General Above, I Am Below - Chapter 15
Rembulan perlahan tenggelam dan fajar terbit dar timur. Musik dan lagu di Sungai Qin telah berhenti dan orang-orang pun pulang ke rumah masing-masing secara berkelompok.
Sepanjang sore, Xia Yujin sama sekali tak bersenang-senang. Sejak dirinya salah dikenali oleh beberapa orang laki-laki sebagai wanita penghibur, ini merupakan penghinaan terbesar kedua dalam hidupnya. Bahkan kelembutan dari para biarawati Taois atau kata-kata hiburan dari kawan-kawannya tak mampu menghilangkan kekesalan di hatinya. Dan perempuan itu, setelah memberinya rasa malu ini, dia masih berani kembali untuk lanjut bersenang-senang. Jelas ini sengaja ingin membuatnya marah!
Tapi apa yang bisa dia lakukan?
Memukul perempuan itu berada di luar kemampuannya. Terlebih lagi, bahkan melawan satu jari Ye Zhao saja dia sanggup.
Dia tak takut bertengkar di jalanan. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, tak peduli entah apakah si wanita maskulin yang dimaki atau si lelaki yang ditindas, pada akhirnya, dial ah yang akan kehilangan muka.
Dia juga tak berani memakai ibundanya untuk menekan wanita itu karena takut kalau-kalau ibundanya sendiri, meski masih hidup, akan mati karena stress.
Para gundik juga tak bisa diandalkan. Mereka telah tergoda oleh musuh dan pasti malah akan berebut mengadukan dirinya.
Bagaimana kalau memakai wanita untuk mengoda dan mengakalinya? Tapi dia kan wanita, dia takkan beralih menyukai sesama jenis!
Memasang jebakan? Tapi Ye Zhao selalu makan dan minum dengan riang dan kalau tidak sedang sibuk pelatihan militer, dia akan sibuk berlatih seni beladiri tiap hari. Sampai sekarang satu pun kelemahannya belum ditemukan!
Haruskah Yujin menculik dan mengancamnya? Ini jelas bukan pilihan yang patut dipertimbangkan…
Bagaimana kalau memakai keluarga untuk mengintimidasi wanita itu? Meski dirinya adalah bajingan… dia belum sampai pada tahap serendah ini!
Bila membandingkan kekuatan ilmu beladiri, pengaruh, dan tingkat kenakalan, keahlian Xia Yujin benar-benar jauh di bawah Ye Zhao.
Xia Yujin bagai terkepung dalam kota, kehabisan persediaan, dan bala bantuan juga terputus. Kalau tembok kota juga ikut runtuh, dia benar-benar takkan punya apa-apa. Dia akan dipermalukan karena hidup di bawah tangan seorang wanita untuk memohon makanan, mengubah hidupnya jadi seperti suami yang menikah masuk ke dalam keluarga istri. Tiap hari dia akan hidup dengan penuh kewaspadaan dan harus menjilat sang istri.
Tidak! Seorang lelaki sejati lebih baik mati daripada menyerah. Bahkan meski dirinya terkucil dan tanpa bantuan, dia juga harus bertahan sekuat tenaga. Maka dia pun memutuskan untuk tidak membiarkan perempuan itu mengubahnya menjadi menantu laki-laki yang masuk ke dalam keluarga istri!
Benak Xia Yujin jadi penuh semangat. Dia membuka matanya yang merah seperti kelinci dan sambil memegang cawan araknya dia pun berseru kepada langit: “Aku adalah putra dari An Wang yang terdahulu dan adalah Nanping Junwang, bukan lelaki penghibur yang cantik! Bapak ini akan menceraikannya! Bahkan kalau Kaisar ingin memenggalku, aku tetap harus menceraikannya!”
Para biarawati pun melangkah maju untuk menahan dirinya, “Junwang, jangan!”
Xia Yujin berkata marah, “Jangan hentikan aku! Apa kalian piker bapak ini takut mati?! Biar kuberitahu! Sejak lahir hingga sekarang! Tuan ini paling tidak takut dengan kematian!”
Seorang biarawati menggelengkan kepalanya, “Kalau maju selangkah lagi, Anda akan jatuh ke air!”
“Ah – Siapapun kemarilah – Junwang jatuh ke air – ”
“Tolong –”
Untungnya saat itu adalah awal musim semi, air Sungai Qin lumayan hangat….
Putra keluarga kaya yang hedonistik ini pulang ke rumah dengan bertelanjang dada.
Setelah tubuhnya diselimuti dengan rapat, Xia Yujin memegang sebuah penghangat kecil sementara pelayannya memegangi mantel bulu putih. Dengan garang dan bertenaga dia berjalan ke kediaman An Wang.
An Taifei tahu kalau putranya selalu membuat masalah di luar, jadi dia menyuruh seorang wanita pelayan tua menunggu di gerbang untuk memarahinya beberapa kalimat, lalu menyuruh para pelayan mengunci semua gerbang dan melarang putranya itu berkeliaran.
Dengan agresif Xia Yujin mendorong orang yang menghalanginya. Mengumpulkan segenap keberanian, dia pun menyingsingkan lengan baju dan langsung pergi menuju kamar Ye Zhao. Dia berniat memakai kuas dan tinta untuk menulis surat cerai, menjelaskan bahwa wanita itu tak hanya mempertimbangkan perasaan suaminya tetapi juga, bersama-sama dengan para bawahan begundalnya, melecehkan dirinya di luaran!
Pelayan kepercayaannya masih berada di belakangnya, berusaha menahan dirinya. “Junwang, Anda harus segera sadar. Melawan Jenderal itu sama saja dengan cari mati! Dia sudah membunuh banyak orang dan menambahkan diri Anda takkan membuat banyak perbedaan. Mohon berbelas kasihanlah pada pelayan kecil ini….”
Sayangnya, tuan dan pelayan itu berlari masuk ke dalam kamar kosong, hanya mendapati Qiu Hua dan Qi Shui tengah terkantuk-kantuk di dekat perapian.
Xia Yujin membangunkan keduanya dan bertanya, “Di mana Jenderal?”
Qiu Hua memberinya seulas senyum yang menyeramkan, seperti nyonya pemilik toko roti kukus.
Qiu Shui lebih baik hati dan menunjukkan arah kepadanya dengan tangan.
Xia Yujin melihat ke arah yang ditunjuk, yang ternyata adalah ruang belajarnya sendiri. Hatinya merasa agak ngeri.
Di ruang belajar, sebuah lentera kristal telah dinyalakan. Sang jenderal sedang berselonjor di atas bangku panjang, pedangnya tergeletak di sisi. Wanita itu sedang memegang sebuah buku dan membolak-balik halamannya, atmosfernya agak aneh.
Xia Yujin menendang pintu, mendongakkan kepala, dan bertanya, “Apa yang kau lakukan di sini?”
Ye Zhao mengangkat buku ‘Catatan Para Pahlawan Utara’ di tangannya dan berkata, “Bukumu di sini ternyata sangat menarik.”
Xia Yujin bergegas merenggut buku itu dan dengan marah bertanya, “Siapa yang mengijinkanmu menggeledah di sini?!”
“Apa aku tak diperbolehkan melihat-lihat?”
“Tentu saja tak boleh!” Xia Yujin teringat pada ketidakadilan semalam dan kini melampiaskan amarahnya, “Kau sudah merampas rumahku, menguasai kamarku, mengacaukan hidupku, dan bahkan merebut gundik-gundikku! Sekarang apa yang kau lakukan di sini?! Kau bahkan mau mengambilalih tempat damaiku yang terakhir?! Kalau kau pikir kau bisa memaksaku, bapak ini akan lebih dulu bertarung habis-habisan denganmu!”
“Tenang dulu,” Ye Zhao menenangkan kucing yang mengamuk itu, “aku di sini untuk memberimu sesuatu yang bagus.”
Xia Yujin bertanya merendahkan, “Hal bagus apa yang bisa kau berikan padaku?!”
Ye Zhao bangkit, memungut selembar kertas di atas meja dan mengangsurkannya ke depan sang suami.
Xia Yujin menatap wajah tenang wanita itu selama sesaat, lalu akhirnya menunduk melihat kertas tersebut. Bahan kertasnya berkualitas bagus dan di atasnya terdapat beberapa baris tulisan yang disapukan dengan kuat, dimulai dengan: Nanping Junwang, Xia Yujin, dengan tulus menulis surat untuk menceraikan istri. Kalimat pertama mengekspresikan rasa terima kasih kepada Kaisar. Kemudian dengan tulus menyatakan bahwa temperamen kedua orang tersebut tidak sesuai, mereka saling membenci, dan kini hendak memutus semua ikatan. Sejak saat ini, pasangan suami istri tersebut bersedia untuk saling meninggalkan dan tidak lagi berurusan satu sama lain. Di bagian akhir terdapat tanda tangan Ye Zhao.
“Benarkah… apa ini asli?” Xia Yujin mengambil kertasi ini dan membacanya dengan teliti beberapa kali. Dia pun mengkonfirmasi bahwa tulisan tangannya tidak salah. Tiba-tiba merasa linglung, perutnya yang penuh amarah terasa bagaikan genderang rusak. Semua pemikiran tentang menyingkirkan sang istri sudah lenyap. Dia pun hanya bertanya terbata-bata, “Kau… kau benar-benar setuju?”
Ye Zhao mengesah pelan. “Berusaha membuat seekor banteng untuk minum dengan memasukkan kepalanya ke dalam air secara paksa, orang yang dipaksa takkan memiliki ketulusan, aku mengerti prinsip ini. Awalnya, aku berharap akan muncul suatu keberuntungan kalau kita akan menjadi cocok, tapi hasilnya malah lebih seperti kucing dan tikus, tak perlu diteruskan. Dengan bercerai lebih awal, kita juga bisa mempertahankan sedikit persahabatan dan kalau nanti bertemu di jalan kita akan bisa saling bicara dengan mudah. Kalau tidak, pada akhirnya, kedua pihak akan sama-sama menderita….”
Kenapa sebelumnya dia tak menyadari bahwa wanita itu ternyata sangat pengertian?
Karena harapan yang sudah diidam-idamkannya tiba-tiba menjadi nyata, Xia Yujin jadi begitu tergerak hingga nyaris menitikkan air mata.
“Bagaimanapun juga…,” Ye Zhao terdiam, lalu meneruskan dengan canggung, “pernikahan kita merupakan anugerah dari Ibu Suri. Baru tiga atau empat bulan kita menikah dan akan terlalu cepat kalau bercerai sekarang. Hati Kaisar dan Ibu Suri yang penuh kasih pasti akan sangat terluka kalau kita melakukannya. Kita akan mengatur agar perceraian dilakukan tiga tahun kemudian. Pada saat itu, aku sendiri yang akan pergi ke istana dan memberitahu Kaisar. Bagaimana menurutmu?”
Xia Yujin melihat lagi surat cerainya. Sekarang adalah tahun Dezong keempat belas, sementara tanggal yang tertera pada tanda tangan tersebut adalah tahun Dezong ketujuh belas.
Ye Zhao berkata lagi, “Kau bisa menyimpan surat cerai itu. Asal kau menandatangani dan menyetempelnya, maka tiga tahun kemudian kau bisa memberikannya ke pihak berwenang untuk menyelesaikan prosesnya. Bahkan kalau kita, suami dan istri ini dianggap memiliki hubungan yang berakhir buruk, bagaimanapun juga, hal ini masih bisa memberi sedikit muka kepada Kaisar, Ibu Suri, An Qinwang, serta kediaman Adipati Zhenguo.
Tiga tahun akan berlalu dengan cepat.
Ada surat cerai yang ditandatangani sendiri oleh Ye Zhao. Wanita itu tentu saja takkan bisa membuat tipuan apapun.
Batu di dalam hati Xia Yujin jatuh ke tanah, membuatnya merasa begitu santai. Melihat Ye Zhao, dia juga merasa bahwa wanita itu lumayan enak untuk dilihat. Setengah bercanda dia berkata, “Begini juga bagus, lagipula kau juga tak menyukaiku. Setidaknya setelah bercerai, kau takkan perlu membawa-bawa senjata saat tidur lagi, kan? Jangan lihat aku, kediaman An Wang masih merupakan rumahku. Tempat ini penuh dengan orang-orangku, jadi kau tak bisa menutupi tindakan kecil ini dariku.”
Ye Zhao menatapnya dengan sorot ganjil. “Aku perlu senjata untuk mengatasimu?”
Wajah Xia Yujin merona. “Jadi kenapa kau membawa senjata pada malam pengantin? Apa kau takut padaku?”
Ye Zhao terdiam sesaat, kemudian berkata, “Kau salah paham. Itu hanya kebiasaan yang kudapat karena maju berperang. Akan jadi lebih mudah kalau bisa maju atau mundur setiap saat. Dulu ada pembunuh yang berusaha membunuhku saat tidur. Karenanya, sekarang aku selalu meletakkan senjata di bawah bantal agar bisa tidur dengan tenang. Jadi hal ini yang membuatmu takut, salahku karena telah lupa untuk menjelaskannya padamu.”
Xia Yujin tampak sedikit terganggu.
Cerita dan rumor yang diremehkan saat pertempuran putus asa di Gurun Utara sekali lagi muncul dalam ingatannya.
Pembasmian seluruh Keluarga Ye, semua orang yang tertangkap di dalam kota dibantai, darah tiga ribu pejuang mengalir bagai sungai. Gunungan tulang belulang.
Di balik gelar ‘Yanwang Hidup’ terdapat orang yang menanggung tudingan sekuat itu.
Ye Zhao bangkit dan menempa dirinya sendiri di bawah pedang, tombak, derta hujan panah. Semua itu bisa membuatnya menjadi seorang jenderal yang baik tapi tak bisa mengubahnya menjadi seorang istri yang baik.
Di seantero kota, ada begitu banyak laki-laki yang akan bersedia menjadi bawahannya, namun hanya sedikit yang akan bersedia menikahinya sebagai istri. Dia begitu tinggi hati dan arogan, mana mungkin dia mau tinggal di rumah untuk membantu suami dan mendidik anak? Hidup seperti wanita biasa? Kalau Yujin menceraikannya, entah apapun alasannya, mungkin seumur hidup ini dia takkan bisa menikahi siapapun lagi.
Tapi wanita itu masih mau melepaskan, memilih untuk bercerai.
Yujin merasa dirinya… apa dia agak berlebihan?
Setelah debu-debu turun ke tanah, Xia Yujin mulai merasakan suatu kekosongan dalam hatinya.
“Tak usah mencemaskannya, ini adalah pilihanku sendiri dan tak ada hubungannya denganmu.” Ye Zhao bisa melihat melalui rasa bersalah lelaki itu, sudut mulutnya menampakkan seulas senyum samar. “Kalau kau merasa tak enak hati, maka undanglah aku untuk minum-minum. Kita rayakan keberhasilan perceraian kita. Bagaimanapun juga, bahkan bila hubungan suami istri kita sudah berakhir, dengan kebaikan serta kemurahan hati, kita juga bisa menjadi saudara nantinya.”
Xia Yujin berusaha untuk tak berpikir lagi dan hanya tersenyum kaku, “Benar, berkurang satu musuh, bertambah satu saudara.”
“Xia Junwang benar-benar berterus terang!” Ye Zhao memuji tulus, “kau terkenal dengan pengetahuanmu tentang tempat-tempat hiburan di kota. Kau tak boleh terlalu pelit, kau jelas harus mengundangku meminum arak terbaik dan makan makanan terbaik!”
Xia Yujin menepuk dadanya, “Tenang saja! Bilang saja apapun yang kau inginkan! Aku, Xia Yujin, bahkan bisa mendaki puncak gunung dan terjun ke lautan api demi mendapatkannya untukmu!” Kemudian dia berjalan ke pintu, berlari, lalu berseru, “Arak dari Xing Hua adalah yang terbaik dan daging domba Lao Gao adalah yang paling enak. Paling cocok untuk menghangatkan tubuh saat musim dingin. Kau sudah minum arak di atas kapal pesiar semalaman, sekarang pasti merasa dingin. Aku akan membawakanmu araknya.”
Ye Zhao mengawasinya pergi sambil di sisi lain menggambar rencana di atas meja sembari bergumam pada dirinya sendiri, “Dalam taktik perang, meluncurkan serangan psikologis adalah yang paling penting. Setelah gerbang kota dihancurkan, baru serangan dimulai.”