Zhou Xu tidak percaya dan masih menatapnya lekat tanpa bicara.
Liang Zheng dan Zhou Xu saling beradu pandang beberapa detik, “Baiklah, aku memang masih sedikit marah.”
Betapa sedihnya dia saat itu.
Tenggorokan Zhou Xu sedikit bergerak, entah kenapa tenggorokannya seperti tercekat oleh sesuatu. Dia menatap Liang Zheng, ingin mengatakan sesuatu tapi tidak ada kata-kata yang bisa keluar.
Melihatnya seperti itu, amarah Liang Zheng seketika mereda dan tersenyum, “Tapi juga tidak masalah. Awalnya aku juga tidak menyukaimu. Aku bahkan sering mengejek kamu dengan teman asramaku. Dasar Tuan Muda, sudah dingin, sombong lagi. Wajahnya jelek, sifatnya juga jelek. Setiap kali ditinggal berduaan denganmu, aku bisa dicueki habis-habisan olehmu. Dia sendiri yang tidak mau bicara ya sudah, orang lain juga tidak boleh bicara. Masuk ke ruang belajarmu untuk membaca buku, bahkan tidak menyentuh barang-barangmu, kamu juga harus memperingatkan aku dengan begitu dingin. Tidak sengaja menumpahkan kopi, sudah minta maaf berulang-ulang, kamu masih membentak aku.”
Liang Zheng membeberkan semua kejahatan Zhou Xu dan semua ini membuat Zhou Xu tidak kuasa membantah. Zhou Xu menatap Liang Zheng sesaat dan bertanya pelan, “Apa aku sejahat itu?”
“Menurutmu?”
Suara Zhou Xu agak serang dan berkata pelan, “Maaf.”
Tuan Muda juga bisa menundukkan kepala dan minta maaf. Liang Zheng sedikit senang dan berkata, “Pulanglah, ini sudah malam. Aku juga harus pulang.”
Liang Zheng berbalik setelah mengatakannya. Tapi baru saja dia berbalik, tangannya ditarik oleh Zhou Xu, “Liang Zheng——”
Mata Liang Zheng tertuju pada tangan Zhou Xu yang memegang lengannya, tertegun sejenak dan berbalik menatap pemuda itu, “Kenapa?”
Zhou Xu menatapnya dengan dalam, seperti ingin mengatakan sesuatu.
Tapi setelah keheningan yang panjang, akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa.
Dia melepaskan tangan Liang Zheng, “Sudahlah, tidak apa-apa.”Dia menambahkan, “Kamu pulanglah.”
Liang Zheng menatapnya heran, tiba-tiba ingin mengatakan sesuatu.
Tapi ketika ucapan itu sudah sampai di ujung bibirnya, dia menelannya kembali dan memilih untuk mengangguk, berbalik untuk pulang ke asrama.
Keesokan harinya, Zhou Xu naik pesawat untuk kembali ke Inggris.
Sejak kepergian Zhou Xu, para gadis di asrama Liang Zheng setiap hari selalu bertanya apakah Liang Zheng sedang pacaran dengan Zhou Xu.
Tapi, Liang Zheng sendiri juga tidak tahu.
Katakanlah mereka tidak pacaran, tapi mereka saling berkomunikasi tiap hari.
Tapi kalau dikatakan pacaran, sepertinya juga tidak pernah mengatakan dengan jelas kalau ingin bersama.
Malam itu, dia sudah berbaring di tempat tidur lebih awal untuk mengobrol dengan Zhou Xu via WeChat.
Xiaoyu duduk di ranjang seberangnya dan berkata, “Kalau bilang kalian tidak pacaran, tidak ada yang bakal percaya. Jelas-jelas begitu penuh aura cinta.”
Liang Zheng menjawab, “Apa ada aura cinta yang sudah beberapa bulan tidak bertemu?”
Xiaoyu mengaduh dan berkata, “Lihatlah dia, masih bilang tidak pacaran. Dia sudah hampir depresi karena tidak bisa bertemu.”
Liang Zheng, “…”
Xiaoyu tersenyum senang dan turun dari tempat tidur dan pindah ke tempat tidur Liang Zheng, “Sudah kubilang, LDR itu sangat menyiksa. Terlebih lagi kalian terpisah negara. Tapi kita sudah tahun kedua, tidak bertahan dua tahun lalu sudah akan lulus.”
Liang Zheng berkata, “Tidak pacaran.”
“Sudahlah, kalau berani, coba perlihatkan isi obrolan kalian pada kami.” Kata Xiaoyu, dia berlagak seperti ingin melihat ponsel Liang Zheng.
Liang Zheng panik dan segera menempelkan ponsel di dadanya.
Xiaoyu tidak bisa menahan tawanya, “Apa ini namanya? Merasa bersalah seperti maling?”Dia tertawa dan berkata, “Hanya menjahilimu saja, tidak akan melihat ponselmu.”Dia tertawa sambil merangkak naik ke tempat tidur Feng Qian di sebelahnya, menonton variety show bersamanya.
Liang Zheng, “…”
Sebenarnya Liang Zheng memang merasa sedikit bingung.
Setelah Xiaoyu pergi, barulah dia mengangkat ponselnya lagi dan membaca WeChat dari Zhou Xu.
Zhou Xu bertanya padanya, “Ulang tahun mau hadiah apa?”
Liang Zheng membalas, “Tidak ada yang diinginkan.”
Di sana tidak ada jawaban. Sekitar sepuluh menit berlalu, Zhou Xu mengirimkan sebuah gambar kalung.
Dia bertanya, “Suka tidak?”
Liang Zheng terkejut dan segera membalas, “Aku tidak memakainya, kamu jangan beli.”
Dia mengirimkan ke sana, tapi Zhou Xu tidak membalasnya dan mengalihkan pembicaraan, “Besok banyak kelas?”
Liang Zheng, “Banyak. Empat kelas di pagi hari dan tiga kelas di sore hari.”
Zhou Xu, “Kalau begitu, istirahatlah lebih awal. Aku akan meneleponmu besok siang.”
Liang Zheng membaca pesan itu dan menjawab dengan patuh, “Oke.”
Pada akhirnya, dia mengirimkan pesan lain, “Aku tidak mau hadiah, kamu jangan beli.”
Liang Zheng berulang tahun tanggal 17 Juni.
Ulang tahunnya jatuh pada hari Rabu. Siangnya dia pergi kelas dan malamnya sudah sepakat untuk makan bersama teman asramanya. Dia juga memanggil Chen Zhou dan beberapa teman asramanya, termasuk Li Xi.
Semua orang menyiapkan hadiah ulang tahun untuk Liang Zheng, Li Xi membelikan kue ulang tahun untuknya dan sebuah boneka beruang berbulu berwarna merah muda.
Liang Zheng masih kelas dan hari ini merayakan ulang tahunnya yang ke-19.
Di kue ulang tahunnya tertancap satu lilin besar dan sembilan lilin kecil.
“Buat permintaan, cepat.” Mereka makan di ruang VIP, Feng Qian berlari keluar untuk mematikan lampu.
Semua orang mengelilingi Liang Zheng yang sedang membuat permohonan, cahaya lilin terpantul di wajah gadis itu. Liang Zheng mengatupkan kedua tangannya, “Semoga ayah dan ibu dan semua kerabat serta teman-teman, termasuk kita semua selalu sehat dan bahagia.”
Dia membuka matanya dan meniup lilin itu.
Entah siapa yang bersorak dan berteriak, “Nyalakan lampu! Yang ulang tahun potong kue!”
Tahun lalu Liang Zheng juga merayakan ulang tahun bersama teman-temannya ini. Sebenarnya saat itu dia masih tinggal di Kediaman Zhou, tapi karena sedang di kampus, dia tidak mengatakan hal tentang hari ulang tahunnya pada Bibi Zhou. Takut Bibi Zhou akan repot-repot mengatur semuanya untuk dia.
Setelah selesai memotong kue, semua orang mulai makan dan minum dengan senang.
Liang Zheng merasa senang untuk beberapa saat, tanpa sadar dia mengambil ponselnya dan menunduk untuk melihatnya.
Pesan WeChat masih terhenti di kemarin sore, Zhou Xu bilang malamnya dia akan ada seminar dan mungkin akan sibuk sampai sangat malam. Kemungkinan dia tidak akan punya waktu menelepon Liang Zheng di malam harinya.
Sepanjang hari ini, Zhou Xu tidak menghubunginya. Tidak menelepon, atau mengirimkan pesan.
Entah karena terlalu sibuk, atau sudah lupa.
Bohong kalau bilang tidak kecewa. Liang Zheng yang menunggu sepanjang hari dan tidak mendapat kabar, segera memasukkan ponsel ke dalam tasnya.
Waktu sudah jam sembilan lewat ketika semuanya selesai makan dan keluar dari restoran.
Tempat mereka makan berada tepat di seberang kampus, semua orang segera kembali ke kampus setelah makan.
Banyak krim kue yang mengotori wajah Liang Zheng. Dia mengikuti mereka ke sekolah sambil menundukkan kepala untuk merapikan diri.
Dia mengulurkan tangan untuk membersihkan noda krim kue di wajahnya. Akibatnya, semakin di bersihkan malah semakin banyak. Bahkan mengenai tangannya. Rambutnya juga ikut kena.
Saat berpikir untuk bersih-bersih di rumah, tiba-tiba Feng Qian berteriak kaget, “Zhou Xu.”
Liang Zheng tercengang dan segera mengangkat kepalanya.
Dia melihat Zhou Xu berdiri tidak jauh di depan.
Zhou Xu mengenakan kaos putih dan celana training hitam, berdiri di luar gerbang kampus.
Saat Liang Zheng melihat ke sana, Zhou Xu juga balas menatapnya.
Setelah Feng Qian dan lainnya melihat ini, semuanya sadar diri untuk menyingkir.
Setelah semua orang sudah pergi, Zhou Xu baru perlahan mendekati Liang Zheng.
Liang Zheng menatapnya dengan terkejut, “Bukankah kamu baru selesai ujian di akhir Juni?”
Zhou Xu mengiyakan.
Hati Liang Zheng bergetar, dia menatap Zhou Xu dan bertanya dengan kaget, “Kamu… kamu pulang secara khusus?”
Zhou Xu mengiyakan lagi.
Tatapan matanya tertuju pada krim kue di wajah Liang Zheng dan mengangkat tangannya, membelai lembut pipi Liang Zheng dengan jari-harinya dan membantu gadis itu menyeka krim kue dari wajahnya, “Pesawatnya delay, pulangnya jadi agak malam.”