Fortunate To Meet You - Chapter 25
Liang Zheng tidak menyangka Zhou Xu akan pulang tiba-tiba. Dia menatap kosong pada Zhou Xu cukup lama sampai jari-jari Zhou Xu yang dingin menyentuh pipinya. Dia tertegun, tanpa sadar mundur sedikit untuk menyentuh wajahnya, “Biar aku sendiri saja.”
Dia menyeka wajahnya sambil bertanya pada Zhou Xu, “Kamu sudah makan?”
Zhou Xu mengangguk, “Sudah makan sedikit di pesawat.”
Liang Zheng melihat jam tangan, baru saja setengah sepuluh dan dia berkata, “Aku akan menemanimu pergi makan sedikit. Kamu mau makan apa?”
Liang Zheng berbicara sambil menyeka wajahnya yang penuh krim, sedikit tidak berdaya dan menghela napas, “Tapi mungkin aku harus pulang dulu untuk cuci muka.”
Tatapan Zhou Xu tertuju pada wajah Liang Zheng, gadis itu memang mirip seperti kucing kecil.
Asrama Liang Zheng tidak jauh dari pintu gerbang, setelah sampai, dia segera berkata pada Zhou Xu, “Tunggu aku sebentar, aku akan segera turun setelah bersih-bersih.”
Zhou Xu menatapnya dan mengiyakan.
Liang Zheng berlari kembali ke asrama. Feng Qian yang sedang membicarakan hal ini dengan Xiaoyu, sedikit terkejut melihat Liang Zheng kembali begitu cepat, “Kenapa sudah kembali?!”
Liang Zheng berkata sambil mengambil pembersih wajah dan sampo ke balkon, “Kembali untuk cuci muka.”
Rambutnya juga kena, jadi dia membawa baskom dan handuk ke kamar mandi untuk sekalian keramas.
Feng Qian bersandar di pintu balkon, “Zhou Xu pulang secara khusus untuk merayakan ulang tahunmu?”
Liang Zheng mengangguk.
Feng Qian berseru berlebihan, “Astaga, ini namanya mengejar istri sejauh ribuan mil.”
“Kata sifat macam apa ini.” Liang Zheng mendengar di dalam pun sudah marah hingga tertawa.
Dia hanya keramas seadanya saja karena Zhou Xu masih di luar. Dia mengambil pengering rambut dan mengeringkan rambutnya sebentar. Tanpa menunggu sepenuhnya kering, dia sudah mengambil ponsel dan dompetnya dan keluar.
Zhou Xu sedang menunggunya di luar, dia berlari menghampiri, “Kamu mau makan apa?”
Zhou Xu menatapnya sambil menjawab, “Apa saja boleh.”
Tapi tidak banyak yang bisa dimakan di jam seperti ini. Liang Zheng hanya bisa membawa Zhou Xu ke restoran di jalan sebelah.
Zhou Xu memesan dua hidangan sederhana.
Liang Zheng duduk di seberangnya dan bertanya, “Kamu masih akan kembali ke kampus? Kapan kamu pergi?”
“Besok siang.”
Liang Zheng terkejut, “Kamu hanya pulang satu malam?”
Zhou Xu mengangguk.
Zhou Xu masih sedikit bicara seperti dulu, maka dia tidak banyak menjelaskan.
Liang Zheng menatap Zhou Xu, tidak berbicara cukup lama.
Setelah beberapa saat, Liang Zheng perlahan mengangkat tangannya dan menopang pipinya dengan tangan sambil terus menatap Zhou Xu. Matanya menyipit seperti bulan sabit dan berkata perlahan, “Zhou Xu, kenapa kamu menyukai aku?”
Zhou Xu menghentikan gerakan menuang airnya, mengangkat mata untuk menatap Liang Zheng.
Mata itu sangat dalam dan membuat jantung Liang Zheng disko.
Dia tanpa sadar menurunkan tangannya.
“Bagaimana denganmu?”
“Hah?”
Zhou Xu bertanya lagi padanya, “Apa kamu menyukaiku?”
Liang Zheng belum pernah melihat Zhou Xu yang seperti ini. Zhou Xu menatapnya seperti itu, seolah dia harus mendapatkan sebuah jawaban, “Apa kamu menyukaiku?”
Bibir Liang Zheng bergerak, menatap Zhou Xu sebentar dan balik bertanya sambil bercanda, “Bagaimana kalau kubilang tidak menyukaimu?”
Zhou Xu menatapnya dan tidak berbicara lagi.
Liang Zheng tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk menarik tangan Zhou Xu di atas meja, “Aku sudah sedikit menyukaimu.”
Zhou Xu tiba-tiba mengangkat kelopak matanya dan matanya tertuju pada Liang Zheng.
Liang Zheng menunggu beberapa saat. Melihat Zhou Xu tidak bicara, dia mengerutkan bibirnya dan ingin menarik kembali tangannya.
Zhou Xu menahan tangannya, “Tidak boleh ditarik lagi.”
“Tidak bisa begitu.” Kata Liang Zheng, “Kalau kamu tidak baik padaku, aku akan menariknya kembali.”
Zhou Xu memegang tangan Liang Zheng dan menatapnya dengan ekspresi luar biasa serius, “Aku akan baik padamu.”
Liang Zheng menatapnya dan tidak bisa menahan tawanya.
Tepat ketika pelayan datang untuk menyajikan makanan, dia menarik kembali tangannya dan mengambilkan sumpit untuk Zhou Xu, “Tuan Muda Zhou, terima kasih sudah datang sejauh ini untuk merayakan ulang tahunku. Sudah menyusahkanmu.”
Zhou Xu, “…”
Zhou Xu meliriknya sekilas dan berkata pelan, “Ada-ada saja.”
Liang Zheng sudah makan sangat kenyang malam tadi, dia tidak makan lagi. Dia duduk di seberang dan menunggu Zhou Xu selesai makan.
Sudah lewat dari jam sepuluh ketika mereka selesai makan dan keluar dari restoran, tersisa sedikit orang di gerbang kampus.
Keduanya berjalan berdampingan ke dalam sekolah. Ketika hampir sampai di pintu asrama, Liang Zheng bertanya pada Zhou Xu, “Besok kamu pesawat jam berapa?”
“Jam delapan pagi.”
Liang Zheng menghentikan langkah kakinya, menyamping menghadap Zhou Xu dan bertanya sambil mendongak, “Malam ini kamu tidur di mana? Pulang?”
Zhou Xu mengiyakan, “Sebentar lagi pulang.”
Liang Zheng berpikir sejenak dan menatap Zhou Xu, “Lalu…lalu kalau bibi tanya kenapa kamu pulang… kamu jawab apa?”
Zhou Xu mengangkat alisnya, “Merayakan ulang tahunmu?”
Liang Zheng membelalakkan matanya dan panik, “Jangan!”
“Kenapa?” Zhou Xu menatapnya dan bertanya.
Liang Zheng menjawab, “Pokoknya, kamu jangan bilang dulu… Rasanya aneh…”
Dia dan Zhou Xu dulu tidak banyak bicara, kalau sampai memberi tahu orang tuanya kalau mereka sedang pacaran, takutnya akan terkejut hingga rahang mereka lepas.
Zhou Xu entah memang tidak mengerti atau memang merasa senang mengerjai Liang Zheng, dia sengaja bertanya, “Aneh di mananya?”
Liang Zheng sudah ingin berkacak pinggang, “Zhou Xu, kenapa malam ini kamu begitu banyak bicara!”
Entah hanya ilusinya belaka atau bukan, dia merasa Zhou Xu seperti tersenyum sebentar. Zhou Xu mengulurkan tangan untuk memegang tangan Liang Zheng dan berkata sambil menatapnya, “Aku akan segera pulang lagi.”
Liang Zheng balas menatapnya, entah kenapa rasanya jadi sedikit malu.
Jari-jarinya sedikit menyusut dan dia merasakan tangannya yang dipegang erat oleh Zhou Xu.
Kedua orang itu berdiri di bawah pohon besar di luar asrama, tidak ada lampu di jalanan itu dan sedikit gelap.
Ketika ada yang kembali ke asrama dan melewati mereka, tanpa sadar akan menoleh ke arah mereka.
Liang Zheng mengakui, Zhou Xu memang sangat tampan.
Dia tersenyum dan berbisik, “Zhou Xu, ada yang sedang melihatmu.”
Zhou Xu mengabaikannya dan bertanya, “Apa kamu suka melihatku?”
Wajah Liang Zheng sedikit panas, dia memalingkan wajahnya dan bergumam pelan, “Untuk apa aku melihatmu.”
“Bukankah katamu aku ganteng?” Zhou Xu ikut berkata pelan.
Liang Zheng teringat terakhir kali saat Zhou Xu bilang dia mabuk dan memuji ketampanan pemuda ini. Bahkan juga menciumnya.
Liang Zheng seketika merona merah dan menatapnya dengan berani sambil sedikit mengangkat dagunya, “Lumayan.”
Zhou Xu menatapnya dan ada senyuman di matanya.
Dia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dengan tangan yang lain dan menyerahkannya pada Liang Zheng, “Selamat ulang tahun.”
Liang Zheng tertegun dan menatap sebuah kotak kecil yang cantik.
Dia menatap Zhou Xu dan Zhou Xu balas menatapnya, “Mau aku pakaikan untukmu?”
Liang Zheng menebak bahwa itu adalah kalung yang terakhir kali Zhou Xu kirimkan padanya. Malam ini pipinya sudah merona beberapa kali oleh Zhou Xu, dia segera menerimanya, “Tidak usah!”
Zhou Xu hanya menatapnya tanpa bicara.
Liang Zheng memegang kotak itu di telapak tangannya dan mendongak pada Zhou Xu, “Terima kasih.”
Zhou Xu mengiyakan, “Kalau begitu, aku pulang?”
Liang Zheng mengangguk, “Hati-hati di jalan.”
Zhou Xu mengangguk dan barulah dia melepaskan tangan Liang Zheng. Setelah kembali menatap gadis itu sebentar, dia berbalik dan berjalan keluar kampus.
Liang Zheng berdiri di luar sebentar. Setelah melihat Zhou Xu sudah pergi jauh, barulah dia berbalik dan kembali ke asrama.
Semenjak berpacaran dengan Zhou Xu, suasana hati Liang Zheng sangat baik setiap harinya. Selain kuliah dan makan, dia akan terus memegang ponselnya. Bukan hanya mengobrol via WeChat, bahkan bisa mengobrol sampai senyum-senyum sendiri. Begitu lihat saja sudah tahu kalau seorang gadis yang sedang dimabuk asmara.
Feng Qian dan Xiaoyu menggodanya setiap hari, “Entah siapa yang dulu bilang seumur hidup tidak akan menyukai Zhou Xu lagi. Boleh suka pada siapa pun, kecuali pada Zhou Xu.”
Liang Zheng agak frustasi. Dia sedang duduk di meja belajarnya untuk membaca buku, berbalik badan sambil berkata, “Orang itu bisa berubah. Selain itu, aku juga tidak tahu kalau Zhou Xu menyukai aku.”
Feng Qian tersenyum dan bertanya, “Kapan Kakak Zhou akan pulang?”
“Belakangan ini dia sedang ujian, dia pulang setelah selesai ujian.”
Zhou Xu pulang di akhir Juni, kebetulan hari itu adalah hari Sabtu.
Bibi Zhou meneleponnya di pagi hari dan mengatakan kalau Zhou Xu akan pulang hari ini. Dia berencana membeli beberapa bahan masakan untuk dimasak di rumah dan ingin Liang Zheng main ke sana.
Zhou Yuzhi berkata, “Sudah berapa lama kamu tidak datang ke rumahku, Zhengzheng? Aku sekarang akan ke arah sekolahmu, kamu temani aku berbelanja. Lihat apa yang kamu sukai. Nanti malam Bibi masak untukmu.”
Liang Zheng memang sudah lama sekali tidak ke Kediaman Zhou. Dulu dia tidak ke sana karena Zhou Xu, tapi sekarang dia sudah pacaran dengan Zhou Xu, tidak ada alasan lagi untuk tidak ke sana.
Setelah berpikir, dia mengangguk dan berkata, “Kalau begitu, Bibi hati-hati di jalan. Aku akan bersiap sebentar dan menunggumu di gerbang kampus.”
“Ah!” Zhou Yuzhi berseru gembira, “Baiklah, aku akan tiba sebentar lagi.”
“Baik.”
Setelah Bibi Zhou menutup telepon, Liang Zheng berberes dan berganti pakaian sebelum keluar.
Dia awalnya ingin menelepon Zhou Xu, memberitahunya kalau dia akan ke rumahnya malam ini. Tapi teringat Zhou Xu sekarang sedang di atas pesawat, tidak ada gunanya juga menelepon.
Bulan Juni dan Juli sangatlah panas, untungnya ini pagi hari dan matahari masih belum muncul. Liang Zheng mengenakan gaun putihnya dan membawa payung kecil. Dia berjalan menyusuri di bawah pohon.
Sebelum sampai di gerbang sekolah, dia melihat mobil Bibi Zhou dikendarai masuk dan berhenti di dekatnya, “Zhengzheng, naiklah.”
Liang Zheng tersenyum dan menyapa, “Bibi.”
Dia menutup payung dan berjalan ke posisi penumpang depan, membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.
“Panas sekali ya? Aku lupa menyuruhmu menungguku di asrama, aku harusnya langsung menjemputmu di dalam.” Zhou Yuzhi berkata sambil merendahkan suhu AC.
Liang Zheng tersenyum dengan sangat patuh dan berkata, “Tidak panas, ini masih pagi dan matahari belum terlalu terik. Selain itu, keluar dari asramaku juga tidak jauh.”
Liang Zheng melipat payung dan menyimpannya.
Zhou Yuzhi tersenyum dan bertanya, “Nanti kamu mau makan apa? Kamu ini, sudah lama tidak makan masakan Bibi, kan?”
Liang Zheng tersenyum malu, “Aku apa saja boleh, Bibi.”
“Sudahlah, nanti kita lihat di supermarket saja.” Zhou Yuzhi menyetir sambil berkata, “Awalnya aku ingin mengajakmu makan di luar, tapi cuaca terlalu panas. Akan lebih nyaman kalau segera pulang.”
Pagi hari di akhir pekan, supermarket penuh dengan orang. Sangat ramai dan sangat penuh dengan manusia.
Liang Zheng dan Bibi Zhou mendorong troli, memilih sepanjang jalan dan akhirnya membeli satu troli penuh dengan sayuran, buah-buahan, minuman, bir, es krim, dan makanan ringan.
Setelah berbelanja di supermarket hingga hampir jam sepuluh, mereka membayar dan segera pulang ke rumah.
Liang Zheng memang sudah terlalu lama tidak ke Kediaman Zhou, dia jadi merasa sedikit asing.
Bunga-bunga di halaman sudah berubah, entah sejak kapan di tengahnya ada kolam pemandian air panas yang sangat mewah.
“Ada banyak perubahan, kan? Lihat kamu ini, sudah berapa lama tidak datang?” Zhou Yuzhi tersenyum sambil membawa barang-barang masuk ke dalam rumah.
Liang Zheng juga membawa barang dan mengganti sepatu di dalam rumah, mengikuti Bibi Zhou membawa barang-barang ke dapur.
Zhou Yuzhi memilih bahan makanan dan berkata, “A Xu mungkin baru pulang nanti malam, jadi kita harus makan sedikit lebih malam. Nanti aku akan ke atas untuk membantumu membersihkan kamar, malam ini kamu menginap di sini saja.”
Tentu saja Liang Zheng tahu kalau Zhou Xu akan pulang malam. Sebelum naik pesawat, Zhou Xu sudah laporan padanya. Mungkin dia akan sampai sekitar jam delapan malam. Setelah turun dari pesawat, Zhou Xu akan meneleponnya.
Untuk makan siang, Bibi memasak ikan kukus yang disukai Liang Zheng. Liang Zheng memang sudah sangat lama tidak makan masakan Bibi Zhou, dia sampai makan dua porsi.
Setelah makan, dia membantu Bibi Zhou untuk membereskan dapur. Setelah itu, mereka mengobrol di ruang tamu sebentar sebelum naik ke kamar masing-masing untuk tidur siang.
Kamar yang dia gunakan masih yang itu, bahkan perabotannya masih sama seperti saat dia tinggalkan.
Liang Zheng memiringkan tubuhnya, berbaring di tempat tidur dengan seprai beraroma detergen yang samar. Angin yang bertiup dari AC membuatnya sangat nyaman. Dia menatap matahari di luar jendela melalui dedaunan hijau pepohonan, suasana hatinya luar biasa baik tanpa bisa dilukiskan.
Entah Zhou Xu sudah sampai mana.
Dia menyaksikan matahari di luar jendela yang bergoyang di antar dedaunan, terus menyaksikan hingga rasa kantuk menyerang. Dia perlahan-lahan memejamkan matanya dan tanpa sadar tertidur.
Zhou Xu baru akan kembali jam delapan malam nanti. Liang Zheng membantu Bibi Zhou menyiapkan makan malam di dapur. Melihat langit malam di luar, Liang Zheng menjadi semakin tidak tenang. Sesekali dia diam-diam memeriksa waktu.
Ketika mendengar ada mobil masuk, Liang Zheng sedang mencuci sayur. Dia segera melihat ke luar jendela.
Zhou Yuzhi berkata, “Pasti A Xu dan ayahnya sudah pulang.”
Bibi Zhou mengeringkan tangannya dan berjalan keluar.
Liang Zheng juga segera menghentikan pekerjaan di tangannya dan ikut keluar.
Ketika sampai di ruang tamu, Zhou Xu baru saja memasuki rumah.
Zhou Yuzhi menghampirinya dengan gembira, “Sudah pulang.”
Zhou Xu mengangguk dan memanggil, “Ma.”
Zhou Yuzhi tersenyum dan berkata, “Kukira kamu baru akan sampai jam sembilan malam.”
Zhou Papa juga memasuki rumah dan mendorong koper Zhou Xu ke dalam rumah sambil berkata, “Seharusnya bisa lebih cepat, di jalan macet.”
Tatapan Zhou Xu melewati mamanya dan melihat Liang Zheng berdiri di belakangnya.
Liang Zheng mengedipkan mata padanya.
Zhou Yuzhi mengambil alih koper itu, “Kalian istirahat saja dulu. Makanan sudah hampir siap, istirahat sekitar 20 menit sudah bisa makan.”
Liang Zheng memanfaatkan waktu saat Paman dan Bibi Zhou sedang mengobrol dan berjalan menghampiri Zhou Xu untuk mengambil ranselnya. Dia berbisik, “Biar aku bantu.”
Ketika Liang Zheng mengulurkan tangannya, Zhou Xu tidak menyerahkan tasnya dan malah memegang tangannya.
Liang Zheng terkejut dan mendongak untuk menatap mata Zhou Xu.
“Zhengzheng, kamu bantu aku di dapur sebentar.”
Bibi Zhou tiba-tiba memanggilnya dan Liang Zheng segera menarik kembali tangannya dan ekspresinya tampak seperti maling yang tertangkap basah.
Dia tidak bisa menahan diri untuk memelototi Zhou Xu.
Di mata Zhou Xu seakan membawa sedikit senyuman jahil.
Liang Zheng malas meladeninya dia, berbalik dan ikut dengan Bibi Zhou ke dapur untuk membantu.
Liang Zheng pergi ke dapur untuk membantu Bibi Zhou memetik sayur dan mencucinya hingga bersih, “Bibi, masih ada yang bisa aku bantu?”
Zhou Yuzhi berkata, “Sudah, dua hidangan lagi biar aku yang tumis saja. Kamu juga istirahat saja di luar.”
Liang Zheng mengangguk, “Iya. Bibi panggil aku saja kalau ada perlu.”
“Baiklah.” Zhou Yuzi menjawab sambil tersenyum.
Liang Zheng keluar dari dapur dan ruang tamu sudah kosong, tidak ada Paman Zhou atau pun Zhou Xu di sana.
Dia naik ke lantai tiga dan berjalan ke depan pintu kamar Zhou Xu. Melihat pintu kamar itu terbuka sedikit, dia mendekati pintu dan menjulurkan kepalanya ke dalam.
Zhou Xu baru saja selesai mandi dan sedang memakai baju.
Mendengar pergerakan, dia menoleh ke belakang dan melihat Liang Zheng sedang menjulurkan kepalanya dari luar pintu.
Dia menurunkan kaosnya dan berjalan ke sisi pintu, menunduk untuk melihat Liang Zheng sambil berbisik, “Mengintip aku pakai baju?”
Liang Zheng tersipu, “Aku tidak mengintip, aku tidak melihat apa-apa.”
Zhou Xu hanya melihatnya sambil tersenyum langka, dia menarik tangan Liang Zheng, “Mau masuk?”
“Tidak mau masuk.” Liang Zheng berkata sambil tersenyum.
Mana mungkin Zhou Xu menggubrisnya, dia langsung menarik Liang Zheng masuk dan menutup pintu.
Dia mendorong Liang Zheng di belakang pintu dan maju satu langkah, menghimpit tubuh Liang Zheng di antara pintu dan tubuhnya.
Liang Zheng mendongak menatap Zhou Xu, jantungnya berdebar kencang seakan sudah mau melompat keluar dari tenggorokannya.
Liang Zheng membeku di sana dan tidak berani bergerak.
Zhou Xu sedikit menundukkan kepala dan mempersempit jarak mereka.
Zhou Xu tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatap Liang Zheng dalam diam.
Jarak antara kedua orang itu begitu dekat hingga dapat merasakan napas masing-masing.
Liang Zheng mencium aroma sabun mandi di tubuh Zhou Xu, sangat harum.
Dia menatap mata Zhou Xu, sedikit gugup dan kedua tangannya mengepal tanpa sadar.
Keduanya saling menatap cukup lama, sampai Liang Zheng merasakan kepala Zhou Xu yang kian menunduk dan kemudian bibirnya menempel lembut padanya.
Zhou Xu tidak bergerak, hanya menempelkan bibirnya dengan lembut seperti itu.
Setelah beberapa saat, Liang Zheng merasakan Zhou Xu yang mencium lembut bibir bawahnya sebelum kembali menarik kepalanya menjauh.
Zhou Xu memegang tangan kanan Liang Zheng di sisi tubuhnya dan mengusapnya dengan lembut. Matanya tertuju pada leher Liang Zheng dan berkata dengan suara yang sedikit serak, “Kenapa kalungnya tidak dipakai?”