Grave Robber Chronicles - Chapter 57
Setelah Pangzi selesai bicara, dia terbatuk dan meludah beberapa kali lagi. Aku gelisah ingin mendengar sisa ceritanya, jadi aku mendesaknya untuk meneruskan. Pangzi menggaruk punggungnya dan berkata, “Bahkan orang yang digantung juga diperbolehkan bernapas sedikit. Tunggu sebentar. Semuanya terjadi begitu cepat sampai-sampai aku tak bisa mengatakan semuanya sekaligus. Tunggu aku menata pikiranku lebih dulu.”
Saat kulihat betapa pucat wajahnya dan mendengar betapa aneh suaranya – seakan masih ada air dalam saluran pernapasannya – aku bergegas menepuk-nepuk punggungnya beberapa kali dengan segenap tenagaku. Dia terbungkuk dan membatukkan sesuatu yang lengket sebelum berkata serak, “Cukup, cukup! Kalau kau memukuliku lagi seperti itu, aku bakal mati!”
“Ayolah,” aku mendesaknya. “Cepat katakan saja. Sebenarnya apa yang telah terjadi pada kalian?”
Begitu pulih, dia mendengus dan memberiku ringkasan singkat tentang apa yang telah mereka lalui. Ceritanya agak berantakan karena semuanya itu terjadi dengan sangat cepat, tapi aku masih bisa mendapatkan garis besarnya.
Ternyata, waktu itu dia melihatku menatap kosong pada lukisan-lukisan di porselen dan beberapa kali mendesakku agar bergegas, tapi aku terlalu terserap sampai-sampai tidak mendengar dia sama sekali. Saat dia melihat kalau aku tak menanggapi, dia tak mau lagi repot-repot mendesakku dan langsung berlari kembali ke kamar satunya lebih dulu. Kurasa dia mungkin memikirkan tentang aksesoris-aksesoris kumala dan gading yang ada di dalam peti itu. Pada saat itu, dia berasumsi kalau aku tentunya akan datang setelah selesai memilih mangkuk porselen. Lagipula, kedua kamar samping itu hanya berjarak lima atau enam langkah, jadi tentunya takkan terjadi apa-apa.
Tetapi yang dia lihat berikutnya telah mengalihkan perhatiannya dengan sedemikian menyeluruh sampai-sampai dia lupa tentang keberadaanku dan bahkan tak menyadari ketika pintu batunya menghilang.
Dia kembali menghampiri peti dan mereka berdua pun mulai menciduki airnya keluar bersama-sama. Segera, onggokan daging mati itu muncul dari dalam cairan. Pangzi melihat lebih dekat dan dibuat ngeri ketika mendapati bahwa tumor-tumor yang dikiranya sebagai kepala itu ternyata adalah payudara wanita yang montok, yang sedemikian besarnya sampai-sampai bergelantungan pada dada yang terpelintir. Pada saat itu Pangzi dibuat benar-benar tertegun, dia tak pernah menyangka kalau mayat di dalamnya ternyata adalah mayat wanita.
Namun, secara prinsip, seharusnya ada dua belas payudara karena ada dua belas tangan. Akan tetapi, ketika mereka menghitung, mereka mendapati kalau hanya ada lima payudara di bagian depan. Apakah berarti sisanya ada di bagian belakang? Mereka merenungkannya ketika berusaha mencari cara bagaimana mengeluarkan mayat ini dari dalam peti.
Pertama-tama Pangzi memakai senapan tombaknya sebagai kait untuk menarik mayatnya keluar, tapi dagingnya terlalu lunak dan hampir semuanya memiliki tekstur berlilin, yang membuatnya jadi terlalu licin untuk dipegang. Berikutnya, mereka mengenakan sarung tangan dan mencoba memakai kedua tangan mereka, tapi hasilnya lebih parah lagi. Rasanya persis seperti kalau berusaha mengambil sabun batangan yang licin – begitu mereka mencengkeram badannya, selapis minyak langsung keluar, menjadikannya mustahil untuk mendapatkan cengkeraman yang bagus. Pada akhirnya, Muka Datarlah yang menemukan pemecahannya. Mereka melepaskan pakaian mereka, membungkuskan yang satu di sekitar kepala mayat dan yang lain di sekitar kakinya, dan kemudian menyelipkan senapan mereka ke dalam simpul. Dengan senapan mereka berperan sebagai tongkat pikulan, mereka mengangkat mayat itu keluar lalu meletakkannya ke lantai.
Di bawah cahaya terang lampu mereka, dengan cepat mayat itu mengering dan menghitam, yang membuat mereka bisa melihat semuanya dengan jelas. Ternyata, payudara-payudaranya yang lain telah dipotong, menyisakan beberapa bekas luka berbentuk mangkuk besar di kedua sisi tubuhnya. Dadanya tidak terpelintir seperti yang mulanya kami kira, dada itu hanya kelihatan seperti itu karena semua lemak pada tubuhnya yang telah menumpuk seperti gunung.
Pada saat itu, mereka tak penasaran kenapa perut mayat wanita itu begitu besar, mereka hanya mengira kalau dia sangat gemuk. Ini berarti bahwa mereka juga tak menyadari bahwa mayat ini sebenarnya mati tak lama sebelum melahirkan, dan bahwa ada anak di dalam perutnya.
Setelah mayat itu diangkat, lempeng batu di bawahnya akhirnya terlihat. Muka Datar berkata kalau ini adalah pemberat peti, yang dipakai untuk mencegah petinya mengambang naik begitu struktur kedap udara dari makam bawah laut ini hancur. Pemberat petinya sangat kasar, dan hanya ada sebaris karakter besar-besar terukir di permukaannya.
Pangzi melihatnya sebentar tapi tak bisa memahaminya, yang pada saat itulah dia mengingatku. Barulah pada saat ini mereka berdua mendapati bahwa pintu di dinding telah menghilang. Pangzi langsung panik ketika melihatnya, bukan karena dia mencemaskan aku melainkan karena dia takkan bisa keluar. Muka Datar memberitahunya agar jangan cemas. Dia berkata bahwa pintunya akan muncul secara alami ketika waktunya tiba, jadi tidak ada gunanya merasa tertekan tentang hal itu. Yang paling penting pada saat ini adalah mengurus apa yang telah mereka mulai. Pangzi melihat betapa tenangnya Muka Datar dan langsung merasa lega.
Ketika mereka berdua berusaha mengeluarkan lempeng batu itu dari dalam peti, mereka mendapati kalau lempengnya bukan cuma sangat berat, tapi pinggiran-pinggirannya juga telah disegel dengan getah pinus, sehingga lempeng itu menempel kuat ke dasar peti. Pangzi, begitu melihat ini, berpikir kalau hal ini tidak masuk akal jadi dia mengetuk lempeng batunya kuat-kuat. Pada saat itulah tiba-tiba dia mendapati kalau di bawahnya ternyata kosong.
Mereka menyalakan tongkat api untuk melelehkan semua getah pinusnya dan kemudian melepaskan lempeng batunya, menampakkan sebuah lubang besar di bawahnya. Walaupun Pangzi merupakan orang yang relatif kasar, tetap saja pengalamannya sangat kaya. Itulah sebabnya, ketika dia melihat ini, mulutnya membuka lebar dengan kaget – lubang ini tidak dibuat secara khusus oleh si perancang makam, ini adalah terowongan perampok makam!
Ini adalah sebuah penemuan yang luar biasa mengejutkan. Bahkan meski kau mengabaikan aspek-aspek lainnya, lokasi dari terowongan perampok makam ini saja bisa dibilang sebagai tak tertandingi di dunia ini – terowongannya ternyata telah digali tepat di bawah peti. Kalau bukan karena berat dari peti ini, mayat di dalamnya mungkin akan sudah terseret ke dalam lubang sejak lama. Tapi yang paling aneh adalah bahwa makam ini terletak di dasar laut, jadi bagaimana persisnya terowongan perampok makam ini digali?
Terlebih lagi, kalau ruang makam ini didesain untuk bergerak naik turun seperti lift, maka seharusnya akan ada ruang makam lain di bawah peti ini. Bagaimana bisa ruang semacam itu mengakomodasi lubang sedalam ini? Pangzi langsung memutuskan bahwa teori kami tentang mekanisme makam ini mungkin sudah salah.
Pada saat ini, sekali lagi semuanya kembali diselubungi oleh misteri dan mereka berdua pun terdiam. Pangzi tahu dengan sangat jelas bahwa menutrisi qi dan barisan inkubator mayat di sini sudah dihancurkan oleh lubang ini. Walaupun mayat ini tertutup lilin dan tak lagi bisa berubah, energi kuat dari tempat ini tak lagi ada di sini, yang jelas akan memengaruhi feng shui dari keseluruhan makamnya. Walaupun dia tak tahu bagaimana semuanya telah berubah secara keseluruhan, sulit untuk menjamin bahwa makam ini takkan tiba-tiba berubah dari tempat yang spiritual menjadi tempat yang penuh dengan energi gelap. Walaupun Pangzi tak terlalu ahli dalam feng shui, dia masih berasal dari aliran perampok makam utara dan tahu kalau perubahan semacam ini sangatlah buruk.
Tapi dia tetap bukan seorang ahli dalam bidang ini. Ketika dia berusaha memikirkan tentang hal ini secara mendetil, dia tak bisa mendapatkan kesimpulan lainnya. Dia berpikir kalau kata-kata di permukaan lempeng batu itu mungkin adalah kuncinya, jadi dia langsung menuliskannya. Tapi pada saat inilah, dia mendengar Muka Datar – yang sedang berjongkok di samping mayat wanita itu – tiba-tiba berseru, “Sial!”
Dia menolehkan kepala dan melihat bahwa sebuah tangan kecil yang tertutup rambut putih menjulur keluar dari dalam mayat wanita itu dan mencengkeram kuat pergelangan tangan kiri Muka Datar. Dia tak menyangka kalau ada mayat bayi di dalam perut mayat wanita itu tapi dia masih bereaksi dengan sangat cepat. Dia langsung meraih senapan tombaknya, menghampiri mayat wanita itu, dan menembakkan sebatang tombak ke dalam perut mayat itu. Sepertinya dia telah mengenai tempat yang tepat karena Muka Datar langsung bisa melepaskan diri. Pangzi ingin menembak lagi tapi Muka Datar berseru, “Dia tak bisa dibunuh! Pergi!” Kemudian Muka Datar menarik Pangzi ke dalam lubang di dasar peti.
Saat Pangzi melihat sisa cairan di dalam peti yang mengalir turun ke bawah lubang itu, dia terjajar mundur pada pemandangan menjijikkan tersebut, tapi kemudian dia melihat ke belakang dan menyaksikan kalau sebentuk wajah telah mencuat keluar dari kulit pada bagian perut mayat wanita itu, seakan sedang mati-matian berusaha untuk keluar. Kulit pada perut mayat wanita itu terentang sampai-sampai kelihatan tembus pandang, jadi bahkan fitur wajah dari makhluk di dalamnya bisa terlihat dengan jelas. Pangzi merasakan hawa dingin merayapi punggungnya. Memberitahu dirinya sendiri bahwa seorang pria sejati harus tahu kapan saatnya untuk mundur, dia pun menggertakkan gigi dan memanjat ke dalam lubang itu.
Terowongan itu telah digali melewati bata-bata dengan sangat cerdiknya sehingga hanya separuh dari bata-bata itu yang dihancurkan untuk membentuk sebuah lengkung bata alami di bagian atas terowongan. Metode ini memastikan bahwa tak ada apa pun di bagian atas yang akan runtuh. Keahlian semacam ini benar-benar hasil dari ujian waktu dan mungkin takkan terselesaikan hanya dalam waktu beberapa hari.
Muka Datar sudah merayap jauh di depan jadi Pangzi berusaha sekuat tenaga untuk mengejarnya. Dia tak tahu ke mana terowongan ini mengarah, tapi setelah merayap beberapa langkah lagi, tiba-tiba dia mendapati kalau terowongan ini melantai ke bawah dan ada air di bawahnya. Untung saja, bagian yang terbenam ini kelihatannya tidak terlalu panjang. Pada saat ini, dia melihat cahaya dibiaskan oleh air dan mengira kalau mungkin saja itu aku, jadi dia pun menyelam ke dalam air. Setelah berenang sebentar, dia menemukan kalau area di depannya telah melebar dan berubah menjadi sebuah kolam besar. Pada saat itu, mereka berdua sudah kehabisan napas dan bergegas menuju permukaan dengan segenap tenaga, di mana kemudian mereka menemukan aku sedang mengarahkan senapan tombakku ke arah mereka.
Saat mendengar hal ini, aku tak tahan untuk berkata, Jadi kau cuma melihat satu tangan?”
“Aku sama sekali tidak takut pada makhluk itu,” Pangzi berkata, “tapi Xiao Ge ini langsung kabur begitu dia melihatnya. Kau tahu seberapa kuatnya dia, jadi apa yang harus dilakukan oleh orang dengan kemampuanku? Tapi kemudian lagi, aku benar-benar tak mengerti kenapa kami harus kabur. Xiao Ge, makhluk apa itu? Apa dia benar-benar sangat kuat? Aku sudah lihat seberapa besar ukurannya. Menurutku kita bisa mengurus dia dengan beberapa batang tombak.”
Muka Datar menyentuh pergelangan tangannya dan berkata, “Makhluk itu adalah iblis kemarau* berambut putih. Dia bisa dibunuh dengan memenggal kepalanya, tapi saat dia mati, racun mayat dalam jumlah besar akan terlepas ke udara. Saat ini udara yang kita punya sangat terbatas, jadi ini tidak sepadan.”
(T/N: Juga disebut “” di Jepang dan “” atau “Ba” di Tiongkok. Makhluk ini merupakan satu spesies dalam cerita rakyat Jepang dan Tiongkok yang memiliki kekuatan untuk menyebabkan kekeringan. Menurut legenda, adalah putri dari Huangdi (Kaisar Kuning). Dia telah membantu Huangdi pada Perang di Zhuolu melawan Chiyou. Menurut legenda, memiliki mata di puncak kepalanya dan bergerak secepat angin)
Aku terkejut ketika mendengar dia mengatakannya. Menurut legenda, iblis kemarau adalah suatu roh jahat yang mampu menyebabkan kemarau. Kabarnya, mayat hidup bisa berubah menjadi iblis kemarau kalau dipelihara dalam waktu lama. ‘Kitab Lagu’* bahkan menyebutkan bahwa iblis kemarau adalah suatu keberadaan menekan yang mengeringkan semua yang ada di sekitarnya hingga terbakar. Singkatnya, ada banyak kisah tentang makhluk ini, tapi aku tak menyangka kalau penampilannya ternyata begitu.
(T/N: “Shijing”, merupakan koleksi puisi Tiongkok tertua yang pernah ada (terdiri dari 305 karya) dan merupakan satu dari Lima Klasika di Konfusianisme)
Tapi saat ini hal itu tidak penting. Saat aku pertama kali memasuki makam kuno ini, aku sudah siap untuk melihat segala macam hal aneh. Akan tetapi, terowongan perampok makam itu, bahkan lebih tidak biasa lagi. Terowongan itu seharusnya mengarah ke kolam ini, tapi kemungkinannya sungguh terlalu kecil. Tebakanku, bukaan di bawah kolam ini sebenarnya hanyalah jalan keluar alih-alih jalan masuk. Ada kemungkinan bahwa ketika orangnya menggali terowongan ini, dia tidak yakin tentang lokasi makam utama jadi dia pun menggali terowongannya ke beberapa arah berbeda dan ini cuma salah satu di antaranya. Saat aku memikirkan hal ini, aku bertanya kepada Muka Datar dan Pangzi apakah mereka telah melihat ada percabangan di dalam terowongan.
Pangzi menggelengkan kepalanya dan menyatakan tidak. Terowongan perampok makam ini tidak terlalu panjang dan digali dalam jalur lurus dari awal hingga akhir. Aku bahkan tidak merasa depresi setelah mendengar hal ini karena aku tahu kalau terowongannya terbuat dari bata. Akan sangat mudah bagi mereka dalam memakai bata untuk menyembunyikan percabangan di dalam terowongan itu.
Tetapi ketika aku memikirkan betapa kedap udaranya struktur dari terowongan ini, aku mendapati bahwa pintu masuk lainnya pasti juga ada di dalam makam kuno ini. Kalau memang begitu, akan sia-sia berusaha menemukannya. Kelihatannya, persis seperti kami, orang yang menggali terowongan-terowongan ini pasti telah memasuki makam lewat salah satu dari kolam-kolam yang ada di ruang samping. Tapi pada saat itu ruang sampingnya tak punya pintu, jadi dia tak punya pilihan lain selain menggali jalan keluar. Namun orang ini benar-benar apes – ketika dia menggali ke ruang samping lainnya, dia bertemu dengan pemberat peti; saat dia menggali ke ke arah aula samping, dia bertemu dengan kolam air. Aku penasaran apakah dia telah menggali hingga ke ruang makam utama atau belum.
Sementara aku larut dalam pemikiranku, tiba-tiba Pangzi berkata, “Apa menurut kalian iblis kemarau bisa berenang?”
Sejenak aku membeku, tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Dia lalu menunjuk ke arah air, dan ketika aku berbalik dan melihat, kudapati ada banyak gelembung udara telah muncul tiba-tiba di tengah-tengah kolam.